Anda di halaman 1dari 8

187  

IZIN SEBAGAI INTRUMEN YURIDIS BAGI


PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
DALAM MEMBANGUN PARIWISATA DI ERA
OTONOMI DAERAH
Setia Budi Laoepada, S.H.,M.H
Christin E. Laoere, S.H.,M.H

ABSTRAK
Penyelenggaraan urusan pemerintahan pada sektor kepariwisataan, merupakan salah satu aspek pelayanan publik yang
membutuhkan izin. Izin bagi pemerintah sebagai penerbit, dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengawasan, dan bagi
pemegang izin sebagai landasan yuridis untuk melakukan kegiatan usaha kepariwisataan. Tersedianya landasan hukum
yang memadai untuk penyelenggaraan perizinan yang efektif dan efisien, akan mendorong ketertarikan dunia usaha pada
sektor kepariwisataan. Berkembangnya sektor pariwisata didaerah akan berkontribusi bagi pertumbuhan dan penikatan
ekonomi daerah, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, dan masyarakat disekitar obyek dan
destinasi wisata.

A. LATAR BELAKANG untuk mewujudkan tujuan dan tugas negara, yaitu


kepemilikan publik (public domain), dan instrumen
Tugas mensejahterakan yang melekat pada negara yuridis.
hukum moderen, memungkinkan negara untuk Publik domain adalah sarana dan prasaran
ikut terlibat dalam penyelenggaraan urusan-urusan yang digunakan oleh negara dalam melaksanakan
kemasyarakatan, termasuk urusan ekonomi yang tugasnya, atau disebut pula dengan perangkat kasar
dalam negara hukum klasik sangat dilarang adanya yang antara lain berupa gedung, kendaraan, komputer,
campur tangan negara. Negara dalam konsep welfare dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Sedangkan
state memiliki wewenang yang luas untuk mengatur instrumen yuridis adalah ketentuan-ketentuan hukum
berbagai dimensi kehidupan bernegara, termasuk yang digunakan oleh pemerintah dalam mewakili
dimensi-dimensi privat. negara untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
Negara hukum moderen memiliki dua kepala (twi Instrumen yuridis pemerintah terdiri atas peraturan
petten) yaitu sebagai badan hukum publik dan pada sisi perundang-undangan, keputusan-keputusan, rencana-
yang lain merupakan badan hukum perdata. Negara rencana, peraturan kebijakan, perizinan, dan intrumen
sebagai badan hukum publik dalam tindakannya akan keperdataan.
menggunakan hukum publik, dan sebaliknya sebagai Izin dalam konsep hukum administrasi memiliki
badan hukum perdata akan bertindak pada lalu lintas figur hukum publik sebagai pengedali perilaku
perdata yang kedudukannya setara dengan badan masyarakat pemegang izin. Izin juga dipandang sebagai
hukum perdata lainnya. Dalam kedudukannya sebagai dasar legalitas bagi pemegangnya dalam melakukan
badan hukum, negara membutuhkan dua instrumen suatu perbuatan hukum misalnya izin usaha dalam

