1/Jan-Mar/2019
5
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
6
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
c. menetapkan Keputusan berbentuk tertulis menunjukkan legalitas sebagai suatu ciri negara
atau elektronis dan/atau menetapkan hukum yang demokrasi.11
Tindakan; Disebutkan bahwa izin merupakan
d. menerbitkan atau tidak menerbitkan, instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan
mengubah, mengganti, mencabut, yang digunakan oleh pemerintah dalam
menunda, dan/atau membatalkan menghadapi peristiwa konkret dan individual.
Keputusan dan/atau Tindakan; Peristiwa konkres artinya peristiwa yang terjadi
e. menggunakan Diskresi sesuai dengan pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat
tujuannya; tertentu, dan fakta hukum tertentu, karna
f. mendelegasikan dan memberikan Mandat peristiwa konkret ini deragam, sejalan dengan
kepada Pejabat Pemerintahan lainnya sesuai keragaman perkembangan masyarakat, izin pun
dengan ketentuan peraturan memiliki berbagai keragaman. Izin yang
perundanganundangan; jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang
g. menunjuk pelaksana harian atau pelaksana cara prosedurnya tergantung dari kewenangan
tugas untuk melaksanakan tugas apabila pemberi izin, macam izin dan struktur
pejabat definitif berhalangan; organisasi instansi menerbitkannya.12
h. menerbitkan Izin, Dispensasi, dan/atau Berbagai jenis izin dan instansi pemberi izin
Konsesi sesuai dengan ketentuan peraturan dapat saja berubah seiring dengan perubahan
perundangundangan; kebijakan peraturan perundang-undangan yang
i. memperoleh perlindungan hukum dan terkait dengan izin tersebut. meskipun
jaminan keamanan dalam menjalankan demikian, izin akan tetap ada dan digunakan
tugasnya; dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan
j. memperoleh bantuan hukum dalam dan kemasyarakatan.13
pelaksanaan tugasnya; Pada umumnya permohonan izin harus
k. menyelesaikan Sengketa Kewenangan di menempuh prosedur tertentu yang ditentukan
lingkungan atau wilayah kewenangannya; oleh pemerintah, selaku pemberi izin.
l. menyelesaikan Upaya Administratif yang Disamping harus menempuh prosedur tertentu,
diajukan masyarakat atas Keputusan permohon izin juga harus memenuhi
dan/atau Tindakan yang dibuatnya; dan persyaratan-persyaratan tertentu yang
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada ditentukan secara sepihak oleh pemerintah
bawahan yang melakukan pelanggaran atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang perizinan itu berbeda-benda tergangtung jenis
ini. izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin.14
Izin adalah perangkat hukum adminsitrasi Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin
yang digunakan pemerintah untuk itu bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat
mengendalikan warganya agar berjalan dengan konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan
teratur dan untuk tujuan ini diperlukan atau tingka laku tertentu yang harus (terlebih
perangkat administrasi. Salah satu perangkat dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian
administrasi adalah organisasi dan agar izin itu ditetukan suatu perbuatan konkret, dan
organisasi ini berjalan dengan baik, perlu bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi.
dilakukan pembagian tugas. Sendi utama dalam Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut
pembagian tugas adalah adanya koordinasi dan baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai
pengawasan.10 setelah perbuatan atau tingkah laku yang
Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa diisyaratkan itu terjadi. Penentuan prosedur
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara
dan peraturan pemerintah. Izin pada prinsipnya sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian,
memuat larangan, persetujuan yang pemerintah tidak boleh membuat atau
merupakan dasar pengecualian. Pengecualian menetukan prosedur dan persyaratan menurut
itu harus diberikan oleh undang-undang untuk
11
Ibid, hal. 92.
10 12
H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Ridwan HR, Op.Cit, hal. 215-216.
