Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS HUKUM – BANDUNG

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : PERANCANGAN DOKUMEN REGULASI

Semester : GENAP 2021/2022

Kode : LAW183115-02

Tanggal : Senin, 25 April 2022

Waktu : 150 Menit

Ujian dimulai : Senin, 25 April 2022 pukul 12.00 WIB

Ujian selesai : Senin, 25 April 2022 pukul 14.30 WIB

Perhatikan alokasi waktu untuk menjawab/ mengerjakan ujian dan


mengumpulkan/submit jawaban pada platform yang ditentukan sesuai
petunjuk dosen kelas masing-masing

NASKAH SOAL TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

Ilustrasi

Bidang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu bidang unggulan di daerah
untuk menghadapi era kompetisi global. Hal ini mengingat pula bahwa
kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang memiliki fungsi strategis dalam
menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki daerah untuk saling mendukung,
berkembang, dan berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan serta
pemerataan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
kepariwisataan daerah yang bersifat multidimensi dan multisektoral tersebut
perlu diarahkan agar dapat melibatkan dan memberdayakan seluruh aspek
kehidupan masyarakat baik aspek sumber daya manusia, pemanfaatan sumber
kekayaan alam dan budaya, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kerjasama lintas sektor, pemberdayaan usaha kecil, dan kerjasama antar kota-
kota global.

Di samping itu, kepariwisataan juga telah berkembang menjadi fenomena global


dan menjadi kebutuhan dasar manusia. Adapun kepariwisataan merupakan
salah satu perwujudan dari hak asasi manusia yaitu hak untuk hidup sejahtera
lahir dan batin sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H ayat (1) yang dapat dicapai salah
satunya melalui penikmatan waktu luang dengan berwisata, dan hak ini wajib
dihormati dan dilindungi. Oleh karena itu, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Pelaku Usaha, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar
berwisata sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung
tercapainya peningkatan harkat dan martabat manusia, serta peningkatan
kesejahteraan bagi setiap orang. Namun, untuk menghadapi fenomena global
kepariwisataan dan perlindungan hak pribadi masyarakat tetap perlu
memperhatikan aspek sosial, budaya, dan agama, serta aspek lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan agar pembangunan kepariwisataan
sesuai tujuannya, yakni untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan
kebudayaan daerah, dan mengangkat citra diri bangsa dan daerah.

Agar aspek-aspek terkait kepariwisataan tersebut dapat dilaksanakan secara


seimbang, komprehensif, sinergis, dan berkelanjutan, maka daerah harus
memiliki Peraturan Daerah sebagai dasar hukum untuk pelaksanaan
Kepariwisataan dan pembangunannya. Aspek-aspek yang perlu diatur dalam
Peraturan Daerah meliputi, antara lain :
● Asas, Tujuan, dan Kode Etik Pariwisata;
● Hak dan Kewajiban masyarakat, Wisatawan, Pelaku Usaha, dan
Pemerintah Daerah;
● Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang komprehensif dan
berkelanjutan;
● Koordinasi Lintas Sektor;
● Pengaturan Kawasan Strategis;
● Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di sekitar Destinasi
Pariwisata;
● Badan Promosi Pariwisata Daerah;
● Asosiasi Kepariwisataan Daerah;
● Standardisasi Usaha dan Kompetensi Pekerja Pariwisata;
● Pemberdayaan Pekerja Pariwisata;
● Fasilitas Kepariwisataan Milik Daerah;
● Retribusi;
● Pembinaan dan Pengawasan; dan
● ketentuan Iain yang diperlukan, seperti ketentuan pidana, sanksi
administrasi dan penyidikan.

Berdasarkan aspek-aspek di atas, hal-hal yang dapat diatur antara lain tentang
pengelolaan Destinasi Pariwisata oleh Pemerintah Daerah baik dalam bentuk
pengembangan, promosi, dan pengawasan, pemungutan Retribusi, hak dan
kewajiban Pelaku Usaha Pariwisata dalam menyelenggarakan usaha Pariwisata,
hak dan kewajiban Wisatawan, mekanisme peningkatan kompetensi Pekerja
Pariwisata melalui pelatihan dan sertifikasi, dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

Peraturan Daerah yang dirancang diharapkan dapat pula meningkatkan daya


saing, menciptakan iklim usaha dan kegiatan Kepariwisataan yang lebih
kondusif, mendorong inovasi dan kreativitas pembangunan Kepariwisataan
Daerah yang dinamis dan berkelanjutan sesuai dengan karakter dan kapabilitas
daerah, yang juga melibatkan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan
pembangunan Kepariwisataan Daerah. Hal yang perlu menjadi perhatian,
bahwa Peraturan Daerah yang diterbitkan harus tetap memperhatikan norma
agama, kesopanan, adat-istiadat, serta nilai-nilai luhur yang hidup dalam
masyarakat.