Izin Sebagai Intrumen Yuridis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Membangun Pariwisata di Era Otonomi Daerah
187  
bidang kepariwisataan. Tujuan izin menurut J.B.J.M. wisata kabupaten/kota; Melaksanakan pendaftaran,
ten Berge1 adalah sebagai instrumen yuridis yang pencatatan,dan pendaftaran usaha pariwisata;
digunakan oleh pemerintah untuk memengaruhi para Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya kepariwisataan di wilayahnya; Memfasilitasi
guna mencapai suatu tujuan kongkrit. Hubungan dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan
dengan asal mula perizinan dalam sistim hukum produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
Indonesia, Harun menyatakan bahwa Verguning Memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata
adalah bechikking yang bersifat meniadakan larangan baru; Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
umum dalam keadaan khusus. Peristilahan Vergunning kepariwisataan dalam lingkungan kabupaten/kota;
masuk ke Indonesia karena unifikasi hukum yakni Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang
pada saat penjajah menerapkan hukum Nederland berada di wilayahnya; Menyelenggarakan bimbingan
ke Hindia Belanda, sehingga terbawalah istilah masyarakat sadar wisata; dan Mengalokasikan
Vergunning. Di Indonesia proses alih bahasa vergunning anggaran kepariwisataan
melahirkan peristilahan izin, dispensasi, konsesi, dam Kewenangan merupakan dasar legalitas
lisensi. Dalam pemaknaanya keempat istilah tersebut tindakan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya.
masing-masing memiliki tekanan pemaknaan yang Kaitannya dengan pengelolaan kepariwisataan dalam
spesifik, sehingga walaupun genusnya sama tetapi konteks otonomi daerah, perintah daerah harus dapat
pada tataran substansi pengaturan dan penetapannya menunjukan dasar kewenangannya. Termasuk dasar
terjadi perbedaan bobot “sifat melarangnya” terhadap kewenangan dalam penerbitan izin-izin usaha dibidang
tingkah laku dan perbuatan yang diatur2. kepariwisataan. Dengan adanya dasar wewenang yang
Sektor pariwisata merupakan salah satu aspek jelas, akan mendorong pemerintah daerah dalam
urusan pemerintahan yang banyak memerlukan izin, menata sektor kepariwisataan untuk meningkatkan
dan memiliki prospek yang cerah bagi peningkatan pendapatan asli daerah. Karena alasan itu, tulisan ini
kesejahteraan masyarakat di daerah. Kepariwisataan menjadi penting dalam memberikan masukan dari
dalam Pasal 1 ayat (4) dirumuskan sebagai keseluruhan aspek hukum demi pengembangan kepariwisataan.
kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multi dimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi B. RUMUSAN MASALAH
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama Berdasakan uraian pada latar belakang, dalam tulisan
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan ini akan fokus pada kewenangan pemerintah daerah
pengusaha. Selanjutnya dalam pasal 3 dirumuskan kabupaten dan kota dalam sektor kepariwisataan,
bahwa kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan dengan rumusan masalah “Batasan dan bentuk
jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan kewenangan pemerintah daerah kabupaten dan kota
dengan rekreasi dan perjalananan serta meningkatkan dalam penerbitan izin usaha dibidang kepariwisataan”.
pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
Pemerintah sebagai pemegang kewenangan C. TUJUAN PENULISAN
kepariwisataan, wewenangnya terdistribusi pada
Tulisan ini fokus pada analisis yuridis terhadap batasan
pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi, dan
dan bentuk kewenangan pemerintah daerah kabupaten
pemerintah daerah kabupaten dan kota. Wewenang
kota dalam penerbitan izin usaha kepariwisataan.
pemerintah daerah kabupaten dan kota diatur dalam
Tujuan yang hendak dicapai adalah; Menggali dan
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
menganalisis bentuk dan batasan-batasan kewenangan
Tentang Kepariwisataan, yang meliputi; Penyusunan
pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam
dan penetapan rencana induk pembangunan
penerbitan izin usaha dibidang kepariwisataan.
kepariwisataan kabupaten/kota, Menetapkan destinasi
pariwisata kabupaten/kota; Menetapkan daya tarik
D. MANFAAT PENULISAN
1
Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika , Surabaya Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1993, hlm 5
2
Harun dkk, Perizinan di Era Zitizen Friendly, Muhammadiyah bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota tentang;
Univercity Press, Surakarta, 2017, hlm 9 -10.

