Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum, Vol.I/No.

2/Apr-Jun/2013

HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA tanpa kewajiban mendaftarkan usahanya


DALAM MELAKUKAN USAHA PARIWISATA 1 kepada pemerintah atau pemerintah
Oleh : Gledys I.M. Semueil2 daerah. Sanksi bagi pengusaha pariwisata
yang tidak memenuhi akibat tidak
ABSTRAK mendaftarkan usahanya dikenakan sanksi
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah administratif dan ketentuan pidana penjara
untuk mengetahui bagaimana hak dan dan denda apabila dengan sengaja atau
kewajiban pengusaha pariwisata melakukan lalai dan melawan hukum, merusak fisik,
usaha di bidang kepariwisataan dan atau mengurangi nilai daya tarik wisata.
bagaimana larangan dan sanksi bagi Kata kunci: Hak dan kewajiban pengusaha,
pengusaha pariwisata yang tidak Pariwisata.
melaksanakan kewajibannya. Dengan
menggunakan metode penelitian hukum A. PENDAHULUAN
normatif, disimpulkan bahwa: 1. Hak Kecenderungan perkembangan
pengusaha pariwisata untuk mendapatkan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun
kesempatan yang sama dalam berusaha di menunjukkan perkembangan yang sangat
bidang kepariwisataan sebagaimana jenis- pesat. Hal itu disebabkan, antara lain, oleh
jenis usaha kepariwisataan yang ada dan perubahan struktur sosial ekonomi negara
usahanya diberikan perlindungan hukum di dunia dan semakin banyak orang yang
termasuk penyediaan fasilitas sesuai memiliki pendapatan lebih yang semakin
dengan peraturan perundang-undangan tinggi. Selain itu, kepariwisataan telah
dan hak menjadi anggota asosiasi berkembang menjadi suatu fenomena
kepariwisataan. Kewajiban pengusaha global, menjadi kebutuhan dasar, serta
pariwisata, untuk wajib mendaftarkan menjadi bagian dari hak asasi manusia yang
usahanya terlebih dahulu kepada harus dihormati dan dilindungi. Pemerintah
pemerintah atau pemerintah daerah dan dan Pemerintah Daerah, dunia usaha
melaksanakan kewajiban lainnya pariwisata, dan masyarakat berkewajiban
sebgaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun untuk dapat menjamin agar berwisata
2009 tentang Kepariwisataan. 2. Larangan sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan
dan sanksi bagi pengusaha pariwisata sehingga mendukung tercapainya
berlaku pula untuk setiap orang dalam peningkatan harkat dan martabat manusia,
penyelenggaran usaha kepariwisataan peningkatan kesejahteraan, serta
yakni tidak merusak sebagian atau seluruh persahabatan antarbangsa dalam rangka
fisik daya tarik wisata atau melakukan mewujudkan perdamaian dunia. 3 Dalam
perbuatan mengubah warna, mengubah menghadapi perubahan global dan
bentuk, menghilangkan spesies tertentu, penguatan hak pribadi masyarakat untuk
mencemarkan lingkungan, memindahkan, menikmati waktu luang dengan berwisata,
mengambil, menghancurkan, atau perlu dilakukan pembangunan
memusnahkan daya tarik wisata sehingga kepariwisataan yang bertumpu pada
berakibat berkurang atau hilangnya keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
keunikan, keindahan, dan nilai autentik bangsa dengan tetap menempatkan
suatu daya tarik wisata yang telah kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki
ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Pemerintah Daerah. Larangan khusus bagi Indonesia.
pengusaha pariwisata menjalankan usaha Selain itu, pembangunan kepariwisataan
harus tetap memperhatikan jumlah
1
Artikel skripsi.
