Anda di halaman 1dari 26

UJIAN TENGAH SEMESTER

PSIKOLOGI EKSPERIMEN
Dosen Pengampu :
Jauharatus Sa’diyah, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh :
Devika Oktaviani (11836075)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM PONTIANAK
2020/2021

1
ANALISIS JURNAL PSIKOLOGI UMUM
1) PENDAHULUAN

A. Nama Penulis, Judul Tulisan, Tahun Penelitian

Penulis jurnal penelitian ini ialah Kadek Fitriyanti dan Ni Made Ari
Wilani, dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana, Judul dari penelitian yang mereka tulis ialah “Pengaruh pelatihan
efikasi diri terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi pada Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan di Denpasar” yang mana dilaksanakan pada tahun 2017.
B. Masalah Pokok, Tema Penelitian Dan Topik Pembahasan
Masalah pokok dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelatihan
efikasi diri terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Denpasar. Masalah ini berangkat dari masih
banyaknya siswa yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi, padahal
kemampuan berkomunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam
penyeleksian ketenagakerjaan, selain itu komunikasi efektif merupakan
standar kompetensi dan kompetensi dasar SMK. Dengan demikian dibutuhkan
solusi guna mengatasi kecemasan dalam berkomunikasi tersebut, salah
satunya ialah teknik pelatihan efikasi diri yang diteliti oleh Kadek Fitriyanti
dan Ni Made Ari Wilani.

C. Landasan Teori Utama Penelitian


Landasan teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
mengenai efikasi diri dan kecemasan berkomunikasi.
1. Teori efikasi diri (self-efficacy)

Efikasi diri adalah keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya


mampu menguasai situasi dan memberikan hasil terbaik yang diharapkan
(Bandura, 1997). Efikasi diri dapat digunakan untuk mengontrol lingkungan
penyebab stresor yang membangkitkan kecemasan pada individu. Penilaian
individu terhadap efikasi diri yang dimiliki memengaruhi cara yang digunakan
seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan dan tugas. Efikasi diri
berkaitan erat dengan proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Efikasi

2
diri dapat menurunkan tingkat kecemasan berkomunikasi pada individu karena
efikasi diri tersusun atas pengalaman dan refleksi pikiran dalam diri individu
(Bandura, 1997).

Dalam teori sosial kognitif, rendahnya efikasi diri akan menyebabkan


meningkatnya kecemasan dan perilaku menghindar. Individu akan
menghindari aktivitas-aktivitas yang dapat memperburuk keadaan, hal ini
bukan disebabkan oleh ancaman tapi karena merasa tidak mempunyai
kemampuan untuk mengelola aspek-aspek yang berisiko (Bandura, 1997).
Orang yang meragukan kemampuan mereka cenderung menghindar dari
tugas-tugas sulit yang mereka anggap sebagai ancaman pribadi. Mereka
memiliki aspirasi yang rendah serta komitmen yang lemah terhadap tujuan
yang mereka kejar, hal ini menyebabkan orang-orang dengan efikasi diri yang
rendah rentan terhadap stress dan juga depresi.

Ada tiga cara bagaimana efikasi diri menyebabkan terjadinya kecemasan


dan depresi pada seseorang. (Bandura, 1997). Yang pertama, ketika orang
menghadapi situasi di mana mereka harus memenuhi standar yang tinggi,
efikasi diri yang rendah dapat menghasilkan keputus-asaan dan ketakutan
antisipatif. Kedua, rendahnya efikasi diri sosial dapat menghambat
pembentukan hubungan sosial yang sehingga tidak adanya kepuasan terhadap
kehidupan masyarakat dan tidak tersedianya bantuan dalam mengelola stress,
hal ini dapat menimbulkan perasaan tertekan. Selain itu, kurangnya efikasi diri
sosial membuat orang percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar
evaluatif orang lain dan ini cenderung mengembangkan gangguan kecemasan
sosial. Yang terakhir, efikasi diri yang rendah tentang bagaimana seseorang
dapat mengendalikan pikiran-pikiran negatif juga dapat meningkatkan
kecemasan dan depresi. Setiap orang pernah mengalami cemas, khawatir, dan
pikiran-pikiran negative serta depresif seiring berjalannya waktu, yang
membedakannya ialah seberapa baik seseorang dalam menghadapi pikiran-
pikiran negatif yang muncul. Sebagian orang dapat melawan pikiran-pikiran

3
negative tesebut akan tetapi adapula orang yang memilih strategi yang kurang
efektif yang justru memicu lebih banyak pikiran negatif. (Muris,2002).