188   1st International Proceeding: Building Synergy on Diversity in The Borders “Embodying The Global Maritime Axis”
1. Kejelasan bentuk dan batasan kewenangan en herecawet” dimana pengurus harus memenuhi
pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam syarat-sayarat tertentu)4
pengelolan izin usaha kepariwisataan
2. Menjadi rujukan bagi pemerintah daerah Izin sebagai landasan yuridis yang memberikan
kabupaten dan kota dalam merumuskan legitimasi tindakan, merupakan keputusan tata
kebijakan terkait pengembangan pariwisata usaha negara yang selalu terbit dalam bentuk tertulis,
titujukan bagi orang pribadi dan atau badan hukum
perdata. Sebagai KTUN, Ridwan H.R menguraikan
E. KAJIAN PUSTAKA komponen-komponen dari izin yakni
1. Konsep izin dan perizinan a. Organ yang berwenang. Dalam izin dinyatakan
siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala
Izin merupakan instrumen yuridis pemerintah yang surat dan penandatangan izin akan nyata organ
akan dijadikan sebagai dasar legalitas bagi pemegang mana yang memberikan izin.
izin, dalam kegiatan atau usaha tertentu. Bagi pejabat b. Yang dialamatkan. Izin ditujukan kepada pihak
penerbit, izin yang dikeluarkan akan digunakan untuk yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah
mengontrol agar tidak disalah gunakan. Senada dengan yang berkepentingan mengajukan permohonan
itu, Philipus M. Hadjon,mengatakan bahwa salah untuk itu.
satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam c. Diktum. Demi alasan kepastian hukum, harus
hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan izin dimuat sejelas mungkin untuk apa izin itu
sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingka diberikan. Bagian keputusan ini, dimana akibat-
langkah para warga. Lebih lanjut diuraikan bahwa akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan,
ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan dinamakan diktum yang merupakan inti dari
undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk keputusan.
dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan- d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan
ketentuan larangan perundangan. Dengan memberi dan syarat-syarat. Sebagaimana kebanyakan
izin penguasa memperkenankan orang yang keputusan, didalamnya mengandung ketentuan,
memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan pembatasan dan syarat-syarat (voorscriften
tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut beperkingen, en voorwaarden), demikian pula
perkenanan terhadap suatu tindakan yang demi dengan keputusan yang berisi izin ini. Ketentuan-
kepentingan umum mengharuskan pengawasan ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat
khusus atasnya3. dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan5.
Ridwan H.R berpendapat bahwa tentang tujuan
perizinan, tergantung pada kenyataan kongkrit yang Uraian komponen-komponen dari izin sebagai
dihadapi. Keragaman peristiwa kongkrit menyebabkan KTUN sebagaimana yang diuraikan oleh Ridwan
keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum H.R, mirip dengan konsep KTUN yang diatur dalam
dapat disebutkan sebagai berikut; ketentuan Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
“sturen”) aktivitas-aktivitas tertentu misalnya izin yang berbunyi, keputusan tata usaha negara adalah
bangunan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan
b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan
lingkungan) hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
(izin terbang, izin membongkar pada monumen- kongkrit, individual dan final, yang menimbulkan
monumen) akibat hukum bagi seorang atau badan hukum perdata.
d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin Uraian tentang konsep izin sebagaimana tergambar
penghuni di daerah padat penduduk) pada paragraf-paragraf terdahulu, menunjukan
e. Pengerahan, dengan menyeleksi orang-orang bahwa izin pada prinsipnya merupakan salah satu
dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank

4
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi. Raja Gravindo
Persada, Depok 2014, hlm 209
3
Philipus Hadjon, Op. Cit hlm 2 5
Ibid, hlm 209 - 211