2 3
NIM: 090711220. Ibid
156
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi orang yang sedang belajar ilmu hukum,
salah satu modal utama dalam dapat ditarik suatu kesimpulan hukum itu
pembangunan kepariwisataan pada masa mempunyai unsur-unsur:
sekarang dan yang akan datang karena a. Hukum terdiri dari serangkaian
memiliki fungsi ganda, di samping sebagai peraturan-peraturan mengenai tingkah
aset sumber daya manusia, juga berfungsi laku manusia dalam masyarakat;
sebagai sumber potensi wisatawan b. Peraturan-peraturan hukum tersebut
nusantara.4 Dengan demikian, bermaksud untuk mengatur tata tertib
pembangunan kepariwisataan dapat dan kepentingan-kepentingan manusia
dijadikan sarana untuk menciptakan dalam masyarakat;
kesadaran akan identitas nasional dan c. Agar aturan-aturan hukum tersebut
kebersamaan dalam keragaman. dapat terlaksana dengan baik, perlu
Pembangunan kepariwisataan dilengkapi dengan anasir yang
dikembangkan dengan pendekatan memaksa;
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi d. Pelanggaran terhadap aturan-aturan
untuk kesejahteraan rakyat dan hukum tersebut sanksinya adalah
pembangunan yang berorientasi pada tegas.6
pengembangan wilayah, bertumpu kepada Pengertian Pengusaha Pariwisata
masyarakat, dan bersifat memberdayakan menurut Pasal 1 angka (8) UU No. 10 Tahun
masyarakat yang mencakupi berbagai 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata
aspek, seperti sumber daya manusia, adalah orang atau sekelompok orang yang
pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan melakukan kegiatan usaha pariwisata.7
dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
kerja sama antarnegara, pemberdayaan tentang Perlindungan Konsumen,
usaha kecil, serta tanggung jawab dalam memberikan pengertian, Pelaku usaha
pemanfaatan sumber kekayaan alam dan adalah setiap orang perseorangan atau
budaya.5 badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang
B. RUMUSAN MASALAH didirikan dan berkedudukan atau
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
pengusaha pariwisata melakukan usaha negara Republik Indonesia, baik sendiri
di bidang kepariwisataan ? maupun bersama-sama melalui perjanjian
2. Bagaimanakah larangan dan sanksi bagi menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
pengusaha pariwisata yang tidak berbagai bidang ekonomi (Pasal 1 angka
melaksanakan kewajibannya ? 3).8 Penjelasan Pasal 1 angka (3)
u vÇ µšl vW ^W o lµ µ• Z Ç vP
C. PEMBAHASAN termasuk dalam pengertian ini adalah
1. Hak dan Kewajiban Pengusaha perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi,
Pariwisata: importir, pedagang, distributor dan lain-
- Hak dan Kewajiban Pengusaha o ]v_X
Pariwisata
Dari berbagai pendapat hukum,
khususnya dari para sarjana hukum yang 6
juga mengakui betapa sulitnya membuat Said Sampara, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu
Hukum, cetakan II, Total Media, Yogyakarta, 2011
suatu definisi hukum, namun sekedar hal. 39.
sebagai pedoman atau pegangan bagi 7
Pasal 1 angka (8) UU No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
4 8
Ibid Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
5
Ibid Perlindungan Konsumen.
157
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Usaha yaitu: setiap tindakan, perbuatan g. mengutamakan penggunaan produk


atau kegiatan apa pun dalam bidang masyarakat setempat, produk dalam
perekonomian yang dilakukan oleh setiap negeri, dan memberikan kesempatan
pengusaha untuk tujuan memperoleh kepada tenaga kerja lokal;
keuntungan dan atau laba. 9 Usaha h. meningkatkan kompetensi tenaga kerja
Pariwisata adalah usaha yang menyediakan melalui pelatihan dan pendidikan;
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan i. berperan aktif dalam upaya
kebutuhan wisatawan dan pengembangan prasarana dan program
10
penyelenggaraan pariwisata. pemberdayaan masyarakat;
UU No. 10 Tahun 2009 tentang j. turut serta mencegah segala bentuk
Kepariwisataan. Pasal 22: Setiap pengusaha perbuatan yang melanggar kesusilaan
pariwisata berhak: dan kegiatan yang melanggar hukum di
a. mendapatkan kesempatan yang sama lingkungan tempat usahanya;
dalam berusaha di bidang k. memelihara lingkungan yang sehat,
kepariwisataan; bersih, dan asri;
b. membentuk dan menjadi anggota l. memelihara kelestarian lingkungan alam
asosiasi kepariwisataan; dan budaya;
c. mendapatkan perlindungan hukum m. menjaga citra negara dan bangsa
dalam berusaha; dan Indonesia melalui kegiatan usaha
d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan kepariwisataan secara bertanggung
ketentuan peraturan jawab; dan menerapkan standar usaha
perundang-undangan. dan standar kompetensi sesuai dengan
Pasal 26 UU No. 10 Tahun 2009 ketentuan peraturan perundang-
tentang Kepariwisataan, menyatakan: undangan.
Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban: Penjelasan Pasal 26 huruf (e) Yang
a. menjaga dan menghormati norma ]u l•µ vP v ^µ• Z ‰ Œ]Á]• š
agama, adat istiadat, budaya, dan nilai- vP v l P] š v Ç vP Œ]•]l} š]vPP]_
nilai yang hidup dalam masyarakat meliputi, antara lain wisata selam, arung
setempat; jeram, panjat tebing, permainan jet coaster,
b. memberikan informasi yang akurat dan dan mengunjungi objek wisata tertentu,
bertanggung jawab; seperti melihat satwa liar di alam bebas.
c. memberikan pelayanan yang tidak
diskriminatif; B. LARANGAN DAN SANKSI BAGI
d. memberikan kenyamanan, keramahan, PENGUSAHA PARIWISATA
perlindungan keamanan, dan Larang (Ind); melarang; memerintahkan
keselamatan wisatawan; supaya tidak melakukan sesuatu; tidak
e. memberikan perlindungan asuransi pada memperbolehkan berbuat sesuatu.11
usaha pariwisata dengan kegiatan yang Penyalahgunaan hak (misbruik van recht,
berisiko tinggi; abus de droit) terjadi apabila seseorang
f. mengembangkan kemitraan dengan mempergunakan haknya secara tidak sesuai
usaha mikro, kecil, dan koperasi dengan tujuannya atau dengan kata lain,
setempat yang saling memerlukan, bertentangan dengan tujuan
memperkuat, dan menguntungkan; kemasyarakatannya. Hukum bermaksud
untuk melindungi kepentingan-kepentingan
masyarakat, maka penggunaan hukum
9
Anonim, Kamus Hukum, PT, Citra Umbara,
Bandung, 2008. hal. 504.
10 11
Pasal 1 angka (7) UU No. 10 Tahun 2009 tentang Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam, PT.
Kepariwisataan Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 242
158
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

tanpa suatu kepentingan yang wajar, melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
dipandang sebagai penggunaan hukum mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
yang melamaui batas atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
menyalahgunakan hukum atau hak.12 perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
UU No. 10 Tahun 2009 tentang pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
Kepariwisataan. Larangan. Pasal 27 hukum.14 Pelestarian fungsi lingkungan
menyatakan: hidup adalah rangkaian upaya untuk
(1)Setiap orang dilarang merusak sebagian memelihara kelangsungan daya dukung dan
atau seluruh fisik daya tarik wisata. daya tampung lingkungan hidup. 15
(2)Merusak fisik daya tarik wisata Pencemaran lingkungan hidup adalah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
adalah melakukan perbuatan zat, energi, dan/atau komponen lain ke
mengubah warna, mengubah bentuk, dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
menghilangkan spesies tertentu, manusia sehingga melampaui baku mutu
mencemarkan lingkungan, lingkungan hidup yang telah ditetapkan.16
memindahkan, mengambil, Perusakan lingkungan hidup adalah
menghancurkan, atau memusnahkan tindakan orang yang menimbulkan
daya tarik wisata sehingga berakibat perubahan langsung atau tidak langsung
berkurang atau hilangnya keunikan, terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
keindahan, dan nilai autentik suatu lingkungan hidup sehingga melampaui
daya tarik wisata yang telah ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.17
oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Kerusakan lingkungan hidup adalah
Daerah. perubahan langsung dan/atau tidak
Penjelasan Pasal 27 ayat (2): Yang langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dimaksud devP v ^•‰ •] • š Œš všµ_ o Z dan/atau hayati lingkungan hidup yang
kelompok flora dan fauna yang dilindungi. melampaui kriteria baku kerusakan
z vP ]u l•µ vP v ^l µv]l v_ o Z lingkungan hidup.18
suatu keadaan atau hal yang memiliki St. Munadjat, Danusaputro, Hukum
kekhususan/keistimewaan yang menjadi Lingkungan Dalam Pencemaran Lingkungan
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, Melandasi Sistem Hukum Pencemaran,
seperti relief candi, patung, dan rumah Buku V: Sektoral, Bina Cipta, Bandung,
šX z vP ]u l•µ vP v ^v]o ] 1986, hlm. 77), merumuskan pencemaran
µš vš]l_ o Z v]o ] l •o] v Ç vP u vi ] o]vPlµvP v • P ] Œ]lµšW ^‰ v u Œ v