13
Adminsitrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Ibid, hal. 216
14
Cetakan l. Nuansa. Bandung. 2010, hal. 92. Ibid, hal. 216-217
7
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
kehedaknya sendiri secara arbitrer (sewenang- sesuai sengan isinya yang secara definisif dapat
wenang), tetapi harus sejalan dengan peraturan menimbulkan akibat hukum tertentu.18
perundang-undangan yang menjadi dasar dari Dapat disebutkan bahwa izin merupakan
perizinan tersebut. dengan kata lain, suatu perangkat hukum administrasi yang
pemerintah tidak boleh menentukan syarat digunakan pemerintah untuk mengendalikan
yang melampaui batas tujuan yang hendak warganya. Adanya kegiatan perizinan yang
dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dilaksanakan oleh pemerintah pada intinya
dasar perizinan bersangkutan.15 adalah untuk menciptakan kondisi bahwa
Izin diterapkan oleh pejabat negara, kegiatan pembangunan sesuai peruntukan di
sehingga dilihat dari penempatannya maka izin samping itu agar lebih berdaya guna dan
adalah instrumen pengendalian dan alat berhasil guna dalam rangka pelayanan
pemerintah untuk mencapai apa yang menjadi terhadap masyarakat dan pembangunan.19
sasarannya. Menurut Ahmad Sobana, Sanksi hukum administrasi merupakan
mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan sanksi yang penerapannya tidak melalui
untuk pengedalian dan pengawasan perantaraan hakim. Pemerintah berwenang
administrasi bisa dipergunakan sebagai alat untuk bilamana perlu, tanpa keharusan
untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perantaraan hakim terlebih dahulu bertindak
perkembangan yang ingin dicapai, di samping jauh secara nyata. Sasaran sanksi administrasi
untuk mengendalikan arah perubahan dan adalah perbuatan yang bertentangan dengan
mengevaluasi keadaan, potensi, serta kendala peraturan perundang-undangan, sehingga
yang disentuh untuk berubah.16 secara prinsipil berbeda dengan pemberian
Paling penting dalam proses penerbitan izin sanksi pidana maupun tanggung jawab perdata
ini adalah persoalan siapa yang paling yang ditujukan kepada orang (pelakunya).20
berwenang memberikan izin. Ini sangat penting Sanksi perdata merupakan sanksi akibat
karena izin merupakan bentuk keputusan tata perbuatan melawan hukum yang dilakukan
usaha negara. Izin dapat dikatakan sebagai oleh seseorang yang mengakibatkan kerugian
keputusan tata usaha negara karena ia pada orang lain, karena itu, kepada orang yang
dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, menimbulkan kerugian diwajibkan membayar
yaitu pemerintah atas permohonan yang ganti rugi kerugian. Sanksi pidana berkaitan
diajukan oleh badan hukum perdata atau dengan pelanggaran terhadap ketentuan-
perorangan. Pemerintah merupakan pejabat ketentuan hukum pidana
tata usaha negara, karena ia melaksanakan (kepentingan/ketertiban umum) dan sanksi
fungsi untuk menyelenggarakan urusan adminsitrasi berkenaan dengan pelanggaran
pemerintahan baik di tingkat pusat dan daerah ketentuan hukum dan sanksi administrasi
dengan berdasarkan peraturan perundang- berkenaan dengan pelanggaran ketentuan
undangan yang berlaku.17 hukum adminsitrasi yang ditetapkan oleh
Di sisi lain dilihat dari pengertian keputusan pejabat tata usaha negara dalam
tata usaha negara itu sendiri memiliki sifat-fifat menyelenggarakan urusan pelayanan kepada
keputusan tersebut yaitu bahwa izin bersifat masyarakat.21
konkret. Artinya obyek yang diputuskan dalam Sarana penegakan hukum itu, di samping
tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan
berwujud, tertentu, dan ditentukan. Izin bagian penting dalam setiap teraturan
memiliki sifat individual, artinya bahwa dalam perundang-undangan, bahkan J.B.J.M. Ten
izin itu harus disebutkan dengan jelas siapa Berge menyebutkan bahwa sanksi merupakan
yang diberikan izin. Izin bersifat final, di mana inti dari penegakan hukum administrasi. Sanksi
dengan izin seseorang telah mempunyai hak
untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum 18
Ibid, hal. 93.
19
Ibid, hal. 93-94.
20
Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Bisnis
Pariwisata, Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama,
15
Ibid. hal. 217. Bandung, 2003, hal. 183.
16 21
H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Op.Cit,hal. 92. Industrial Melalui Pengadilan & Di Luar Pengadilan, Raja
17
Ibid, hal. 93. Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 122-123.
8
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
25
Yulies Tiena, Masriani, Pengantar Hukum Indonesia,
22
Ridwan HR, Hukum Adminstrasi Negara, Edisi l. Cet. 4. Cetakan Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 5-6.
26
PT. RadjaGrafindo, Jakarta, 2008, hal. 313. Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Bisnis Pariwisata,
23
Ibid, hal. 313-314. Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung, 2003, hal.
