Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Segala puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “aspek
klinis,pemeriksaan fisik hiv/ aids” Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mendapatkan
masukan dari berbagai pihak, terutama dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan
pada kami untuk belajar menulis karya tulis sederhana dan memberikan masukan demi perbaikan
makalah ini sehingga dapat menambah wawasan kami serta untuk teman-teman yang telah ikut
membantu dalam pembuatan makalah ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing atau pengajar kami dan teman-teman yang dengan caranya masing-
masing turut serta memberi masukan guna memperkaya isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam susunan
maupun isinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa S1
Keperawatan khususnya.
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Apakah HIV/ AIDS itu?
Bagaimana HIV dapat ditularkan?
Bagaimanakah HIV dapat mengakibatkan AIDS?
Bagaimana melindungi diri dari penularan AIDS?
BAB II
PEMBAHASAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah Virus yang menyerang sistim kekebalan tubuh
manusia yang menyebabkan timbulnya AIDS.
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan
air susu ibu.
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia,
terutama CD4 positive T-sel dan macrophages (komponen-komponen utama sistem kekebalan
sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya
penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan
tubuh.CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih
manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun
menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu
(misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan
pada beberapa kasus bisa sampai nol).
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai
macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara,
makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa
berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang
patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit
pada tubuh manusia.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya
defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian
besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik”
karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIVmerupakan virus yang
menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-
orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan
penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap
AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam
jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem
imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan
kekebalan tubuh, sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. AIDS
disebabkan oleh Virus (Jasad Sub Renik) yang disebut dengan HIV. sedangkanHIV (Human
Immunodeficiency Virus) itu sendiri adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia yang menyebabkan timbulnya AIDS.
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian
besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda
AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang
dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
· 1. Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai
AIDS.
· 2. Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan
bagian atas yang tidak sembuh- sembuh)
· 3. Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari
satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
· 4. Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru
dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
2. Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,
semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entreeyang
terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan.Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4
dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari
hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.
Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi
HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase
ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan
CD4 secara konstan.
b. Penularan HIV
Yang dimaksud berisiko di sini adalah jika salah satu pasangan terjangkit virus HIV kemudian
melakukan hubungan seks tanpa menggunakan pengaman. Salah satu cara paling mudah untuk
pencegahan HIV adalah dengan menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan.
Penggunaan jarum suntik secara bergantian juga merupakan salah satu cara penularan AIDS
yang paling umum. Penggunaan jarum suntik tidak hanya bisa ditemukan di rumah sakit, namun
juga di kalangan pengguna narkoba, layanan akupuntur hingga jasa tato. Karena itu pastikan
Anda mendapatkan jarum suntik yang baru saat akan menggunakan layanan akupuntur maupun
tato.
3. Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, cara penularan penyakit AIDS juga bisa terjadi melalui transfusi darah.
Namun saat ini semakin jarang terjadi akibat adanya uji kelayakan donor darah yang semakin
ketat. Dengan adanya uji kelayakan yang ketat dapat menekan risiko penerima donor darah
memiliki risiko HIV.
Ibu yang mengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus HIV pada anak yang disusuinya. Namun
hal ini dapat dicegah dengan mewaspadai sejak awal kehamilan untuk menekan risiko penularan
HIV pada bayi.
c. Risiko dan kerentanan terkena HIV
HIV paling sering ditularkan secara seksual, karena pertukaran cairan dan virus, terutama di
mana terdapat luka pada jaringan vagina atau anal, atau penyakit menular seksual. Anak
perempuan lebih rentan terhadap infeksi HIV karena selaput vagina lebih tipis dan rentan
terhadap infeksi dibandingkan dengan wanita dewasa.
Seks oral memiliki risiko rendah terhadap penularan HIV. Apabila orang yang menerima seks
oral memiliki HIV, darah, air mani, cairan pre-seminal atau cairan vagina dapat membawa virus.
Apabila orang yang melakukan seks oral memiliki HIV, darah dari mulut dapat masuk ke dalam
tubuh penerima seks oral melalui lapisan uretra (bukaan pada ujung penis), vagina, serviks, anus
atau melalui luka.
