Anda di halaman 1dari 6

GARIS BESAR PENGANTAR UMUM

HUKUM EKONOMI

Elly Erawaty
(S.H., Unpar 1985; LL.M., London School of Economics UK 1992;
Dr., Law School University of Melbourne 2004)

Tujuan Bab ini adalah untuk memberikan gambaran utuh tetapi dalam versi ringkas tentang materi
pembelajaran matakuliah Hukum Ekonomi. Dikatakan versi ringkas karena dalam bab ini tidak akan
dibahas tentang sejarah, alasan atau asal mula bidang studi Hukum Ekonomi, ataupun penjelasan
detilnya yang semuanya baru akan diuraikan dalam bab-bab berikutnya. Apa yang diuraikan dalam
Bab ini lebih berupa semacam cuplikan/ringkasan beberapa inti pokok dari Hukum Ekonomi yang
sudah ‘jadi’, dan kemudian diikuti dengan keterangan bagaimana beberapa inti pokok tersebut akan
diuraikan secara lebih komprehensif di dalam bab-bab berikutnya. Dengan demikian, diharapkan
setelah membaca bab ini mahasiswa memperoleh gambaran utuh tetapi ringkas dan padat tentang
materi pembelajaran yang akan dipelajarinya selama 1 (satu) semester penuh dalam matakuliah
Hukum Ekonomi.
Garis besar pengantar ini akan memaparkan 5 (lima) inti pokok dari Hukum Ekonomi berikut ini:
1. Definisi dan Sumber Hukum Ekonomi.
2. Perbedaan Hukum Ekonomi dengan Hukum Dagang.
3. Keterkaitan Hukum Ekonomi dengan Bidang Studi lain.
4. Tujuan, Fungsi, dan Peran Hukum Ekonomi dalam perekonomian negara.
5. Beberapa Asas atau Prinsip Hukum Ekonomi.