Untuk menyusun Peraturan Daerah ini, terdapat peraturan perundang-


undangan yang dapat menjadi acuan atau dasar pembentukan antara lain :

● Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

● Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.

● Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Wisata dan didukung


berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
Pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

● Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan


Pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Pelaku Usaha.

● Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,


keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan Wisatawan.

● Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata


adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas
umum, fasilitas Pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.

● Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa


bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan dan penyelenggaraan Pariwisata.

● Pelaku Usaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang


melakukan kegiatan Usaha Pariwisata.

● Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha Pariwisata yang saling terkait


dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan Wisatawan dalam penyelenggaraan Pariwisata.

● Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata


dan Pekerja Pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk
Pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan Kepariwisataan.

● Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi


utama Pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

● Usaha Daya Tarik Wisata adalah usaha pengelolaan Daya Tarik Wisata
alam, Daya Tarik Wisata budaya, dan/atau Daya Tarik Wisata
buatan/binaan manusia.

● Usaha Jasa Transportasi Wisata adalah usaha penyediaan angkutan


untuk kebutuhan dan kegiatan Pariwisata, kecuali angkutan transportasi
reguler/umum.
● Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah penyelenggaraan Biro Perjalanan
Wisata dan Agen Perjalanan Wisata.

● Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan


daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.

Acuan lain dapat dicantumkan apabila diperlukan sesuai dengan Peraturan


Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang akan disusun.

Penyusunan Peraturan Daerah ini harus pula memperhatikan peraturan


perundang-undangan terkait. Adapun peraturan perundang-undangan yang
dapat dijadikan sebagai landasan hukum adalah :

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk


Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4562)

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 tentang


Pengawasan Dan Pengendalian Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 140)

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168 )

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679)
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Pariwisata
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 290);

7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821).

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724).

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059).

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).

14. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049).

15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antar


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6757).

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 32).

17. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573).

Terdapat pula aturan dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah


seperti Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Peraturan perundang-undangan lain dapat dicantumkan sesuai
dengan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang akan disusun.

SOAL:
Susunlah Peraturan Daerah berdasarkan uraian di atas. Mahasiswa/-i bebas
memilih daerah yang akan dibuatkan Peraturan Daerah ini. Peraturan Daerah
yang disusun sekurang-kurangnya harus mencantumkan:

Nilai
No. Pokok Pengaturan
maksimum
Judul, frasa pembuka, jabatan pembentuk Peraturan
1. 10
Daerah dimaksud, serta diktum.
Konsiderans (menimbang) yang memuat landasan filosofis,
2. sosiologis, dan yuridis sebagai dasar pertimbangan dan 15
latar belakang pembentukan Peraturan Daerah dimaksud.
Dasar hukum (mengingat) sebanyak 10 (sepuluh) buah
dari peraturan perundang-undangan di atas, pilihlah yang
3. 10
harus dicantumkan dan dianggap paling relevan untuk
menjadi dasar pembentukan Peraturan Daerah dimaksud.
Pencantuman peraturan perundang-undangan harus
mengakomodasi lebih dari 1 (satu) jenis peraturan.
Ketentuan umum, minimal 10 (sepuluh) butir definisi
4. 10
yang relevan.
Materi pokok yang diatur, terdiri dari 5 (lima) buah
norma/kaidah perilaku sesuai struktur dasar kaidah. Beri
5. 25
juga analisis struktur kaidah untuk masing-masing
norma/kaidah.
Ketentuan kewenangan, terdiri dari 2 (dua) buah
6. 10
norma/kaidah kewenangan.
Ketentuan sanksi, terdiri dari 1 (satu) buah norma/kaidah
7. 5
sanksi.
Ketentuan peralihan, terdiri dari 1 (satu) buah
8. 5
norma/kaidah peralihan.
Ketentuan penutup, terdiri dari 1 (satu) buah
9. 5
norma/kaidah penutup.
10. Bagian penutup. 5

*****

Anda mungkin juga menyukai