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, adalah suatu keadaan, dalam mana suatu
seperti benda cagar budaya. zat dan atau energi diintorduksikan ke
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dalam suatu lingkungan oleh kegiatan
dengan semua benda, daya, keadaan, dan manusia atau oleh proses alam sendiri
makhluk hidup, termasuk manusia dan dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu menyebabkan terjadinya perubahan dalam
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan keadaan termaksud yang mengakibatkan
kesejahteraan manusia serta makhluk lingkungan itu, tidak berfungsi semula
hidup lain. 13
Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk 14
Pasal 1 angka (2)
15
Pasal 1 angka (6)
12 16
Said Sampara, dkk, op.cit, hal. 143-144. Pasal 1 angka (14)
13 17
Pasal 1 angka (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pasal 1 angka (16)
18
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 angka (6)
159
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

dalam arti kesehatan, kesejahteraan dan Hidup, menyatakan dalam Pasal 2


l • o u š v Z Ç š]_X19 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Muhamad Erwin, dari: RTM. hidup dilaksanakan berdasarkan asas:
Sutamiharja, Kualitas dan Pencemaran a. tanggung jawab negara;
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor, 1978, b. kelestarian dan keberlanjutan;
hlm. 3, menyebutkan dalam pertumbuhan c. keserasian dan keseimbangan;
dan perkembangan istilah dan pengertian d. keterpaduan;
^‰ v u Œ v o]vPlµvP v_ u l e. manfaat;
terbentuklah pengertian-pengertian: f. kehati-hatian;
pencemaran air, pencemaran daratan, g. keadilan;
pencemaran laut, pencemaran udara, h. ekoregion;
pencemaran angkasa, pencemaran i. keanekaragaman hayati;
pandangan, pencemaran rasa, dan j. pencemar membayar;
pencemaran kebudayaan, bahkan wakil k. partisipatif;
negara Kenya, pernah juga menampilkan l. kearifan lokal;
pengertian tentang pencemaran hati nurani m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
sewaktu berbicara dalam Konferensi PBB n. otonomi daerah.22
tentang lingkungan hidup manusia di Pasal 3 UU No. 32 Tahun 2009
Stockholm pada tahun 1972, apabila tentang Perlindungan dan Pengelolaan
menunjuk kepada gejala apartheid politic di Lingkungan Hidup, menyatakan:
Afrika Selatan. 20 ^W Œo]v µvP v v ‰ vP o}o v o]vPlµvP v
Pencemaran lingkungan menimbulkan hidup bertujuan:
kerugian dan kerugian itu dapat terjadi a. melindungi wilayah Negara Kesatuan
dalam bentuk:21 Republik Indonesia dari pencemaran
a. Kerugian ekonomi dan sosial (economic dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
and social in jury); b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan
b. Gangguan sanitair (sanitary hazard). kehidupan manusia;
Menurut golongannya pencemaran itu c. menjamin kelangsungan kehidupan
dapat dibagi atas: makhluk hidup dan kelestarian
a. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara ekosistem;
progresif tetapi lambat; d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan
b. Kejutan atau akut: kerusakan mendadak hidup;
dan berat, biasanya timbul dari e. mencapai keserasian, keselarasan, dan
kecelakaan; keseimbangan lingkungan hidup;
c. Berbahaya: dengan kerugian bilogis f. menjamin terpenuhinya keadilan
berat dan dalam hal ada radioaktivitas generasi masa kini dan generasi masa
terjadi kerusakan genetis; depan;
d. Katastrofis: di sini kematian organisme g. menjamin pemenuhan dan
hidup banyak dan mungkin organisme perlindungan hak atas lingkungan hidup
hidup itu menjadi punah. sebagai bagian dari hak asasi manusia;
UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
22
Pasal 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
19
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (Yang
Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, ]u l•µ vP v ^ • • l}Œ P]}v_ o Z ZÁ
Cetakan Kedua. PT. Refika Aditama, April 2009, hal. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
36. harus memperhatikan karakteristik sumber daya
20
Ibid. alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya
21
Ibid. hal. 36-37. masyarakat setempat, dan kearifan lokal).
160
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

h. mengendalikan pemanfaatan sumber dimaksud dalam Pasal 15 dan/atau


daya alam secara bijaksana; Pasal 26 dikenai sanksi administratif.
i. mewujudkan pembangunan (2)Sanksi administratif sebagaimana
berkelanjutan; dan dimaksud pada ayat (1) berupa:
j. mengantisipasi isu lingkungan global. 23 a. teguran tertulis;
Menurut Otto Soemarwoto, di negara b. pembatasan kegiatan usaha; dan
yang sedang berkembang, termasuk c. pembekuan sementara kegiatan
Indonesia, tingkat kesejahteraan masih usaha.
rendah, karena itu pembangunan perlu (3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud
dilakukan untuk meningkatkan tingkat pada ayat (2) huruf a dikenakan
kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang kepada pengusaha paling banyak 3
berwawasan lingkungan pada dasarnya (tiga) kali.
merupakan permasalahan ekologi, (4) Sanksi pembatasan kegiatan usaha
khususnya ekologi pembangunan. Ekologi dikenakan kepada pengusaha yang
pembangunan merupakan cabang khusus tidak mematuhi teguran sebagaimana
ekologi manusia.24 dimaksud pada ayat (3).
Otto Soemarwoto, mengatakan menjaga (5) Sanksi pembekuan sementara kegiatan
kemampuan lingkungan untuk mendukung usaha dikenakan kepada pengusaha
pembangunan merupakan usaha untuk yang tidak memenuhi ketentuan
mencapai pembangunan jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang mencakup jangka waktu antara dan ayat (4).
generasi, yaitu pembangunan yang Sanksi, sanctie, yaitu: akibat hukum bagi
berkelanjutan (sustainable development). pelanggar ketentuan undang-undang. Ada
Dengan mencakup jangka waktu antara sanksi adminsitratif, ada sanksi perdata dan
generasi kita membangun tidaklah untuk ada sanksi pidana.26 Sanksi yaitu: akibat
kita saja,melainkan juga untuk anak cucu sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari
kita. Untuk melaksanakan pembangunan pihak lain (manusia atau organisasi sosial)
kita harus menginvestasikan modal, baik atas sesuatu perbuatan. 27
uang, tenaga, waktu. Model itu harus Sanksi hukum administrasi merupakan
produktif dan makin lama makin menjadi sanksi yang penerapannya tidak melalui
besar, tetapi jika pembangunan tidak perantaraan hakim. Pemerintah berwenang
berkelanjutan, pembangunan haruslah untuk bilamana perlu, tanpa keharusan
berwawasan lingkungan dengan perantaraan hakim terlebih dahulu
menggunakan sumberdaya secara bertindak jauh secara nyata. Sasaran sanksi
25
bijaksana. Usaha itu tidaklah mudah. administrasi adalah pebuatan yang
UU No. 10 Tahun 2009 tentang bertentangan dengan peraturan
Kepariwisataan, mengatur mengenai Sanksi perundang-undangan, sehingga secara
Administrasi. Pasal 63 menyatakan pada prinsipil berbeda dengan pemberian sanksi
ayat: pidana maupun tanggung jawab perdata
(1) Setiap pengusaha pariwisata yang tidak yang ditujukan kepada orang (pelakunya).
memenuhi ketentuan sebagaimana Disamping itu, sanksi administrasi lebih
bersifat preventif dan lebih mudah serta
cepat dilaksanakan dalam memberikan
23
Pasal 3 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
26
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana,
24
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak (Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika, Jakarta,
Lingkungan, Cetakan Kesebelas, Gadjah Mada 2008, hal. 138.
27
University Press, Yogyakarta, Oktober, 2005, hal. 16. Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara,
25
Ibid, hal. 26-27. Bandung, 2008, hal. 429.
161
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

perlindungan terhadap lingkungan hidup maka alasan-alasan tersebut harus juga


dibandingkan dengan sanksi pidana disebutkan secara tegas dalam undang-
maupun sanksi perdata.28 undang. Ajaran yang materiel mengatakan
Menurut Sudarsono, apabila masyarakat bahwa di samping memenuhi syarat-syarat
dapat hidup damai, tenteram dan aman formal, yaitu mencocoki semua unsur yang
maka kehidupan mereka perlu diatur tercantum dalam rumusan delik, perbuatan
dengan sebaik-baiknya. Mengatur itu harus benar-benar dirasakan oleh
kehidupan masyarakat perlu kaidah-kaidah masyarakat sebagai perbuatan yang tidak
yang mengikat setiap anggota masyarakat patut atau tercela, karena itu pula ajaran ini
agar tidak terjadi kejahatan dan mengakui alasan-alasan pembenar di luar
pelanggaran terhadap ketertiban umum. undang-undang. Dengan perkataan lain,
Dalam hal ini hukum pidana sangat besar alasan pembenar dapat berada pada
artinya bagi kehidupan masyarakat, sebab hukum yang tidak tertulis.30
hukum pidana adalah: hukum yang Tujuan pemidanaan dapat dilihat
mengatur tentang kejahatan dan melalui dasar pembenaran adanya hukum
pelanggaran terhadap kepentingan umum atau penjahan pidana. Dasar pembenaran
dan perbuatan tersebut diancam dengan penjatuhan pidana ada tiga teori yaitu
pidana yang merupakan suatu sebagai berikut:
penderitaan. 29 1. Teori Absolut
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Menurut teori absolut tujuan dari
Kepariwisataan, mengatur mengenai pemidanaan terletak pada hukum
Ketentuan Pidana. Pasal 64 menyatakan ‰] v ]šµ • v ]Œ]U ^Y Œ vP •] ‰ Ç vP
pada ayat: dilakukan suatu perbuatan pidana,
(1) Setiap orang yang dengan sengaja dan Z Œµ• ]i šµZl v Zµlµu ‰] v YX_
melawan hukum merusak fisik daya Teori ini desebut juga teori pembalasan,
tarik wisata sebagaimana dimaksud karena bersifat pembalasan
dalam Pasal 27 dipidana dengan (vergelding). Hukum dijatuhkan karena
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) ada dosa.
tahun dan denda paling banyak 2. Teori relatif
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar Menurut teori relatif, tujuan
rupiah). pemidanaan adalah untuk :
(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya a. Mencegah;
dan melawan hukum, merusak fisik, b. Menakut-nakuti, sehingga orang lain
atau mengurangi nilai daya tarik wisata tidak melakukan kejahatan;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 c. Memperbaiki orang yang melakukan
dipidana dengan pidana penjara paling tidak pidana;
lama 1 (satu) tahun dan/atau denda d. Membrikan perlindungan kepada
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 masyarakat terhadap kejahatan;
(lima miliar rupiah). Teori ini disebut juga teori tujuan,
Secara singkat ajaran sifat melawan karena menitikberatkan pada tujuan
hukum formal menyatakan bahwa apabila hukuman. Ancaman hukuman perlu
suatu perbuatan telah mencocoki semua supaya manusia tidak melanggar.
unsur yang termuat dalam rumusan tindak D. Teori gabungan.
pidana, perbuatan tersebut adalah tindak
pidana, jika ada alasan-alasan pembenar,
30
Junivers Girsang, Abuse of Power (Penyalahgunaan
28
Ida Bagus Wyasa Putra, dkk, hal. 183. Kekuasaan Aparat Penegak Hukum Dalam
29
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, , Cetakan Penanganan Tindak Pidana Korupsi, J.G. Publishing.
Kelima, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 209. Jakarta, 2012, hal. 12-13
162
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Menurut teori gabungan, yang hak dan tindakan mengabaikan kewajiban


merupakan kombinasi antara teori yang sebenarnya harus dilaksanakan oleh
absolut dan teori relatif, tujuan pengusaha pariwisata.
penjatuhan pidana karena orang
tersebut melakukan kejahatan dan agar PENUTUP
ia tidak melakukan kejahatan lagi. 31 A. KESIMPULAN
Menjaga kemampuan lingkungan untuk 1. Hak pengusaha pariwisata untuk
mendukung pembangunan merupakan mendapatkan kesempatan yang sama
usaha untuk mencapai pembangunan dalam berusaha di bidang
jangka panjang yang mencakup jangka kepariwisataan sebagaimana jenis-jenis
waktu antara generasi, yaitu pembangunan usaha kepariwisataan yang ada dan
yang berkelanjutan (sustainable usahanya diberikan perlindungan
development). Dengan mencakup jangka hukum termasuk penyediaan fasilitas
waktu antara generasi kita membangun sesuai dengan peraturan perundang-
tidaklah untuk kita saja,melainkan juga undangan dan hak menjadi anggota
untuk anak cucu kita. Untuk melaksanakan asosiasi kepariwisataan. Kewajiban
pembangunan kita harus menginvestasikan pengusaha pariwisata, untuk wajib
modal, baik uang, tenaga, waktu. Model itu mendaftarkan usahanya terlebih dahulu
harus produktif dan makin lama makin kepada pemerintah atau pemerintah
menjadi besar, tetapi jika pembangunan daerah dan melaksanakan kewajiban
tidak berkelanjutan, pembangunan lainnya sebgaimana diatur dalam UU
haruslah berwawasan lingkungan dengan No. 10 Tahun 2009 tentang
menggunakan sumberdaya secara Kepariwisataan.
32
bijaksana. Usaha itu tidaklah mudah. 2. Larangan dan sanksi bagi pengusaha
Dengan demikian hak dan kewajiban pariwisata berlaku pula untuk setiap
pengusaha pariwisata sebagaimana telah orang dalam penyelenggaran usaha
diatur dalam peraturan perundang- kepariwisataan yakni tidak merusak
undangan di bidang kepariwisataan dapat sebagian atau seluruh fisik daya tarik
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan- wisata atau melakukan perbuatan
ketentuan yang berlaku dalam mengubah warna, mengubah bentuk,
penyelenggaraan bidang kepariswisataan menghilangkan spesies tertentu,
untuk menunjang pembangunan nasional. mencemarkan lingkungan,
Bagi pengusaha pariwisata diharapkan memindahkan, mengambil,
dapat mencegah terjadinya pelanggaran- menghancurkan, atau memusnahkan
pelanggaran hukum dengan daya tarik wisata sehingga berakibat
memperhatikan bentuk-bentuk larangan berkurang atau hilangnya keunikan,
yang telah ditetapkan. keindahan, dan nilai autentik suatu
Bagi pemerintah diperlukan adanya daya tarik wisata yang telah ditetapkan
pengawasan yang efektif serta penindakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
terhadap pengusaha pariwisata yang Daerah. Larangan khusus bagi
melanggar peraturan perundang-undangan. pengusaha pariwisata menjalankan
Pemberlakuan sanksi sebagai upaya usaha tanpa kewajiban mendaftarkan
terakhir perlu dilaksanakan sebagai bagian usahanya kepada pemerintah atau
dari proses penegakan hukum guna pemerintah daerah. Sanksi bagi
mencegah dan menindak penyalahgunaan pengusaha pariwisata yang tidak
memenuhi akibat tidak mendaftarkan
31
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, usahanya dikenakan sanksi administratif
Cetakan Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 66 dan ketentuan pidana penjara dan
32
Otto Soemarwoto, op.cit, hal. 26-27.