Menurut Bandura (Alwisol, 2004), efikasi diri dapat ditumbuhkan dan


dipelajari melalui empat sumber informasi utama, yaitu: (a) Pengalaman
keberhasilan (Mastery experience), pengalaman-pengalaman yang dialami
individu secara langsung, (b) Pengalaman orang lain (Vicarious experience),
individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktivitas yang
sama dan memiliki kemampuan yang sebanding akan dapat meningkatkan
efikasi dirinya, (c) Persuasi verbal, pesuasi verbal yang dialami individu yang
berisi nasehat dan bimbingan yang realistis dapat membuat individu merasa
semakin yakin bahwa ia memiliki kemampuan yang dapat membantunya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (d) Keadaan fisiologis dan emosional,
situasi-situasi psikologis dimana individu harus menilai kemampuan,
kekuatan, dan ketentraman terhadap kegagalan atau keberhasilan individu
masing-masing.

Dari empat sumber efikasi diri tersebut peneliti menyusun modul


pelatihan, Alasan yang melatarbelakanginya adalah karena menurut
Kirkpatrick (dalam Salas & Bowers, 2001) pelatihan dapat membantu individu
untuk mengubah aspek kognitif, afektif, dan melatih keterampilan baru.
Berdasarkan pernyataan tersebut metode pelatihan dapat membantu individu
mengurangi kecemasan berkomunikasi yang bersumber dari pemikiran-
pemikiran yang keliru akan masa depan yang tidak pasti. Pelatihan akan
diberikan kepada subjek berupa pemberian materi dan praktek yang
pelaksanaannya dipandu oleh seorang trainer.

2. Teori Kecemasan Berkomunikasi

Kecemasan berkomunikasi merupakan suatu ketakutan yang bersifat


individual. Kecemasan berkomunikasi adalah ketakutan atau kecemasan
individu yang diasosiasikan dengan komunikasi langsung ataupun komunikasi
yang diantisipasi dengan orang lain atau orang banyak (McCroskey, 2016).

4
Siswa yang mengalami kecemasan berkomunikasi akan terhambat dalam
melakukan aktivitas lain di sekolah. Hal tersebut dikarenakan berbagai
aktivitas yang dilakukan individu tidak akan lepas dari komunikasi.
Kecemasan berkomunikasi pada siswa selain menghambat berbagai aktivitas
di sekolah, dapat juga menimbulkan dampak lain. Salah satu dampak
kecemasan berkomunikasi dalam aktivitas komunikasi kelompok adalah siswa
pasif dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, kurang cakap dalam
berkomunikasi antar teman sebaya, serta menjadi inferior. Fungsi komunikasi
yang terhambat pada diri individu mengakibatkan terhambat pula
keterampilan membangun relasi, membantu orang lain, memengaruhi orang
lain, dan kemampuan untuk belajar hal-hal lain di luar diri individu (DeVito,
2015).

Siswa memiliki pemikiran takut salah ketika berkomunikasi di depan


umum, takut salah ketika berpendapat di dalam kelompok, menjadi bersikap
pasif di kelas maupun organisasi siswa, memiliki pemikiran takut
ditertawakan, dan pemikiran takut terhadap penolakan yang mungkin saja
dialami apabila salah dalam berkomunikasi. Dampak yang ditimbulkan
beragam dan berbeda pada ketujuh orang siswa yang diwawancarai. Satu
diantara tujuh orang tersebut bahkan menunjukkan perilaku menghindari
komunikasi dengan orang yang berumur lebih tua, salah satunya menghindari
komunikasi dengan paman ataupun tante yang masih merupakan kerabat
(Fitriyanti, 2017)

Dalam mengukur kecemasan berkomunikasi peneliti menggunakan skala


kecemasan yang disusun berdasarkan teori Greenberger dan Padesky, dimana
terdapat empat aspek kecemasan yang diperhatikan yakni aspek fisik seperti
gemetar, ketegangan pada otot, sakit kepala, sulit bernapas, dll. Selain itu ada
aspek kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, berpikiran negative seakan
sedang dalam bahaya, pikiran menjadi blank, ketakutan yang irasional dll.
Kemudian aspek afektif yang biasanya ditandai dengan merasa gugup, cepat
marah, merasa tidak berdaya, was-was, dll. Aspek terakhir yaitu aspek

5
perilaku seperti tidak bisa diam/tenang, menghindar dan menolak untuk
berkomunikasi, terbata-bata dalam berbicara, dll.

