HUKUM EKONOMI
1.2. TUJUAN
Untuk menambah pengetahuan tentang aspek hukum dalam ekonomi dan mengulas
kembali pelajaran mata kuliah aspek hukum dalam ekonomi. Diharapkan juga agar dapat
bermanfaat bagi kita semua.
1.3. ASPEK HUKUM
1. Pentingnya Hukum Bagi Pelaku Ekonomi /Bisnis.
Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke
berbagai bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Hukum Ekonomi/Bisnis merupakan
salah satu pilar penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan
pembangunan.
Dalam melakukan Ekonomi/bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum
karena hukum sangat berperan mengatur bisnis agar ekonomi/bisnis bisa berjalan dengan
lancar, tertib, aman sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan
tersebut, contoh hukum ekonomi/bisnis adalah Undang-Undang Perlindungan Konsumen
(UU No. 8 tahun 1999). Dalam undang-undang perlindungan konsumen dalam pasal disebut
diatur tentang kewajiban Pengusaha mencantumkan lebel halal dan kadaluarsa pada setiap
produk yang ia keluarkan. Dengan kewajiban tersebut konsumen terlindungi kesehatannya
karena ada jaminan perlindungan jika produk sudah daluarsa. Begitu juga dengan konsumen
umat Islam adanya lebel halal akan terjamin dari mengkonsumsi produk haram. Contoh-
contoh hukum yang mengatur dibidang Ekonomi/bisnis, Hukum Perusahaan (PT, CV,
Firma), Kepailitan, Pasar Modal, Penanaman Modal PMA/PMDN, Likuidasi, Merger,
Akuisisi, Perkreditan, Pembiayaan, Jaminan Hutang, Surat Berharga, Hukum
Ketenagakerjaan/Perburuhan, Hak Kekayaan Intelektual, Hukum Perjanjian (jual
beli/transaksi dagang), Hukum Perbankan, Hukum Pengangkutan, Hukum Investasi, Hukum
Teknologi, Perlindungan Konsumen, Hukum Anti Monopoli, Keagenan, Distribusi, Asuransi,
Perpajakan, Penyelesaian Sengketa Ekonomi/bisnis, Perdagangan Internasional/WTO,
Kewajiban Pembukuan, dll.
Dengan demikian jelas aturan-aturan hukum tesebut diatas sangat dibutuhkan dalam
dunia bisnis. Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan/perjanjian bisnis itu membutuhkan sesuatu
yang lebih dari pada sekadar janji serta itikad baik saja.
2. Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.
Disinilah peran hukum bisnis tersebut.
Untuk itu pemahaman Hukum Ekonomi/Bisnis dewasa ini dirasakan semakin penting,
baik oleh pelaku bisnis dan kalangan pembelajar hukum, praktisi hukum maupun pemerintah
sebagai pembuat regulasi kebijakan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini tidak terlepas
dari semakin intens dan dinamisnya aktifitas bisnis dalam berbagai sektor serta
mengglobalnya sistem perekonomian.
Menurut Ismail Saleh dalam bukunya “HUKUM DAN EKONOMI” 1996, :
”Memang benar ekonomi merupakan tulang punggung kesejehateraan masyarakat dan
memang benar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tiang-tiang penopang kemajuan
suatu bangsa namun tidak dapat disangkal bahwa hukum merupakan pranata yang pada
akhirnya menentukan bagaimana kesejehateraan yang dicapai tersebut dapat dinikmati secara
merata, bagaimana keadilan sosial dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan
bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membawa kebahagiaan rakyat
banyak”.
Berdasarkan hal diatas, sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam dunia
ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu ekonomi/bisnis tidak
akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan dan keadilan yang dinikmati
secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua itu. Agar tidak ada terjadi
pengusaha kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin
miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Disinilah
peran hukum membatasi hal tersebut. Maka dibuat perangkat hukum yang mengatur dibidang
bisnis tersebut (hukum Ekonomi/bisnis).
Dengan telah dibuatnya Aspek Hukum Ekonomi/bisnis tersebut (peraturan perundang-
undangan) imbasnya adalah hukum ekonomi/bisnis tersebut harus diketahui/dipelajari oleh
pelaku bisnis sehingga bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor hukum dan tidak
mempraktikkan bisnis yang bisa merugikan masyarakat luas (monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat).
Bagaimanapun juga adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks
melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama ekonomi/bisnis yang terjadi sangat
beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan. Keanekaragaman
kerjasama ekonomi/bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru karena
hukum harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.
2. Hukum, Bisnis dan Hukum Ekonomi/Bisnis
a. Hukum
Untuk itu pula ada baiknya memberikan Definisi Hukum sebagai acuan kita
untuk mempelajari mata kuliah Hukum Ekonomi /Bisnis.
Definisi hukum dari dulu para ahli belum ada satu kesatuan. Masing-masing
mereka mendefinisikan yang berbeda-beda pula namun maknanya sama. Mugkin itulah
ciri khas ilmu sosial bahwa sebuah definisi tidak harus baku. Lain hal dengan ilmu
eksak/pasti sebuah definisi harus ajeg dan tidak boleh berubah-rubah. Namun, tatkala
kita kan mempelajari hukum positif yaitu hukum yang berlaku di suatu negara seperti
negara Indonesia, maka tentu perlu sebuah batasan definisi sebagai acuan/pegangan
sehingga kita akan mudah dalam mempelajari sebuah hukum tersebut.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perlunya norma hukum karena ketiga
norma tersebut tidak mampu memberikan secara langsung rasa keadilan dan kebenaran
bagi masyarakat. Norma agama hanya berlaku bagi agamanya masing-masing, tidak
berlaku secara menyeluruh bagi agama yang lain. Norma kesopanan dan kesusilaan
juga hanya berlaku pada golongan tertentu. Sebab bisa saja golongan satu menganggap
ini tidak sopan/tidak susila sementara golongan yang lain itu adalah sopan/susila.
Untuk itu perlu sebuah norma yang mengatur kepentingan yang sama dan
menyeluruh dalam penegakannya tanpa kecuali. Dalam hukum dikenal dengan istilah
berlaku secara unifikasi (berlaku bagi seluruh golongan). Norma semacam ini dapat
berlaku secara menyeluruh dikarenakan dalam pembuatan norma itu jelas, baik itu tata
cara pembuatannya, bentuknya maupun siapa yang membuat. Tata cara pembuatannya
tentu harus mengacu pada kepentingan-kepentingan masyarakat yang harus dilindungi.
Bentuknya tentu harus tertulis yang dikenal dengan istilah azas legalitas. Sedangkan
siapa yang membuatnya tentu lembaga yang berwenang sebagai lembaga perwakilan
yang berkepentingan (rakyat).
Hukum ? Apa itu hukum ? Banyak sekali para ahli memberikan definisi
hukum. Tidak ada kesamaan definitif atas definisi tersebut. Hal ini kata Prof. Dr.
Satjipto Rahardjo, SH, hukum ranahnya sangat luas. Namun walaupun para ahli tidak
mempunyai kesamaan dalam memberikan definisi. Hakikat dan maksud dari definisi
para ahli tersebut sama. Para fakar hukum sepakat bahwa dengan kompleksitas dan
multiperspektif, hukum tidak dapat didefinisikan secara komprehensif dan
representatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Van Apeldoorn, tidaklah mungkin suatu
definisi untuk ”hukum”. Pernyataan tersebut bukanlah suatu pandangan yang
pesimistis, tetapi didasarkan pada kenyataan betapa kompleks dan multipersepektif
untuk mendefinisikan hukum. Dalam bukunya berjudul Inleiding tot de studie van Het
Netherlandse Recht, 1955, Apeldoorn menyebutkan bahwa hukum yang banyak
seginya dan meliputi segala macam yang menyebabkan tak mungkin orang membuat
suatu definisi apa sebenarnya hukum itu)
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak
mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka
sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
2. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu
menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu
sebenarnya.
3. E. Utrecht, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.
4. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi.
5. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-
peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan
yaitu hukuman tertentu.
6. M.H. Tirtaatmidjaja, SH, Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut
dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman
mesti mengganti kerugian —- jika melanggar aturan-aturan itu akan
membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, di denda dsb.
7. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu
gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
8. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah
laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.
9. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak
bebruat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan
masyarakat.
Walaupun kita mengkompilasi sejumlah pendapat sarjana dalam definisi apa
hukum itu, namun tetap tidak akan mampu memperoleh suatu definisi yang
memuaskan semua pihak. Namun demikian paling tidak dari sejumlah pendapat
sarjana diambil pemahaman yang saling melengkapi satu sama lain. Kita tidak
bebicara masalah puas atau tidak, tetapi memberikan pemahaman tentang pengertian
hukum. Untuk itu dari sekian definisi tersebut, penulis akan memberikan definisi
berdasarkan kesimpulan dari definisi-definisi para ahli tersebut. Tujuannya adalah
agar mahasiswa bisa memahami secara mendasar tentang hukum dalam rangka
mempelajari mata kuliah hukum bisnis selanjutnya.
b. Pengertian Hukum
Pengertian hukum dapat dibedakan menjadi pengertian hukum menurut para ahli
dan pengertian hukum secara umum. Pengertian hukum menurut para ahli yang
dimaksud disini adalah pengertian hukum yang diberikan oleh ahli hukum. Terdapat
beberapa pengertian hukum menurut para ahli yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini
terjadi karena hingga saat ini belum ada kesepahaman antara para ahli mengenai definisi
hukum yang dapat disepakati. Berikut ini adalah beberapa pengertian hukum menurut
para ahli hukum Indonesia maupun ahli hukum Luar Negeri.
Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Hukum di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa pengertian hukum menurut para ahli hukum yang
berasal dari dalam negeri, antara lain:
Berikut ini adalah pengertian hukum menurut para ahli hukum yang berasal dari
luar negeri, antara lain:
1. Plato
Merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat
masyarakat
2. Aristoteles
Sesuatu yang sangat berbeda daripada sekedar mengatur dan mengekspresikan
bentuk dari konstitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para
hakim dan putusannya di pengadilan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
pelanggar
3. Van Vanenhoven
Suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan
berbenturan tanpa henti dari dan dengan gejala-gejala lain
4. Karl Marx
Suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam masyarakat pada suatu
tahap perkembangan tertentu
Setelah diuraikan pengertian hukum menurut para ahli dari luar negeri dan pengertian
hukum menurut para ahli dari dalam negeri, selanjutnya mari kita lihat pengertian hukum
secara umum.
Selain pengertian hukum menurut para ahli yang disebutkan diatas, terdapat juga
pengertian hukum secara umum sebagai berikut:
Himpunan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan bermasyarakat, dibuat oleh
lembaga yang berwenang dan bersifat memaksa serta berisi perintah dan larangan yang
apabila dilanggar akan mendapat sanksi.
Tujuan Hukum
Sumber Hukum
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah: segala apa saja yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekutan yang bersifat memaksa,yakni
aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum itu dapat kita tinjau dari segi material dan segi formal:
a) Undang-Undang (Statute)
Undang-undang ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara.
b) Kebiasaan (Costum)
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal sama.
c) Keputusan-keputusan Hakim (Jurisprudentie)
Keputusan Hakim ialah keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian
keputusan serupa yang menjadi dasar bagi pengadilan (Standart-arresten)
untuk mengambil keputusan.
d) Traktat (Treaty)
Traktat yaitu perjanjian mengikat antara kedua belah pihak yang terkait
tentang suatu hal.
1. Tata Cara .merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk perbuatan
sanksi yang ringan terhadap pelanggarnya. Misal : aturan memegang garpu dan
sendok saat makan dan penyimpangannya : bersendawa saat makan.
3. Tata Kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama
dan ideolagi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan
suatu perbuatan dan di lain pihak melarang suatu perbuatan sehingga secara
langsung ia merupakan alat pengendalian sosial agar anggota masyarakat
menyesuaikan tindakan-tindakan itu.
4. Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun kuat mengikat sehingga
anggota masyarakat yang melanggar adat akan menderita karena sanksi keras
yang kadang secara tidak langsung seperti pengucilan, dikeluarkan dari
masyarakat, atau harus memenuhi persyaratan tertentu.
5. Hukum merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis.
Sanksinya tegas dan merupakan suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada
anggota masyarakat yang beirsi ketentuan, perintah, kewajiban dan larangan
agar tercipta ketertiban dan keadilan.
2. Norma Sosial Dilihat dari Sumbernya:
a) Norma Agama, yakni ketentuan hidup yang bersumber dari ajaran
agama(wahyu dan revelasi)
b) Norma Kesopanan, ketentuan hidup yang berlaku dalam interaksi sosial
masyarakat
c) Norma Kesusilaan, ketentuan yang bersumber pada hati nurani,moral,atau
filsafat hidup
d) Norma Hukum, ketentuan tertulis yang berlaku dari kitab undang-undang
suatu negara
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Sehingga, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran.
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi
yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari
dalam masyarakat.
a. Asas manfaat
b. Asas keadilan dan pemerataan yang berperikemanusiaan.
c. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan.
d. Asas kemandirian yang berwawasan kebangsaan.
e. Asas usaha bersama atau kekeluargaan
f. Asas demokrasi ekonomi.
g. Asas membangun tanpa merusak lingkungan.
a. UUD 1945
b. Tap MPR
c. Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Keputusan Presiden
f. Sk Menteri
g. Peraturan Daerah
1. Subyek Hukum
Subyek hukum adalah orang pembawa hak dan kewajiban atau setiap mahkluk
yang berwenang untuk memiliki, memperoleh dan menggunakan hak, dan kewajiban
dalam lalu lintas hukum.
a. Manusia
Manusia sebagai subyek hukum telah mempunyai hak dan mampu menjalankan
hak nya dan di jamin oleh hukum. Pada prinsipnya orang sebagai subyek hukum
dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun ada pengecualian menurut Pasal 2
KUHP, bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir
dan menjadi subyek hukum jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal
kewarisan. Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia, maka menurut
hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan termasuk subyek hukum.
Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subyek hukum, karena
tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum (Personae miserabile) yaitu :
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah
2. Orang yang berada dalam pengampuan (curatele) yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros, dan Isteri yang tunduk pada pasal 110 KUHP, yg sudah
dicabut oleh SEMA No.3/1963
b. Badan Hukum
Badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum. Jadi badan hukum
sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan persetujuan – persetujuan,
memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggotanya. Misalnya
suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara :
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan
dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Misalkan benda-benda ekonomi,
yaitu benda-benda yang untuk dapat diperoleh manusia memerlukan “pengorbanan”
dahulu sebelumnya. Hal pengorbanan dan prosedur perolehan benda-benda tersebut
inilah yang menjadi sasaran pengaturan hukum dan merupakan perwujudan dari hak
dan kewajiban subjek hukum yang bersangkutan sehingga benda-benda ekonomi
tersebut menjadi objek hukum. Sebaliknya benda-benda non ekonomi tidak termasuk
objek hukum karena untuk memperoleh benda-benda non ekonomi tidak diperlukan
pengorbanan mengingat benda-benda tersebut dapat diperoleh secara bebas.
Akibatnya, dalam hal ini tidak ada yang perlu diatur oleh hukum. Karena itulah
akan benda-benda non ekonomi tidak termasuk objek hukum. Misalkan sinar matahari,
air hujan, hembusan angin, aliran air di daerah pegunungan yang terus mengalir melalui
sungai-sungai atau saluran-saluran air.
a) Benda Bergerak
Dibedakan menjadi 2, benda bergerak karena sifatnya, dan benda bergerak
karena ketentuan undang-undang.
a. Jaminan Umum
Dalam hal ini benda yang dapat dijadikan pelunasan jaminan umum apabila
telah memenuhi persyaratan antara lain :
- Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).
- Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.
b. Jaminan khusus
Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak khusus pada jaminan
tertentu bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia.
1. Gadai
Dalam pasal 1150 KUH Perdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang
diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh
debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang. Selain itu
memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari
barang tersebut lebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-
biaya untuk melelang barang dan biaya yang telah di keluarkan untuk
memelihara benda itu dan biaya-biaya itu didahulukan.
Sifat-sifat Gadai yakni :
i. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud.
iii. Obyek gadai adalah semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa
digadaikan baik benda bergerak berwujud maupun benda bergerak
yang tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk mendapatkan
berbagai hutang yakni berwujud surat-surat piutang kepada pembawa
(aan toonder) atas tunjuk (aan order) dan atas nama (op naam) serta
hak paten.
2. Hipotik
Hipotik berdasarkan Pasal 1162 KUH perdata adalah suatu hak kebendaan atas
benda tidak bergerak untuk mengambil pengantian dari padanya bagi pelunasan
suatu perhutangan (verbintenis).
Kapal laut dengan bobot 20 m³ ke atas berdasarkan pasal 509 KUH perdata,
pasal 314 ayat 4 KUH dagang dan undang-undang N0.12 tahun 1992 tentang pelayaran
sementara itu kapal berdasarkan pasal 509 KUH perdata menurut sifatnya adalah benda
bergerak karena bisa berpindah atau dipindahkan sedangkan berdasarkan pasal 510
KUH perdata kapal-kapal, perahu-perahu, perahu tambang, gilingan-gilingan dan
tempat pemandian yang di pasang di perahu atau berdiri terlepas dan benda-benda
sejenis itu adalah benda bergerak.
KUHPerdata
Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang
berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia
adalah hukum perdata barat Belanda yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan
Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W. Sebagian materi B.W. sudah
dicabut berlakunya & sudah diganti dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai
UU Perkawinan, UU Hak Tanggungan, UU Kepailitan.you
Pada 31 Oktober 1837, Mr.C.J. Scholten van Oud Haarlem di angkat menjadi
ketua panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing
sebagai anggota yang kemudian anggotanya ini diganti dengan Mr. J.Schneither dan
Mr. A.J. van Nes. Kodifikasi KUHPdt. Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April
1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1948.
Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di Indonesia,
tidak lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula dari benua Eropa, terutama di
Eropa Kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi, disamping adanya Hukum tertulis
dan Hukum kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu
sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena itu hukum di di Eropa
tidak terintegrasi sebagaimana mestinya, dimana tiap-tiap daerah memiliki peraturan-
peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda.
Oleh karena adanya perbedaan terlihat jelas bahwa tidak adanya kepastian
hukum yang menunjang, sehingga orang mencari jalan untuk kepastian hukum dan
keseragaman hukum. Pada tahun 1804batas prakarsa Napoleon terhimpunlah Hukum
Perdata dalam satu kumpulan peraturan yang bernama “Code Civil des Francais” yang
juga dapat disebut “Code Napoleon”.
Dan mengenai peraturan-peraturan hukum yang belum ada di Jaman Romawi
anatar lain masalah wessel, assuransi, dan badan-badan hukum. Akhirnya pada jaman
Aufklarung (jaman baru pada sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada kitab
undang-undang tersendiri dengan nama “Code de Commerce”.
Sejalan degan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (1809-1811), maka Raja
Lodewijk Napoleon menetapkan: “Wetboek Napoleon Ingeright Voor het Koninkrijk
Holland” yang isinya mirip dengan “Code Civil des Francais atau Code Napoleon”
untuk dijadikan sumber Hukum Perdata di Belanda (Nederland).
Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil) ialah hukum yang memuat segala
peraturan yang mengatur hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan
kepentingan dari masing-masing yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di dalamnya
terkandung hak dan kewajiban seseorang dengan suatu pihak secara timbal balik dalam
hubungannya terhadap orang lain dalam suatu masyarakat tertentu.
Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang
sekarang dikenal denagn HAP (Hukum Acara Perdata) atau proses perdata yang artinya
hukum yang memuat segala aperaturan yang mengatur bagaimana caranya
melaksanakan praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Kondisi Hukum Perdata dewasa ini di Indonesia dapat dikatakan masih bersifat
majemuk yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari keaneka ragaman ini ada 2 faktor
yaitu:
1. Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat Bangsa Indonesia, karena
negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa
2. Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang pada pasal 163.I.S. yang membagi
penduduk Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu:
1. Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan
Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum
Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.
2. Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan yang dipersamakan berlaku
Hukum Adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan
rakyat, dimana sebagian besar Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup
dalam tindakan-tindakan rakyat
3. Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum masing-
masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina,
India, Arab) diperbolehkan untuk menundukan diri kepada Hukum Eropa Barat
baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hukum
tertentu saja.
Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara
Perdata dan Hukum Acara Pidana harus diletakan dalam kitab Undang-undang yaitu di
Kodifikasi). Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang
berlaku di negeri Belanda (sesuai azas Konkordansi).
Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (yaitu Tionghoa, Arab,
dan lainnya) jika ternyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya,
dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.
Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan di
bawah suatu peraturan bersama denagn bangsa Eropa, diperbolehkan menundukkan diri
pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik
secara umum maupun secara hanya mengenai perbuatan tertentu saja.
Dan ada pula Peraturan-Peraturan yang berlaku bagi semua golongan warga
negara, yaitu:
Sistematika Hukum Perdata Kita (BW) ada dua pendapat. Pendapat pertama
yaitu, dari pemberlaku Undang-undang berisi:
Buku II : Berisi tentang hal benda. Dan di dalamnya diatur hukum kebendaan
dan hukum waris.
Buku III : Berisi tentang hal perikatan. Di dalamnya diatur hak-hak dan
kewajiban timbal balik antar orang-orang atau pihak-pihak tetentu.
Pendapat yang kedua menurut Ilmu Hukum/Doktrin dibagi dalam 4 bagian yaitu:
b. Hukum Kekeluargaan.
Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari hubungan
kekeluargaan yaitu: perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum
kekayaan antara suami dengan istri, hubungan antara orang tua dan anak,
perwalian dan curatele.
c. Hukum Kekayaan.
Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan
uang. Hak-hak kekayaan terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap
tiap-tiap orang, oleh karenanya dinamakan Hak Mutlak dan Hak yang hanya
berlaku terhadap seseorang atau pihak tetetu saja dan karenanya dinamakan
hak perseorangan.
Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat
terlihat dinamakan hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan
kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan.
Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat
terlihat.
d. Hukum Warisan
Mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang jika ia meningal.
Disamping itu hukumwarisan mengatur akibat-akibat dari hubungan
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang.
BAB IV
Hukum Perjanjian dan Hukum Perikatan
2.Menurut Remi Syahdeini, Keabsahan berlakunya kontrak baru tidak perlu lagi
dipersoalkan karena kontrak baru eksistensinya sudah merupakan kenyataan.
Kontrak baru lahir dari kebutuhan masyarakat (society nuds). Dunia bisnis tidak
dapat berlangsung dengan kontrak baru yang masih dipersoalkan
Jenis-jenis Perjanjian :
i. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak
ii. Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani
iii. Perjanjian bernama dan tidak bernama
iv. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligator
v. Perjanjian konsesual dan perjanjian real
Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian
harus memenuhi empat syarat yaitu :
a) Sepakat untuk mengikatkan diri
Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian
itu harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang
diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak
ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
b) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti mempunyai wewenang
untuk membuat perjanjian atau mngadakan hubungan hukum. Pada asasnya
setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut
hukum.
c) Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk
dapat menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338
KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
suatu pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya.
d) Sebab yang halal
Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud untuk
mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal
ialah jika ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila
atau ketertiban. Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab
yang palsu atau dilarang tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.
Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut syarat-
syarat subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif, karena
mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan.
4.4. Saat Lahirnya Perjanjian
Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas
konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat terjadinya
konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang diperjanjikan.
Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang yang
dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian kehendak
antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa yang
disepakati.
Ada beberapa Teori yang bisa digunakan untuk menentukan saat lahirnya
kontrak yaitu:
Suatu Perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian
ataupun batal demi hukum. Perjanjian yang dibatalkan oleh salah satu pihak biasanya
terjadi karena :
1. Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak diperbaiki dalam
jangka waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
2. Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami
kebangkrutan atau secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3. Pekerja meninggal dunia
4. Jangka waktu perjanjian kerja berakhir
5. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap
6. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan kerja, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.
Pelaksanaan Perjanjian
Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan ukuran objektif
untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Salah satunya untuk
memperoleh hak milik ialah jual beli. Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak dan
kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai
tujuannya.
Jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa. Perjanjian
yang telah dibuat secara sah mengikat pihak-pihak, perjanjian tersebut tidak boleh
diatur atau dibatalkan secara sepihak saja.
Hukum perikatan dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut
sistem terbuka, yakni setiap orang dapat mengadakan perjanjian mengenai apapun
sesuai dengan kehendaknya, artinya dapat menyimpang dari yang sudah ditetapkan.
Perikatan adalah hubungan yang terjadi antara dua orang (pihak) atau lebih, yakni
pihal yang satu berharap prestasi sedangkan pihak lainnya akan memenuhi prestasi,
begitu juga sebaliknya.
Dasar Hukum Perikatan
Dasar-dasar hukum perikatan dalam KUH Perdata terdapat tiga sumber, yaitu .
Asas-asas dalam hukum perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata, yakni menganut
asas kebebasan berkontrak dan asas konsensualisme.
Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya kata
sepakat anatara para pihak mengenai hal-hal pokok dan tidak memerlukan suatu
formalitas. Dengan demikian jika dilihat dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
maka dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian inti dan bagian bukan inti.
Wanprestasi
Wanprestasi timbul apabila salah satu pihak (debitur) tidak melakukan apa yang di
perjanjikan, misalnya ia lalai atau ingkar janji.
Akibat-Akibat Wanprestasi
MoU merupakan perkembangan baru dalam aspek hukum dalam ekonomi, karena di
Indonesia istilah MoU baru akhir-akhir ini dikenal. Sebelumnya dalam ilmu ekonomi
maupun ilmu hukum tidak ada.
Asas kebebasan berkomtrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk
Kedudukan yuridis suatu MoU terdapat dua perbedaan pendapat, adalah sebagai
berikut.
Tujuan dari MoU ini adalah memberikan kesempatan kepada pihak yang bersepakat
untuk memperhitungkan apakah saling menguntungkan atau tidak jika dilakukan
kerjasama.
Jika salah satu pihak melakukan wanprestasi, tetapi jika sanksi-sanksi sudah
dicantumkan dalam MoU akan bertentangan dengan hukum perjanjian/perikatan.
