Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DIBENTUKNYA HOME CARE

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan


masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna
mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan
praktek pelayanan keperawatan di rumah (home care).
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan
perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh
kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah
atau Home Care.
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan antara lain: pertimbangan
ekonomi, kenyamanan pasien, dan kemudahan akses bagi keluarga. Home care
saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan di kota besar dengan beberapa kasus yang
sering ditemui adalah kesibukan yang tinggi dari keluarga menyebabkan hanya
sedikit waktu yang dapat diberikan kepada pasien. Salah satu segmen pelayanan
home care diantaranya lansia, di mana lansia adalah manusia yang juga
memerlukan teman sehingga mereka tidak kesepian dan cepat menjadi pikun.
Dengan adanya jasa home care pendamping orang tua (POT) maka para lansia
memiliki asisten yang berfungsi sebagai teman, pendamping, pengasuh yang
membantunya dalammelakukan aktivitas sehari-hari.
Dengan memanfaatkan jasa ini, maka orang tua akan lebih bahagia dan
anak-anaknya pun akan lebih tenang untuk dapat mengerjakan hal lain. Seiring
dengan perkembangannya, home care memberikan pelayanan pada penyakit kronik
yang memerlukan perawatan lama dan berbiaya mahal. Keluarga yang memutuskan
untuk melanjutkan perawatan di rumah umumnya didasari pada perhitungan
ekonomi atau kemudahan anggota keluarga lain untuk menjenguk dan bertemu
pasien serta kenyamanan pasien karena dirawat dirumah akan memberikan rasa
aman dan nyaman kepadanya yang penting untuk membantu proses penyembuhan.
Variasi penyakit yang membutuhkan pelayanan home care adalah mulai dari
kasus sederhana seperti demam tifoid, hingga kasus yang berat seperti gangguan
pernafasan kronik dengan ketergantungan pada alat respirator. Home care
dibutuhkan oleh pasien yang sedang sakit, juga bagi mereka yang sedang dalam
proses penyembuhan seperti post stroke, sampai dengan pasien dalam fase
terminal seperti menderita kanker stadium lanjut.
B. TUJUAN PERAWATAN DI RUMAH ( HOME CARE)

a) Tujuan dasar :
 Tersedianya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah pasien
yang dapat di akses oleh masyarakat.
 Terjaganya kesinambungan pelayanan pasca rawat inap di RSD Madani
ataupun RS lainnya yang membutuhkan, sehingga pasien dan keluarga
dapat mandiri melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari.
 Membantu pasien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya,
 Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
 Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
 Membantu pasien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
 Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
 Tersedianya peluang kerja bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat
untuk memberikan perawatan kesehatan di rumah terhadap individu
dalam konteks keluarga secara mandiri dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

b) Tujuan Umum
 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga

c) Tujuan Khusus
 Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri
 Meningkatan kemandirian keluarga dalam pemeliharan kesehatan
 Meningkatkan kualitas pelayanan keprewatan kesehatan dirumah

Menurut Drs.I Nyoman Cakra, A.Md.Kep, SH. (2006). Perawatan


kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan
yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif.
5. Biaya kesehatan yang akan lebih terkendali
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan.
7. pelayanan perbaikan untuk kegiatan social.

Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah
sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas. Kasus umum yang
merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
1. Klien dengan penyakit gagal jantung,
2. Klien dengan gangguan oksigenasi,
3. Klien dengan perlukaan kronis,
4. Klien dengan diabetes,
5. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
6. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
7. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
8. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
9. Klien dengan HIV/AIDS.

Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :


1. Klien dengan post partum,
2. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
3. Klien dengan kondisi usia lanjut,
4. Klien dengan kondisi terminal.
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Homecare adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit (Depkes 2002).
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan
jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional
maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan
kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga
di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan
yang
diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian atau kombinasi dari keduanya (WarholaC,1980).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai
bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di
rumah
sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang
merupakan
kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi pasien yang
sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya
dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat
komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang
menangani perawatan di rumah.
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PELAKSANAAN HOME CARE DI
RSD MADANI PEKANBARU

a) Meningkatnya kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak


efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien
kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat
dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
b) Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif
lama dan kekhawatiran masyarakat akan penularan penyakit infeksi di RS
yang semakin marak beberapa tahun terakhir. Dengan demikian berdampak
pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut
keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang
membutuhkan waktu relatif lama.
c) Telah dikeluarkannya SK RSD Madani sebagai BLUD dengan di perda yang
telah di sahkan.
d) Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat
menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan
yang ditetapkan.
e) Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagianklien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, karena berada dilingkungan
yang dikenal oleh klien dan keluarga, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu
adaptasi.

2. LANDASAN HUKUM
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Pasal 4 ayat
(3), Pasal 23, Pasal 28 ayat (5), Pasal 34, Pasal 35 ayat (5), dan Pasal 57
memerlukan aturan pelaksanaan. Aturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Kebijakan tersebut adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU 38 tahun 2018 tentang Keperawatan.

Berikut kira-kira benang merah antara Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014


tentang Keperawatan dan apa yang diatur dalam kebijakan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2018
tentang Keperawatan:

A. Jenis Perawat

Bagian Kedua
JENIS PERAWAT

Pasal 4

1. Jenis Perawat terdiri atas:


a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
2. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. ners; dan
b. ners spesialis.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

B. Perizinan

Bagian Ketiga
Izin Praktik

Pasal 19

1. Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.


2. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
SIPP.
3. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat
menjalankan praktiknya.
4. Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2), Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam
SIPP.

Pasal 20

6. SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.


7. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Perawat paling banyak untuk 2 (dua) tempat.

Pasal 21

Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama


Praktik Keperawatan.

Pasal 22

SIPP tidak berlaku apabila:

a. dicabut berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;


b. habis masa berlakunya;
c. atas permintaan Perawat; atau
d. Perawat meninggal dunia.

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam Peraturan Menteri

C. Penyelenggaraan Praktik Keperawatan

BAB V
PRAKTIK KEPERAWATAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 28

1. Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


dan tempat lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.
2. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
4. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau
Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan
dan/atau Keperawatan dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.

D. Praktik Mandiri Perawat

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang

Pasal 29

1. Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas


sebagai:
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama ataupun sendiri-sendiri.
3. Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 30

4. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di


bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi
dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien
sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat
bebas terbatas.
5. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan
masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan
masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.

Pasal 31

6. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,


Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat;
d. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
dan
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
7. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan
Keperawatan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
c. mengelola kasus.
8. Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atas izin pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai
dengan etika profesi dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 33

9. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f merupakan
penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak
adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah
tempat Perawat bertugas.
10. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di
suatu wilayah tempat Perawat bertugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
setempat.
11. Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kompetensi Perawat.
12. Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak
terdapat tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan;
dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal
tidak terdapat tenaga kefarmasian.

Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Perawat diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 35

13. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,


Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai
dengan kompetensinya.
14. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih
lanjut.
15. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
16. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
17. Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

E. Kebutuhan Pelayanan kesehatan/keperawatan dalam suatu wilayah

Pasal 32

1. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf e hanya dapat
diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada Perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya.
2. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara delegatif atau mandat.
3. Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab.
4. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) hanya dapat diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat
vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
5. Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis
kepada Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah
pengawasan.
6. Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang
mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi
pelimpahan wewenang.
7. Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan
kompetensinya atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga
medis;
b. melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas
pelimpahan wewenang mandat; dan
c. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program
Pemerintah.

F. Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 55

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi


Profesi membina dan mengawasi Praktik Keperawatan sesuai dengan fungsi
dan tugas masing-masing.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan


UU 38 tahun 2018 tentang Keperawatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Nila
Farid Moeloek pada tanggal 9 Agustus 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun 2018 tentang
Keperawatan diundangkan oleh Widodo Ekatjahjana pada tanggal 12 Agustus 2019
di Jakarta. Permenkes Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38
tahun 2018 tentang Keperawatan ditempatkan pada Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 912 agar seluruh orang Indonesia mengetahuinya.

