Anda di halaman 1dari 11

1

BAB II

Latar Belakang Sejarah Perkembangan Hukum Ekonomi


di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada
Elly Erawaty (S.H., 1985 Unpar; LL.M., 1992 London School of Economics, Inggris;
PhD., 2004 University of Melbourne, Australia).

Dalam bab ini dibahas latar belakang ekonomi dan hukum sejak dekade 1930an yang menjadi
latar belakang berkembangnya Regulasi Ekonomi di beberapa negara di Eropa dan Amerika
Serikat. Walaupun latar belakang dan faktor pemicunya mungkin akan berbeda-beda, namun
akan terlihat bahwa sejarah perkembangan Hukum Ekonomi di berbagai negara tersebut
memiliki benang merah yang sama, yaitu adanya faktor (a) faktor dirigism atau peran negara
dalam perekonomian nasional (b) berkembangnya konsep negara kesejahteraan (welfare state),
dan (c) munculnya nasionalisme ekonomi. Dengan mempelajari latar belakang munculnya
Hukum Ekonomi di Eropaakan diketahui perbedaannya yang jelas dengan Hukum Dagang.
Demikian pula di Amerika Serikat, regulasi ekonomi semakin banyak terjadi menjelang dan
setelah berakhirnya Perang Dunia II di berbagai sektor ekonomi yaitu terjadi keuangan,
infrastruktur, industri, dan perdagangan. Bahkan, sesungguhnya di sektor industri dan
perdagangan telah dibuat regulasi ekonomi berupa undang-undang larangan monopoli
(Sherman Act) pada tahun 1890 yang menjadi bukti kuat dari eksistensi Hukum Ekonomi.

Sistematika bab ini dimulai dengan uraian tentang latar belakang Hukum Ekonomi di Perancis,
dan kemudian bagian kedua hingga keempat tentang Hukum Ekonomi di Belgia, Jerman, dan
Inggris. Pada bagian ke enam diuraikan Hukum Ekonomi di Amerika Serikat dan Kanada, dan
kemudian bab ini ditutup dengan simpulan.

1. Hukum Ekonomi di Perancis

Peran dan fungsi negara sebagai regulator aktivitas ekonomi para pelaku ekonomi sebagaimana
diuraikan di atas diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan ekonomi dan hukum tertulis yang
dimaksudkan untuk mendukung kebijakan ekonomi. Keseluruhan hukum tertulis atau
perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengatur, mengarahkan dan mendukung
kebijakan ekonomi makro itulah yang kemudian dalam perkembangannya dinamakan sebagai
Hukum Ekonomi. Pada awalnya, di negara-negara di kawasan Eropa Barat, kaidah-kaidah
hukum ekonomi di negara-negara tersebut berupa kaidah hukum administrasi negara yang
bertujuan untuk membatasi kebebasan-kebebasan pelaku ekonomi dan/atau individu yang
sebelumnya dijamin melalui kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang. Berikut ini
penjelasannya.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dalam masyarakat yang sistem sosialnya liberal
(utamanya masyarakat di Eropa pada abad 19 sampai dengan awal abad ke 20) sangat
mengutamakan nilai-nilai kebebasan individu yang dijamin oleh sistem hukum. Pengutamaan
nilai-nilai kebebasan individu ini juga berlaku di bidang ekonomi, yaitu bahwa masing-masing
pelaku ekonomi bebas dalam menjalankan usahanya, termasuk juga bebas dalam melakukan
transaksi-transaksi bisnis atau kontrak-kontrak bisnis. Dalam konteks inilah kemudian dikenal
asas kebebasan berkontrak dalam hukum perdata. Asas kebebasan individu juga tercermin
dalam berbagai kaidah hukum lain seperti misalnya dalam hukum perburuhan. Namun
demikian, pengalaman masyarakat tersebut pada waktu itu menunjukkan bahwa penerapan
asas kebebasan individu di bidang ekonomi yang dijamin oleh hukum tidak hanya berakibat
2

positif tetapi juga banyak menimbulkan akibat buruk antara lain berupa ketidak-adilan dan
ketimpangan sosial.

Untuk mengoreksi ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang antara lain bersumber dari
prinsip kebebasan individu itulah maka mulai dirasakan perlunya campur tangan pemerintah
untuk membatasi pelaksanaan asas kebebasan individu itu khususnya di bidang ekonomi.
Campur tangan pemerintah ini diwujudkan melalui kaidah-kaidah hukum administrasi negara
sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Kaidah-kaidah hukum administrasi negara yang
dimaksudkan untuk mengatur ekonomi melalui restriksi-restriksi atau pembatasan-
pembatasan terhadap asas kebebasan yang sebelumnya tercermin dalam hukum perdata dan
hukum dagang ini di Perancis dikenal sebagai Droit Economique atau Hukum Ekonomi
Sempit.

Droit Economique ini mulai muncul sekitar dekade 1930an seiring dengan terjadinya krisis
ekonomi global (resesi / depresi ekonomi) waktu itu yang dikenal dengan Malaise atau the
Great Depression. Kemunculan Hukum Ekonomi Sempit ini sangat terasa dalam kaitannya
dengan hukum kontrak dan hukum perburuhan. Di bidang hukum kontrak misalnya, mulai
dikenal pembatasan-pembatasan terhadap prinsip kebebasan berkontrak khususnya apabila
menyangkut bentuk kontrak baku (standard contract). Pembatasan tersebut misalnya berupa
persyaratan-persyaratan khusus yang diatur dalam perundang-undangan yang harus dipenuhi
agar kontrak baku tersebut valid dan enforceable.1 Di bidang hukum perburuhan, pemerintah
mulai banyak membuat regulasi yang antara lain mewajibkan majikan untuk memperhatikan
aspek keamanan dan keselamatan kerja pegawainya, untuk memperhatikan aspek kesehatan
lingkungan kerja, untuk memberikan upah yang tidak boleh lebih rendah dari upah minimum
yang ditetapkan pemerintah, untuk melindungi hak-hak pekerja khususnya hak-hak tenaga
kerja wanita sesuai dengan kodratnya, dsb.