A. Definisi dan Sumber Hukum Ekonomi


Sebagai pedoman sementara, Hukum Ekonomi dapat didefinisikan sebagai seperangkat asas,
metode, dan prosedur hukum yang bersifat publik yang mengatur tentang bagaimana negara
mengelola perekonomian nasional dan tentang relasi horisontal antara negara dengan warganya
dalam menjalankan transaksi dan aktivitas ekonomi.
Dari definisi itu, pada bab-bab berikutnya nanti akan dibahas apa yang dimaksud dengan (a) sifat
publik dari Hukum Ekonomi (b) negara mengelola perekonomian (c) relasi horisontal antara negara
dengan warganya, dan (d) transaksi dan luas lingkup dari apa yang dimaksud dengan aktivitas
ekonomi.
Sebagai sekumpulan asas atau prinsip, metode, dan prosedur hukum, Hukum Ekonomi tentu
bersumber dari beberapa sumber hukum formal yang menjadi bagian dari hukum positif Indonesia.
Mengingat aktivitas ekonomi sangat luas bidang cakupannya, maka sumber hukum formal dari
Hukum Ekonomi amat banyak, tidak ada 1 (satu) sumber hukum yang terkodifikasi seperti halnya
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Hal terakhir ini
yang juga akan menjadi salah satu aspek pembeda dengan Hukum Dagang.
Berikut ini urutan sumber hukum formal dari Hukum Ekonomi:
1. Konstitusi Negara, khusus untuk konteks Indonesia berarti UUD 1945 Amandemen Keempat.
Konstitusi ini menjadi sumber hukum paling utama bagi Hukum Ekonomi negara manapun,
walau harus diakui bahwa tidak semua konstitusi dari ratusan negara di dunia ini memuat
norma-norma hukum, yang mengatur langsung ataupun tidak langsung, perekonomian
negara yang bersangkutan. Itu sebabnya dalam bab-bab selanjutnya akan diuraikan secara
lebih detil pasal-pasal apa saja dalam UUD 1945 Amandemen Keempat yang menjadi sumber
bagi Hukum Ekonomi Indonesia, makna dan dampaknya, serta alasannya dinamakan sebagai
Konstitusi Ekonomi.
2. Berbagai UU yang obyeknya mengatur soal pengelolaan perekonomian nasional, berbagai
bidang aktivitas ekonomi dan macam-macam transaksi ekonomi yang dilakukan oleh subyek
hukum (orang dan badan hukum) atau para pelaku ekonomi (individu dan badan usaha). Ada
ratusan UU yang menjadi sumber bagi Hukum Ekonomi Indonesia sehingga tidak realistic
jika harus dipelajari seluruhnya dalam matakuliah ini. Oleh sebab itu, untuk keperluan
pembelajaran hanya dipilih beberapa UU saja yang menjadi pokok bahasan karena beberapa
alasan tertentu, yakni UU yang mengatur tentang:
2.1. Pemilikan dan pengelolaan Sumber Daya Alam.
2.2. Aktivitas dan Transaksi Ekonomi di bidang perdagangan dan penanaman modal.
2.3. Aktivitas dan Transaksi Ekonomi di bidang sarana dan prasarana public.
3. Beberapa Perjanjian Internasional (Treaties / Agreements) yang secara spesifik dan detil
mengatur tentang aktivitas ekonomi antar negara, khususnya tentang:
3.1. Perdagangan Internasional, yaitu World Trade Organisation Agreements.
3.2. Penanaman Modal Asing.
3.3. Penyelesaian Sengketa Antar Negara di bidang perdagangan dan investasi.
3.4. Moneter, Perbankan, dan Hutang Luar Negeri.
3.5. Perpajakan (Fiskal) dan Valuta Asing (Lalu Lintas Devisa).
Sama seperti UU, Perjanjian Internasional yang menjadi sumber Hukum Ekonomi juga cukup
banyak sehingga tidak mungkin dapat diajarkan seluruhnya dalam satu matakuliah Hukum
Ekonomi. Oleh sebab itu, untuk keperluan pembelajaran hanya akan dipilih Perjanjian
Internasional di bidang perdagangan dan investasi yang menjadi rujukan. Konkritnya, akan
dibahas garis besar materi dari WTO Agreements dan Bilateral Investment Treaties.
4. Berbagai macam hukum formal yang kedudukannya di bawah UU, seperti Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri hingga Peraturan Daerah, yang berisi
pengaturan tentang atau berkaitan dengan bidang ekonomi. Sumber hukum ini, bersama
dengan UU, yang kemudian akan disebut dengan istilah Regulasi Ekonomi yang menjadi
batang tubuh dari Hukum Ekonomi Indonesia. Sama seperti UU, berbagai Peraturan yang
bersifat regulatif di bidang ekonomi ini akan dipilih beberapa saja sebagai bahan
pembelajaran mengingat jumlahnya yang mencapai angka ribuan sejak sekitar tahun 1969
hingga tahun 2020an ini.

B. Perbedaan Hukum Ekonomi dengan Hukum Dagang


Berdasarkan penggunaan diksi (kata) saja, dapat dibedakan antara Ekonomi dengan Dagang
sehingga jelas pula bahwa Hukum Ekonomi tidak dapat disamakan dengan Hukum Dagang. Ada
beberapa factor pembedanya, seperti (a) definisi atau pengertian (b) sejarah pembentukan masing-
masing bidang hukum tersebut (c) metode pemahaman dan pengembangannya (d) tujuan, fungsi dan
peran dari masing-masing bidang hukum tersebut (e) hingga sumber hukum dari masing-masing
bidang itu. Hal-hal ini yang akan dibahas secara lebih mendalam dalam bab-bab selanjutnya. Namun
demikian, untuk memudahkan dapat disebutkan simpulan sederhana bahwa Hukum Ekonomi
bersifat hukum publik, sedangkan Hukum Dagang lebih bersifat hukum perdata. Fungsinya pun juga
berbeda yakni Hukum Ekonomi berfungsi mengatur relasi horizontal antara negara dengan
warganya, sedangkan Hukum Dagang berfungsi mengatur relasi antar individu atau antar warga.
Untuk sumber hukumnya, memang antara kedua bidang tersebut dapat memiliki sumber hukum
yang sama tetapi yang berbeda adalah jenis kaidah hukum di dalam sumber hukum tersebut. Misal,
suatu UU dapat menjadi sumber bagi Hukum Ekonomi maupun Hukum Dagang; namun apabila
diteliti lebih jauh akan tampak ketentuan atau norma dalam pasal berapa dari UU tersebut yang
dapat menjadi sumber Hukum Ekonomi dan bukan sumber Hukum Dagang, serta sebaliknya. Satu
hal yang pasti, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang jelas merupakan sumber hanya untuk Hukum
Dagang, bukan untuk Hukum Ekonomi.