D. Penelitian-penelitian yang mendukung dilaksanakannya penelitian


tersebut

Beberapa penelitian yang mendukung dilaksanakannya penelitian ini di


antaranya adalah penelitian oleh Amalia dan Hidayati (2013) yang
menunjukkan bahwa terdapat 57,57% siswa yang mengalami kecemasan
berbicara di depan umum.

Selain itu adapula penelitian yang dilakukan oleh Hapsari, D. A. (2010)


yang berjudul “Pengaruh tari kontemporer terhadap kecemasan berbicara di
depan umum pada remaja”. Penelitian lain yang dirujuk oleh penulis ialah
penelitian yang berjudul “Role playing method decreases communication
anxiety of medical students” yang dilaksanakan oleh Wulanyani, dkk. Pada
tahun 2008. Kemudian ada penelitian berjudul “Teknik role playing dalam
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa SMK” oleh
Dharmayanti (2013) dan juga penelitian pendahuluan yang diadakan oleh
penulis sendiri untuk meneliti gambaran kecemasan berkomunikasi pada
remaja.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis :
a. Menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kecemasan
komunikasi yang sering dialami oleh remaja dan siswa.
b. Mengkaji teori efikasi diri dan pengaruhnya terhadap kecemasan
berkomunikasi pada siswa.
c. Dapat menjadi acuan dan sumber informasi bagi peneliti yang
tertarik untuk meneliti tema terkait.
2. Manfaat Praktis

Dapat menyadarkan siswa bagaimana tingkat kecemasan yang mereka


hadapi dalam berkomunikasi dan membantu dalam menganalisis

6
penyebab dari kecemasan tersebut serta memberikan suatu opsi untuk
menangani kecemasan yang dihadapi siswa pada saat berkomunikasi.

F. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh pelatihan
efikasi diri terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi pada siswa SMK di
Denpasar.
G. Hipotesis
Penulis tidak memaparkan hipotesis dalam penelitian.

2) METODE

A. Karakteristik Sampel Penelitian


1. Merupakan siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan di Denpasar.
2. Berusia 15 tahun sampai 18 tahun.
3. Mengikuti rangkaian pre-test.
4. Skor pre-test subjek masuk dalam kategori kecemasan berkomunikasi
dari kategori sedang hingga kategori tinggi.
5. Bersedia berpartisipasi aktif dalam seluruh tahap penelitian melalui
penandatanganan informed consent.

B. Cara pengambilan sampel penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability


sampling yakni setiap anggota populasi mempunyai peluang untuk terpilih
menjadi sample. Selain itu peneliti juga memilih jenis teknik two stages
cluster sampling yakni dilakukan pengacakan sebanyak dua tahap sampai
mendapat sampel penelitian (Sugiyono, 2014).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen yang menggunakan desain


non-equivalent control group design. Desain non-equivalent control group
hampir sama dengan pre-test-post-test control group design, hanya saja pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random (non-random assigment).

D. Proses pengambilan data

7
Proses pengambilan data diawali dengan pemberian pre-test terhadap
sampel penelitian. Pre-test yang diberikan berupa skala kecemasan
berkomunikasi guna mengetahui skor kecemasan yang dialami. Setelah itu,
Sampel yang tergolong ke dalam kategori kecemasan berkomunikasi sedang
hingga kategori kecemasan berkomunikasi tinggi dipilih menjadi subjek dalam
penelitian eksperimen ini. Setelah subjek dipilih diberikanlah perlakuan dalam
hal ini berupa pelatihan efikasi diri yang diberikan oleh seorang trainer yang
dipilih berdasarkan kriteria penentuan trainer dalam pelatihan.
Proses pemberian perlakuan berlangsung selama empat hari berturut-turut.
Setiap pertemuan dalam pelatihan efikasi diri dirancang selama 120 menit
yang terbagi kedalam beberapa konten pelatihan. Materi pelatihan hari
pertama berfokus pada pembentukan kelompok dan mengakrabkan anggota
pelatihan, pelatihan hari kedua dimanfaatkan untuk pemberian materi
kecemasan berkomunikasi dan membahas strategi efektif untuk mengatasi
kecemasan berkomunikasi, hari ketiga adalah fokus untuk mengatasi
kecemasan, dan hari keempat untuk diskusi dan post-test.
E. Metode untuk pengolahan data
Data penelitian dianalisis menggunakan uji statistik non-parametrik. Uji
statistik non-parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Uji
statistik non-parametrik digunakan karena jumlah sampel kecil yaitu kurang
dari 30 orang. Pengujian hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney yang
digunakan apabila peneliti ingin mengetahui perbedaan skor antara kedua
kelompok data yang independen (Field, 2009). Analisis data dilakukan dengan
bantuan program SPSS 20.0 for windows.

3) HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang dilakukan dapat
diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian pelatihan efikasi diri
terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi pada siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Denpasar.

8
B. Perbandingan antara analisis hasil penelitian dengan teori yang sudah
ada
Hasil penelitian menyatakan bahwa pelatihan efikasi diri tidak memiliki
dampak terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi sementara itu teori yang
kita ketahui selama ini menyatakan bahwa ada hubungan antara efikasi diri
dengan kecemasan berkomunikasi sehingga apabila merujuk pada teori yang
sudah ada maka seharusnya pelatihan efikasi diri yang diberikan kepada
subjek menghasilkan penurunan tingkat kecemasan dalam berkomunikasi pada
siswa.
Pada umumnya kecemasan berkomunikasi terutama didepan umum tidak
disebabkan oleh ketidakmampuan orang tersebut dalam berkomunikasi
melainkan oleh pikiran-pikiran negative dan irasional yang dimiliki orang
tersebut. Contohnya ia berpikir bahwa orang lain akan menilai buruk
penampilannya, khawatir ia akan mempermalukan sendiri, tidak yakin akan
kemampuan sendiri, dan ketakutan apabila mengatakan hal-hal yang salah.
Dalam teori sosial kognitif, rendahnya efikasi diri akan menyebabkan
meningkatnya kecemasan dan perilaku menghindar. Individu akan
menghindari aktivitas-aktivitas yang dapat memperburuk keadaan, hal ini
bukan disebabkan oleh ancaman tapi karena merasa tidak mempunyai
kemampuan untuk mengelola aspek-aspek yang berisiko (Bandura, 1997).
Orang yang meragukan kemampuan mereka cenderung menghindar dari
tugas-tugas sulit yang mereka anggap sebagai ancaman pribadi. Mereka
memiliki aspirasi yang rendah serta komitmen yang lemah terhadap tujuan
yang mereka kejar, hal ini menyebabkan orang-orang dengan efikasi diri yang
rendah rentan terhadap stress dan juga depresi.

Ada tiga cara bagaimana efikasi diri menyebabkan terjadinya kecemasan


dan depresi pada seseorang. (Bandura, 1997). Yang pertama, ketika orang
menghadapi situasi di mana mereka harus memenuhi standar yang tinggi,
efikasi diri yang rendah dapat menghasilkan keputus-asaan dan ketakutan
antisipatif. Kedua, rendahnya efikasi diri sosial dapat menghambat
pembentukan hubungan sosial yang sehingga tidak adanya kepuasan terhadap

9
kehidupan masyarakat dan tidak tersedianya bantuan dalam mengelola stress,
hal ini dapat menimbulkan perasaan tertekan. Selain itu, kurangnya efikasi diri
sosial membuat orang percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar
evaluatif orang lain dan ini cenderung mengembangkan gangguan kecemasan
sosial. Yang terakhir, efikasi diri yang rendah tentang bagaimana seseorang
dapat mengendalikan pikiran-pikiran negatif juga dapat meningkatkan
kecemasan dan depresi. Setiap orang pernah mengalami cemas, khawatir, dan
pikiran-pikiran negative serta depresif seiring berjalannya waktu, yang
membedakannya ialah seberapa baik seseorang dalam menghadapi pikiran-
pikiran negatif yang muncul. Sebagian orang dapat melawan pikiran-pikiran
negative tesebut akan tetapi adapula orang yang memilih strategi yang kurang
efektif yang justru memicu lebih banyak pikiran negatif. (Muris,2002).