24
Ibid, hal. 119. 183.
9
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
10
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
hukum merupakan sesuatu yang berkenaan itu, kalau suatu tindakan yang dilakukan oleh
dengan kehidupan manusia dalam kelompok seseorang pegawai pejabat negara dan
sosial tertentu, baik dalam situasi kebersamaan merugikan seorang individu dalam arti
maupun situasi sosial. Hal itu untuk mencapai perbuatan itu bertentangan dengan asas-asas
tata tertib demi keadilan.33 hukum (menyalahgunakan kekuasaan) yang
Negara sebagai suatu badan hukum publik dirugikan akan dapat menuntut pemerintah.
yang independen juga menyandang hak dan Tuntutan dapat dilakukan melalui peradilan
kewajiban sebagaimana layaknya suyek hukum administrasi negara. Peradilan administrasi
lainnya, baik itu orang perorangan maupun negara dalam hal ini merupakan peraturan
badan hukum perdata serta badan hukum yang menyangkut para pejabat adminstrasi
publik lainnya.34 negara karena perbuatan melawan hukum
Penyelenggaraan negara pun dilaksanakan (onrechtmatige overheidsdaad).37
oleh orang perorangan yang mewakili dan Peradilan tata usaha negara diciptakan
menjadi kepercayaan dari seluruh anggota menyelesaikan sengketa yang timbul akibat
negara yang merupakan warga negaranya, adanya tindakan pemerintah yang dianggap
namun sedikit berbeda dari badan hukum melanggar hak-hak warga negaranya. Dengan
lainnya, keanggotaan dalam suatu negara demikian dapat dikatakan bahwa Peradilan
tidaklah bersifat sukarela. Negara merupakan Tata Usaha Negara diadakan dalam rangka
suatu organisasi yang unik yang memiliki memberi perlindungan terhadap hak
otoritas yang bersifat memaksa di atas subyek perseorangan dan hak masyarakat, khususnya
hukum pribadi yang menjadi warga negaranya, dalam hubungan antara badan atau pejabat
walau demikian pengurusan pengelolaan atau tata usaha negara dengan masyarakat.38
penyelenggaraan jalannya negara juga tidak Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
luput dari mekanisme pertanggungjawaban tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 7
oleh para pengurus, pengelola atau ayat:
penyelenggara negara.35 (1) Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk
Untuk melaksanakan tugasnya sebagai suatu menyelenggarakan Administrasi
organisasi yang teratur, negara harus memiliki Pemerintahan sesuai dengan ketentuan
harta kekayaan. Harta kekayaan negara ini peraturan perundangundangan, kebijakan
datang dari penerimaan negara yang pemerintahan, dan AUPB.
dipergunakan untuk membiayai segala proses (2) Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban:
pengurusan, pengelolaan dan penyelenggaraan a. membuat Keputusan dan/atau
negara tersebut. Di Indonesia, hal-hal yang Tindakan sesuai dengan
berhubungan dengan proses penerimaan dan kewenangannya;
pengeluaran dan negara diatur dalam Undang- b. mematuhi AUPB dan sesuai dengan
Undang Dasar 1945, yaitu rumusan ketentuan ketentuan peraturan perundang-
Pasal 23 dan Amandemennya.36 undangan;
Sesuai dengan kewajiban sebagai pegawai c. mematuhi persyaratan dan prosedur
negeri, seseorang yang telah terikat kepada pembuatan Keputusan dan/atau
peraturan kepegawaian dituntut untuk Tindakan;
melaksanakan tugasnya itu dengan baik. Sifat d. mematuhi Undang-Undang ini dalam
keterikatan itu akan membawa suatu menggunakan Diskresi;
konsekuensi diri sebagai wakil pemerintah e. memberikan Bantuan Kedinasan
untuk mewujudkan hal yang telah menjadi kepada Badan dan/atau Pejabat
tujuan negara. Setiap perbuatannya akan Pemerintahan yang meminta bantuan
merupakan perbuatan pemerintah. Oleh karena untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan tertentu;
33
Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Ed. 2. f. memberikan kesempatan kepada
Rajawali Pers Jakarta, 2009, hal. 2-3. Warga Masyarakat untuk didengar
34
Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta Kekayaan Negara
(Suatu Tinjauan Yuridis), (Seri Kuangan Publik). Ed. 1. Cet.
pendapatnya sebelum membuat
1. PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2002, hal. 2.
35 37
Ibid, hal. 2. Abdoel Djamali, Op.Cit, hal. 104-105.