C. Keterkaitan Hukum Ekonomi dengan Bidang Studi Lain


Sesuai dengan namanya, Hukum Ekonomi pasti tidak dapat dilepaskan dari bidang studi Ilmu
Ekonomi, terutama Ekonomi Makro dan bidang studi khusus di dalam kelompok Ilmu Ekonomi yakni
Ekonomi Industri dan Ekonomi Pembangunan (perhatikan, jangan disamakan dengan Pembangunan
Ekonomi). Lebih lanjut, karena Hukum Ekonomi mempelajari tentang Regulasi Ekonomi maka perlu
pemahaman pula tentang apa yang dinamakan Teori Regulasi, yang lazimnya menjadi bahan kajian
dari bidang studi Sosiologi, Ilmu Politik, dan juga Ilmu Ekonomi.
Bahkan, Hukum Ekonomi atau Regulasi Ekonomi merupakan asas, metode, dan prosedur hukum
yang ‘mengintervensi’ ekonomi, dalam arti Hukum Ekonomi ini mengatur, menata, mengarahkan
bahkan dalam banyak hal membatasi kebebasan individu dalam melakukan kegiatan dan transaksi
ekonomi, banyak ahli hukum maupun ekonom yang berpendapat tidak mudah merancang regulasi
Ekonomi. Ada banyak aspek dari sudut pandang Ilmu Ekonomi yang perlu diperhatikan oleh para
ahli hukum ketika hendak merancang sebuah regulasi atau produk hukum ekonomi. Hal ini berbeda
jika dibandingkan dengan misal membuat produk hukum tentang adopsi anak, perkawinan, waris
dan seterusnya. Merancang regulasi ekonomi berbeda dengan merancang kontrak sewa menyewa
rumah atau kontrak tentang waralaba atau tentang perjanjian kerja di mana untuk semua kontrak
ini para pihaknya berada dalam relasi keperdataan. Regulasi ekonomi selalu menyiratkan bahwa
salah satu pihak adalah Negara (yakni Pemerintah atau Eksekutif), artinya menyangkut kewenangan
Pemerintah dalam mencampuri aktivitas dan transaksi ekonomi yang mayoritas dilakukan oleh para
individu dan badan usaha.
Itu sebabnya, Regulasi atau Hukum Ekonomi, jika hendak dikaji lebih dalam, bukan hanya menuntut
seseorang untuk paham tentang ekonomi saja tetapi juga membuat ahli hukum perlu mempelajari
lebih lanjut tentang Teori Hukum dan Filsafat Hukum. Hal inilah yang membuat bidang studi Hukum
Ekonomi juga dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga menyentuh ke bidang studi khusus
yang dinamakan dengan Economic Analysis of Law atau Analisis Ekonomi terhadap Hukum. Bidang
kajian ini benar-benar membutuhkan metoda pendekatan atau metoda pemahaman yang bersifat
transdisipliner, sebab orang yang mendalaminya harus memadukan pola berpikir yang dikenal
dalam Ilmu Hukum dengan pola pikir dalam Ilmu Ekonomi. Dengan demikian, dapat dimengerti jika
bidang kajian yang sangat spesifik ini banyak ditemukan dalam kepustakaan Filsafat dan Teori
Hukum yang kontemporer.
Mengingat matakuliah Hukum Ekonomi hanya diberi bobot 2 sks dengan total jumlah pertemuan
kurang lebih hanya 10x tatap muka, maka untuk keperluan pembelajarannya tidak akan diajarkan
materi tentang Economic Analysis of Law ini. Materi yang telah siap untuk disajikan, dan juga
kompetensi lulusan yang diharapkan, hanya focus pada deskripsi tentang apa, mengapa, dan
bagaimana regulasi ekonomi itu dibutuhkan serta pemberlakuannya di Indonesia. Tidak termasuk
materi mengenai analisis transdisipliner tentang misal peraturan perundang-undangan mengenai
penyelesaian sengketa, lingkungan hidup, perbuatan melawan hukum, dsbnya.
Lebih lanjut, Hukum Ekonomi Indonesia berkaitan pula dengan bidang Hukum Ekonomi
Internasional yang sumber hukum utamanya adalah Hukum Internasional seperti perjanjian atau
traktat (treaties), kebiasaan internasional, opinion doctorum, putusan pengadilan atau arbitrase
internasional. Fakta ini disebabkan perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka terhadap
ekonomi negara lain sehingga Hukum Ekonomi nya pun juga mendapat pengaruh dari Hukum
Ekonomi Internasional. Bahkan, nanti akan diketahui bahwa beberapa asas dari Hukum Ekonomi
Internasional juga akhirnya menjadi asas bagi Hukum Ekonomi Indonesia karena pemerintah telah
meratifikasi berbagai macam perjanjian internasional di bidang ekonomi, khususnya perdagangan
dan investasi.