Dalam teori kognitif sosial (Bandura, 1986), keyakinan seseorang akan


kemampuannya dalam mengendalikan dan mengatasi sebuah situasi memiliki
peran yang penting pada terjadinya kecemasan. Orang yang percaya bahwa
mereka dapat melakukan kontrol terhadap sebuah situasi tidak akan
memikirkan dan mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang
akan terjadi sehingga tidak akan terganggu karenanya.
Sebaliknya mereka yang memiliki efikasi diri rendah dan percaya bahwa
mereka tidak dapat mengelola situasi yang dianggap sebagai ancaman akan
mengalami kecemasan yang tinggi sebab mereka cenderung berkutat pada
kekurangan mereka serta beranggapan bahwa lingkungan dan situasi tertentu
dapat membahayakan mereka. Pikiran-pikiran seperti itu membuat mereka
tertekan sehingga membatasi dan menghindari situasi-situasi tertentu,
akibatnya mereka banyak kehilangan kesempatan-kesempatan berharga serta
tidak mampu berfungsi secara maksimal (Beck, Emery dan Greenberg, 1985;
Lazarus dan Folkman, 1984; Meichenbaum, 1977; Sarason, 1975).
Penelitian yang dilakukan oleh Kasih dan Sudarji pada tahun 2012
membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa program studi psikologi
Universitas Bunda Mulia yang berarti semakin rendah self-efficacy, maka

10
semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa.
Efikasi diri pada mahasiswa membuat dirinya merasa mampu menghadapi
presentasi di depan kelas sehingga dapat menekan perasaan cemas yang
dihadapi pada saat berkomunikasi di depan umum. Hal ini terjadi karena
terdapat keyakinan diri pada mahasiswa dapat menjadikan mahasiswa tidak
ragu-ragu dengan kemampuan yang dimilikinya. Keyakinan dan
ketidakraguan akan kemampuan pada mahasiswa membuat mahasiswa berani
berbicara di depan umum (Kasih, Sudarji, 2012).
Demikian pula dengan hasil penelitian Fitriyana yang berjudul “Pengaruh
Efikasi Diri Terhadap Communication Apprehension Pada Mahasiswa Baru
Tahun Pertama Universitas Muhammadiyah Riau” yang membuktikan bahwa
terdapat pengaruh efikasi diri terhadap communication apprehension pada
mahasiswa baru tahun pertama Universitas Muhammadiyah Riau. Skor
koefisien pengaruh efikasi diri memiliki persentasi menunjukan skor yang
berarah negatif terhadap communication apprehension/kecemasan
berkomunikasi (Fitriyana, 2020).
Selain itu penelitian serupa yang dilaksanakan oleh Rachmawati dkk, yang
berjudul “Pelatihan Efikasi Diri Islami Untuk Menurunkan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Santri” menyatakan bahwa pelatihan efikasi
diri memberikan pengaruh secara efektif pada menurunnya kecemasan
berbicara di depan umum pada santri,dimana para subjek mengaku merasa
lebih tenang, termotivasi untuk percaya diri, belajar memahami kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, senantiasa bersyukur dengan segala nikmat
kelebihan sekecil apapun yang dimiliki serta berusaha menilai sesuatu secara
positif (Rachmawati, 2017).
Dengan demikian hasil dari penelitian pada jurnal ini kurang sesuai
dengan teori yang ada dan juga terdapat perbedaan hasil dari beberapa
penelitian serupa, yang mana efikasi diri memainkan peran dan berpengaruh
terhadap kecemasan berkomunikasi pada seseorang sehingga pelatihan efikasi
diri yang diberikan seyogyanya dapat memberikan dampak berupa penurunan
pada tingkat kecemasan berkomunikasi. Penulis menjabarkan bahwa ada

11
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut di
antaranya kelelahan yang dialami subjek sebab durasi pelatihan yang panjang
(120 menit), kemudian jarak antara pre-test dan post-test yang terlalu singkat
sehingga subjek masih mengingat pernyataan yang ada di dalam alat tes,
Waktu yang terbatas untuk mempraktekkan materi , Faktor pola pikir yang
dimiliki masing-masing individu, motivasi subjek, kurangnya permainan dan
hiburan di sela-sela pelatihan, dan juga kudapan yang disediakan untuk subjek
yang dinilai kurang banyak.