BAB V
Hukum Dagang (KUHD)
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata. Hukum
perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang merupakan
hukum khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua kelompok hukum
tersebut, maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex
generalis, artinya hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat
umum. Adagium ini dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum
Dagang yang pada pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus
diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah pemiliknya dan
dilihat dari status hukumnya.
a) Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya terdiri dari
perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan
b) Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari status hukumnya terdiri dari perusahan
berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
2. Persahaan Negara
Perusahaan disebut dengan BUMN yang terdiri dari 3 bentuk :
a) Perusahaan Jawatan
b) Perusahaan Umum
c) Perusahaan Perseroan
Perseroan Terbatas adalah kumpulan orang yang diberi hak dan pengakuan oleh
hukum untuk mencapai tujuan tertentu. Modal yang ada didalamnya adalah modal dasar,
modal yang ditempatkan, dan modal yang disetorkan. Sedangkan organ-organ yang ada
dalam PT adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha
koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat 1. Dengan adanya
penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 koperasi berkedudukan sebagai soko guru
perekonomian nasional sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalma sistem
perekonomian nasional.
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan
persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang.
Organ-organ dalam yayasan meliputi Pembina, Pengurus dan Pengawas.
BUMN adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun dan bergerak dalam
bidang usaha apapun yang sebagian atau seluruh modalnya merupakan kekayaan
Negara, kecuali jika ditentukan lain berdasarkan Undang Undang.
BAB VI
Wajib Daftar Perusahaan
Dari kedua pasal di atas firma dan perseroan terbatas diwajibkan mendaftarkan
akta pendiriannya pada pengadilan negeri tempat kedudukan perseroan itu berada,
selanjutnya pada tahun 1982 wajib daftar perusahaan diatur dalam ketentuan tersendiri
yaitu UUWDP yang tentunya sebagai ketentuan khusus menyampingkan ketentuan
KUHD sebagai ketentuan umum. Dalam pasal 5 ayat 1 UUWDP diatur bahwa setiap
perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di kantor pendaftaran
perusahaan.
Pada tahun 1995 ketentuan tentang PT dalam KUHD diganti dengan UU No.1
Tahun 1995, dengan adanya undang-undang tersebut maka hal-hal yang berkenaan
dengan PT seperti yang diatur dalam pasal 36 sampai dengan pasal 56 KUHD beserta
perubahannya dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UUWDP pada tahun 1998 diterbitkan
Keputusan Menperindag No.12/MPP/Kep/1998 yang kemudian diubah dengan
Keputusan Menperindag No.327/MPP/Kep/7/1999 tentang penyelenggaraan Wajib
Daftar Perusahaan serta Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Keputusan ini dikeluarkan
berdasarkan pertimbangan bahwa perlu diadakan penyempurnaan guna kelancaran dan
peningkatan kualitas pelayanan pendaftaran perusahaan, pemberian informasi,
promosi, kegunaan pendaftaran perusahaan bagi dunia usaha dan masyarakat,
meningkatkan peran daftar perusahaan serta menunjuk penyelenggara dan pelaksana
WDP. (I.G.Rai Widjaja, 2006: 273)
Jadi dasar penyelenggaraan WDP sebelum dan sewaktu berlakunya UUPT yang
lama baik untuk perusahaan yang berbentuk PT, Firma, persekutuan komanditer,
Koperasi, perorangan ataupun bentuk perusahaan lainnya diatur dalam UUWDP dan
keputusan menteri yang berkompeten.
6.2. Ketentuan wajib daftar perusahaan
Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak. Yang dimaksud dengan
sifat terbuka adalah bahwa Daftar Perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga
sebagai sumber informasi ( Pasal 3 ).
Caranya:
i. Mengisi formulir pendaftaran yang disediakan
ii. Membayar biaya administrasi
iii. Pendaftaran Perusahan wajib dilakukan oleh pemilik/ pengurus/
penanggung jawab atau kuas perusahaan.
Hal-hal yang wajib didaftarkan itu tergantung pada bentuk perusahaan, seperti
; perseroan terbatas, koperasi, persekutuan atau perseorangan. Perbedaan itu terbawa
oleh perbedaan bentuk perusahaan. Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H memberi
contoh apa saja yang yang wajib didaftarkan bagi suatu Perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas sebagai berikut
A. Umum:
1. nama perseroan
2. merek perusahaan
3. tanggal pendirian perusahaan
4. jangka waktu berdirinya perusahaan
5. kegiatan pokok dan kegiatan lain dari kegiatan usaha perseroan
6. izin-izin usaha yang dimiliki
7. alamat perusahaan pada waktu didirikan dan perubahan selanjutnya
8. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, agen serta perwakilan perseroan.
3. Menjelaskan mengenai surat yang berharga seperti cek dan wesel dan fungsi surat berharga
Sesuatu surat dapat dikatakan sebagai surat berharga apabila surat-surat tersebut mempunyai
nilai seperti uang tunai dan dapat ditukarkan dengan uang tunai.
Surat-surat berharga yang dikeluarkan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
a. Surat Berharga (Negotiable Instrument), dikatakan surat berharga apabila surat tersebut
sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi, berupa pembayaran sejumlah uang,
tetapi tidak dilakukan dengan mata uang melainkan dengan alat pembayaran lain seperti cek,
wesel, surat sanggup, commercial paper dll.
b. Surat yang Berharga (Letter of Value) merupakan surat yang diterbitkan sebagai pemenuhan
prestasi yang berupa bukan pembayaran sejumlah uang, melainkan sebagai bukti diri bagi
pemegangnya, seperti KTP, SIM, Kartu Kredit, ATM dll.
Ad. 2. Jenis- jenis Surat Berharga
· Wesel, Cek, Bilyet Giro, Surat Sanggup, Commercial Paper, Surat Berharga Pasar Uang,
Garansi Bank, Sertifikat Bank Indonesia.
“Wesel” di dalam naskah surat wesel yang bersangkutan dan perintah tidak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu ; nama orang yang harus membayar (tersangkut / tertarik),
penetapan hari bayar, penetapan tempat pembayaran yang harus dilakukan, tanggal dan tempat
wesel diterbitkan, dan tanda tangan penerbit.
Apabila salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi, maka surat tersebut tidak dapat diperlakukan
sebagai Surat Wesel, kecuali ada syarat pengecualian yang telah diaturnya.
Akseptasi adalah suatu pernyataan sanggup untuk membayar dari tertarik / pembayar yang
ditulis di atas surat-surat weselserta ditanda tangani. Maka terdapat suatu Hak Regres, yaitu
merupakan hak untuk menegur bagi setiap tertarik yang menolak untuk melakukan akseptasi /
menolak untuk menyetujui pembayaran wesel tersebut, walaupun hari pembayarannya belum
tiba.
Terdapat 4 macam surat wesel di mana pengaturan hari pembayaran yang berlainan, yaitu :
2. Wesel yang harus dibayar pada waktu setelah ditunjukkannnya (wesel setelah unjuk)
4. Wesel yang harus dibayar pada tanggal tertentu yang tertera dalam surat weselnya.
Pasal 132 ayat (2) KUH Dagang, apabila wesel yang hari bayarnya dilakukan dengan cara lain
selain ke-4 (empat) cara di atas atau menetapkan pembayaran dengan cara di atas atau
menetapkan pembayaran dengan cara diangsur maka dianggap batal demi hukum.
Dasar hukum pengaturan cek diatur dalam pasal 178 sampai dengan 229 KUH Dagang, di
samping itu ada tambahan penjelasan yang dimuat dalam surat edaran Bank Indonesia. Dalam
pasal 178 KUH Dagang ditentukan syarat untuk cek sebagai surat berharga :
1. Harus terdapat perkataan “Cek” dalam bahasa yang dipakai untuk merumuskan bunyi cek
tersebut.
2. Surat cek harus berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Nama orang yang harus membayar (tertarik) harus selalu disuatu bank.
Apabila salah satu syarat tersebut di atas belum terpenuhi maka surat tersebut tidak dikatakan
sebagai cek menurut pasal 179 (1) KUH Dagang.
Cek merupakan salah satu surat berharga, karena itu hak atas cek dapat dipindah tangankan
kepada orang lain, dengan cara endosemen dan dilanjutkan dengan penyerahan.
Jenis-jenis cek berdasarkan ketentuan yang bersifat khusus menyebabkan adanya beberapa
jenis cek yaitu :
a. Cek atas unjuk / pembawa (Aan forder), di mana bank akan membayarkan kepada siapa saja
yang datang untuk meng-uang-kan cek tersebut kepadanya.
b. Cek atas nama (Aan order), di mana bank akan membayar kepada orang yang namanya
tercantum di dalam cek yang bersangkutan.
c. Cek atas pembawa, di mana bank akan memperlakukan cek semacam ini sebagai cek atas
unjuk, akan tetapi hal ini berbeda apabila sebutan pembawa dicoret, maka cek tersebut berlaku
sebagai cek atas nama.
d. Cek mundur (Post dated cheque), merupakan cek yang oleh penariknya diberi tanggal akan
datang, dengan demikian cek yang bersangkutan hanya dapat diuangkan pada tanggal yang
telah dicantumkan dalam cek yang bersangkutan.
e. Cek silang (Crossed cheque), merupakan cek yang diberikan tanda silang (crossed cheque)
// garis miring yang sejajar pada bagian muka. Tanda silang tersebut memberikan petunjuk
kepada bank pembayar bahwa cek tersebut hanya dapat dibayarkan kepada suatu bank yang
disebut di antara kedua garis silang sejajar, dengan demikian cek silang hanyalah untuk
disetorkan ke dalam rekening saja, sehingga cek yang bersangkutan hanya dapat dikliringkan
pada bank tersebut.
f. Cek kosong, merupakan cek yang pada saat diajukan kepada bank tertarik untuk diuangkan,
tidak tersedia dana yang cukup pada rekening nasabah penarik cek tersebut.