D. Tujuan, Fungsi, dan Peran Hukum Ekonomi


Penjelasan secara detil seputar tujuan, fungsi, dan peran Hukum Ekonomi bagi perekonomian suatu
negara membutuhkan waktu yang cukup panjang dan berkaitan dengan topik dalam bagian C di atas.
Pembahasan nanti akan dimulai dengan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
Sistem Ekonomi, macam-macam Sistem Ekonomi, karakteristik masing-masing Sistem Ekonomi
hingga kemudian penjelasan tentang bagaimana peran Negara (melalui Pemerintah) di dalam
macam-macam Sistem Ekonomi tersebut, alasan mengapa diperlukan peran Negara melalui
pembuatan Regulasi Ekonomi, hingga kemudian perlunya memperhatikan pedoman tentang
merancang Regulasi Ekonomi yang efektif bagi para ahli hukum.
Uraian mengenai tujuan dari Hukum Ekonomi dijelaskan pada saat pembahasan tentang perbedaan
Hukum Ekonomi dari Hukum Dagang. Pada prinsipnya, tujuan bidang hukum ini adalah untuk
memberikan kepastian hukum, ketertiban umum dan mewujudkan keadilan. Namun demikian,
bermacam tujuan tersebut harus dipahami dalam konteks ekonomi nasional, bukan dari perspektif
individual semata. Ada beberapa kondisi dalam berbagai transaksi dan aktivitas ekonomi yang
memperlihatkan terjadinya ketidak-seimbangan posisi tawar dari misal produsen dengan
konsumen, pengusaha dengan buruh, atau juga adanya factor eksternalitas yang semuanya
memerlukan campur tangan atau intervensi Pemerintah melalui pembuatan regulasi atau Hukum
Ekonomi. Tujuan seperti ini tidak dapat diwujudkan hanya dengan memberlakukan Hukum Perdata
dan Hukum Dagang.
Dengan mengemban tugas untuk mewujudkan tujuan dari ekonomi nasional seperti disiratkan di
atas, dapat dikatakan bahwa Hukum Ekonomi menjalankan fungsi untuk mendukung sistem
ekonomi yang diterapkan oleh setiap negara. Artinya, arah dari Hukum Ekonomi di sebuah negara
pasti akan disesuaikan dengan arah dan tujuan dari sistem ekonomi negara tersebut yang
kemungkinan besar sudah dinyatakan di dalam konstitusi nasionalnya. Apabila sistem ekonomi
suatu negara adalah liberal kapitalis, maka tentu fungsi Hukum Ekonomi di negara itu setidaknya
adalah untuk menyeimbangkan kepentingan umum (public) dengan kepentingan individu atau
badan usaha dengan menempatkan Pemerintah sebagai regulator atau pengatur/pengarah.
Pembahasan soal peran utama dari keberadaan dan penerapan (aplikasi) Hukum Ekonomi bagi suatu
negara merupakan salah satu isu besar yang banyak sekali diteliti dan ditulis oleh banyak ahli hukum
maupun ekonom. Salah satu yang paling sering menjadi bahan diskusi adalah peran Hukum Ekonomi
sebagai bagian dari penegakan prinsip Rule of Law (Supremasi Hukum) sebuah negara. Apabila suatu
negara berkomitmen mewujudkan rule of law maka menurut banyak ahli hukum hal itu akan
memfasilitasi kelancaran semua transaksi dan aktivitas ekonomi negara tersebut. Tanpa rule of law,
pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional suatu negara akan terganggu. Oleh sebab itu,
mahasiswa perlu untuk mempelajari apa makna paling pokok atau utama dari prinsip Rule of Law
dan fungsinya bagi ekonomi sebuah negara. Memang, dalam kepustakaan asing banyak ditemukan
tulisan dari para ahli hukum maupun ekonom yang belum sepakat bulat untuk memastikan bahwa
ada kaitan dan dampak langsung antara Hukum (yakni utamanya Hukum Ekonomi) dengan
kesuksesan ataupun kegagalan Pembangunan Ekonomi di negara-negara di dunia ini. Namun,
mereka sepakat bahwa ada bukti beberapa bidang atau pranata hukum dapat mendorong atau
meningkatkan kualitas sector ekonomi tertentu dalam sebuah negara. Misal, pranata hukum kontrak,
pasar modal, perburuhan, tanah, perbankan, persaingan usaha semuanya berperan memfasilitasi
atau mendorong berbagai transaksi ekonomi. Bayangkan saja jika berbagai pranata hukum ini tidak
ada, maka tidak mungkin transaksi ekonomi akan berjalan dengan tertib, pasti, dan adil. Namun,
mereka belum sepakat apakah hukum sebagai sebuah sistem yang utuh benar-benar berkait
langsung dengan sistem ekonomi tertentu.