Perkembangan hukum ekonomi mengalami perubahan yang cukup besar seiring dengan
berakhirnya Perang Dunia II di tahun 1945-46. Masa pasca PD II ini kondisi perekonomian
negara-negara di kawasan Eropa Barat banyak yang hancur sehingga perlu program khusus
untuk memulihkan dan membangunnya kembali. Program pembangunan kembali
perekonomian negara-negara tersebut dilakukan dengan bantuan dari International Bank for
the Reconstruction and Development (IBRD)2 melalui program pembangunan berencana
Marshall Plan.3 Untuk melaksanakan program pembangunan yang berencana ini diperlukanlah
peran dan fungsi negara sebagai regulator ekonomi, suatu hal yang sebelumnya di abad ke 19
tidak ditemukan di negara-negara Eropa Barat yang liberal kapitalistik. Sejak saat itu, semakin
banyak ditemukan berbagai perundang-undangan yang mengatur dan mengarahkan aktivitas
usaha para pelaku ekonomi, yang bentuk dan isinya tidak lagi terbatas pada kaidah-kaidah
hukum administrasi negara yang membatasi kebebasan individu sebagaimana terdapat dalam
droit economique.

1 Di Inggris misalnya dibuat undang-undang yang mengatur tentang standard kontrak ini, yaitu Unfair
Contract Terms 1977.
2 IBRD merupakan salah satu institusi di dalam kelompok World Bank atau Bank Dunia yang dibentuk
bersama-sama dengan pembentukan dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) dan
Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariffs and Trade/GATT) di
tahun 1946. Pembentukan organisasi-organisasi internasional di bidang ekonomi dan moneter ini
diprakasai oleh AS dan negara sekutunya segera setelah selesainya PD II melalui suatu konferensi
internasional di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat 1944-1946.Lihat, antara lain, Elly
Erawaty, “Diktat Hukum Ekonomi Internasional”, 2004.
3 Program Marshall Plan diambil dari nama Menteri Luar Negeri AS waktu itu, George Marshall, sebagai
inisiator dari program bantuan AS bagi pembangunan kembali perekonomian negara-negara sekutu AS
di Eropa Barat pasca PD II.
3

Singkatnya, sejak berakhirnya PD II perkembangan hukum ekonomi sudah meluas baik dari
sudut luas lingkupnya maupun dari sudut jenis kaidah hukumnya. Kaidah-kaidah hukum
ekonomi selain berupa kaidah hukum administrasi negara juga banyak yang berupa undang-
undang dengan luas lingkup materi yang sangat beragam, meliputi seluruh aktivitas ekonomi
makro mulai dari produksi, distribusi sampai konsumsi, mulai dari faktor ekonomi sumber daya
alam, permodalan, manajemen, teknologi, sampai ke faktor sumber daya manusia.4 Kecuali
hukum administrasi negara, campur tangan pemerintah sebagai regulator ekonomi juga
diwujudkan melalui kaidah-kaidah hukum pidana, hukum perdata dan hukum dagang. Dalam
konteks inilah misalnya dikenal perundang-undangan tentang tindak pidana di bidang ekonomi
yang antara lain melarang tindak pidana penyelundupan, pemalsuan uang, pencucian uang hasil
kejahatan (money laundering), dsb. Ada juga undang-undang yang mengatur hubungan-
hubungan yang sesungguhnya bersifat perdata atau dagang tetapi nyatanya tidak terlepas dari
campur tangan pemerintah karena fungsinya sebagai pengawas dan pengatur. Banyak contoh
tentang ini, misalnya undang-undang di bidang pasar modal, penanaman modal asing, akuisisi-
penggabungan-dan peleburan perusahaan, dsb.

Perkembangan seperti itulah yang kemudian melahirkan pemahaman tentang hukum ekonomi
dalam arti luas atau yang dinamakan dengan Droit de l’economie. Jadi, esensi dari Hukum
Ekonomi dalam arti luas adalah keseluruhan kaidah hukum baik hukum administrasi negara
yang dibuat oleh eksekutif maupun undang-undang yang dibuat oleh legislatif, bahkan termasuk
juga kaidah hukum internasional, yang bertujuan untuk mengatur, mengawasi dan
mengarahkan keseluruhan aktivitas ekonomi dari para pelaku ekonomi di suatu wilayah negara.
Dengan demikian, kalau sekarang kita bicara tentang hukum ekonomi maka yang dimaksud
tentulah menyangkut droit economique dan droit de l’economie. Ini sebabnya obyek pengaturan
dari hukum ekonomi menjadi sangat beragam dan bahkan dalam beberapa hal obyek dari
hukum ekonomi ini secara akademis sudah menjadi bidang studi atau mata kuliah tersendiri.

2. Belgia

Di Belgia, terdapat dua kelompok ahli hukum yang mencoba menganalisis kemunculan hukum
ekonomi dari dua sisi yang berbeda, yakni sisi kuantitatif dan sisi kualitatif.5 Dari sisi kuantitatif,
mereka menganalisis hukum ekonomi dengan melihat pada produk-produk hukum tertulisnya;
sedangkan dari sisi kualitatif mereka menganalisis hukum ekonomi dengan melihat pada fungsi
yang hendak dicapai oleh kaidah hukum ekonomi itu.