4) DISKUSI
A. Kelebihan Penelitian
Beberapa kelebihan yang terdapat di dalam penelitian ini antara lain:
1. Penulis menerangkan dengan jelas dan lengkap mengenai landasan
teori yang digunakan, desain penelitian, metode pengumpulan data,
dan teknik pengolahan data.
2. Di samping data kuantitatif, peneliti juga menggunakan data kualitatif
berupa observasi dan wawancara sehingga memperkaya hasil
penelitian.
3. Bahasa yang digunakan bersifat baku dan mudah dicerna.
4. Pelaksanaan pelatihan melibatkan seorang trainer yang dipilih
berdasarkan kriteria penentuan trainer dalam pelatihan
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian telah melewati uji coba
alat ukur sehingga layak digunakan.
6. Penulis menyertakan keterbatasan-keterbatasan pada penelitiannya
sehingga dapat menjadi tuntunan bagi peneliti selanjutnya.
B. Kekurangan Penelitian
Dari banyaknya kelebihan dari penelitian ini, terdapat pula beberapa
kekurangan, yakni:
1. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random sehingga sebaran extraneous variable tidak merata.
2. Jumlah subjek yang sedikit sehingga kurang mewakili populasi.

12
3. Keterbatasan waktu dalam penyampaian pelatihan sementara materi
yang harus diberikan tergolong banyak (Pelatihan hanya dilakukan
sebanyak 4 kali)
4. Jarak pretest-protest yang terlampau dekat.
C. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk peneliti yang hendak melaksanakan penelitian dengan tema serupa
diharapkan:
1. Melakukan randomisasi (pengacakan) pada saat pemilihan subjek
untuk meminimalisir bias sistematis dan juga meratakan sebaran
variabel extraneous.
2. Memperluas jumlah dan cakupan kategori sampel sehingga diperoleh
data yang representative dan dapat digunakan untuk generalisasi.
3. Memberikan penguat bagi subjek agar mengikuti pelatihan secara
serius dan memotivasi subjek, penguat dapat berupa hiburan maupun
makanan.
4. Memperhatikan waktu pemberian pre-test dan post-test agar tidak
terlalu dekat.
5. Memberikan waktu istirahat yang cukup sehingga subjek tidak
kelelahan sehingga materi pelatihan dapat diserap secara optimal.

13
ANALISIS JURNAL PSIKOLOGI ISLAM

1) PENDAHULUAN

A. Nama Penulis, Judul Tulisan, Tahun Penelitian

Penulis jurnal penelitian ini ialah Dini A.P, Prapto H, Fuad Nashori, dan
Rumiani dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, Judul dari penelitian yang mereka tulis ialah “Terapi
Tadabbur Al-Qur’an Untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan
Pertama”. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.

B. Masalah Pokok, Tema Penelitian Dan Topik Pembahasan


Masalah pokok dari penelitian ini ialah pengaruh Terapi Tadabbur Al-
Qur’an untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama.
Masalah ini berangkat dari fakta bahwa banyak dari ibu hamil yang
mengalami kecemasan tinggi, baik mereka yang mengandung untuk pertama
kali (primigravida) maupun ibu yang telah mengandung sebanyak dua kali
sampai lima kali (multigravida). Kecemasan pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko kematian pada ibu dan juga kelahiran prematur serta
banyak masalah lainnya. Fakta ini mendorong para peneliti untuk menemukan
intervensi yang tepat demi mengurangi kecemasan pada ibu hamil. Pendekatan
intervensi secara religius dinilai mampu membuat keyakinan yang dimiliki
bertahan lebih lama, sehingga memiliki efek lebih lama, Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menguji efektivitas Terapi Tadabbur Al-Qur’an untuk
mengurangi kecemasan menghadapi persalinan pertama sebagai langkah
pengembangan Psikoterapi Islam.

C. Landasan teori utama penelitian


Landasan teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
mengenai Terapi Tadabbur Al-Qur’an dan teori kecemasan.
1. Teori Mengenai Terapi Tadabbur Al-Qur’an

14
Seiring dengan perkembangan ilmu Psikologi dengan munculnya aliran
transpersonal dari teori humanistik. Tema kecemasan dikaitkan dengan
spiritual dan religious dimensi seseorang. Dalam psikologi transpersonal
terdapat struktur pemikiran manusia sehingga beberapa psikoterapi religius
dinilai mampu menangani kecemasan, menggunakan tradisi dan praktik
keagamaan sebagai media proses penyembuhan, seperti: sholat, puasa, dzikir,
dan membaca Al-Qur'an termasuk tadabbur Qur’an (Mar’ati & Chaer, 2016).