Izin Sebagai Intrumen Yuridis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Membangun Pariwisata di Era Otonomi Daerah
189  
alat pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya. tersebut 7. Lebih lanjut diuraikan bahwa fungsi
Izin hanya dikeluarkan oleh pemerintah (termasuk pemerintahan akan menghadapkan pemerintahan
pemerintah daerah), dan pihak penerima izin selalu pada kenyataan kongkrit yang berbeda-beda antara
orang perorang sebagai subyek hukum dan atau daerah satu dengan daerah lain serta berkembang
badan hukum perdata dan sejenisnya. Bentuknya mengikuti dinamika kebutuhan masyarakat
selalu tertulis yang terlahir sebagai sebuah KTUN, setempat, maka dalam otonomi harus tersedia
dapat dijadikan oleh penerbit sebagai instrumen ruang gerak yang cukup untuk melakukan kebebasan
pengawasan/pengendalian (sturen), dan sebagai dasar menjalankan pemerintahan. Untuk memungkinkan
legalitas tindakan dan alat keberatan manakalah penyelenggaraan kebebasan tersebut dan sekaligus
timbul kerugian akibat adanya tindakan pemerintah mencerminkan otonomi sebagai satuan demokratis,
berkaitan dengan izin tersebut. maka otonomi senantiasa memerlukan kemandirian atau
keleluasaan. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan
hakekat otonomi adalah kemandirian, walaupun bukan
2. Izin dalam Penyelenggaraan Pemerintahan suatu bentuk kebebasan sebuah satuan yang merdeka
Daerah
(zelfstandigheid bukan onafhankelijkheid)8.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa pemerintahan Made Suwandi dalam Didik Sukriono
moderen selalu membutuhkan instrumen izin dalam berpendapat bahwa upaya mengoptimalkan
pelaksanaan tugasnya. Kaitan dengan itu telah kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan
digambarkan pula bahwa dalam konteks negara otonominya, secara filosofis diperlukan elemen-
hukum moderen kebebasan masyarakat tidak lagi elemen dasar yang membentuk pemerintahan daerah
tanpa kontrol, melainkan selalu dikontrol dengan sebagai suatu entitas pemerintahan. Setidaknya ada
hukum. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan tujuh elemen dasar yaitu: (1) kewenangan atau urusan
oleh Tatiek Sry Djamiati dalam orasi ilmiah pada pemerintahan, (2) Kelembagaan; (3) personil; (4)
pengukuhan guru besarnya bahwa aktifitas tertentu keuangan daerah; (5) Perwakilan daerah; (6) Pelayanan
hanya dapat dilakukan kalau sudah ada izin. Saat publik; (7) pembinaan dan pengawasan yang menjadi
ini izin telah menjadi polemik berkepanjangan sasaran utama dalam merevie pemerintahan daerah
menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua sebagai upaya mewujudkan demokratisasi dan
aspek kehidupan kita, syarat dengan nuansa perizinan. kesejahteraan di tingkat lokal9.
Dapat dikatakan republik Indonesia adalah negara Merujuk pada tujuh kriteria yang diutarakan,
penuh izin. Tiada aktivitas tanpa izin6. dalam tulisan ini dirasa penting untuk menguraikan
Perubahan pasal 18 Undang-Undasar Tahun aspek kewenangan, karena hal ini sangat penting
1945 telah membuka jalan bagi harapan baru dalam perizinan. Wewenang merupakan syarat
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. materil dalam menilik keabsahan suatu perbuatan atau
Carut marut prospek penyelenggaraan pemerintahan tindakan pemerintah, disamping syarat prosedur dan
daerah berdasarkan pasal 18 teratasi dengan adanya syarat substansi. Tidak terpenuhinya syarat wewenang
amandamen. Pemerintahan daerah semakin dikuatkan dalam tindakan pemerintah akan berimplikasi pada
kedudukannya dengan diaturnya prinsip/asas pemahaman bahwa tindakan tersebut sesungguhnya
otonomi dan tugas pembantuan dalam Pasal 18 UUD tidak perna ada sehingga akibat-akibat hukumnya juga
Tahun 1945. Perubahan itu tentunya didasarkan pada harus dianggap nihil. Pentingnya aspek wewenang
berbagai analisis baik praktis maupun konseptual. tidak lepas dari adanya penyelenggaraan pemerintahan
Asas otonomi dalam Pasal 18 UUD 1945, dalam negara hukum yang menghendaki adanya asas
dimaksudkan untuk melahirkan kemandirian daerah legalitas dan asas pemerintahan menurut hukum.
demi kemaslahatan publik. Bagir Manan menyatakan Asas legalitas menghendaki pemerintah dalam
bahwa fungsi kesejahteraan harus dilekatkan dengan menyelenggarakan pemerintahan harus dapat
satuan-satuan pemerintahan yang lebih dekat pada menunjukan dasar legalitasnya dalam peraturan
pusat-pusat kesejahteraan. Otonomilah sebagai
ujung tombak usaha mewujudkan kesejahteraan 7
Bagir Manan: Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum
Fakultas Hukum UII. Jogjakarta, 2001,hlm 26)
8
Ibid
9
Didik Sukriono, Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi Daerah.
6
Tatiek Sry Djamiati, perizinan sebagai instrumen yuridis dalam pelayanan Kajian Politik Hukum Tentang Konstitusi, Otonomi daerah dan Desa pasca
publik, Universitas Airlangga, 2007; 1-2 perubahan konstitusi. Setara Press, Malang 2013, hlm 131