Dengan mengkaji aspek kuantitatif, beberapa ahli hukum Belgia menyimpulkan bahwa:6
a. hukum ekonomi merupakan perluasan dari hukum dagang dengan subyek-subyeknya
yakni manusia, perusahaan, dsb; obyeknya yakni misalnya perdagangan dan investasi;
hubungan yang diaturnya yakni misalnya perbankan, asuransi, gadai, pengangkutan dst;
dan prosedurnya seperti kepailitan.
b. hukum ekonomi merupakan peraturan hukum baik yang bersifat perdata maupun
publik yang berkaitan dengan perusahaan selaku aktor ekonomi.
c. Hukum ekonomi merupakan kaidah hukum yang memaksa yang membatasi kebebasan
ekonomi dalam rangka mengejar tujuan ekonomi pemerintah.

Sedangkan dari aspek kualitatif atau fungsi, dikatakan bahwa hukum ekonomi menentukan:7
a. bagaimana tujuan ekonomi secara optimal dapat dicapai melalui bantuan kaidah-kaidah
hukum.

4 Tentang luas lingkup Hukum Ekonomi lihat dalam tulisan berikutnya.


5 Seperti dikutip oleh Sunaryati Hartono, “Tentang Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”, makalah,
tidak dipublikasi, 1982.
6 Ibid
7 Ibid
4

b. bagaimana tata hukum menetapkan persyaratan dan/atau norma tertentu yang


mungkin bertentangan dan/atau berbeda dengan tujuan tata ekonomi.
c. bagaimana untuk suatu situasi tertentu syarat dan norma ekonomi dan hukum secara
bersama-sama dapat dipenuhi dengan optimal.

Ahli hukum Belgia, GJ. Schrans berpendapat bahwa:8


1. Secara kuantitatif, hukum ekonomi meliputi semua kaidah hukum publik dan perdata yang
secara khusus bertujuan untuk mengatur segala kegiatan perekonomian nasional seperti
misalnya:
a. kaidah-kaidah hukum tentang hak milik, kontrak, dan liability
b. kaidah-kaidah hukum tentang perusahaan
c. kaidah-kaidah hukum tentang konsumen dan anti-trust
d. kaidah-kaidah hukum yang menyangkut struktur organisasi yang
mendukung kebijakan ekonomi pemerintah
e. kaidah-kaidah hukum yang mengarahkan kehidupan perekonomian

2. Secara kualitatif, hukum ekonomi dapat berfungsi untuk menata dan mengarahkan tujuan
ekonomi nasional negara. Untuk fungsi menata tersebut dapat dicapai melalui kaidah-
kaidah hukum yang bersifat perdata, sedangkan untuk fungsi mengarahkan harus dicapai
melalui kaidah-kaidah hukum yang bersifat publik yakni hukum administrasi negara dan
hukum pidana.

3. Untuk menegakkan kaidah-kaidah hukum ekonomi tersebut dibutuhkan sanksi-sanksi


hukum. Bagi kaidah yang berfungsi menata, sanksinya berupa sanksi perdata seperti ganti-
rugi atau denda; untuk kaidah yang berfungsi mengarahkan, sanksinya berupa sanksi
administratif seperti pencabutan ijin usaha dan sanksi pidana.

3. Jerman

Hukum Ekonomi atau Wirtschaftsrecht di Jerman pada awalnya kurang dapat diterima di
kalangan akademisi hukum sebagai suatu bidang hukum yang mandiri walaupun
kemunculannya sudah terjadi sejak berakhirnya PD I sekitar tahun 1920an.9 Beberapa ahli
hukum di sana mengatakan bahwa wirtschaftsrecht hanyalah merupakan cara pandang baru
terhadap hukum dagang, atau hanya sekedar nama untuk sekelompok kaidah-kaidah hukum
baru di bidang ekonomi atau dagang yang berkembang sejak selesainya PD I. 10 Ahli hukum
lainnya yakni Hug Goldschmidt berpendapat bahwa wirtschaftsrecht merupakan hukum baru
yang menyusup dan mengubah bidang hukum administrasi negara, hukum perburuhan, hukum
pajak, dan hukum dagang. Perubahan ini terjadi oleh karena berubahnya sistem ekonomi
masyarakat dari ideologi ekonomi pasar bebas atau kapitalisme liberal ke sistem ekonomi yang
lebih terkendali oleh peran pemerintah.11

Hug Goldschmidt dan Georg Erler lebih jauh menguraikan unsur-unsur penting dari
wirtschaftsrecht yang membedakannya dari hukum dagang atau handelsrecht. Perbedaan itu
adalah:12
a. bahwa dalam wirtschaftsrecht terdapat tujuan ekonomi yang sudah ditentukan terlebih
dahulu, dalam handelsrecht tujuan ekonomi ini tidak ada.
b. bahwa tujuan ekonomi tersebut secara sadar dikejar dan diusahakan oleh pemerintah,
dan/atau oleh organisasi pemerintah yang sengaja dibentuk untuk tujuan itu;

8 Ibid
9 Ibid.
10 Ibid.
11 Ibid.
12 Ibid.
5

handelsrecht samasekali tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan tujuan ekonomi


pemerintah itu.
c. bahwa untuk mewujudkan tujuan ekonomi itu pemerintah mengupayakannya melalui
berbagai bentuk kebijakan seperti pemberian insentif, dorongan, hambatan,
pembatasan dan larangan-larangan; handelsrecht tidak ada kaitannya dengan upaya
pemerintah melalui berbagai bentuk kebijakan tersebut sebab obyek dari handelsrecht
adalah hubungan bisnis antar sesama pedagang atau pengusaha saja bukan dengan
pemerintah.