.
2. SYARAT MENDIRIKAN HOMECARE

1) Pengelola Praktik Mandiri Perawat


a. Persyaratan Pengelola Praktik Mandiri Perawat
1. Merupakan bagian dari institusi pelayanan kesehatan pemerintah
atau swasta atau unit mandiri yang berbadan hukum.
2. Mempunyai tenaga:
 Pimpinan yang bertanggung jawab terhadap seluruh pelayanan.
 Tenaga administrasi.
 Tenaga keperawatan professional (minimal D-III Keperawatan)
sebagai tenaga tetap (paripurna) yang mempunyai izin praktek
(SIPP) dan akan menjadi manajer kasus atau pemberi pelayanan
dalam penanganan kasus.

3. Mampu menyediakan tenaga keperawatan bersertifikat sesuai


dengan spesialisasi/ kebutuhan pelayanan dan tenaga non
keperawatan. Penyediaan tenaga ini dapat berupa tenaga paruh
waktu atau dilakukan dengan system subkontrak dengan pengelola
pelayanan keperawatan.
4. Mampu menyediakan peralatan kesehatan, sesuai dengan standar
minimal yang ditetapkan.
5. Mampu menyediakan sarana transportasi untuk melaksanakan
rujukan klien.

b. Hak Pengelola
1. Mengelola Praktik Mandiri Perawat, sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Menerima hak atas imbalan jasa sesuai dengan perjanjian
kerjayang disepakati bersama.
3. Mempunyai akses kepada pemerintah yang mengendalikan
Praktik Mandiri Perawat.
4. Mendapat dukungan dari manajer kasus, pelaksana pelayanan
atas pengelolaan pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Menetapkan mitra kerja yang akan mendukung penyelenggaraan
praktik mandiri perawat.

c. Kewajiban Pengelola
1. Menjamin terlaksananya pelayanan professional dan bermutu
bagi klien.
2. Mematuhi kontrak/perjanjian kerja yang telah disepakati.
3. Memberikan perlakuan yang baik terhadap katim anggota
pelayanan dan klien.
4. Meningkatkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
manajer kasus dan pelaksana pelayanan.
5. Melaksanakan kewajiban memberikan jasa pel yang harus
diberikan kepada manajer kasus dan pelaksana pelayanan
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Mematuhi peraturan yang berlaku berkaitan pengelolaan Praktik
Mandiri Perawat.
7. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan
terhadap kinerja pelaksana pelayanan.
8. Menyediakan alat, bahan, dan sarana yang dibutuhkan dalam
pelayanan keperawatan sesuai standar yang ada.
9. Menerapkan sistem penghargaan dan sanksi administrative yang
layak terhadap pelaksanaan pelayanan.

2) Pelaksana Praktik Mandiri Perawata.

A. Persyaratan Dokter dan Perawat/Bidan Home Care

1) Mempunyai ijazah formal yang diakui oleh pemerintah, bagi


tenaga profesional (Dokter mempunyai pengalaman).
2) Tenaga perawat minimal memiliki ijazah D.III Keperawatan dan
mempunyai pengalaman kerja di sarana pelayanan kesehatan
minimal 3 tahun
3) Mampu mempertanggung jawabkan tindakan/ pelayanan yang
diberikan kepada klien secara mandiri dan bertanggung jawab.
4) Mampu menjalankan standar prosedur yang ditetapkan.
5) Mampu memberikan pelayanan sesuai dengan etika yang
ditetapkan.

B. Hak Pelaksana Pelayanan


1) Mengetahui tentang hak dan kewajibannya secara tertulis.
2) Berhak mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan perjanjian
kerja.
3) Memperoleh perlakuan yang layak sesuai norma yang berlaku.
4) Berhak mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pelayanan serta perlindungan terhadap
pelaksana pelayanan maupun klien.
5) Mendapat perlindungan hukum atas tindakan yang diterima
dandirasakan merugikan dan menyimpang dari peraturan yang
berlaku.