Apabila nasabah (pemegang rekening) tersebut melakukan penarikan cek kosong selama 3
(tiga) kali berturut-turut dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, maka rekening harus segera
ditutup dan penutupan harus dilaporkan kepada Bank Indonesia, yang berarti pemegang
rekening tersebut tidak boleh berhubungan dengan bank-bank yang ada di Indonesia maupun
di luar negeri.
Setiap pemegang hak atas cek mempunyak Hak Regrets apabila tidak berhasil menguangkan
cek yang diunjukkan kepada Bank karena bank menolak untuk membayarnya, oleh UU
diberikan hak untuk menuntut para penghutan (penerbit, endosan, avails) cek untuk melakukan
pembayaran asalkan cek yang dimaksud belum kadaluarsa.
Bilyet Giro
Merupakan surat perintah dari nasabah kepada Bank penyimpan dana untuk memindahkan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa bilyet giro merupakan surat yang
berharga dapat dialihkan/diperdagangkan serta ditukarkan dengan uang seperti halnya cek,
apabila bilyet giro tersebut tidak disebutkan tidak diisikan nama si penerima dana oleh
penariknya, sehingga mudah untuk dialihkan dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
Dengan demikian pembayaran bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak
dapat dipindahtangankan melalui endosemen. Endosemen adalah penyerahan suatu surat atas
tertunjuk oleh seseorang yang berhak/pemegang kepada orang lain dengan disertai pernyataan
mengalihkan haknya atas surat yang ditulis pada surat tersebut.
Dasar hukum bagi bilyet giro, diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/32/UPB,
tanggal 4 Juli 1995 jo Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir, tanggal 4
Juli 1995.
2. Nama tertarik
3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahkan dana atas beban rekening penarik
6. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-
lengkapnya.
8. Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap/stempel sesuai persyaratan
pembukaan rekening
Bilyet giro yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka tidak berlaku sebagai bilyet giro.
Dasar hukum surat sanggup diatur dalam Pasal 174 sampai dengan Pasal 177 KIH Dagang.
Agar surat sanggup dapat dikatakan sebagai surat sanggup maka harus berisikan hal-hal
sebagai berikut:
Salah satu di atas tida ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai surat sanggup,
kecuali:
a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnyamaka dianggap dibayar pada saat diunjukkan
b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat penandatangan dianggap sebagai
tempat pembayaran
c. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangani maka dianggap ditanda tangani di tempat
yang tertera di samping nama penanda tangan.
Perbedaan poko antara surat sanggup dengan wesel adalah bahwa wesel merupakan surat
perintah membayar, sedangkan surat sanggup adalah surat janji/kesanggupan untuk membayar.
Karena wesel merupakan surat perintah untuk membayar maka dalam wesel ada pihak yang
diperintah untuk membayara yang disebut dengan tertarik, sedangkan dalam surat sanggup
tidak ada.
Surat sanggup dapat diterbitkan oleh subjek hukum baik yang merupakan subjek hukum
perorangan maupun badan hukum. Khusus surat sanggup yang diterbitkan oleh badan hukum
merupakan Perusahaan Pembiayaan (Financial Institution) yang diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. 606/KMK/1995, tanggal 19 Desember 1995, yang pada intinya bahwa
perusahaan pembiayaan dalam menerbitkan surat sanggup berlaku beberapa ketentuan yaitu:
a. Perusahaan pembiayaan dialrang menerbitkan surat sanggup kecuali sebagai jaminan atas
hutan kepada bank yang menjadi kreditor
b. Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segal bentuk kepada pihak lain
c. Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksud pada huruf a diatas tidak dapat
dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun juga (non negotiable).
Commercial Paper
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia SE No. 28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995
mengenai Persyaratan Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial
Paper) melalui Bank Umum di Indosia, yaitu merupakan surat sanggup tanpa jaminan
berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan
melalui bank (Bank Umum sebagaimana dimaksud Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan) atau perusahaan efek dengan sistem diskonto.
Commercial Paper dapat diterbitkan dan diperdagangkan melalui perbankan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Mencantumkan:
a. Klausula sanggup dan kata-kata “Surat Sanggup” di dalam teksnya dan dinyatakan dalam
bahasa Indonesia
2. Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
a. Kata-kata “Surat Berharga Komersial” (Commercial Paper) yang ditulis setelah kata-kata
“Surat Sanggup”
b. Klausula dapat diperdagangkan pada bagian atas dan dicetak dengan huruf tebal
c. Pernyataan tanpa protes dan tanpa biaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 jo Pasal
145 KUH Dagang
d. Nama bank atau perusahaan efek dan nama serta tanda tangan pejabat bank atau perusahaan
efek yang ditunjuk sebagai agen penerbit sebagai tanda keaslian CP, dengan menempatkan
logo bank atau perusahaan efek secara tidak menyolok
e. Nama dan almat bank yang ditunjuk sebagai agen pembayaran, dengan menempatkan logo
bank yang bersangkutan secara tidak menyolok
f. Nomor seri CP
1) CP yang jatuh waktu dapat ditagihkan sejumlah nilai nominal pada agen
pembayaran selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak saat jatuh waktu.
2) Setelah jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut CP hanya dapat ditagihkan
1) Pernyataan mengenai endossement blako tanpa hak regres dengan klausula untuk saya
kepada pembawa tanpa hak regres. Dengan pengertian bahwa pemindahtangan CP untuk
pertama kalinya dilakukan dengan cara endossement blako seperti diatur dalam Pasal 111 jo
Pasal 113 KUH Dagang sehingga CP dapat bersifat sebagai surat sanggup atas unjuk setelah
diendosir, dan untuk memenuhi persyaratan tanpa jaminan dari endosan, endosemen tersebut
harus dinyatakan dengan jelas yaitu tanpa hak regres (without recourse)
i. CP yang pencantuman jumlah uangnya berbeda antara yang tertulis dalam angka dengan
yang tertulis dalam huruf, yang berlaku adalah jumlah dalam huruf selengkap-lengkapnya
j. CP yang jumlah uangnya dicantumkan berkali-kali dan tidak sama besarnya, maka yang
berlaku adalah jumlah yang terkecil.
k. Setiap perubahan alamat yang telah tertulis pada CP harus ditandatangani oleh penerbit dan
pengatur penerbitan di tempat kosong yang terdekat dengan perubahan dengan mencantumkan
tanggal perubahan tersebut dilakukan Persyaratan sebagai agen penerbit, agen pembayar,
pedagang efek dan pemodal atas suatu Commercial Paper harus memenuhi persyaratan yaitu:
1. Dalam 12 (dua belas) bulan terakhir tingkat kesehatan dan permodalan tergolong sehat
4. CP tersebut bukan diterbitkan oleh perusahaan yang pada saat merencanakan penerbitan CP
dimaksud mempunyai pinjaman yang digolongkan diragukan dan macet sebagaimana diatus
dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/22/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/4/BPPP masing-masing tertanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas Aktiva
Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.
6. Kewajiban bank yang bertindak sebagai agen penerbit adalah meneliti kebenaran prosedur
penerbitan CP baik dari segi administrasi maupun yuridis
7. Persyaratan bagi bank yang bertindak sebagai pemodal atas suatu CP adalah:
a. Pembelian CP oleh bank untuk kepentingan sendiri, diperlakukan sebagai pembelian surat
berharga.
b. Pembelian CP oleh bank tidak dapat diperhitungkan sebagai angsuran atau pelunasan kredit
bank secara langsung maupun tidak langsung yang telah diberikan oleh bank tersebut kepada
penerbit CP.
Pelanggaran oleh bank atas ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia mengenai CP dikenakan sanksi administratif, sebagaimana diatur dalam Pasal 52
dan Pasal 53 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
BAB VIII
HUKUM ASURANSI
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan
mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen(peristiwa tidak pasti).
Menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari 1992 tentang
Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian dimana
harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan
karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata.
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh
Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak sejalan dengan
ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20 April 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun dapat juga
diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk diadakan
perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan
kewajibannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada Asuransi adalah:
B. TUJUAN ASURANSI
a. Pengalihan Risiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta
kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi
(penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung.
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung;
g. Premi asuransi;
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji
khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika
terjadi peristiwa (evenemen) yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan
dengan siapa pemilik atau pemegang hak.
Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di dalam polisnya harus
pula menyebutkan:
E. JENIS ASURANSI
Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi Kerugian dan
Asuransi Jiwa.
1. Asuransi Kerugian terdiri dari: a. Asuransi Kebakaran; b. Asuransi Kehilangan dan
Kerusakan;
c. Asuransi laut; d. Asuransi Pengangkutan; e. Asuransi Kredit.