Kedua ahli hukum di atas juga menjelaskan perbedaan antara wirtschaftsrecht dengan
verwaltungsrecht atau hukum administrasi negara, yakni bahwa bidang hukum yang terakhir ini
tidak bertujuan untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu, melainkan bertujuan untuk
menciptakan ketertiban dan kelancaran administrasi negara.

Seorang ahli hukum Jerman lainnya, Nigel Foster, mengemukakan pendapat yang tidak terlalu
jauh berbeda.Menurutnya, setelah berakhirnya PD II ekonomi Jerman mengalami perubahan
menjadi ekonomi pasar sosial atau sosialisme pasar atau ‘social market economy’.13 Dalam
sistem ini, peran pemerintah dalam menentukan arah kebijakan ekonomi nasional melalui
serangkaian regulasi pasar menjadi lebih besar. Regulasi ekonomi pasar inilah yang kemudian
dikatakan sebagai ‘the law of economic administration’ atau ‘wirtschaftsverwaltungsrecht’
atau ‘offentliches wirtschaftsrecht’.14 Contoh dari bidang hukum ini misalnya peraturan
hukum kompetisi, lingkungan hidup, dan perlindungan konsumen.

4. Inggris

Di Inggris misalnya, timbulnya hukum ekonomi yang berupa regulasi pemerintah / eksekutif di
bidang perekonomian terjadi di awal abad ke 20 yang kemudian terus berkembang dengan
cepat setelah PD II.15 Meskipun demikian, tidak semua ahli hukum di sana menerima Hukum
Ekonomi sebagai suatu bidang hukum yang mandiri terlepas dari Hukum Dagang.16 Sejarah
perkembangan hukum ekonomi di Inggris dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni 17:
a. pertumbuhan institusional
b. gerakan konsumen
c. membesarnya peran negara

a. Pertumbuhan institusional

Sejak abad 19 masyarakat Inggris menyaksikan kemunculan dan perkembangan pesat badan-
badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).PT - PT ini kemudian di abad ke 20 telah
menjadi institusi yang dominan dalam dunia industri masyarakat barat/negara maju.
Perusahaan-perusahaan tersebut menjadi motor penggerak utama roda perekonomian Inggris
dan dengan demikian mempunyai peran dan pengaruh yang besar dan kuat terhadap aktivitas
sosial ekonomi dan politik negara di mana perusahaan-perusahaan tersebut beraktivitas.
Kegiatan-kegiatan dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh manajemen dari PT – PT besar
itu tidak saja berdampak pada ekonomi negara tuan rumah tetapi juga terhadap ekonomi
negara-negara lain yang memiliki keterkaitan bisnis dengan mereka. Inilah yang kemudian

13Nigel Foster, “German Law and Legal System, 1993.


14 Ibid.
15 Nigel Savage and Robert Bradgate, “Business Law”, 1987.
16 Clive M. Schmitthoff, ‘The Concept of Economic Law in England’, dalam buku Chia-Jui Cheng (ed), “Clive

Schmitthoff’s Select Essays on International Trade Law”, 1988.


17Nigel Savage and Robert Bradgate, above n 15.
6

menimbulkan kebutuhan akan perangkat peraturan hukum untuk mengatur perilaku PT- PT
tersebut agar kepentingan publik terlindungi. Peraturan hukum semacam itu selain dibutuhkan
untuk melindungi masyarakat dari praktik bisnis curang juga diperlukan untuk melindungi PT-
PT itu sendiri dari kemungkinan terjadinya praktik bisnis yang tidak sehat dari pesaingnya. Dari
sinilah muncul konsep tentang Hukum Kompetisi.

Perkembangan institusional lainnya yang mempengaruhi timbulnya hukum ekonomi di Inggris


adalah kemunculan investor-investor besar yang merupakan lembaga-lembaga keuangan
seperti perusahaan asuransi, yayasan atau lembaga dana pensiun, dan wali amanat atau unit
trust. Lembaga-lembaga keuangan ini umumnya ‘bermain’ di pasar modal dalam arti mereka
memutarkan dananya melalui pasar modal. Akibatnya, banyak manajer dari lembaga-lembaga
keuangan tersebut mempengaruhi manajemen perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual-
belikan di pasar modal.Kepemilikan saham perusahaan oleh lembaga-lembaga investasi
tersebut dalam jumlah yang besar membutuhkan regulasi ketat dari pemerintah untuk
melindungi kepentingan publik yang lebih luas dan juga untuk melindungi kedudukan
pemegang saham minoritas di perusahaan-perusahaan yang sahamnya dibeli oleh lembaga-
lembaga investasi itu.Dari sinilah kemudian berkembang undang-undang tentang pasar modal,
dan undang-undang tentang akuisisi, penggabungan, dan peleburan perusahaan.