C. Kewajiban Pelaksana Pelayanan Praktik Mandiri Perawat

1. Mentaati peraturan dan disiplin kerja yang telah ditetapkan


olehPengelola.maupun manager kasus
2. Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya berkaitan
dengan keadaan pasien dengan tidak memberitahukan kepada
siapapun.
4. Melaksanakan tugas sesuai dengan rencana pelayanan yang
telah disepakati dan telah ditetapkan oleh katim.
5. Bekerja sama dan saling mendukung dengan pelaksana
pelayanan lainnya dalam tim pelayanan demi keberhasilan
pelayanan.
6. Mematuhi perjanjian kerja yang telah dibuat.
7. Menghargai hak-hak pasien dengan tidak melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak tersebut.
8. Membuat laporan rutin ke katim sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
9. Konsultasi dengan katim medis secara berkala dan jika
diperlukan.

3) PASIEN

A. Persyaratan pasien untuk Menerima Pelayanan/Asuhan


Keperawatan.

 Mempunyai keluarga atau pihak lain yang akan bertanggung jawab


atau menjadi wali/pendamping bagi pasien dalam berinteraksi
dengan pengelola maupun pasien.
 Bersedia menandatangani persetujuan (inform consent), setelah
syarat-syaratnya disepakati bersama.
 Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan Pengelola Praktik
Keperawatan Mandiri untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab,
dan haknya dalam menerima pelayanan.
B. Hak Pasien

 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya.


 Mendapat pelayanan professional sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan.
 Diberitahu terlebih dahulu dan ikut berpartisipasi dalam rencana
pelayanan yang akan diberikan dan penetapan perubahan
asuhan serta tindakan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
 Memperoleh perlakuan yang layak dari semua pelaksana
pelayanan yang melayani di mana jelas identitasnya meliputi
nama dan jabatan mereka masing-masing.
 Memperoleh seluruh catatan klinis atas pelayanan yang
diterimanya yang pada dasarnya rahasia (kecuali bagi pihak
ketiga yang berkepentingan terhadap pelayanan yang diterima
termasuk perusahaan/asuransi yang membiayai).
 Berhak menolak tindakan, prosedur, atau tindakan medis setelah
mendapat informasi yang lengkap tentang akibat dari suatu
tindakan.
 Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai dengan
norma yang berlaku berdasar kode etik, norma-norma agama dan
sosial budaya tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin, usia, atau asal-usul kebangsaan.
 Berhak mengemukakan pendapat tentang perubahan pelayanan
atau pergantian pelaksana pelayanan yang melayani tanpa rasa
takut ditolak atau menerima perlakuan diskriminasi.
 Memperoleh semua informasi yang berkaitan dengan setiap
perubahan pelayanan, perubahan tarif pelayanan, yang mungkin
akan mempengaruhi pihak ketiga dalam hal pembiayaan termasuk
terminasi pelayanan.
 Mendapat perlindungan hukum atas tindakan yang diterima
dandirasakan merugikan dan menyimpang dari standar prosedur.

C. Kewajiban Pasien

 Mematuhi perjanjian bersama.


 Mentaati rencana pelayanan yang telah disepakati bersama.
 Melaksanakan kewajiban membayar pelayanan yang diterima
sesuai dengan tarif yang telah diberitahukan sebelumnya.
 Bersedia bekerja sama dengan tim yang memberikan pelayanan
kepada klien dan keluarganya
 Menghargai hak tim penyedia pelayanan sesuai norma yang berlaku
tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, usia, atau asal-usuk kebangsaan.