F. BATALNYA ASURANSI
Suatu pertanggungan atau asuransi karena pada hakekatnya adalah merupakan suatu
perjanjian maka ia dapat pula diancam dengan resiko batal atau dapat dibatalkan apabila tidak
memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam perjanjian asuransi:
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan kepada
penanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251
KUHD);
2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi ditandatangani (Pasal
269 KUHD);
3. memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui pengadilan
membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya yang akan datang (Pasal 272
KUHD);
4. Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan si tertanggung (Pasal 282
KUHD);
5. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh
diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia atau kapal asing yang
digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-
undangan tidak boleh diperdagangkan (Pasal 599 KUHD).
G. SANKSI
Terhadap pelanggaran ketentuan yang dilakukan Penanggung dan Tetanggung dapat dikenakan
sanksi berupa:
Pengertian
Istilah hak kekayaan intelektual terdiri dari dua kata yaitu hak kekayaan dan intelektual. Hak
kekayaan adalah hak yang mendapat perlindungan hukum, dalam arti orang lain dilarang
menggunakan hak itu tanpa izin pemiliknya, sedangkan inteletual berkenaan dengan kegiatan
intelektual berdasarkan kegiatan daya cipta dan daya pikir. Jadi hak kekayaan intelektual
adalah hak yang timbul dari kemampuan berpikir atau olah pikir yang menghasilkan suatu
produk atau proses yang berguna untuk manusia.
1. Prinsip Ekonomi, yakni hak intelektual yang berkaitan dari kegiatan kreatif suatu
kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan
memberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2. Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja
membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemilikannya.
3. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk
meningkatkan kehidupan manusia.
4. Prinsip Sosial, yakni hak yang diakui oleh hukum dan telah diberiukan kepada
individu merupakan suatu kesatuan, sehingga perlindungan diberikan berdasarkan
keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat.
Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan—pembatasan menurut peraturan perundang—undangan yang berlaku. Hak cipta
terdiri dari hak ekonomi dan hak moral.
Pelanggaran terhadap hak cipta telah diatur dalam pasal 72 dan pasal 73 undan—undang
nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, yang dapat dikenakan hukum pidana dan perampasan
oleh negara untuk dimusnahkan.
Hak Paten
Hak paten merupakan hak eklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.
Permohonan Paten
Sementara itu paten diberikan berdasarkan permohonan, permohonan paten diajukan dengan
membayar biaya kepada Direktorat Jenderal Hak Paten Departemen Kehakiman dan Ham
untuk memperoleh sertifikat hak atas paten.
Penyelesaian Sengketa
Pemegang paten atau penerima lisensi berhak mengajukan gugatan atas ganti rugi kepada
pengadilan niaga terhadap siapapun yang dengan sengaja atau tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dengan perundang—undangan ini.
Hak Merek
Pengertian hak merek berdasarkan pasal 1 Undang—undang nomor 15 tahun 2001 tentang
merek, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf—huruf, angka—
angka,susunan warna, atau kombinasi dari unsur—unsur tersebut. Hak atas merek adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merk yang terdaftar dalam daftar umum
merek untuk jangka waktu tertentu.
Pendaftaran Merek
Setiap permohonan merek diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Paten Departemen
Kehakiman dan HAM dan setiap permohonan yang telah disetujui akan mendapatkan lisensi
yang terdaftar dalam daftar umum merek. Sedangkan jangka waktunya adala selama 10 tahun
sejak lisensi diterima.
Pengertian perlindungan varietas tanaman adalah perlindungan khusus yang diberikan negara
terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman terhadap varietas tanaman
yang dihasilkan. Dan jangka waktu yang diberikan selama 2o tahun sejak varietas tanaman
tersebut diberikan lisensi.
Subjek perlindungan varietas tanaman
1. varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas
yang namanya telah terdaftar.
2. Varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi.
3. Varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilibdungi.
1. Pewarisan;
2. Hibah;
3. Wasiat;
4. Perjanjian dalam bentuk akta notaris;
5. Sebab lain yang dibenarkan undang—undang.
Rahasia Dagang
Pengertian rahasi adagang yang terkandung dalam undang—undang nomor 30 tahun 2000
tentang rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang teknologi
dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Ruang lingkup rahasia dagang meliputi
metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang
teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilkai ekonomi. Jangka waktu perlindungan rahasia
hak dagang tidak terbatas lamaya sampai rahasia tersebut menjadi milik rahasia umum.
1. Formula
2. Metode pengolahan bahan kimia dan makanan
3. Metode dalam menyelemggarakan usaha
4. Daftar konsumen
5. Tingkat kemampuan debitur mengembalikan kredit
6. Perencanaan
7. Rencana arsitektur
8. Tabulasi data
9. Informasi teknik manufaktur
10. Rummus—rumus perancangan
11. Rencana pemasaran
12. Perangkat lunak komputer
13. Kode—kode akses
14. Personal identification number (PIN)
15. Data pemasaran, dan
16. Rencana usaha.
1. Pewarisan;
2. Hibah;
3. Wasiat;
4. Perjanjian dalam bentuk akta notaris;
5. Sebab—sebab lain yang dibenarakan o leh perudang—undangan, misalnya putusan
pengadilan.
Desain Industri
Pengertian desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi, atau komposisi
garis warnam atau gabungan keduanya dalam bentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 2 dimensi atau 3 dimensi serta
dapat dipakai untuk menghasilkan suatu kerjinan tangan ,produk, atau komoditas lainnya.
Jangka waktu yang diberikan adalah 10 tahu sejak tanggal pemberian hak desain industri.
Sanksi
Setiap tindak pidana terhadap desain industri merupakan delik aduan yang dikenakan sanksi
pidana/ kurungan/ penjara dan denda.
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang didalamnya
terdapat berbagai elemen dan sekurang—kurangnya satu elemen tersebut adalah elemen aktif,
sebagian atau seleuruhnya saling berkaitan, serta dibentuk secara terpadu didalam sebuah
bahan semi konduktor dimaksudkan untuk menghasilkan suatu fungsi elektronik. Jangka
waktu yang diberikan terhadap tata letak sirkuit terpadu tersebut selama 10 tahun sejak
diberikan perlindugan.
Pengalihan Hak
1. Pewarisan;
2. Hibah;
3. Wasiat;
4. Perjanjian dalam bentuk akta notaris;
5. Sebab—sebab lain yang dibenarakan o leh perudang—undangan, misalnya putusan
pengadilan.
Sanksi
Setiap tindak pidana terhadap tata letak sirkuit terpadu merupakan delik aduan yang
dikenakan sanksi pidana/ kurungan/ penjara dan denda.
BAB X
PASAR MODAL
Pengertian pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek atau perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya atau
lembaga profesi yang berkaitan dengan efek untuk melakukan transaksi jual beli.
Dasar Hukum
1. Saham, Saham Merupakan penyertaan dalam modal dasar suatu perseroan terbatas,
sebagai tanda bukti penyertaan tersebut dikeluarkan surat saham/saham kolektif kepada
pemegang saham. Hak—hak pemegang saham adalah deviden, suara dalam RUPS,
peningkatan modal atau selisih nilai yang mungkin ada.
2. Obligasi, Obligasi merupakan surat pernyataan utang dari perusahaan kepada para
pemberi pinjaman, yakni para pemegang obligasi. Hak-hak pemilik obligasi adalah
pembayaran bunga, pelunasan utang, penignkatan nilai modal yang mungkin ada,
apabila obligasi dijual kembali.
3. Reksadana, Reksadana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemilik
menitipkan uang kepada pengelola reksadana untuk digunakan dalam investasi di pasar
modal atau pasar uang. Hak –hak pemilik sertifikat obligasi adalah dividen yang
dibayarkan secara berkala, peningktan nilai modal yang ada, apabila setifikat dijual
kembali, hak menjual kembali kepada PT Danareksa.
1. Badan Pengawas pasar modal, yaitu pengelola pasar modal dibawah departemen
keuangan.
2. Bursa Efek yaitu lembaga yang menyelenggarakn dan menyediakan sistem atau atau
sarana untuk mempertemukan pemilik modal dan yang membutuhkannya.
3. Lembaga Kliring dan Penjamin yaitu pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penjamin penyelesaian transaksi bursa.
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yaitu pihak yang menyelenggarakn kegiatan
custodian sentral bagi bank cusstodian, perusahaan efek, dan lain—lain.
1. Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang berhak membuat akta otentik dan terdaftar di Bapepam.
2. Konsultan Hukum
Konsultan Hukum adalah pihak yang memeberikan nasihat dan pendapat dari segi hukum
mengenai kewajiban yang mengikat perusahaan yang hendak go public secara hukum.
3. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah pihak yang bertanggung jawab memberikan pendapat terhadap
kewajaran kewajiban laporan keuangan perusahaan yang hendak go public dan bukan
kebenaran atas laporan keuangan.
4. Perusahaan Penilai
Perusahaan penilai adalah pihak yang melakukan kegiatan penilaian kekayaan yang dimilik
oleh perusaah yang hendak go public.