b. Gerakan konsumen

Industrialisasi yang berlangsung cepat di Inggris sejak terjadinya Revolusi Industri telah
mengubah tata ekonomi negara itu. Di sekitar periode 1860 – 1900 telah terjadi peningkatan
kemampuan daya beli yang luar biasa dari masyarakat Inggris yang mengakibatkan naiknya
volume dan jumlah produksi barang dan jasa. Dengan kata lain, terjadi peningkatan konsumsi
barang-barang dan jasa ekonomi oleh konsumen. Dalam konteks ini dirasakan perlunya
kerangka hukum yang transparan untuk melindungi hak-hak konsumen dalam hubungannya
dengan produsen dan/atau penjual. Akibatnya, pemerintah dan legislatif mulai banyak
membuat hukum tertulis yang menyangkut perkreditan, tanggung jawab produk (product
liability), dan periklanan. Disamping itu, lembaga yudikatif juga mulai membuat putusan-
putusan hakim yang berisi pembatasan-pembatasan terhadap pelaksanaan asas kebebasan
berkontrak, terlebih apabila berkait dengan masalah kontrak baku. Tujuan dari regulasi ini
tidak lain adalah untuk menyeimbangkan kepentingan dan kedudukan antara produsen di satu
pihak dengan konsumen di pihak lain.

c. Membesarnya peran negara

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sistem ekonomi kapitalisme liberal yang semula
berlaku di Inggris di abad ke 19 mulai berkurang pengaruhnya di awal abad ke 20 seiring
dengan menguatnya peran negara dalam bidang perekonomian. Prinsip laissez faire laissez
passe mulai tergeser oleh prinsip ‘economic dirigism’ seiring dengan terjadinya krisis ekonomi
dunia atau Malaise di sekitar tahun 1930an. Prinsip ‘economic dirigism’ atau prinsip bahwa
negara / pemerintah dapat dan boleh membatasi kebebasan para pelaku ekonomi khususnya
apabila menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan publik inilah yang melatar-
belakangi kemunculan berbagai kaidah hukum ekonomi di Inggris, dan sekaligus
membedakannya dari hukum dagang atau commercial law.

Hukum Ekonomi di Inggris semakin berkembang dengan selesainya PD II. Sejak itu peran
negara baik sebagai aktor ekonomi maupun sebagai regulator ekonomi tidak dapat dihindari
samasekali. Negara menjadi aktor ekonomi terpenting karena negara sendirilah yang bertindak
sebagai pembeli atau konsumen dari berbagai barang yang diproduksi oleh produsen (misalnya
pembelian peralatan kantor melalui lelang / tender), dan juga karena negara memegang
penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu seperti misalnya pertambangan. Ketika
Partai Buruh memegang kekuasaan di sekitar tahun 1945, kebijakan ekonomi nasionalnya lebih
7

didasarkan pada pemikiran ekonomi dari John Maynard Keynes daripada pemikiran Adam
Smith yang sangat liberal itu. Pemikiran ekonomi Keynes memberi tempat yang luas bagi
pemerintah untuk melakukan intervensi ekonomi dalam konteks untuk mengoreksi sistem
ekonomi pasar bebas.

Semakin banyaknya kaidah-kaidah hukum ekonomi yang mengatur aktivitas ekonomi nasional
tidak hanya ditandai oleh banyaknya kaidah-kaidah hukum administrasi negara (hukum
ekonomi sempit) yang membatasi kebebasan individu, tetapi juga oleh banyaknya kontrol /
pengawasan yang juga dilakukan oleh lembaga legislatif (dalam bentuk pengundangan undang-
undang baru), dan lembaga yudikatif (melalui keputusan-keputusan hakim). Menurut Nigel
Savage, hukum ekonomi Inggris pada prinsipnya berupa:18

1. judicial and legislative controls in respect of the regulation of relations between private
individuals, that is the law of contract and tort
2. legislative and administrative controls regulating a particular trade, profession, or other
business activity with a view to imposing standards of behaviour in the conduct of business
and protecting the public against unfair trading practices
3. controls designed to protect the public interest against the concentration of private
economic power, i.e. monopolies, mergers and restrictive practices regulations
4. controls designed to safeguard the environment, such as planning regulations.

5. Regulasi Ekonomi di Amerika Serikat dan Kanada

Walaupun perekonomian di AS dan Kanada sangat bersifat liberal-kapitalistik namun sejarah


mereka membuktikan bahwa dalam system seperti itu tidak berarti tidak diperlukan regulasi
atau pengaturan oleh Pemerintah. Bahkan, justru sebaliknya terjadi yaitu banyaknya
bermunculan peraturan perundang-undangan produk dari administrasi Negara yang khusus
diberlakukan untuk mengawasi, mengontrol dan mengatur aktivitas ekonomi oleh para pelaku
usaha.Mekanisme pasar yang bertumpu pada penawaran dan permintaan dalam suatu
perekonomian pasar bebas, memang tetap bergantung pada efektivitas pranata hukum perdata
yaitu Hukum Kontrak, yang pelaksanaanya diperkuat melalui lembaga peradilan.Namun
demikian, banyak sektor ekonomi di AS dan Kanada yang tetap membutuhkan keberadaan
sistem regulasi oleh Pemerintah yang bukan berupa hukum perdata sejak abad 18 – 19 M.

Sektor ekonomi di Amerika Serikat dan Kanada yang sejak abad 18 -19 M telah banyak diatur
oleh regulasi ekonomi adalah:

a. Moneter (Keuangan)

Moneter atau keuangan merupakan istilah dalam ilmu ekonomi yang dimaksudkan untuk
merujuk pada segala sesuatu yang oleh sebuah negara dijadikan sebagai standard alat tukar
yang sah atau sebagai standard untuk mengukur kemakmuran Negara yang bersangkutan.
Dengan demikian, pengertian moneter mencakup segala persoalan tentang uang sebagai alat
tukar yang sah dalam pertukaran barang, jasa dan sebagai alat bayar utang (debt), pasar modal