190   1st International Proceeding: Building Synergy on Diversity in The Borders “Embodying The Global Maritime Axis”
perundang-undangan. Tindakan pemerintah tanpa F. METODOLOGI
dasar dalam peraturan perundang-undangan
dalam konteks asas legalitas dikategorikan sebagai 1. Tipe, penulisan ini merupakan penulisan
tindakan tanpa wewenang atau cacat yuridis dari hukum normatif yang mendasarkan pemecahan
aspek wewenang. Menurut Indroharto asas tersebut masalah-masalah hukum dengan metode hukum
merancangkan bahwa tanpa adanya dasar wewenang 2. Pendekatan, tulisan ini menggunakan pendekatan
yang diberikan oleh suatu peraturan perundang- peraturan perundang-undangan dan pendekatan
undangan yang berlaku, maka segala macam aparat konsep.
pemerintah itu tidak akan memiliki wewenang yang 3. Sumber dan bahan hukum yang digunakan
dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau adalah peraturan perundang-undangan
posisi hukum warga masyarakatnya.10. bidang kepariwisataan, pelayanan publik, dan
Asas pemerintahan menurut hukum merupakan pemerintahan daerah sebagai bahan hukum
asas yang lebih luas cakupannya dari asas legalitas. primer. Disamping itu menggunakan pula bahan
Suatu tindakan pemerintahan mungkin saja telah hukum sekunder berupa tulisan-tulisan ilmiah
memenuhi aspek legalitasnya. Namun apabila cara dalam bentuk buku, jurnal, dan kamus hukum
penggunaan wewenang itu dengan cara paksaan sebagai pendukung
yang bersifat sewenang-wenang, maka dari segi
hukum tindakan demikian harus dianggap sebagai
G. PEMBAHASAN
bersifat melawan hukum. Jadi selain setiap wewenang
pemerintahan yang dimiliki oleh para badan atau Kewenangan sebagai dasar legalitas tindakan
jabatan TUN itu selalu harus bersifat legal atau ada pemerintah berasal dari tiga sumber kewenangan
dasar hukumnya, ia juga harus dilaksanakan menurut yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Atribusi
prinsip-prinsip hukum tidak tertulis11. merupakan kewenangan asli, delegasi merupakan
Mengenai wewenang itu, H.D.Stout mengatakan kewenangan turunan dari atribusi, dan mandat
bahwa: wewenang adalah pengertian yang berasal lebih bersifat suruhan atau perintah. Pelaksanaan
dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat kewenangan atribusi dan delegasi dilakukan secara
dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang mandiri oleh pemegang, sedangkan mandat kewajiban
berkenaan dengan perolehan dan penggunaan mempertanggung jawabkannya pada pemberi mandat.
wewenang pemerintah oleh subyek hukum publik Kejelasan kewenangan ini menjadi penting dalam
didalam hubungan hukum publik. Lebih lanjut Stout penggunaan instrumen izin oleh pemerintah daerah
menyitir pendapat Goorden bahwa wewenang adalah kabupaten dan kota untuk pengembangan pariwisata.
keseluruhan hak dan kewajiban yang secara eksplisit Sektor pariwisata dalam undang-undang
diberikan oleh pembuat undang-undang kepada subyek pemerintahan daerah merupakan urusan pilihan
hukum publik. Sedangkan P. Nicolai kewenangan pemerintah daerah. Sektor ini juga merupakan
adalah kemampuan untuk melakukan tindakan hukum aspek pelayanan publik, yang oleh Undang-undang
tertentu (yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan pemerintah daerah diberikan ruang pengusahaannya
untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup oleh daerah. Pembangunan kepariwisataan meliputi
mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum). industri pariwisata, destinasi pariwisata, kelembagaan,
Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak dan pemasaran pariwisata. Dari aspek-aspek ini
melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak kemudian lahirlah jenis-jenis usaha pariwisata yang
lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau Tentang Kepariwisataan, yang meliputi daya tarik
tidak melakukan tindakan tertentu12. wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata,
jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
jasa transportasi, penyediaan hiburan dan rekreasi,
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata,
jasa konsultasi paramuwisata, wisata tirta dan spa.
10
Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata
Pembangunan pengusahaan pariwisata mencakup
Usaha Negara. Buku I. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, 1996, Hlm 83
11
Ibid. Hlm 87 - 88 multi sektor sesuai jenis usaha. Sebagai bagian dari
12
Ridwan H.R. Op. Cit. Hlm 98 - 99