36 38
Ibid, hal. 2-3. Yulies Tiena Masriani, Op.Cit, hal. 57.
11
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
12
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
a. Pihak-pihak (manusia atau badan hukum) Norma hukum tidak bertentangan dengan
yang mempunyai hak dan kewajiban yang rasa keadilan masyarakat dan martabat
saling berhadapan; manusia. Norma hukum justru memungkinkan
b. Objek yang menjadi dasar adanya hak dan manusia mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan,
kewajiban itu; seperti kerukunan atau kebersamaan,
c. Hubungan antara pemilik hak dan solidaritas, kebabasan, perdamaian dan kasih
pengembann kewajiban atau hubungan sayang. Dengan demikian hukum yang baik
terhadap objek yang bersangkutan.41 harus tepat (secara format) dan pasti serta adil
Dari ketiga unsur tersebut, dapat diketahui (secara materiil) sehingga bisa meweujudkan
bahwa dalam suatu hubungan hukum rasa keadilan, harmoni dan kebaikan umum
terdapat hubungan timbal balik, yakni: yang menjadi tujuan hukum itu sendiri. Hukum
kekuasaan atau hak (bevoegheid) dan yang baik adalah hukum yang benar dan adil
kewajiban (plicht).42 sehingga memiliki keabsahan dalam mengikat
Hukum adalah menetapkan sesuatu yang mewajibkan dan dapat dipaksakan untuk
lain, yaitu menetapkan sesuatu yang boleh dijalankan.45Hukum yang baik mengondisikan
dikerjakan, harus dikerjakan dan terlarang pembuatan dan pelaksanaan aturan hukum
dikerjakan. Hukum merupakan ketentuan suatu sesuai dengan martabat manusia. Dengan
perbuatan yang terlarang berikut berbagai mematuhi hukum yang baik, kebebasan
aklibat/sanksi hukum di dalamnya. Hukum seseorang tidak hilang dan karenanya
adalah peraturan mengenai tingkah laku martabatnya sebagai manusia pun tidak
manusia dalam pergaulan masyarakat. direndahkan, bahkan dengan menaati hukum
Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang baik, ia justru mewujudkan keluhuran
yang berwajib, bersifat memaksa yang terdapat martabatnya karena ia menyadari dan
sanksi bagi pelanggar hukum itu. Hukum adalah memahami apa yang ditaatinya. Dalam
peraturan dan ketentuan yang mengandung kepatuhan itu, ia bebas untuk memilih untuk
perintah, larangan dan kebolehan yang harus menaati hukum demi pengaktualisasian
ditaati oleh setiap orang.43 martabatnya sebagai manusia dalam interaksi
Norma hukum itu harus mendapat sosial dengan orang lain.46
pengakuan dan legitimasi atau kesepakatan Hubungan pemerintah vertikal, yaitu
dari masyarakat. Untuk itu, norma hukum harus hubungan atas bawah antara pemerintah
diketahui dan secara rasional dipahami oleh dengan rakyatnya, di mana pemerintah sebagai
masyarakat. Apalagi norma hukum hanya dapat pemegang kendali yang memberikan perintah-
terlaksana dalam komunikasi dengan orang perintah kepada rakyat, sedangkan rakyat
lain. Selain itu suatu norma hukum menuntut menjalankan dengan penuh ketaatan.
ketaatan dan kepatuhan dari masyarakat yang Sebaliknya dalam pola ini dapat pula rakyat
disertai dengan sanksi bagi yang melanggarnya. sebagai pemegang otoritas yang diwakili oleh
Dengan menaati hukum, kebebasan dan parlemen, sehingga kemudian pemerintah
kepentingan masyarakat dakan terjamin bertanggungjawab kepada rakyat tersebut.
sehingga martabatnya sebagai manusia pun Sewaktu pemerintah sebagai pemegang kendali
tidak direndahkan dan warga masyarakat hidup berlangsung administrasi pemerintahan, di
damai dan tenteram. Dengan norma hukum, mana pemerintah sebagai pimpinan
kepentingan pribadi dan kepentingan bersama menyatakan kehendaknya untuk diikuti,
termediasi oleh hukum yang berlaku. Jika sedangkan selaku rakyat sebagai pemegang
seseorang melanggar norma hukum, ia kendali aktif mengartikulasi kepentingan
ditangkap, dihadapkan ke pengadilan dan rakyat.47
dijatuhi hukuman.44 Penyelenggaraan negara pun dilaksanakan
oleh orang perorangan yang mewakili dan
41
Said Sampara, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum, menjadi kepercayaan dari seluruh anggota
cetakan II, Total Media, Yogyakarta, 2011 hal. 141. negara yang merupakan warga negaranya,
42
Ibid, hal. 141.