4) Standar Uraian Tugas dan Fungsi Pengelola Home Care


A. Ketua Pengelola
a) Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan Perawatan di rumah
b) Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan dan
klien
c) Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
pelaksanaan
d) Pelayanan
e) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap
kinerja pel.
f) Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara
berkesinambungan

B. Ketua Bidang Administrasi/Keuangan


a) Mengkoordinasikan semua kegiatan administrasi dan keuangan
Home Care
b) Melakukan perlakuan yang baik terhadap administrasi pengelolaan
Home Care
c) Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
pada bidang administrasi dan keuangan Home Care
d) Melaksanakan pengawasan, pengendalian proses adm. keuangan
Home Care
e) Menyusun laporan administrasi keuangan Home Care

C. Ketua Bidang Pelayanan


a. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan perawatan
b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap proses pelaksanaan Home
Care
c. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan terhadap
sumber daya manusia keperawatan
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan pel. Home
Care.
e. Menyusun laporan kegiatan pelayanan keperawatan di rumah

D. Penanggung Jawab Kasus/ Koordinator


a. Mengkoordinasikan semua kegiatan pel. yang dilaksanakan oleh
pelaksanaan
b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan kep. dan
pasien di rumah
c. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
pelaksanaan kep.
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada
pelaksanaan kep
e. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya
E. Pelaksanan Pelayanan
a. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan
b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
c. Keperawatan melaksanakan intervensi / tindakan keperawatan
sesuai rencana yang ditentukan
d. Mengevaluasi kegiatan/ tindakan yang diberikan dengan berpedoman
pada rencana kerja
e. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam kep. setiap selesai
melaksanakan tugas

F. Konsulen
a. Menerima konsultasi dari pelaksanaan keperawatan dan memberikan
petunjuk /advis sesuai kewenangannya
b. Memberikan advokasi khususnya dalam bidang tindakan medik
c. Melaksanakan tindakan-tindakan medik sesuai kewenangannyad.
Memeriksa,menentukan Diagnosa dan memberi terapi medic.
BAB III
PENUTUP

A. PENGORGANISASIAN HOME CARE RSD MADANI

Penyelenggaraan praktik mandiri di RSD Madani perawat terdiri dari 3 (tiga


unsur) yaitu Pengelola Pelayanan, Pelaksana Pelayanan, dan Klien.
1. Pengelola Pelayanan Praktik Mandiri Perawat
Adalah unit yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan praktik
mandiri perawat baik penyediaan tenaga, sarana, dan peralatan serta
mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Pengelola dapat
berkedudukan sebagai salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit/ klinik/ puskesmas, atau dapat pula berkedudukan terpisah secara mandiri
dalam bentuk balai atau pusat pelayanan keperawatan.
2. Pelaksana Praktik Mandiri Perawat
Pelaksana praktik mandiri perawat adalah tenaga yang bertugas
menyediakan pelaksana pelayanan keperawatan terdiri dari tenaga
keperawatan professional dengan melibatkan tenaga-tenaga professional lain
dan tenaga non professional sesuai kebutuhan klien. Pelaksana praktik mandiri
perawat tersebut terdiri dari manajer kasus dan pelaksana pelayanan.
Praktik mandiri perawat; home care dilakukankan berdasarkan pada
kesepakatan antara perawat dengan pasien dalam upaya untuk peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan
pemulihan kesehatan.
Dalam melaksanakan praktik mandiri perawat, perawat yang telah memililki
SIPP berwenang untuk:
 Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan
 Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan
konseling kesehatan
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud
huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi
 Melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam
lingkup praktik keperawatan
 Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien
dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.
 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat
yang tidak memiliki SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di
sarana pelayanan kesehatan tersebut.
3. Klien
Adalah penerima pelayanan keperawatan dengan melibatkan salah satu
anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila
diperlukan keluarga dapat juga menunjuk seseorang yang akan membantu
aktifitas penyediaan pelayanan keperawatan sesuai menjadi pengasuh (care-
giver) yang melayani kebutuhan sehari-hari dari klien.
Syarat perawat bisa melakukan Home Care di RSD Madani :
 Mempunyai STR
 Mempunyai SIPP
 komunikatif