18NigelSavage and Robert Bradgate, above n 15. Pendapat yang sedikit berbeda tentang luas lingkup
hukum ekonomi Inggris dikemukakan oleh Clive Schmitthoff, yang menyebut bahwa produk hukum
ekonomi Inggris meliputi (a).peraturan perUUan di bidang keuangan / financial regulations, (b).
peraturan perUUan di bidang persaingan ekonomi / competitive economic regulations, (c). peraturan
perUUan di bidang pengendalian harga dan pendapatan / prices and incomes regulations, dan (d).
peraturan perUUan di bidang perlindungan konsumen / consumer protection regulations. Lihat, Clive
Schmitthoff, above n 16.
8

dan pasar uang (perbankan). Kebijakan moneter sebuah Negara bertujuan untuk menstabilkan
ekonomi nasional melalui pengawasan tingkat suku bunga perbankan dan peredaran jumlah
uang. Kebijakan ini harus dibedakan dari kebijakan fiscal, yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan persoalan pengeluaran (atau belanja) dan pemasukan pendapatan Negara, khususnya
dari pajak (termasuk cukai, tarif atau bea masuk).19

Pemerintah Amerika sejak awal tahun 1800an telah mulai meregulasi sistem moneter,
khususnya sejak berdirinya First Bank of the US (1791 – 1811) yang berfungsi sebagai bank
sentral pertama AS. Bank ini mengalami beberapa kali perubahan hingga terbentuknya Federal
Reserve System (the Fed) tahun 1913.Lembaga inilah yang hingga kini aktif bertindak sebagai ‘a
regulatory agency’ yang mengawasi sistem moneter AS.

Sektor pasar modal di AS pun juga menjadi salah satu sector ekonomi yang paling banyak
diregulasi, sejak pertama kali berfungsi di abad 19 dan kemudian berkembang amat pesat di
abad 20. Serangkaian regulasi untuk sector ini diterbitkan oleh Pemerintah, misalnya the
Securities Act of 1933, the Securities Exchange Act of 1934, the Public Utility Holding Company Act
of 1935, dan the Trust Indenture Act of 1939.Semua regulasi itu menempatkan pengawasan
sector pasar modal pada lembaga yang disebut the Securities and Exchange Commission dan
pada peradilan federal AS.

b. Ketenagakerjaan

Di AS dengan perekonomian yang bersistem pasar bebas, ternyata sector ketenagakerjaannya


tidak lepas dari regulasi ketat Pemerintah. Regulasi tersebut dibutuhkan untuk antara lain
menetapkan persoalan skala upah, jumlah jam dan hari kerja, keamanan dan keselamatan kerja.
Awalnya, persoalan di atas diserahkan sepenuhnya pada sistem pasar, alias diserahkan pada
pihak perusahaan (majikan) untuk mengaturnya sendiri. Namun, faktanya banyak terjadi
eksploitasi tenaga kerja oleh pengusaha yang berlangsung puluhan tahun, akibatnya sejak awal
abad 20 Pemerintah mulai menerbitkan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk
melindungi kepentingan buruh, meningkatkan kesejahteraan mereka serta membuat posisi
tawar mereka terhadap pengusaha menjadi lebih kuat. Regulasi tersebut berupa misalnya
ketentuan tentang workers’ compensation laws, unemployment insurance. Pada decade 1930 atau
1940an yakni ketika program New Deal mulai diterapkan, diterbitkanlah the National Labour
Relations Act, serta perUUan lain yang mengakhiri child labour, menetapkan jumlah jam kerja
maksimum, serta menetapkan tingkat upah minimum. Hingga dekade 1990an, Banyak sekali
aspek dari sector ketenagakerjaan di AS yang heavily regulated melalui berbagai peraturan UU,
misalnya antidiscrimination laws untuk melindungi tenaga kerja perempuan, kaum minoritas,
pekerja kaum difabel (handicapped), dsbnya.

c. Industri dan Perdagangan

Untuk sektor industri dan perdagangan pun, Pemerintah AS banyak sekali membuat regulasi
yang intinya mengatur agar kegiatan di dua sector tersebut tidak merusak persaingan usaha
yang sehat, tidak merugikan konsumen, tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup,
tidak menimbulkan kerusakan terhadap kesehatan public, dsbnya. Dalam kaitan ini beberapa
UU dapat disebutkan, yaitu UU larangan monopoli seperti the Sherman Antitrust Act of 1890, the
Federal Trade Commission Act of 1914 dan the Clayton Act of 1914; UU Perlindungan Konsumen,
kemudian berbagai regulasi yang mengatur (atau membatasi) tata cara produksi dan distribusi
berbagai macam makanan, minuman, obat-obatan dan alat kesehatan / kosmetika, pembatasan
konsumsi minuman beralkohol dan rokok, dsbnya.

19 Tentang tariff atau bea masuk yang lazim berlaku dalam perdagangan internasional antarnegara akan
dijelaskan dalam bagian lain.
9

d. Infrastruktur Ekonomi (Sarana dan Prasarana Pelayanan Umum)

Pemerintah AS dan juga Kanada sejak abad 18 – 19 M juga telah meregulasi bidang
infrastruktur yaitu sector transportasi, awalnya adalah angkutan kereta api dan jalan raya
kemudian merambah ke transportasi udara, sector energi listrik dan gas, serta juga sektor
telekomunikasi yaitu telepon, radio dan televisi. Sebagian besar regulasi tersebut tentang
penetapan harga atau tariff, pembangunan jaringan, dsbnya. Sektor infrastruktur ini berperan
besar dalam menggulirkan pembangunan ekonomi di AS dan Kanada sejak abad 18 – 19 M lalu
sehingga sangat strategis dan amat penting bila di lihat dari sisi pertahanan dan ketahanan
nasional. Inilah yang menjadi alasan mengapa Pemerintah banyak sekali membuat regulasi.