43
Wawan Muhwan Hariri, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. l.
45
Pustaka Setia. Bandung. 2012, hal. 20. Ibid.
44 46
Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, CV Pustaka Ibid.
47
Setia, Bandung, 2011, hal. 199. H. Inu Kencana Syafiie, Op.Cit, hal. 52.
13
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
namun sedikit berbeda dari badan hukum bentuk keputusan atau tindakan
lainnya, keanggotaan dalam suatu negara administrasi pemerintahan harus
tidaklah bersifat sukarela. Negara merupakan berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan
suatu organisasi yang unik yang memiliki hukum yang merupakan refleksi dari
otoritas yang bersifat memaksa di atas subjek Pancasila sebagai ideologi negara dan
hukum pribadi yang menjadi warga negaranya, tidak berdasarkan kekuasaan yang
walau demikian pengurusan pengelolaan atau melekat pada kedudukan penyelenggara
penyelenggaraan jalannya negara juga tidak pemerintahan itu sendiri.
luput dari mekanisme pertanggungjawaban
oleh para pengurus, pengelola atau B. Saran
penyelenggara negara.48 1. Pelaksanaan hak pejabat pemerintahan
Dengan demikian setiap pembicaraan untuk menggunakan kewenangan dalam
mengenai hukum, jelas atau samar-samar, mengambil keputusan atau tindakan
senantiasa merupakan pembicaraan mengenai memerlukan pengawasan sebagai bentuk
keadilan pula. Kita tidak dapat membicarakan pengujian apakah keputusan atau
hukum hanya sampai kepada wujudnya sebagai tindakan terhadap kepada warga
suatu bangunan yang formal. Kita perlu masyarakat telah sesuai dengan hukum
melihatnya sebagai ekspresi dari cita-cita dan prinsip-prinsip perlindungan hukum
keadilan masyarakatnya.49 yang secara efektif. Pengujian dapat
dilakukan oleh lembaga negara dan
PENUTUP Peradilan tata usaha negara yang bebas
A. Kesimpulan dan mandiri.
1. Hak pejabat pemerintahan untuk 2. Pelaksanaan kewajiban pejabat
menggunakan kewenangan dalam pemerintahan dalam menyelenggarakan
mengambil keputusan atau tindakan administrasi pemerintahan harus
merupakan bagian dari pengaturan mengutamakan adanya peningkatan
administrasi pemerintahan untuk kualitas pelayanan pemerintahan kepada
menjamin hak pejabat dalam masyarakat sehingga benar-benar dapat
menggunakan kewenanganya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik
mengabil keputusan atau tindakan oleh bagi semua badan atau pejabat
badan atau pejabat pemerintahan pemerintahan di pusat dan daerah.
terhadap warga masyarakat tidak dapat
dilakukan dengan semena-mena. Hak DAFTAR PUSTAKA
pejabat pemerintahan untuk Abdullah Rozali H. Perkembangan HAM dan
melaksanakan kekuasaan negara Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia,
terhadap warga masyarakat harus sesuai Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia,
dengan persyaratan yang berlaku. Agar Jakarta. 2002.
warga masyarakat tidak dapat Achmad H., Amnis (Editor) H. Alisjahbana,
diperlakukan secara sewenang-wenang Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah.
sebagai objek. Keputusan atau tindakan Gramedia, LaksBangPRESSindo,
terhadap warga masyarakat harus sesuai Yogyakarta, 2012.
dengan ketentuan peraturan perundang- Djamali Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia,
undangan dan asas-asas umum Ed. 2. Rajawali Pers Jakarta. 2009.
pemerintahan yang baik. Efendi Marwan, Kejaksaan RI: Posisi dan
2. Kewajiban pejabat pemerintahan dalam Fungsinya dari Perspektif Hukum, PT
menyelenggarakan administrasi Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu
atas prinsip kedaulatan rakyat dan Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung.
prinsip negara hukum, agar, segala 2012.