Tim Home Care RSD Madani


1. Pembina :
2. Penasehat :
3. Tim Medis
 Ketua :
 Anggota :

4. Tim Keperawatan dan Kebidanan


 Ketua : Zulhasri, AMk
 Anggota : 1. Julia Arningsih, AMk
2. Deby Meylinda, AMd. Keb
3. Isna Fitriani, AMd. Kep
4. Catur Widiyastuti, AMd. Kep
5. Rosita, AMd. Keb
6. Pramono Sigit, AMk
7. Sujarwanto, AMd. Kep
8. Ns. Latifa Dian Hilda Ningsih, S. Kep
9. Diko Pratowo Hardiyanto, AMd. Kep

B. Jenis-Jenis Layanan Home Care


Secara sederhana, perawat layanan kesehatan home care berfokus pada tiga
jenis, yaitu perawat medis, perawat non medis dan bidan. Berikut penjelasan dari
masing-masing kategori layanan home care:

1. Perawat Medis
Syarat utama yang harus dimiliki oleh perawat medis adalah pendidikan D3-S1
Keperawatan atau Kesehatan dan telah mempunyai pengalaman kerja serta Surat
Tanda Registrasi (STR) yang masih aktif.
Perawat medis harus mempunyai pengalaman bekerja di layanan kesehatan
seperti rumah sakit dan pernah bertugas di IGD, ICU atau Rawat Inap. Sehingga
perawat dipastikan dapat menggunakan berbagai alat medis yang dibutuhkan oleh
pasien. Pengalaman itulah yang akan dibawa ke rumah pasien yang membutuhkan
tindakan medis seperti pemasangan infus, pemasangan NGT atau selang untuk
makan, pemasangan kateter atau selang untuk buang air kecil dan peralatan
lainnya.

a) Biaya Perawat Home Care Medis


Biaya panggil perawat medis ke rumah tergantung dari perusahaan
penyedia layanan kesehatan dan pengalaman yang dimiliki oleh perawat.
Biasanya biaya perawat orang sakit di rumah yang terpasang alat medis
mulai dari 5,5 juta/bulan.

2. Perawat Non Medis


Perawat non medis atau caregiver adalah tenaga kesehatan yang telah
menempuh pendidikan khusus dan berpengalaman bekerja secara profesional di
layanan kesehatan seperti Puskesma, klinik atau rumah sakit.
Ruang lingkup perawat non medis sangat terbatas, hanya dapat melakukan
pendampingan dan pengasuhan pasien saja. Umumnya klien yang menggunakan
jasa perawat jenis ini adalah orang tua atau lansia, pasien pemulihan pasca
operasi atau sakit berat tanpa menggunakan alat medis sama sekali.

b) Biaya Perawat Home Care Non Medis


Biaya untuk menggunakan jasa perawat pendampingan atau pengasuhan
pasien di rumah tergantung dari perusahaan penyedia layanan
kesehatan home care dan lokasi atau kota operasionalnya. Biaya yang
ditawarkan untuk caregiver biasanya mulai dari Rp 2 juta/bulan.
3. Perawat Ibu dan Anak
Perawat ibu dan anak adalah tenaga kesehatan yang telah menempuh
pendidikan minimal D3/S1 Kebidanan dan telah mempunyai pengalaman bekerja
di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, klinik atau rumah sakit.
Selain itu, Midwife atau bidan diharuskan telah mempunyai surat atau lisensi
untuk dapat bekerja di perusahaan home care.
Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab bidan hanya melingkupi pengasuhan
atau pendampingan kepada ibu dan anak, baik untuk ibu hamil hingga pasca
melahirkan.

a) Biaya Perawat Ibu dan Anak


Tarif atau biaya untuk menggunakan layanan jasa perawat ibu dan anak
dari bidan tergantung dari perusahaan penyedia layanan kesehatan home
care. Harga yang ditawarkan bisa mulai dari Rp 3,5 juta/bulan.

Anda mungkin juga menyukai