Izin Sebagai Intrumen Yuridis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Membangun Pariwisata di Era Otonomi Daerah
191  
pelayanan publik yang harus diusahakan oleh negara, prosedur meliputi tata cara dan syarat-syarat yang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang harus dilalui dan dipenuhi agar izin dapat diterbitkan.
Kepariwisataan mengatur hak warga negara dalam Aspek substansi berkaitan dengan isi keputusan/izin
Pasal 19 hingga pasal 22. Pada Pasal 19 dirumuskan dengan tujuan dan isi dari pada izin. Sedangkan
bahwa setiap orang berhak memperoleh kesemapatan aspek wewenang berkaitan dengan dasar hukum yang
memenuhi kebutuhan wisata, melakukan usaha memberikan wewenang bagi pejabat penerbit izin.
pariwisata, menjadi pekerja buruh pariwisata, dan atau Apabila aspek-aspek ini tidak terpenuhi maka akan
berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan. berkonsekuensi pada terbitnya izin yang mengandung
Pasal 19 ayat (2), setiap orang dan atau masyarakat cacat hukum.
didalam dan disekitar destinasi pariwisata mempunyai
hak prioritas menjadi pekerja/buruh, kongsinya, dan
atau pengelolaan.
1. Batasan kewenangan pemerintah daerah
dalam bidang kepariwisataan
Dalam Pasal 22 mengatur hak-hak pengusaha
pariwisata yang meliputi hak mendapatkan kesempatan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
yang sama dalam bidang pariwisata, membentuk Pemerintahan Daerah membagi urusan pemerintahan
dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan, menjadi urusan pemerintahan absolut, urusan
mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha, pemerintahan wajib, dan urusan pemerintahan
dan mendapatkan fasilitas sesuai dengan peraturan umum. Urusan konkuren merupakan urusan yang
perundang-undangan. Sebagaimana halnya konsep dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
hak dan kewajiban bahwa dalam setiap hak dan propinsi dan pemerintah daerah kabupaten kota
kewajiban selalu terkandung hubungan timbal balik. sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah.
Demikian halnya dalam pengusahaan pariwisata. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
Hak-hak warga negara dan badan usaha merupakan kewenangan pemerintah daerah, dikelompokan lagi
kewajiban pemerintah untuk dipenuhi, dan sebaliknya menjadi urusan pemerintahan konkuren yang bersifat
kewajiban masyarakat atau pengusaha pariwisata wajib dan urusan pemerintahan konkuren yang bersifat
menjadi hak pemerintah. Agar hak dan kewajiban pilihan. Urusan pemerintahan ini diklasifikasikan
kedua pihak ini dapat berjalan secara seimbang, maka lagi menjadi urusan pemerintahan yang menyangkut
dibutuhkan instrumen izin. pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang
Izin bagi pengusaha pariwisata akan menjadi tidak menyangkut pelayanan dasar. Kepariwisataan
dasar hukum usahanya. Dalam izin tersebut tertuang sesuai ketentuan Pasal 12 Ayat (3) Huruf b Undang-
batasan-batasan usaha, syarat-syarat formal dan Undang pemerintahan daerah, merupakan urusan
materil yang harus dipenuhi, dan syarat-syarat pemerintahan yang bersifat pilihan. Dengan rumusan
lainnya. Pemenuhan syarat-syarat ini akan menjadi ini menjadi landasan hukum adanya kewenangan
dasar untuk diterbitkannya izin, sekaligus terkandung pemerintah daerah dalam pengelolaan kepariwisataan.
wewenang pengawasan pemerintah didalamnya. Selanjutnya pada bagian lampiran dari undang-
Setelah izin dikeluarkan, pejabat yang bersangkutan undang tersebut mengelompokan batasan-batasan
dapat melakukan pengawasan baik secara rutin urusan kepariwisataan antara pemerintah pusat,
maupun insidentil, untuk memastikan bahwa pemerintah daerah propinsi, dan pemerintah
pengusaha pariwisata menjalankan usahanya dalam daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintah daerah
batasan-batasan yang telah ditentukan dalam izin kabupaten/kota dirinci sebagai berikut;
dan peraturan perundang-undangan. Jika pemegang a. Destinasi pariwisata, meliputi pengelolaan
izin tidak dapat memenuhinya maka akan dijadikan daya tarik wisata kabupaten/kota, pengelolaan
sebagai dasar oleh pejabat yang berwenang untuk kawasan strategi kabupaten/kota, pengelolaan
melakukan penegakan hukum bidang perizinan. destinasi pariwisata kabupaten/kota, dan
Dalam hukum administrasi negara, tindakan- penetapan tanda daftar usaha kabupaten/kota
tindakan hukum pemerintah dalam memberikan b. Pemasaran pariwisata, meliputi pemasaran
pelayanan publik termasuk pelayanan perizinan pariwisata dalam dan luar negeri, daya tarik,
harus memenuhi aspek-aspek legalitas berupa destinasi dan kawasan strategis pariwisata
prosedur, substansi dan aspek wewenang. Aspek kabupaten/kota