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Pengertian
Berdasarkan pasal 1 angka 2 Undang—undang Nomor 8 Tahun 1999, konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Kewajiban
Hak
Kewajiban
Sanksi
Sanksi yang diberikan oleh Undand—undang Nomor 8 Tahun 1999 yang terulis dalam pasal
60 sampai dengan pasal 63 dapat berupa sanksi administratif , dan sanksi pidana pokok, serta
tambahan berupa penempatan barang tertentu, pengumunan keputusan hakim, pembayaran
ganti rugi, perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan kerugian bagi pihak
konsumen.
BAB XII
Berdasarkan undang-undang yang ada dan pembuktian lainnya dalam beberapa hukum negara
bahwa praktik monopoli tersebut harus dibuktikan adanya unsur-unsur yang mengakibatkan
persaingan tidak sehat berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
Asas Tujuan
Dengan melakukan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi ekonom i
dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan
umum. Seperti yang diatur dalam undang—undang sebagai berikut :
Kegiatan yang dilarang dalam praktik bisnis adalah monopoli, monopsoni, penguasaan pasar,
persekongkolan, dominan, jabatasn rangkap, pemilikan saham mayoritas dalam perusahaan
sejenis dan persaingan tidak sehat.
Dalam bisnis telah ditentukan pelarangan para pelaku usaha, antara lain oligopoli, penetapan
harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, dan
perjanjian dengan pihak luar negeri.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebuah lembaga yang berfungsi untuk mengawasi
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya melakukan praktik monopoli atau
persaingan secara tidak sehat.
Sanksi
Ketentuan pemberian sanksi terhadap pelanggaran bagi pelaku usaha yang melanggar
undang—undang ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok , antara lain sanksi
administratif yaitu sanksi dapat berupa penetapan pembatasan perjanjian, atau pemberhentian
tindakan produksi yang melanggar konsumen dan sanksi pidana pokok dan tambahan yaitu
sanksi yang dierikan denda antara lain adalah pencabutan izin usaha, penghentian kegiatan
usaha, larangan bagi terdakwa untuk menduduki jabatan tertentu.
BAB XIII
Sejak tahun 1998 kepailitan diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun
1998 tentang Kepailitan, kemudian ditetapkan dengan UU Nomor 4 Tahun 1998 dan telah
diperbaharui dengan UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
1. Asas Keseimbangan
Di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, sedangkan pihak lain dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan yang tidak beritikad baik.
3. Asas Keadilan
4. Asas Integrasi
Sitem hukum formil dan materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata dan hukum acara perdata nasional.
1. Pengertian Pailit
Pasal 1 butir 7 mengartikan kepailitan sebagai sita umum atas semua kekayaan debitor pailit
(Pasal 1 butir 4: debitor yang sudah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan) yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Dalam Pasal 1 butir 7 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban yang
dinyatakan dalam jumlah uang, baik mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari karena perjanjian atau undang-undang
dan wajib dipenuhi oleh debitor, bila tidak dipenuhi kreditor berhak mendapat pemenuhannya
dari harta kekayaan debitor.
1. Debitor yang memiliki minimal dua kreditor yang tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit
oleh pengadilan, baik atas permohonan sendiri maupun satu atau lebih
kreditornya
2. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan kepentingan
umum, misalnya:
1. Debitor melarikan diri
2. Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan
3. Debitor berutang kepada BUMN / badan usaha lain penghimpun dana
masyarakat
4. Debitor berutang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat
luas
5. Debitor tidak beritikad baik/kooperatif dalam menyelesaikan masalah
utang piutang yang telah jatuh waktu
6. Dalam hal lainnya menurut kejaksaan adalah kepentingan umum
7. Debitor adalah bank maka permohonan pernyataan pailit bagi bank
sepenuhnya merupakan kewenangan BI
8. Debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan
penjamin, lembaga penyimpan dan penyelesaian, permohonan hanya
dapat diajukan oleh BPPM karena lembaga tsb melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam
efek di bawah pengawasan BPPM
9. Debitor adalah perusahaan asuransi, reasuransi, dana pension, atau
BUMN di bidang kepentingan public maka permohonan pernyataan
pailit sepenuhnya ada pada menteri keuangan.
Putusan pernyataan pailit yang berkaitan dengn undang-undang ini diputuskan oleh pengadilan
di daerah tempat kedudukan hukum debitor. Jika debitor telah meninggalkan wilayah RI,
pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan pernyatan pailit adalah
pengadilan di daerah tempat kedudukan hukum terakhir debitor. Jadi pengadilan yang berhak
adalah pengadilan niaga dalam lingkungan peradilan umum.
Putusan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan diajukan suatu upaya hukum.
Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum ditetapkan/diucapkan setiap kreditor,
kejaksaan, BI, BPPM, atau menteri keuangan dapat mengajukan permohonan kepada
pengadilan untuk:
Dengan demikian, dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator dan hakim pengawas
yang ditunjuk oleh hakim pengadilan niaga yang mengawasi pengurusan dan pemberesan harta
pailit yang dilakukan oleh kurator.
Kedudukan Wewenang
Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau peninjauan
kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan kurator sebelum tanggal kurator menerima
pemberitahuan tentang putusan pembatalan tetap sah dan mengikat debitor. Perbuatan kurator
tak dapat digugat di pengadilan mana pun.
Bila kreditor atau debitor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator ke pengadilan maka
Balai Harta Peninggalan (BHP) bertindak selaku kurator, namun bila yang bukan BHP diangkat
sebagai kurator maka kurator tsb harus independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan
dengan pihak kreditor dan debitor.
Demi hukum debitor telah kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit. Bila debitor adalah perseroan terbatas, organ perseroan tsb
tetap berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaan fungsi tersebut menyebabkan
berkurangnya harta pailit maka pengeluaran uang yang merupakan bagian harta pailit adalah
wewenang kurator. Putusan dihitung sejak tanggal pernyataan pailit diucapkan sejak pukul
00.00 waktu setempat.
Namun ketentuan sebagaimana dalam Pasal 21 di atas tidak berlaku terhadap barang-barang
sbb:
1. Benda termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor sehubungan dengan
pekerjaannya, bagian makanan untuk tiga puluh hari bagi debitor dan keluarganya yang
terdapat di tempat itu
2. Segala sesuatu yang diperoleh dari debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian
atau jasa sebagai upah, pensiun, uang tunggu, uang tunjangan sejauh yang ditentukan
oleh hakim pengawas
3. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi kewajiban memberi nafkah
menurut undang-undang
Dalam Pasal 70, kurator dapat dilakukan oleh BHP dan kurator lain sbb:
1. Orang-perseorangan yang berdomisili di Indonesia yang memiliki keahlian khusus
yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit
2. Terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan.
Kurator dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan berdasarkan alasan
pengamanan harta pailit melalui hakim pengawas. Kurator harus membuat pencatatan harta
pailit paling lambat dua hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator.
Pencatatan tsb dapat dilakukan di bawah tangan oleh kurator dengan persetujuan hakim
pengawas.
1. Panitia kreditor yang terdiri atas tiga orang yang dipilih dari kreditor yang telah
mendaftarkan diri untuk diverifikasi dengan maksud memberi nasihat kepada kurator.
Kreditor yang diangkat dapat mewakilkan tugas-tugasnya dalam panitia kepada orang lain dan
dapat mengadakan rapat dengan kurator bila dimintai nasihat. Namun kurator tidak terikat pada
pendapat panitia kreditor sehingga jika kurator tidak menyetujui pendapat panitia kreditor
maka kurator wajib memberitahukan hal tsb kepada panitia kreditor dalam waktu tiga hari.
Dalam rapat kreditor (seperti rapat verifikasi, rapat membicarakan akur, rapat luasr biasa, dan
rapat pemberesan hart pailit), kurator wajib hadir dan hakim pengawas bertindak sebagai ketua.
Dalam Pasal 222, penundaan kewajiban pembayaran utang diajukan oleh debitor yang
memiliki lebih dari satu kreditor. Penundaan ini diberikan jika debitor tidak dapat membayar
utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih dengan maksud mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.
Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang harus diajukan kepada pengadilan niaga
dengan ditandatangani oleh pemohon dan advokatnya. Permohonan tersebut harus disertai
daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat bukti secukupnya.
Selama penundaan kewajiban pembayaran, debitor tanpa persetujuan pengurus tidak dapat
melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Bila
debitor melanggar ketentuan tsb, pengurus berhak melakukan segala sesuatu yang diperlukan
untuk memastikan bahwa harta debitor tidak dirugikan.
Pencocokan piutang akan menentukan perimbangan dan urutan hak masing-masing kreditor
yang dilakukan paling lambat 14 hari sejak putusan pernyataan pailit yang memiliki kekuatan
hukum tetap.
Semua kreditor wajib menyerahkan piutangnya masing-masing kepada kurator disertai dengan
perhitungan/keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai
dengan surat bukti atau salinannya dan suatu pernyataan ada atau tidaknya kreditor mempunyai
suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan , hipotik, hak agunan atas
kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda.