Tadabbur Al-Qur'an menurut Menurut Handa (2015) adalah memahami


makna untaian ayat-ayat Al-Qur’an dan memikirkan apa yang ayat-ayat Al-
Qur’an tunjukkan saat tersusun, apa saja yang terkandung di dalamnya serta
apa saja yang menjadikan makna-maknanya menjadi sempurna dari segala
isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam untaian ayat-ayat Al-Qur’an
serta mengambil manfaat dari hati untuk bisa patuh terhadap nasehat-nasehat
Al-Qur’an serta perintah-perintah-Nya dan mengambil ibrah darinya. Handa
(2015).

Tadabbur Al-Qur‘an merupakan makanan bagi ruh, obat yang mengobati


jiwa dari penyakit-penyakitnya serta memberikannya imunitas yang kuat-bila
seorang mukmin mentadabburinya dengan baik-.

Allah SWT. berfirman:

ّ ٰ ‫َو ُن َن ِّز ُل م َِن ْالقُرْ ٰا ِن َما ه َُو شِ َف ۤا ٌء وَّ َرحْ َم ٌة لِّ ْلم ُْؤ ِم ِني ۙ َْن َواَل َي ِز ْي ُد‬
‫الظلِ ِمي َْن ِااَّل‬
‫َخ َسارً ا‬
“Dan Kami menurunkan dari al-Qur‟an itu apa yang menjadi obat dan rahmat
bagi kaum beriman. Dan tidaklah orang-orang zhalim itu melainkan
bertambah merugi.” (QS. Al-Isra : 82)

Allah Ta’ala juga berfirman:

ؕ ٌّ‫ص َل ۡت ٰا ٰی ُت ٗہؕ ؔ َءاَ ۡع َجمِیٌّ َّو َع َر ِبی‬ ِّ ُ‫َو َل ۡو َج َع ۡل ٰن ُہ ُق ۡر ٰا ًنا اَ ۡع َج ِم ًّیا لَّ َقالُ ۡوا َل ۡو اَل ف‬
‫قُ ۡل ہ َُو لِلَّذ ِۡی َن ٰا َم ُن ۡوا ہُ ًدی وَّ شِ َفٓا ٌءؕ َو الَّذ ِۡی َن اَل ی ُۡؤ ِم ُن ۡو َن ف ِۡۤی ٰا َذان ِِہمۡ َو ۡق ٌر وَّ ہ َُو‬
‫َان َبع ِۡی ٍد‬ ٓ ٰ ُ ‫ع َل ۡیہمۡ عمًیؕ ا‬
ٍ ۭ ‫ول ِئکَ ُی َناد َۡو َن م ِۡن َّمک‬ َ ِ َ

15
“Katakanlah (Muhammad): Ia (al-Qur’an) itu petunjuk dan obat bagi orang-
orang beriman.” (QS. Fushshilat : 44)

Sebagaimana pula firman Allah :

‫ ًدى‬D‫ ُد ۡو ۙ ِر َو ُه‬D ‫الص‬ ُّ ‫ا فِى‬DD‫ َفٓا ٌء لِّ َم‬D ‫ ٌة م ِّۡن رَّ ِّب ُكمۡ َو ِش‬D‫ ٓا َء ۡت ُكمۡ م َّۡوعِ َظ‬D‫د َج‬Dۡ D‫ا ال َّناسُ َق‬DD‫ٰۤيا َ ُّي َه‬
‫وَّ َر ۡح َم ٌة لِّ ۡـلم ُۡؤ ِمن ِۡي َن‬
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)

Maka tadabbur ini akan mengeluarkan orang yang melakukannya dari


kebingungan jiwa, untuk meraih perasaan tenang dan langgeng. Sebagaimana
ia juga akan menariknya keluar dari kesuraman menuju kebahagiaan dan
ketenangan pikiran (Al-Daurasy)

Allah SWT. telah menurunkan setiap ayat dalam al-Qur’an sebagai sumber
dan memiliki daya penyembuhan, yaitu apabila ayat-ayat yang dimaksud
dibaca dengan bilangan atau dibaca secara berulang-ulang dalam jumlah
tertentu diiringi dengan kenyakinan akan kebenaran firman-Nya. Menurut
Thouless membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara berulang-ulang atau dengan
jumlah tertentu mampu mensugesti diri pada setiap orang (Thouless, 2000).