192   1st International Proceeding: Building Synergy on Diversity in The Borders “Embodying The Global Maritime Axis”
c. Pengembangan ekonomi kreatif melalui Pasal 30 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
pemanfaatan dan perlindungan hak intelektual, 2009 Tentang Kepariwisataan mengatur bahwa
yang mencakup penyediaan prasaran (zona pemerintah kabupaten/kota berwenang Menyusun
kreatif/ruang keratif/kota kreatif) sebagai ruang dan menetapkan rencana induk pembangunan
berekspresi, berpromosi dan berinteraksi bagi kepariwisataan kabupaten/kota, Menetapkan
insan kreatif di daerah kabupaten/kota. destinasi pariwisata kabupaten/kota, Menetapkan
d. Pengembangan sumberdaya pariwisata dan daya tarik wisata kabupaten/kota, Melaksanakan
ekonomi kreatif, mencakup pelaksanaan pendaftaran, pencatatan dan pendataan pendaftaran
peningkatan kapasitas sumber daya manusia usaha pariwisata, Mengatur penyelenggaraan dan
pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar pengelolaan kepariwisataan wilayahnya, Memfasilitasi
dan melaksanakan promosi destinasi wisata dan
Pemerintah daerah kabupaten dan kota produk pariwisata yang berada di wilayahnya,
dalam menjalankan urusan pemerintahan bidang Memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata
kepariwisataan, hanya dapat dilaksanakan dalam baru, Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
batasan-batasan yang diatur dalam Undang-Undang kepariwisataan dalam lingkup kabupaten/kota,
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang
Tindakan diluar itu akan dianggap sebagai tindakan berada diwilayahnya, Menyelenggarakan bimbingan
tanpa wewenang sehingga tidak memiliki kekuatan masyarakat sadar wisata, Mengalokasikan anggaran
hukum. kepariwisataan
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pariwisata
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Usaha
2. Bentuk wewenang pemerintah daerah Pariwisata, telah merinci dengan jenis jenis-jenis usaha
kabupaten dan kota
pariwisata. Kaitan dengan itu kewenangan pemerintah
Bentuk wewenang pemerintah daerah memiliki daerah kabupaten dan kota yang diatur dalam
kaitan dengan darimana sumber wewenang itu peraturan tersebut meliputi pendaftaran izin usaha
diperoleh pemerintah daerah. Sumber wewenang pariwisata, dan adanya pendelegasian wewenang
pemerintah terdiri atas wewenang atribusi, wewenang pengaturan kepada daerah. Sebagaimana halnya sifat
delegasi, dan wewenang mandat. Wewenang atribusi peraturan perundang-undangan yang selalu tersusun
merupakan wewenang asli yang melekat pada jabatan. dari norma yang abstrak hingga norma kongkrit.
Terkait dengan konsep wewenang ini, Philipus M. Dari yang bersifat umum hingga khusus, maka
Hadjon menguraikan bahwa wewenang atribusi untuk terwujudnya penyelenggaraan pembangunan
adalah wewenang yang diberikan atau ditetapkan kepariwisataan perlu adanya peraturan-peraturan
untuk jabtan tertentu. Dengan demikian wewenang lokal pada tingkat daerah baik dalam bentuk PERDA
atribusi merupakan wewenang yang melekat maupun PERBUB. Dalam masing-masing peraturan
pada suatu jabatan. Kewenangan delegasi adalah tersebutlah akan mengatur secara lengkap kewenangan
wewenang pelimpahan. Sedangkan wewenang mandat pejabat penerbit izin, prosedur penerbitan izin, dan
mengandung makna penugasan, bukan pelimpahan. materi-materi muatannya.
Wewenang apapun bentuknya selalu digunakan Adanya aturan yang jelas pada tingkat lokal
untuk melaksanakan tugas dan fungsi. Artinya akan memberikan kepastian hukum bagi pelaku
wewenang merupakan dampak ikutan dari adanya usaha untuk melakukan investasi usaha, yang pada
suatu tugas dan funsi tertentu yang digunakan untuk akhirnya akan menopang perekonomian daerah.
ketertiban penyelenggaraan tugas dan fungsi tersebut Pada sisi lain dengan adanya dasar regulasi daerah
agar tetap berada dalam batasan-batasan yang legal yang jelas, akan memberikan kepastian pengusaha
dan terkontro, dan terspesifikasi. Tentang wewenang kepariwisataan dalam pengajuan izin-izin usahanya.
pemerintah daerah kabupaten kota dalam sektor Semakin banyak pengusaha yang merasa nyaman
pariwisata dapat ditemukan dalam Undang-Undang dan terlindungi kepentingan usahanya oleh hukum,
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 dan memberikan manfaat secara signifikan bagi
Tentang PendaftaranUsaha Pariwisata. pendapatan asli daerah.

Izin Sebagai Intrumen Yuridis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Membangun Pariwisata di Era Otonomi Daerah
193  
H. PENUTUP 2. Sektor perizinan harus mendapatkan perhatian
serius dengan menetapkan landasan yuridisnya
1. Kesimpulan dalam peraturan daerah, agar usaha-usaha
1. Kewenangan penyelenggaraan perizinan potensial bidang kepariwisataan dapat dikelola
dibidang kepariwisataan telah mendapatkan dan memberikan kontribusi bagi pembangunan
pengaturan yang cukup pada tataran legislasi daerah.
pusat. Landasan kewenangannya sangat kuat
karena bersifat delegatif. Agar kewenangan
yang cukup kuat ini dapat digunakan dengan DAFTAR BACAAN
baik dalam membangung pariwisata di Bagir Manan; Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Pusat
daerah maka perlu diikuti delang pengaturan- Studi Hukum Fakultas Hukum UII. Jogjakarta, 2001
pengaturan pada tingkat lokal untuk memberikan Djamiati,Tatiek Sry; perizinan sebagai instrumen yuridis dalam
jaminan perlindungan hukum bagi dunia usaha pelayanan publik, Universitas Airlangga, 2007;
Gautama Sudargo, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni
kepariwisataan.
Bandung 1973
2. Peraturan daerah Kabupaten dan kota dan/ Hadjon Philipus M, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika ,
atau peraturan Bupati/Walikota, harus diatur Surabaya 1993, hlm 5
secara lengkap aspek-aspek yang berkaitan ---------------------------Hukum Administrasi dan Good Governance,
dengan perizinan, agar pelaku usaha tidak Universitas Trisakti Jakarta 2010
diperhadapkan pada permasalahn-permasalahan Harun dkk, Perizinan di Era Zitizen Friendly, Muhammadiyah
Univercity Press, Surakarta, 2017, hlm 9 -10.
klasik menyangkut mekanisme dan syarat
H.R. Ridwan Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi. Raja
perizinan yang berat dan berbelit-belit. Gravindo Persada, Depok 2014,
Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara. Buku I. Pustaka Sinar
2. Saran Harapan. Jakarta, 1996, Hlm 83
1. Pemerintah daerah kabupaten dan kota harus Mardiasmo, Otonomi dan manajamen keuangan daerah, Andy
Yogyakarta 2004
mengidentifikasi secara lengkap peluang-peluang
Puspitosari Hesti dkk, Filosofi Pelayanan Publik
usaha kepariwisataan, agar menjadi reverensi Sukriono Didik, Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi
bagi dunia usaha Daerah. Kajian Politik Hukum Tentang Konstitusi,
Otonomi daerah dan Desa pasca perubahan konstitusi.
Setara Press, Malang 2013, hlm 131

194   1st International Proceeding: Building Synergy on Diversity in The Borders “Embodying The Global Maritime Axis”

Anda mungkin juga menyukai