7. Perdamaian / Accord
Debitor pailit berhak mengajukan perdamaian kepada kreditornya paling lambat delapan hari
sebelum rapat pencocokan piutang menyediakannya di kepaniteraan pengadilan agar dapat
dilihat oleh pihak yang berkepentingan. Rencana perdamaian tsb wajib dibicarakan dan segera
diambil keputusan setelah pencocokan piutang selesai.
Bila rencana perdamaian telah diajukan kepada panitera, hakim pengawas harus menentukan:
Rencana perdamaian ini diterima bila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari 1/2 jumlah
kreditor konkruen yang hadir dalam rapat dan haknya diakui yang mewakili paling
sedikit 2/3 jumlah seluruh piutang konkruen yang diakui dari kreditor konkruen atau kkuasanya
yang hadir dalam rapat tsb.
1. Harta debitor termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu
benda jauh lebih besar dari jumlah yang disetuui dalam perdamaian
2. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin
3. Perdamaian dicapai karena penipuan/persekongkolan dengan satu atau lebih kreditor
atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah
debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal ini
Dengan demikian perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua kreditor yang tidak berhak
didahulukan dengan tanpa pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam kepailitan
maupun tidak.
Dalam hal ini pengesahan perdamaian telah mendapat kekuatan hukum tetap. Kepailitan
berakhir dan kurator wajib mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara Indonesia dan
paling sedikit dua surat kabar harian yang beredar secara nasaional.
Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan bila debitor lain
memenuhi isi perdamaian tsb. Debitor wajib membuktikan bahwa perdamaian yang telah
dipenuhi. Bila tidak dapat dibuktikan maka dalam putusan pembatalan perdamaian
diperintahkan supaya kepailitan dibuka kembali.
Terhadap putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan
permohonan peninjauan kembali kepada MA bila:
1. Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang pada
waktu perkara diperiksa di pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan
2. Dalam putusan hakim ybs terdapat kekeliruan yang nyata.
BAB XIV
PENYELESAIAN SENGKETA
Pengertian Sengketa
Sebelum membahas secara mendalam tentang sengketa ekonomi, maka terlebih perlu dipahami
defenisi dari sengketa, dimana di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia sengketa berarti
pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-
orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan pleh
pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul kepermukaan apabila terjadi conflict of
interest. Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak
kedua, apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah
konflik tersebut, sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau
memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan sengketa.
Penyelesaian sengketa secara formal berkembang menjadi proses adjudikasi yang terdiri atas
proses melalui pengadilan/litigasi dan arbitrase/perwasitan, serta proses penyelesaian-
penyelesaian konflik secara informal yang berbasis pada kesepakatan pihak-pihak yang
bersengketa melalui negosiasi dan mediasi.
1. Menurut Winardi,
Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang
mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang
menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerja
sama dalam dunia ekonomi. mengingat kegiatan ekonomi khususnya bisnis yang semakin
meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat.
Perlu diketahui bahwa Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakanginya, terutama karena adanya Conflict Of Interest diantara para pihak.
Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis
atau perdagangan dinamakan sengketa ekonomi.
1. Tahapan Persiapan :
Persiapan sebagai kunci keberhasialan
Mengenal lawan, pelajari sebanyak mungkin pihak lawan dan lakukan penelitian
Usahakan berfikir dengan cara berfikir lawan dan seolah-olah kepentingan lawan sama
dengan kepentingan anda
Sebaiknya persiapkan pertanyaan – pertanyaan sebelum pertemuan dan ajukan dalam
bahasa yang jelas dan jangan sekali-kali memojokkan atau menyerang pihak lawan.
Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.
Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut menjadi masalah bersama?
Menyiapkan agenda, logistik, ruangan dan konsumsi dan Menyiapkan tim dan strategi.
Menentukan BTNA (Best Alternative to A Negitieted Agreement) alternative lain atau
harga dasar (Bottom Line).
2. Tahap Orientasi dan Mengatur Posisi :
Bertukar Informasi
Saling menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
Mengajuakan tawaran awal.
3. Tahap Pemberian Konsensi/ Tawar Menawar
Para pihak saling menyampaikan tawaranya, menjelaskan alasanya dan membujuk pihak
lain untuk menerimanya.
Dapat menawarkan konsensi, tapi pastikan kita memperoleh sesuatu sebagai imbalanya
Mencoba memahai pemikiran pihak lawan
Mengidentifikasi kebutuhan bersama
Mengembangkan dan mendiskusiakan opsi-opsi penyelesaian.
4. Tahapan Penutup
Mengevaluasi opsi-opsi berdasarkan kriteria obyektif.
Kesepakatan hanya menguntungkan bila tidak ada lagi opsi lain yang lebih baik, bila tidak
berhasil mencapai kesepakatan, membatalkan komitmen.
1. Enquiry (penyelidikan)
Enquiry (penyelidikan) adalah merupakan kegiatan untuk mencari fakta yang dilakukan oleh
pihak ketiga.
2. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para
pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima
atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala
sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Dan Merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang bersengketa yang
melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu tercapainya penyelesaian yang
bersifat kompromistis. Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa
dinamakan mediator.
Mediasi mengandung unsur-unsur :
1. Merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian.
4. Tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak-
pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.
Tugas Mediator antara lain :
1. Bertindak sebagai fasilitator sehingga terjadi pertukaran informasi yang dapat
dilaksanakan.
2. Menemukan dan merumuskan titik-titik persamaan dari argumentasi para pihak dan
berupaya untuk mengurangi perbedaan pendapat yang timbul (penyesuaian persepsi)
sehingga mengarahkan kepada satu keputusan bersama.
Berikut ini adalah prosedur mediasi :
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian majelis
hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator
berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya perkara ini
diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak
yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari ke 22
harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan. Jika terdapat
perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
3. Konsiliasi
Konsiliasi adalah Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Dalam pengertian lain
Konsolidasi (conciliation), dapat pula diartikan sebagai pendamai atau lembaga pendamai.
Bentuk ini sebenarnya mirip dengan apa yang diatur dalam Pasal 131 HIR. Oleh karena itu,
pada hakikatnya sistem peradilan Indonesia dapat disebut mirip dengan mix arbitration, yang
berarti:
1. pada tahap pertama proses pemeriksaan perkara, majelis hakim bertindak sebagai
conciliator atau majelis pendamai,
2. setelah gagal mendamaikan, baru terbuka kewenangan majelis hakim untuk memeriksa dan
mengadili perkara dengan jalan menjatuhkan putusan.
Akan tetapi, dalam kenyataan praktek, terutama pada saat sekarang; upaya mendamaikan yang
digariskan pasal 131 HIR, hanya dianggap dan diterapkan sebagai formalitas saja. Jarang
ditemukan pada saat sekarang penyelesaian sengketa melalui perdamaian di muka hakim. Lain
halnya di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, maupun di kawasan Pasific seperti Korea
Selatan, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Sistem konsiliasi sangat menonjol sebagai
alternatif. Mereka cenderung mencari penyelesaian melelui konsiliasi daripada mengajukan ke
pengadilan.
4. Arbitrase
Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihak
menyerahkan kewenangan kepada kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk
memberikan putusan. Pengertian Arbitrase menurut beberapa ahli :
1. Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan” Subekti : merupakan suatu
penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang wasit atau para wasit yang berdasarkan
persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada atau menaati keputusan yang akan
diberikan wasit atau para wasit yang mereka pilih.
2. Abdulkadir Muhamad : peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela oleh
pihak-pihak yang bersengketa.
3. Pasal 3 ayat 3 UU No 14 tahun 1970 menyatakan bahwa penyelesaian perkara di luar
pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrsase tetap diperbolehkan tetapi putusan
arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah
untuk dieksekusi dari pengadilan.
UU arbitrase nasional : UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Berdasarkan UU tersebut, Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa perdata
di luar pengadilan umum, yang didasarkan perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.
1. Memberi kesempatan yang tidak adil (unfair), karena lebih memberi kesempatan kepada
lembaga-lembaga besar atau orang kaya.
2. Sebaliknya secara tidak wajar menghalangi rakyat biasa (ordinary citizens) untuk perkara
di pengadilan.
Selain dari pada itu berperkara melalui pengadilan,
1. lama dan sangat formalistik (waste of time and formalistic),
2. biaya tinggi (very expensive),
3. secara umum tidak tanggap (generally unresponsive),
4. kurang memberi kesempatan yang wajar (unfair advantage) bagi yang rakyat biasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. HA S Natabaya, 2006, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia,
Sekretariat Jenderal an Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
2. Joni Emirzon,2004, Hukum Bisnis Indonesia, Kajian Hukum & Bisnis Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang.
3. Hadi Setia Tunggal, 2003,UU Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002), Harvarindo
2003, Jakarta.
4. Abdul R. Saliman / Hermansyah &.Ahmad Jalis, 2008, Hukum Bisnis untuk
Peusahaan Teori & Contoh Kasus,Kencana, Jakarta.