Perkembangan Hukum Ekonomi atau Regulasi Ekonomi di AS dan Kanada seperti


diuraikan di atas terus berlanjut hingga kini, sektor ekonomi yang diaturpun juga bertambah
banyak tanpa harus menyebut sektor lingkungan hidup yang sudah pasti juga membutuhkan
regulasi melalui produk Hukum Administrasi Negara. Semua hal ini membuktikan dengan jelas
bahwa di Negara penganut system ekonomi pasar yang liberal-kapitalistik sekalipun ternyata
peran Pemerintah sebagai regulator tidak dapat dan tak mungkin dikesampingkan.Sistem
ekonomi pasar tidak mungkin hanya mengandalkan pada kebebasan pelaku usaha dan pada
pranata Hukum Perdata.Dalam sistem ekonomi pasar tetap dibutuhkan intervensi Pemerintah
melalui regulasi peraturan perUUan untuk mengatur arah perekonomian
nasionalnya.Akibatnya, pranata Hukum Perdata semakin banyak dibatasi ‘kebebasan’nya oleh
kaidah-kaidah Hukum Publik. Hal inilah yang kemudian memperkuat pendapat bahwa Hukum
Perdata dan Hukum Dagang tidak mencukupi lagi untuk menjadi sumber hukum aktivitas
ekonomi para pengusaha, sebab telah ‘lahir’ sumber hukum baru yaitu Hukum Ekonomi atau
Regulasi Ekonomi yang bersifat publik.

Regulasi Ekonomi yang berkembang di AS dan Kanada tersebut paralel dengan


terjadinya perkembangan Hukum Ekonomi di berbagai negara di Eropa Barat termasuk Inggris.
Namun, bila di kawasan Eropa Barat kecenderungan dari Hukum Ekonomi tampak jelas setelah
berakhirnya Perang Dunia II, maka di AS dan Kanada kecenderungan tersebut sesungguhnya
telah terjadi jauh sebelum abad 20 yang kemudian semakin pesat perkembangannya setelah PD
II berakhir.

Khusus di Kanada, perlu ditambahkan bahwa salah satu factor terjadinya regulasi
ekonomi di sector tertentu yaitu radio dan televisi serta telekomunikasi (broadcasting) dan
dalam hal kepemilikan saham perusahaan, disebabkan oleh adanya semangat untuk ‘promoting
national unity & cultural identification’ dan ‘economic nationalism’. 20 Semangat untuk
mempromosikan persatuan nasional dan identitas budaya local di Kanada telah mendorong
Pemerintah untuk melakukan regulasi, berisi berbagai pembatasan, di sektor industri radio dan
televisi, misalnya regulasi menyangkut soal isi atau program siaran yang harus menunjukkan
identitas budaya local, pembatasan artis asing, dsbnya. Semangat nasionalisme ekonomi
berujung pada terbitnya regulasi yang membatasi jumlah maksimum kepemilikan saham
perusahaan oleh investor asing, atau regulasi yang mewajibkan setiap perusahaan untuk hanya
menggunakan bahan baku atau komponen industri produk dalam negeri (local content
requirements).21

20W.T.Stanbury, “Economic Regulation”, dalam The Canadian Encyclopedia, Historica Foundation of


Canada, 2009, diakses dari http://www.thecanadianencyclopedia.com
21 Regulasi seperti inilah yang kemudian di akhir abad 20 lalu oleh beberapa Negara industri maju,

utamanya AS, Jepang dan Eropa, melalui WTO, dicoba untuk dihapuskan dengan alasan regulasi
ekonomi tersebut menimbulkan gangguan pada perdagangan internasional yang berpegang pada
prinsip pasar bebas. Upaya tersebut berhasil, antara lain, dengan disetujuinya persetujuan WTO
tentang ‘trade-related investment measures atau TRIMs’. Sebelum berlakunya persetujuan WTO tentang
TRIMs tahun 1995, Kanada juga telah menjadi ‘korban’ akibat adanya gugatan dari AS, melalui forum
10

Pada akhir decade 1970an dan awal 1980an, seiring dengan kembalinya paham atau
ideology ekonomi liberal (yang kemudian dinamai neoliberalisme) sebagai paham ekonomi
dunia (antara lain dimotori oleh AS, Inggris, organisasi ekonomi internasional seperti World
Bank, IMF, dan GATT / WTO), memang muncul gerakan yang mengkritisi regulasi ekonomi baik
di AS, Kanada maupun di Inggris. Kritik terhadap regulasi ekonomi umumnya bersumber pada
(a) tuduhan bahwa regulasi ekonomi hanya melahirkan red tape atau rantai birokrasi yang
panjang sehingga membuat ekonomi tidak efisien dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi atau
high cost economy (b) tuduhan bahwa regulasi ekonomi juga mengakibatkan terjadinya
monopoli di sector-sektor tertentu misalnya telekomunikasi dan transportasi, sehingga juga
membuat ekonomi tidak efisien, dan (c) regulasi ekonomi pada akhirnya justru membebani
sendiri sector ekonomi nasional sebab tidak semua instansi Pemerintah mampu membuat
regulasi secara tepat dan akurat.