Hardjasoemantri Koesnadi, Hukum Tata
48
Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 2. Lingkungan, Edisi Kedelapan, Cetakan
49
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung, 1991, hal.159.
14
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
Kedelapanbelas, Gajah Mada University Putra Bagus Wyasa Ida, Hukum Bisnis
Press, Yogyakarta, 2005. Pariwisata, Cetakan Pertama. PT. Refika
Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Aditama, Bandung, 2003.
Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. Raharjo Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial
2012. Suatu Tinjauan Teoretis Serta Pengalaman-
HR Ridwan, Hukum Adminstrasi Negara, Edisi l. Pengalaman di Indonesia, Cetakan Ketiga
Cet. 4. PT. RadjaGrafindo, Jakarta, 2008. Genta Publishing, Yogyakarta, 2009.
Husni Lalu, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Rahardjo Satjipto. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya
Industrial Melalui Pengadilan & Di Luar Bakti. Bandung, 1991.
Pengadilan, Raja Grafindo Persada, Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, UII
Jakarta, 2004. Press, Yogyakarta, 2002.
Jeddawi Murtir H., Negara Hukum Good Ridwan Juniarso H. dan Achmad Sodik Sudrajat,
Governance dan Korupsi di Daerah, Total Hukum Adminsitrasi Negara dan Kebijakan
Media, Yogyakarta, 2011. Pelayanan Publik, Cetakan l. Nuansa.
Kaho Riwu Josef, Prospek Otonomi Daerah di Bandung. 2010.
Negara Republik Indonesia (Identifikasi Sampara Said, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hukum, cetakan II, Total Media,
Penyelenggaraan Otonomi Daerah). Edisi Yogyakarta, 2011.
1. PT. RadjaGrafindo Persada. Jakarta. Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
2007. Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Kaloh J. Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995,
Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal hal. 13-14.
dan Tantangan Global, Cetakan Kedua. PT. Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam,
Rineka Cipta. Jakarta. 2007. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Machmud Syahrul, Penegakan Hukum Sedarmayanti Hj., Good Governance
Lingkungan Indonesia (Penegakan Hukum (Kepemerintahan Yang Baik) Bagian Kedua
Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum Membangun Sistem Manejemen Kinerja
Pidana Menurut Undang-Undang No. 32 Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju
Tahun 2009), Cetakan Pertama, Graha Good Governance (Kepemerintahan Yang
Ilmu, Yogyakarta, 2012. Baik), Cetakan l. Mandar Maju Bandung,
Machmud Syahrul, Penegakan Hukum 2004.
Lingkungan Indonesia (Penegakan Hukum Sibuea P. Hotma, Asas Negara Hukum,
Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum Peraturan Kebijakan & Asas-Asas Umum
Pidana Menurut Undang-Undang No. 32 Pemerintahan Yang Baik, Erlangga, Jakarta.
Tahun 2009), Cetakan Pertama, Graha 2010.
Ilmu, Yogyakarta, 2012. Soetoprawiro Koerniatmanto, Hukum
Marzuki Mahmud Peter, Pengantar Ilmu Kewarganegaraan dan Keimigrasian
Hukum, Edisi 1. Cetakan Ke-3. Kencana Indonesia, Edisi Kedua, PT. Gramedia
Prenada Media Group, Desember 2009, Pustaka Utama. Jakarta, 1996.
Jakarta. Syafiie Inu Kencana H., Pengantar Ilmu
Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum Pemerintahan, Cetakan Ketujuh, PT. Refika
Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Grafika, Aditama. 2011.
Jakarta, 2009. Syafiie Inu Kencana H., Sistem Pemerintahan
Muhamad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Indonesia, Edisi Revisi. Rineka Cipta.
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Jakarta. 2011.
2004. Syafiie Kencana Inu, Etika Pemerintahan: Dari
Nuh Muhammad, Etika Profesi Hukum, CV Keseimbangan Good Governance Dengan
Pustaka Setia, Bandung, 2011. Clean Government Sampai Pada State of
Putra Bagus Wyasa Ida, Hukum Bisnis The Art Ilmu Pemerintahan Dalam
Pariwisata, Cetakan Pertama. PT. Refika Mengubah Pemerintah Biadan Menjadi
Aditama, Bandung, 2003. Pemerintah Beradab, Edis Revisi PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2011.
15
Lex Administratum, Vol. VII/No. 1/Jan-Mar/2019
16