Hal tersebut terkait erat dengan infeksi HIV sejak awal munculnya wabah. Walau penggunaan
obat secara suntikan merupakan rute langsung dari transmisi, minum, merokok, menelan atau
menghirup obat-obatan seperti alkohol, kokain, methamphetamine (“meth”) dan amyl nitrite
(“poppers”) juga terkait dengan peningkatan risiko infeksi HIV. Zat-zat tersebut dapat
meningkatkan risiko dengan menurunkan kesadaran pengguna dalam melakukan perilaku
seksual yang berisiko.
Sebagai contoh, berbagi jarum, alat suntik dan peralatan suntik obat lainnya yang terkontaminasi
dengan HIV dapat meningkatkan risiko terkena HIV. Selain itu, penggunaan zat dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan dan membuat lebih rentan terhadap HIV, dan pada orang yang
telah terinfeksi, penggunaan zat dapat mempercepat perkembangan HIV dan memberikan efek
buruk pada perawatan.
Menggunakan peralatan tattoo atau tindik badan – termasuk tinta – yang tidak steril atau bersih
dan terinfeksi dengan HIV.
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi dengan HIV juga berisiko terhadap infeksi. Kebanyakan
anak-anak di bawah 13 tahun yang memiliki HIV terinfeksi virus dari ibu mereka.
Mata
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih sering
pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL). Termasuk
gejala, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala retinitis CMV,
diharuskan memeriksakan diri ke dokter mata sesegera mungkin. Beberapa dokter menyarankan
kunjungan dokter mata setiap 3 sampai 6 bulan jika jumlah CD4 anda kurang dari 100 sel per
mikroliter (MCL).
F .perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang membesar (hepatomegali) atau
pembesaran limpa (splenomegali). Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau
mungkin menunjukkan kanker. Dokter akan melakukan pemeriksaan perut pada kunjungan
setiap atau jika Anda mengalami gejala-gejala seperti nyeri di kanan atas atau bagian kiri atas
perut Anda
g. kulit
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita HIV. pemeriksaan yang teratur dapat
mengungkapkan kondisi yang dapat diobati mulai tingkat keparahan dari dermatitis seboroik
dapat sarkoma Kaposi . Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap 6 bulan atau kapan
gejala berkembang.
Ruam kulit
Sebuah ruam kulit seperti bisul dan jerawat yang tiba-tiba menyerang tubuh juga dapat
menjadi tanda awal dari penyakit ini. Penyakit kulit ini terjadi beberapa saat setelah Anda
terinfeksi HIV.
Mual, muntah dan diare
Diare yang terus menerus dan disertai dengan mual dan muntah juga menjadi tanda bahwa
Anda terinfeksi penyakit ini.
Berat badan berkurang dan batuk kering
Batuk kering dan turunnya berat badan secara drastis juga merupakan tanda awal penyakit
HIV AIDS. Hal ini terjadi karena lagi-lagi disebabkan virus HIV yang mengganggu
kesehatan sel tubuh lain.
c. Penatalaksanaan medis untuk HIV
Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan memberikan
terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin berkurang
yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum terdapat
penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat
penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas
HIV dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4
untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Terapi Antiretroviral (ARV)
Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan ARV
yang rutin digunakan:
NRTI (nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors) dan NNRTI (non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitors): berfungsi sebagai penghambat kinerja
enzim reverse transcriptase (enzim yang membantu HIV untuk berkembang dan aktif dalam
tubuh pejamu)
PI (protease inhibitors), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV
INSTI (integrase strand transfer inhibitors), mencegah DNA HIV masuk ke dalam
nukleus
Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi HIV.
Selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan evaluasi untuk memantau respon
tubuh terhadap pengobatan, baik efek yang dirasakan secara fisik maupun psikologis. Efek yang
sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika, limbung/kehilangan
keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat timbul pada masa awal
penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil dalam darah.
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. Selain itu, virus inilah yang menyebabkan AIDS.
b. AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan
kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan.
c. Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui senggama, transfusi darah, jarum
suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat,
dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.
d. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan cara ‘ABC’,
yaitu Abstinence, Be faithful, Condom.
2. Saran
Sebagai insan yang yang berpendidikan sudah menjadi sebuah kewajiban untuk
berpartisipasi dalam memerangi HIV/ AIDS. Untuk memerangi hal itu dapat dimulai dari
kesadaran diri sendiri untuk selalu menjaga diri agar terhindar dari HIV/ AIDS.