Akibat adanya gerakan yang mengkritisi regulasi ekonomi itu maka di Inggris dan AS
pada decade 1980 dan 1990an muncul gerakan / tindakan Pemerintah melakukan (a)
deregulasi dan (b) privatisasi industri yang sebelumnya berada di bawah control Pemerintah.
Deregulasi diartikan sebagai tindakan Pemerintah untuk menghapuskan beberapa regulasi yang
sebelumnya berlaku khususnya untuk sector transportasi, telekomunikasi dan perbankan.
Dengan kata lain, deregulasi berarti Pemerintah mengurangi atau mencabut macam-macam
regulasi yang sebelumnya diberlakukan. Privatisasi diartikan sebagai tindakan Pemerintah
untuk (a) mengalihkan atau menjual kepemilikan perusahaan yang awalnya berada di bawah
control Pemerintah kepada pihak swasta, dan (b) mengalihkan atau menyerahkan
penyelenggaraan atau pengelolaan beberapa hal yang sebelumnya menjadi tugas Pemerintah
kepada pihak swasta. Contoh pertama adalah privatisasi perusahaan milik Negara seperti
perusahaan minyak, telekomunikasi, dan listrik. Contoh kedua adalah misalnya
penyelenggaraan urusan perawatan sarana dan prasarana umum dari semula dikerjakan oleh
Pemerintah dialihkan ke pihak perusahaan swasta, atau pengalihan sebagian tugas bidang jasa
pelayanan pos ke perusahaan swasta atau pelaku usaha perseorangan melalui mekanisme
hukum kontrak (perjanjian kontraktual).

Namun demikian, upaya AS dan Inggris melakukan deregulasi dan privatisasi tersebut
tidak berarti bahwa kedua Negara itu kini sudah tidak mengenal lagi regulasi
ekonomi.Bagaimanapun, regulasi ekonomi melalui berbagai produk UU ataupun Hukum
Administrasi Negara tetap berlanjut hingga hari ini, terlepas dari apapun sistem ekonomi yang
dianut oleh Negara.Tidak mungkin mengembalikan sistem ekonomi seperti sistem ekonomi
liberal kapitalistik murni seperti bentuk awalnya di Inggris di abad 17-18 M lalu. Itu sebanya,
mungklin lebih tepat mengatakan bahwa sebagian besar Negara di dunia ini kini cenderung
menganut sistem ekonomi campuran, dengan beberapa variasinya yaitu misalnya variasi yang
lebih ke arah pasar bebas atau variasi ke arah sosialisme atau variasi ke arah ‘developmental
state’.

6. Simpulan

Dari perbandingan sejarah perkembangan Hukum Ekonomi di beberapa negara di kawasan


Eropa Barat, Amerika Serikat dan Kanada, serta Indonesia dapatlah ditarik beberapa simpulan
yang penting dan relevan berikut ini.

1. Perkembangan Hukum Ekonomi di berbagai negara tersebut secara jelas membuktikan


bahwa:
a. bidang Hukum Ekonomi berbeda dari Hukum Dagang ataupun Hukum Perdata.

GATT, atas UU Kanada yang berisi pembatasan kepemilikan saham perusahaan oleh investor asing dan
atas UU yang memberlakukan local content requirements tersebut.
11

b. bidang Hukum Ekonomi lebih dekat pada bidang Hukum Publik yakni sebagai bentuk
regulasi oleh Pemerintah dengan tujuan untuk membatasi kebebasan atau hak-hak
pelaku ekonomi yang sebelumnya dijamin oleh Hukum Perdata. Pembatasan ini tidak
lain dimaksudkan untuk menyeimbangkan kepentingan individu dan kepentingan
umum.
c. bidang Hukum Ekonomi berkembang sebagai bentuk intervensi Pemerintah dalam
mengatur atau menata perekonomian nasional, terlepas dari sistem ekonomi yang
dianut.

2. Latar belakang politik dan sosial berbagai negara tersebut yang menunjukkan keberadaan
dan perkembangan Hukum Ekonomi memperlihatkan benang merah atau kesamaan, yaitu
bahwa paham atau konsep Negara Kesejahteraan (welfare state) merupakan lawan dari
paham Negara Penjaga Malam atau Negara Polisionil. Dalam konsep Negara Kesejahteraan,
peran Negara (lewat Pemerintah) sangatlah aktif dalam mempromosikan peningkatan
kesejahteraan rakyat, peran negara bukan lagi terbatas hanya sebagai pelindung atau
penjaga keamanan dan ketertiban umum. Peran negara yang semakin aktif tersebut juga
berlaku dalam bidang ekonomi, yakni melalui peran sebagai pelaku ekonomi (misalnya
melalui kepemilikan perusahaan negara) maupun sebagai regulator atau pembuat regulasi
ekonomi. Hal inilah yang membuat lahirnya produk regulasi ekonomi atau Hukum Ekonomi.

3. Gabungan antara konsep tentang peran Negara yang semakin aktif dalam perekonomian
dan tentang peran Hukum dalam Pembangunan, telah melahirkan pemahaman tentang
makna dari dirigism. Paham dirigism inilah yang pada akhirnya juga disebut sebagai faktor
utama lahirnya kaidah-kaidah Hukum Ekonomi yang memiliki pendekatan berbeda
dibandingkan dengan pendekatan dalam kaidah Hukum Perdata maupun Hukum Dagang.

4. Perkembangan Hukum Ekonomi menjadi semakin pesat setelah berakhirnya Perang Dunia
II pada tahun 1945 – 1946. Hal ini dapat dimengerti oleh karena sejak saat itulah hampir
sebagian besar negara di Eropa Barat dan negara-negara sedang berkembang yang baru
memperoleh Kemerdekaan dari penjajah, mulai melakukan pembangunan ekonomi dengan
sebagian besar menganut sistem ekonomi campuran yang memberikan ruang gerak cukup
besar bagi Pemerintah untuk melakukan regulasi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai