Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI


: Dosen Pengampu : Ns. Herlyssa, S.Kep, SST, MKM

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Ananda Dessy Ramadhany P3.72.24.2.19.003

Huwaida Zalfa Putri Alifah P3.72.24.2.19.016

Jihan Fadila P3.72.24.2.19.018

Kheziah Amanda H P3.72.24.2.19.019

Putri Tarisa Salsabila P3.72.24.2.19.027

Vania Ledy Zain P3.72.24.2.19.037

KELAS 2A
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga tentang
Konsep Kesehatan Reproduksi.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah dikemudian hari.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Bekasi, Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................
A. Definisi dan Sejarah Kesehatan Reproduksi.....................................................................................
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan ..................................................
C. Elemen – elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi........................................................................
D. Hak Asasi dalam Hubungannya dengan Hak Reproduksi................................................................
E. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Kesehatan Reproduksi......................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................


A. Kesimpulan.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Isu-isu yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi merupakan isu yang sensitif, seperti hak-hak
reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk
HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan
ke lapisan masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih.
Peningkatan status kesehatan reproduksi merupakan salah satu
program dari SDGs atau Sustainable Development Goals yaitu
memastikan akses universal terhadap seksualitas dan kesehatan reproduksi
serta hak reproduksi sebagaimana telah disetujui oleh program aksi ICPD
dan Beijing platform for action.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia
bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti
terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam
beraktivitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi
banyak sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para
pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut
sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para
pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien
dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh
para bidan atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki
khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu
dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kesehatan reproduksi ?
2. Bagaimana sejarah kesehatan reproduksi ?
3. Apa saja ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan ?
4. Apa saja elemen-elemen pelayanan kesehatan reproduksi ?
5. Apa saja hak-hak asasi dalam hubungannya dengan hak reproduksi ?
6. Bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia dalam kesehatan
reproduksi (MDGs dan SDGs) ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi kesehatan produksi.
2. Mengetahui sejarah kesehatan reproduksi.
3. Mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus
kehidupan.
4. Mengetahui elemen-elemen pelayanan kesehatan reproduksi.
5. Mengetahui hak-hak asasi dalam hubungannya dengan hak reproduksi
6. Mengetahui kebijakan pemerinah Indonesia dalam Kesehatan
reproduksi (MDGs dan SDGs).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Kesehatan Reproduksi


1) Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system
reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi
dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat
menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi
tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah(Depkes RI, 2000).

3
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi
yang menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan
reproduksi yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan,
dimana peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan dalam usia
reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas
yang nantinya berdampak pada penurunan AKI (Angka Kematian Ibu).
Di dalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua
tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang
pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan
reproduksi secara optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang kesehatan No. 23/1992,
bab II pasal 3 yang menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat”, dalam Bab III Pasal 4 “Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

4
2) Sejarah Kesehatan Reproduksi
Sejarah perkembangan kesehatan reproduksi sudah mulai dirintis
sejak terjadinya peningkatan penduduk. Pertambahan penduduk yang
semakin cepat di banyak Negara mulai menimbulkan keprihatinan. Pada
pertemuan PBB yang diadakan pada tahun 1995 dan 1965 hal ini menjadi
isu yang penting.
Pada tahun 1960 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
memperkenalkan program Keluarga Berencana yang mendapatkan
dukungan dari banyak Negara, namun karena ada efek sampingnya, maka
pada tahun 1975-1985 timbulah isu kependudukan.
Pada tahun 1975 dilangsungkan Konferensi Perempuan yang
mendiskusikan tentang isu perempuan. Pada tahun 1980 dilangsungkan
konferensi perempuan yang kedua yang masih membahas isu perempuan
dan belum mendiskusikan tentang gender. Pada tahun 1985 dalam
konferensi III isu gender mulai dibahas.
Pada tahun 1990an mulai muncul pandangan baru ,mengenai
seksualitas dan kesehatan reproduksi perempuan dan hak asasi manusia
berdasrakan HAM. Hal ini ditandai dengan terselenggaranya beberapa
konferensi internasional yang membahas tersebut (Wallsam 1997),
diantaranya:
1. Konferensi Wina (1993)
Konferensi Internasional tentang HAM di Wina tahun 1993
mendiskusikan HAM dalam perspektif gender serta isu-isu
Kontroversial mengenai hak-hak reproduksi dan seksual. Deklarasi
dan Platform Aksi Wina menyebutkan bahwa "hak asasi manusia
dan anak perempuan adalah mutlak, terpadu dan merupakan bagian
dari HAM (wallstam 1997).
2. ICPD Kairo 1994
Konferensi Internasional Kependudukan dan pembangunan
oleh PBB di Kairo Mesir pada tahun 1994, di hadiri oleh 11.000
perwakilan lebih dari 180 negara. Konferensi tersebut melahirkan

5
kebijakan baru tentang pembangunan dan kependudukan seperti
tercantum dalam program aksi 20 tahun, yang tidak lagi terfokus
pada pencapaian target populasi tertentu tetapi lebih ditujukan
untuk menstabilkan pertumbuhan penduduk yang berorientasi pada
kepentingan pembangunan manusia. Program aksi ini menyerukan
agar setiap negara meningkatkan status kesehatan, pendidikan dan
hak-hak individu khususnya bagi perempuan dan anak dan
mengintegrasikan program KB di dalam agenda Kesehatan
Perempuan yang lebih luas. (wallstam, 1997)

Bagian terpenting dari program tersebut adalah penyediaan


pelayanan KR menyeluruh yang memasukan KB, pelayanan ke
hamilan dan persalinan yang aman, pencegahan dan pengobatan
infeksi menular seksual/IMS, informasi dan konseling seksualitas
serta pelayanan kesehatan perempuan mendasar lainnya. Termasuk
penghapusan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan seperti
sunat perempuan dan berbagai bentuk kekerasan lainnnya
(wallsatm 1997)
3. Konferensi Perempuan sedunia keempat di Beijing /FWCW 1995
Deklarasi dan Platform Aksi Beijing (Fourth World
Conference on Women) 4-15 September 1995, yang diadopsi oleh
perwakilan dari 189 negara mencerminkan komitmen internasional
terhadap tujuan kesetaraan, pengembangan dan perdamaian bagi
seluruh perempuan di dunia. Platform tersebut terdiri dari enam
bab, mengidentifikasi 12 area kritis kepedulian yang dianggap
sebagai penghambat utama kemajuan kaum perempuan yaitu :
a. Kemiskinan.
Jumlah perempuan yang hidup dalam kemiskinan lebih
banyak dibandingkan laki laki karena terbatasnya akses
perempuan terhadap sumber sumber ekonomi. Misalnya
lapangan pekerjaan, kepemilikan harta benda dan pelatihan
serta pelayanan masyarakat, misalnya Kesehatan.

6
b. Pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan merupakan HAM dan sarana penting untuk
mencapai kesetaraan, pengembangan dan perdamaian.
Namun anak perempuan masih mengalami diskriminasi
akses pandangan budaya, pernikahan dan kehamilan dini,
keterbatasan akses pendidikan dan materi pendidikan yang
bias gender.
c. Kesehatan.
Kesehatan perempuan mencakup kesejahteraan fisik dan
emosi mereka, yang tidak hanya dipengaruhi oleh konteks
social, politik dan ekonomi. Tercapainya standar kesehatan
fisik tertinggi penting bagi kehidupan dan kesejahteraan
perempuan. Hal ini mendukung perempuan untuk
berpartsisipasi baik di masysrakat maupun dalam
kehidupan pribadinya. Hak kesehatan permpuan harus
terpenuhi secara adil sepanjang siklus hidupnya.
d. Kekerasan.
Perempuan dan anak perempuan merupakan subyek
kekerasan fisik, seksual, dan psikologis yang terjadi tanpa
dibatasi oleh status social ekonomi dan budayanya baik di
kehidupan pribadi maupun masyarakat. Segala betuk
kekerasan berarti melanggar, merusak atau merenggut
kemerdekaan perempuan untuk menikmati hak asasinya.
e. KonflikBersenjata.
Selama konflik bersenjata, perkosaan merupakan cara
untuk memusnahkan kelompok masyarakat. Praktik-praktik
tersebut harus dihentikan dan pelakunya harus dikenai
sangsi hukum.
f. Ekonomi.
Perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, dan sering diperlakukan secara tidak layak,

7
seperti gaji rendah, kondisi kerja yang tidak memadai dan
terbatasnya kesempatan kerja professional
g. Pengambilan keputusan.
Keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan
belum mencapai target 30% di hampir semiua tingkatan
pemerintahan, sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga social
dan ekonomi PBB tahun 1995.
h. Mekanisme Institusional.
Perempuan sering terpinggirkan dalam struktur
kepemerintahan nasional, seperti tidak memiliki mandat
yang jelas, keterbatasan sumber daya dan dukungan dari
para politis nasional.
i. Hak Asasi Manusia.
Hak asasi manusia bersifat universal. Dinikmatinya hak
tersebut secara penuh dan setara oleh perempuan dan anak
perempuan merupakan kewajiban pemerintah dan PBB
dalam mecapai kemajuan perempuan
j. Media.
Media masih terus menonjolkan gambaran yang negatif dan
merendahkan perempuan, misalnya menampilkan
kekerasan, pelecehan dan pornografi yang berdampak
buruk bagi perempuan

k. Ligkungan.
Perusakan alam menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
terutama terhadap perempuan di segala usia.
l. Diskriminasi.
Diskriminasi sudah dialami sejak awal kehidupannya.
Perilaku dan praktik praktik yang berbahaya menyebabkan
banyaknya anak perempuan tidak mampu bertahan hidup
hingga usia dewasa. Kurangnya perlindungan hukum atau

8
kegagalan dalam penerapannya, menyebabkan anak
perempuan rentan terhadap segala bentuk kekerasan serta
mengalami konsekunesi hubungan seksual dini dan tidak
aman termasuk HIV AIDS.

Telaah Lima Tahunan ICPD+5 tahun 1999


Lima tahun setelah ICPD kairo, PDD mengundang para pemimpin
negara untuk membahas tentang kemajuan dan kegagalan pemerintah
dalam melaksanakan kebijkaan yang terkait dengan pembangunan dan
kependudukan.
Pada ICPD +5 isu seksualitas remaja dan aborsi, masih
mengundang kontroversi. Selain itu muncul kontroversi baru mengenai
kontrasepsi darurat dan peran lembaga Swadaya Masyarakat dalam
negosiasi antar pemerintah. Pertemuan ICPD+5 ditutup dengan
mengadopsi beberapa tindak lanjut penerapan program Aksi ICPD.
Termasuk di dalamnya adalah target baru untuk tahun 2015 yang
memepertajam focus dari tujuan pada tahun 1994.

TARGET BARU 2015


ICPD +5 menetapkan target baru untuk mengukur penerapan ICPD yaitu :
a. Akses terhadap pendidikan dasar pada tahun 2015. Meningkatnya
keikutsertaan anak laki laki dan perempuan di sekolah dasar hingga
sekurang kurangnya 90% sebelum 2010 serta menurunkan angka
buta huruf pada perempuan dan anak perempuan pada tahun 1990
hingga setengahnya pada tahun 2005.
b. Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode-metode KB yang
amandan efektif, pelayanan kebidanan, pencegahan dan
penanganan infeksi menular seksual, serta metode pelindung untuk
mencegah infeksi baik secara langsung maupun rujukan.
c. Mengurangi kesenjangan antara pemakaian kontrasepsi dengan
proporsi individu yang ingin membatasi jumlah anak atau
menjarangkan kehamilan tanpa menggunakan target.

9
d. Memastikan bahwa sekurangnya 60% persalinan ditolong oleh
tenaga terlatih, terutama di Negara Negara dengan kematian ibu
yang tinggi.
e. Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan perempuan muda
usia 15-24 tahun. Termasuk penyediaan kondom secara sukarela,
konseling dan tindak lanjut

4. Milleneum Develoment Goals (2000)


UN Millenium Summit di New York tahun 2000 menghasilkan
Milleneum Development Goals yang disetujui 189 negara,
mengandung 8 goals, 18 target dan 48 Indikator. Beberapa tujuan
yang ingin dicapai berkaitan dengan kewenangan bidan , antara lain :
menurunkan angka kematian bayi sebesar 213 menjadi hanya 1/3
antara tahun 1990 dan 2015. Dan menurunkan angka kematian ibu
menjadi Y4 dari tahun 1990 hingga 2015 dan meningkatkan
pencegahan dan penyebaran HIV AIDS antara tahun 1990 samapai
tahun 2015 (WHO, 2004, safe motherhood, 2004)

B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan


Ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup,
yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase
kehidupan tersebut. Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup
keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle
approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang
jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program
pelayanan yang tersedia.
Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal
ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
1) Fase Konsepsi

10
Hal yang dilakukan dalam masa konsepsi diantaranya adalah :
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan.
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi
baru lahir.
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
e. Persalinan, nifas dan BBL yang aman
2) Fase Bayi dan Anak
a. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak lahir
sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat
dari pemberian ASI Eksklusif tersebut terbagi 4 yaitu manfaat bagi
bayi, bagi ibu, bagi keluarga dan bagi Negara.
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ /individu
dari anak itu sendiri.
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
Kesehatan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang
diharapkan karena besarnya jumlah bayi yang meninggal.Karena itu,
upaya pemantauan kesehatan bayi perlu ditingkatkan melalui
pemberian imunisasi dan pengelolaan balita sakit. Pemberian
imunisasi anak yang sesuai dengan jadwal akan mencegah anak
menderita campak, polio, difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis.
Untuk penerapan MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk
memperhatikan secara cepat semua gejala anak sakit, sehingga ia
dapat menentukan apakah anak sakit berat dan perlu segera dirujuk.
d. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan

11
Laki-laki dan perempuan, sebagai pasangan atau individu
merupakan kesamaan/kesetaraan gender yaitu keadaan tanpa
diskriminasi dalammemperoleh kesempatan, pendidikan, serta akses
terhadap pelayanan.
3) Fase Remaja
Hal – hal atau asuhan yang dilakukan dalam fase ini adalah :
a. Gizi seimbang
Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi.Gizi seimbang
sangat dibutuhkan dalam tahap ini untuk kepentingan kesehatan
reproduksinya dan juga untuk kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan.
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi bertujuan untuk
memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan
perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang
ada.
Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu
memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan reproduksi yang sehat.
c. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
Yang dimaksud dengan perkosaan disini adalah hubungan seksual
yang dipaksakan terhadap perempuan, dilakukan tanpa izinnya dan
mungkin menggunakan kekerasan.Manusia dalam hal ini remaja
secara biologis mempunyai kebutuhan seksual sehingga perlu
mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi
kegiatan yang positif, seperti olahraga dan mengembangkan hobi yang
membangun.
d. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA
Pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja
hendaknya dilakukan dengan pendekatan sejak dini baik dari orang

12
tua, guru, pendamping dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para pelajar disekolah, sehingga dengan pendampingan dan bimbingan
kita bisa mengetahui proses perkembangan jiwa yang terjadi pada
pelajar dan juga pengaruhnya terhadap lingkungan.
e. Perkawinan pada usia yang wajar
Kegagalan perkawinan dalam masyarakat dewasa ini sangat
meningkat sehingga menimbulkan dampak social yang tidak
diinginkan.Pengaturan perkawinan yang semula merupakan ritus ada
diambil alih tanggung jawabnya oleh Negara dan dijadikan sebagai
ketentuan hukum serta di atur lewat undang-undang.Undang-undang
juga mengatur batas umur seseorang yang diperbolehkan menikah
dengan alasan untuk kepentingan demografi, mencegah anak-anak
dibawah umur yang belum dianggap mampu untuk mengambil
keputusan bagi dirinya sendiri.
f. Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
Remaja memerlukan pembekalan tentang informasi / pendidikan,
ketrampilan dan kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik
maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti
ajakan untuk menggunakan NAPZA dan lain-lain.
4) Fase Dewasa atau Usia Subur
Asuhan yang diberikan dalam fase ini :
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
Kesehatan ibu dan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang
diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi yang
meninggal.Karena itu, upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman
menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan.
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
Pertolongan terhadap komplikasi yang ditemukan baik selama
kehamilan maupun dalam persalinan memerlukan tindakan yang cepat

13
agar nyawa ibu dan janinnya dapat diselamatkan. Terjadinya
komplikasi ini sulit diperkirakan, sehingga sering muncul secara
mendadak dan perlu diantisipasi bahkan bias dilakukan
tindakanpencegahan sedini mungkin.
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan
alat kontrasepsi (KB)
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan
untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi.Pelayanan KB
bertujuan untuk menunda, menjarangkan /menjaga jarak kelahiran dan
atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup.Dengan
demikian, pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan
dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat
waktu.
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
(-) Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan dan
menghindari hubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti.
(-) Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia
pada pasangan
(-) Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV.
(-) Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam , prosedur pembedahan
yang tidak steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung
jawab.
(-) Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten
e. Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
f. Pencegahan penanggulangan masalah aborsi
g. Deteksi dini kanker payidara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
5) Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, perhatian terhadap
kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan
metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan osteoporosis, deteksi dini
kanker rahim dan kanker prostat.

14
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi:
Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak
perempuan mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia,
perilaku seksual bila kurang pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar
nikah, abortus tidak aman, tertular penyakit menular seksual (PMS),
termasuk HIV/AIDS.
Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan
ternyata belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memelihara
kehamilannya maka dapat mengakibatkan terjadinya risiko terhadap
kehamilannya (persalinan sebelum waktunya) yang akhirnya akan
menimbulkan risiko terhadap kesehatan ibu hamil da janinnya. Dalam
kesehatan reproduksi mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan
seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak terbebas dari
kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seksual yang bisa
berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan.
Hubungan seksual dilakukan dengan saling memahami dan sesuai etika
serta budaya yang berlaku
C. Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan reproduksi
Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggungjawab masyarakat
dan negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai
sosial (Adrina dkk, 1998:68). Pemenuhan hak-hak reproduksi merupakan
bentuk perlindungan bagi setiap individu, serta prakondisi untuk
memperoleh hak-hak lainnya tanpa diskriminasi. Hak-hak reproduksi
mengawasi pemerintah dalam mematuhi dokumen-dokumen HAM seperti
tidak terpenuhinya hak atas pendidikan pelayanan kesehatan dan sosial yang
menyebabkan kematian ibu.
Hak-hak reproduksi berarti pasangan dan individu berhak untuk
memutuskan apakah dan kapan mereka memiliki anak tanpa diskriminasi,
paksaan dan kekerasan (Wiknjosastro, 2006:18).
Terdapat tiga elemen yang harus dipenuhi. Pertama, hak untuk bebas
menentukan jumlah anak dan kapan (atau apakah mau) melahirkan. Kedua,

15
hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan cara/metode untuk
mengatur kesuburannya, dan ketiga untuk memiliki kontrol atas tubuhnya.
1) Elemen Pertama
Diperuntukkan bagi pasangan dan individu, yang mencakup mulai
dari hak untuk menentukan bila dan kapan hendak menikah, memilih
pasangan, sampai dengan hak untuk mempunyai anak (jumlah maupun
jarak waktunya). Implikasinya hak ini tidak boleh dilanggar baik oleh
individu lain, masyarakat maupun pemerintah. Penentuan kapan, berapa
banyak dan jarak waktu mempunyai anak adalah hak dan tanggung jawab
dari pasangan dan individu yang bersangkutan.
2) Elemen Kedua
Hak untuk mampu mengatur kesuburan, mencakup hak untuk
mendapatkan informasi tentang KB dan pelayanannya. Artinya
pemerintah tidak boleh menghambat atau membatasi individu maupun
pasangan untuk mendapatkan informasi dan pendidikan yang lengkap
berkaitan kontrasepsi maupun untuk mendapatkan dan menggunakan
kontrasepsi (modern maupun tradisional). Praktekpraktek pelayanan KB
di lapangan yang hanya memberikan informasi yang parsial, serta
pemasangan kontrasepsi tertentu tanpa didahului pemeriksaan yang
lengkap, tidak adanya konseling yang mengutamakan kepentingan
kesehatan perempuan adalah beberapa contoh pelanggaran terhadap
kesuburan ini.
3) Elemen Ketiga
Hak perempuan untuk mempunyai kontrol atas tubuhnya sendiri, baik
terhadap kapasitas seksualnya dan reproduksinya maupun untuk memiliki
integritas terhadap tubuhnya. Bentuk-bentuk pelanggaran dalam
pengertian ini antara lain adalah: hubungan seksual yang didasari rasa
keterpaksaan, pemberian sanksi karena memiliki jumlah anak yang lebih
dari norma yang ditetapkan, praktekpraktek yang menahan perempuan
untuk dapat menghentikan pemakaian kontrasepsi yang dirasakan sangat
membebani baik secara fisik (gangguan fisik) maupun mental
(mengalami kecemasan maupun depresi berkepanjangan). Persoalan

16
pelanggaran hak reproduksi perempuan muncul ketika pertanyaan
tentang seberapa jauh persepsi dan kepatuhan benar-benar didasarkan
pada ketiga elemen hak reproduksi.
D. Hak- hak Asasi dalam Hubungannya dengan Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas
sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah
anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan
melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak
asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI, 2002).
1) Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat
dijabarkan secara praktis, antara lain:
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-
lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan,
tanpa paksaan dan tak melawan hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memiliki hubungan
yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan

17
dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama tanpa
unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
f. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat
berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang
bertanggung jawab.
g. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan
mudah, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.
h. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu
yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan
seksualnya terpenuhi.
i. Hukum dan kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah
diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan
sekualitas dan masalah reproduksi.
j. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini
serta membangun dukungan atas hak tersebut melalui pendidikan
dan advokasi.
k. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan
ini diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates
Worldwide.

2) Menurut ICPD (1994) Hak-hak Reproduksi antara lain :


a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.

18
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
i. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas
pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
3) Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
a. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas.
b. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan.
c. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga
ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
4) Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia,
untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi(Widyastuti,
2009):
a. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan,
dan kebijakan saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-
hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya
masyarakat.
b. Advokasi hak-hak reproduksi

19
Advokasi dimaksudkan agar mendapat dukungan komitmen dari para
tokoh politik tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
c. KIE hak-hak reproduksi
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak
reproduksi sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.
d. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi
E. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Kesehatan Reproduksi
1) MDGs
MDGs merupakan komitmen global untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik serta kerangka pijakan yang digunakan untuk mencapai
target-target pembangunan pada tahun 2015 mendatang.
Target MDGs, yaitu :
 Penghapusan kemiskinan
 Pencapaian pendidikan dasar untuk semua anak laki-laki dan
perempuan
 Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
 Penurunan angka kematian anak
 Meningkatkan Kesehatan ibu
 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
 Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan
 Membangun kemitraan global untuk pembangunan (AMPL,
2009)

Hubungannya adalah untuk meningkatkan Kesehatan ibu, Kesehatan


ibu berkaitan erat dengan masalah Kesehatan reproduksi yang
mencakup informasi dan edukasi yang komprehensif mengenai :
 Seksualitas
 Kontrasespi
 Akses kepada aborsi legal&aman
 Diagnosis Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS
 Kepedulian

20
 Dukungan bagi korban kekerasan seksual

2) SDGs
Kebijakan Pencapaian SDGs di Indonesia Berdasarkan Pokok Arahan
Presiden dalam Sidang Kabinet tanggal 23 Desember 2016:
1. Mengoptimalkan peran koordinasi KemenPPN/Bappenas dalam
pembangunan, karena hampir seluruh Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs) telah terakomodasi dalam RPJMN;
2. Melibatkan semua pihak (pemerintah, parlemen, media, filantropi &
bisnis, pakar & akademisi) untuk bersinergi sesuai peran, fungsi dan
kemampuan;
3. Kelembagaan yang ada dapat langsung bekerja, baik secara strategis
maupun operasional.

Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam


bidang kesehatan adalah Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar
yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional.

 Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang


mengedepankan konsep promotif dan preventif dalam pelayanan
kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input dari sebuah
proses pembangunan.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk
peningkatan Akses dan mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan
kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan promotif dan
preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata
kelola manajemen dan tata kelola program.
 Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin
seluruh penduduk dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia
dalam pelayanan kesehatannya.

21
Target SDGs dalam menangani kesehatan reproduksi antara lain
sebagai berikut:
1. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga
kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
2. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita
yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH
(Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000.
3. Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Sejarah perkembangan kesehatan reproduksi sudah mulai dirintis
sejak terjadinya peningkatan penduduk yang semakin cepat di banyak
Negara sehingga mulai menimbulkan keprihatinan. Pada pertemuan PBB
yang diadakan pada tahun 1995 dan 1965 hal ini menjadi isu yang penting.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi fase konsepsi, fase
bayi dan anak, fase remaja, fase dewasa atau usia subur dan fase usia
lanjut. Terdapat 3 elemen pelayanan kesehatan reproduksi yang harus
dipenuhi yaitu pertama, hak untuk bebas menentukan jumlah anak dan
kapan (atau apakah mau) melahirkan. Kedua, hak untuk mendapatkan
informasi yang lengkap dan cara/metode untuk mengatur kesuburannya,
dan ketiga untuk memiliki kontrol atas tubuhnya.
Hak-hak asasi dengan hubungannya dengan hak reproduksi
diantaranya adalah setiap orang baik laki-laki maupun perempuan berhak
memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik, berhak
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas, berhak
untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi, dan lain sebagainya.
Kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan
pemenuhan hak-hak reproduksi diantaranya promosi hak-hak rereproduk,

23
advokasi hak-hak rereproduk, KIE hak-hak reproduksi, dan sistem
pelayanan hak-hak reproduksi.
Adapun Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Kesehatan
Reproduksi yaitu MDGs dan SDGs. MDGs merupakan komitmen global
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik serta kerangka pijakan yang
digunakan untuk mencapai target-target pembangunan pada tahun 2015
mendatang.
Hubungannya adalah untuk meningkatkan Kesehatan ibu,
Kesehatan ibu berkaitan erat dengan masalah Kesehatan reproduksi yang
mencakup informasi dan edukasi yang komprehensif mengenai :
 Seksualitas
 Kontrasespi
 Akses kepada aborsi legal&aman
 Diagnosis Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS
 Kepedulian
 Dukungan bagi korban kekerasan seksual
Sementara target SDGs dalam menangani kesehatan reproduksi
antara lain sebagai berikut:
1. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga
kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
2. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita
yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH
(Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000.
3. Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :


Salemba Medika
Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Pusdik SDM Kesehatan
BPPSDMK
Hidayati, Elli. 2017. Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga. Jakarta :
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ

25

Anda mungkin juga menyukai