163
Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

denda apabila dengan sengaja atau lalai Penegak Hukum Dalam Penanganan
dan melawan hukum, merusak fisik, Tindak Pidana Korupsi, J.G. Publishing.
atau mengurangi nilai daya tarik wisata. Jakarta, 2012.
B. SARAN Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana,
1. Pelaksanaan hak dan kewajiban (Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar
pengusaha pariwisata memerlukan Grafika, Jakarta, 2008.
kontrol dan pengawasan yang efektif HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara,
dari pemerintah dan pemerintah Ed. Revisi. Cetakan ke-6. PT.
daerah, lembaga non pemerintah dan RadjaGrafindo Persada. Jakarta, 2011.
masyarakat guna melakukan Kansil, C.S.T., , Christine S.T. Kansil, Engelien
pemantauan, evaluasi dan pelaporan R. Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
dan tindakan adminstratif dan Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
pemberlakuan saksi pidana guna Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata
mencegah pelaksaan kegiatan usaha Aksara, Jakarta, 2010.
pariwisata dilakukan dengan cara Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum
melawan hukum atau tidak sesuai Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Grafika,
dengan peraturan perundang-undangan Jakarta, 2009
yang berlaku. Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan
2. Larangan dan sanksi bagi pengusaha Dalam Sistem Kebijaksanaan
pariwisata perlu diterapkan secara Pembangunan Lingkungan Hidup,
efektif melalui mekanime pencegahan Cetakan Kedua. PT. Refika Aditama, April
dan penghukuman. Larangan perlu 2009.
disosialisasikan melalui wadah asosiasi Ningrum, Lestari, Usaha Perjalanan Wisata
pengusaha pariwisata. Apabila telah (Dalam Perspektif Hukum Bisnis).
disosialisasikan dan tidak dilaksanakan Cetakan Ke- l. PT. Citra Aditya. Bandung.
atau diabaikan tindakan represif sesuai 2004
mekanisme sanksi adminisrtrasi harus Putra Wyasa Bagus Ida, dkk, Hukum Bisnis
dilaksanakan oleh pemerintah. Bagi Pariwisata, Cetakan Pertama. PT. Refika
penegak hukum untuk meningkatkan Aditama, Bandung, 2003.
kerjasama dengan instansi pemerintah Ridwan Juniarso H., Hukum Administrasi
lainnya guna menangani laporan dari Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
masyarakat mengenai kegiatan Cetakan 1. Nuansa, Ujungberung
pengusaha yang patut diduga Bandung. 2010.
memenuhi unsur-unsur tindak pidana Sampara Said, dkk, Buku Ajar Pengantar
dalam kegiatan usaha pariwisata agar Ilmu Hukum, cetakan II, Total Media,
dapat diproses secara hukum untuk Yogyakarta, 2011.
menerapkan mekanisme penghukuman Soemarwoto Otto, Analisis Mengenai
berdasarkan hukum pidana yang Dampak Lingkungan, Cetakan Kesebelas,
berlaku untuk memberikan efek jera Gadjah Mada University Press,
dan untuk mencegah pengusaha Yogyakarta, Oktober, 2005.
pariwisata lainnya melakukan Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan
perbuatan yang sama. Keenam, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum,
DAFTAR PUSTAKA Cetakan Kelima, PT. Rineka Cipta,
Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara, Jakarta, 2007.
Bandung, 2008.
Girsang Junivers, Abuse of Power
(Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat
164

Anda mungkin juga menyukai