E. Beberapa Asas atau Prinsip Hukum Ekonomi


Sebagai sebuah sistem, Hukum Ekonomi memiliki bermacam sumber hukum yang memuat asas-asas
atau prinsip-prinsip hukum dan norma-norma atau ketentuan hukum dalam pasal-pasal. Tentu asas
hukum ekonomi yang paling utama adalah yang tercantum di dalam konstitusi. Namun, bisa jadi asas-
asas tersebut justru lebih banyak tercantum di dalam UU, dan juga dalam hukum kebiasan
internasional serta perjanjian-perjanjian internasional di bidang ekonomi. Hal terakhir ini bukan
merupakan sesuatu yang mengejutkan mengingat sifat perekonomian setiap negara, termasuk
Indonesia, yang sangat terbuka. Akibatnya, hubungan atau relasi ekonomi antar negara harus
mematuhi aturan main yang terdapat dalam Hukum Ekonomi Internasional. Kemudian, karena
pemerintah telah meratifikasi perjanjian-perjanjian internasional di bidang ekonomi, maka
akibatnya asas-asas dan norma-norma dalam perjanjian-perjanjian tersebut menjadi bagian dari
hukum nasional.
Beberapa contoh dari asas-asas Hukum Ekonomi yang tercantum di dalam UUD 1945 Amandemen
Keempat misalnya asas kekeluargaan, asas menguasai hajat hidup orang banyak, asas penghidupan
yang layak. Kemudian ada banyak asas hukum yang tercantum dalam ratusan UU di bidang ekonomi,
seperti asas pembangunan yang berkelanjutan, asas kepentingan umum, asas kemandirian, dstnya.
Beberapa asas Hukum Ekonomi yang bersumber dari Hukum Ekonomi Internasional, antara lain,
asas non-diskriminasi, asas perlakuan nasional, asas kedaulatan negara atas sumber daya alam, dll.
Penjelasan mengenai berbagai macam contoh asas Hukum Ekonomi akan dilanjutkan dengan
pembahasan tentang jenis-jenis kaidah Hukum Ekonomi yang ditemukan dalam berbagai peraturan
perUUan berikut sifat dan contoh-contohnya.

Anda mungkin juga menyukai