Membaca al-Qur’an dengan mentadaburkan bacaan itu hingga meresap ke


dalam hati dan pikiran akan mampu membersihkan kotoran-kotoran hati dan
dapat menentram jiwa yang gelisah, memberikan kesejukan, kedamaian dalam
diri seseorang. Al-Qur’an pelipur lara dan penyembuh luka yang diderita
seseorang hamba (Mas’udi & Istiqomah, 2017). Sebagaimana Firman Allah
SWT.:

16
َ ‫و ُد الَّذ‬DDُ‫ ُه ُجل‬D‫عِرُّ ِم ْن‬D ‫ث ِك َتابًا ُم َت َش ِابهًا َم َثان َِي َت ْق َش‬
‫ ْو َن‬D ‫ِين َي ْخ َش‬ ِ ‫هَّللا ُ َن َّز َل أَحْ َس َن ْال َحدِي‬
ۚ ‫ا ُء‬DD‫ك هُدَى هَّللا ِ َي ْهدِي ِب ِه َمنْ َي َش‬ َ ِ‫َر َّب ُه ْم ُث َّم َتلِينُ جُ لُو ُد ُه ْم َوقُلُو ُب ُه ْم إِ َل ٰى ذ ِْك ِر هَّللا ِ ۚ ٰ َذل‬
‫َو َمنْ يُضْ ل ِِل هَّللا ُ َف َما َل ُه ِمنْ َها ٍد‬
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan
Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun” (QS. Az-Zumar : 23)

Manfaat yang tak terhingga dari Ayat-ayat suci Al-Qur’an menjadikannya


sarana intervensi yang mujarab bagi kejiwaan manusia, salah satu bentuk dari
terapi menggunakan Ayat-ayat suci Al-Qur’an ialah dengan cara
mentadabburinya sebagaimana yang akan diuji oleh peneliti dalam jurnalnya.

2. Teori Kecemasan Pada Ibu Hamil

Kecemasan pada ibu hamil merupakan reaksi ibu hamil terhadap


perubahan dirinya dan lingkungannya sehingga menyebabkan perasaan tidak
senang atau tidak nyaman dikarenakan dugaan akan bahaya atau frustrasi yang
mengancam, membahayakan rasa aman, keseimbangan atau kehidupan
seorang individu atau kelompok sosialnya. Kecemasan ini bisa muncul dalam
bentuk gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
tentang masa depan, perasaan gelisah dan juga resah yang sulit dikendalikan.

Pada umumnya seorang ibu yang pertama kali hamil (primigravida) akan
senang dan antusias dalam menyambut pengalaman mengandung untuk
pertama kalinya, mereka memiliki rasa keingintahuan yang besar, akan tetapi
di saat yang sama tumbuh pula kecemasan dalam diri calon ibu tersebut.
(Bobak dkk, 2005). Menurut Manuaba (2003), pada kehamilan pertama
(primigravida) mayoritas ibu hamil tidak mengetahui berbagai cara mengatasi
kehamilan sampai pada proses persalinan dengan lancar dan mudah, sehingga

17
hal ini mempengaruhi kecemasan ibu hamil primigravida dalam mengahadapi
persalinan.

Studi yang dilakukan oleh Einsenberg, menyatakan bahwa 94% wanita


khawatir mengenai apakah bayi mereka akan terlahir normal, 93% wanita
khawatir mengenai akankah mereka dan bayinya melewati persalinan dengan
selamat, dan 91% wanita khawatir tentang badan mereka ketimbang kesehatan
mereka selama kehamilan (Einsenberg, 1996).

Menurut Tim Keswasmas (2008) faktor-faktor yang dapat menciptakan


perasaan takut dan cemas menjelang persalinan antara lain:

a) Lingkungan rumah, bagaimana sikap pasangan suami istri dalam


menyambut kehadiran anak dan menjalankan peran mereka sebagai
ayah dan ibu dapat menciptakan lingkungan rumah yang kondusif. Hal
ini akan sangat menentukan kesehatan anak secara fisik, mental dan
sosial. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat menciptakan
lingkungan yang tidak kondusif sehingga mempengaruhi kondisi
psikologis ibu pada saat hamil dan melahirkan.
b) Kondisi perkawinan, Perkawinan yang tidak sah dalam mata agama
ataupun Undang-Undang dapat meningkatkan kecemasan dan khawatir
berlebih pada ibu hamil.
c) Paritas atau jumlah, jumlah anak dapat mempengaruhi kondisi
psikologis pada ibu hamil, hal ini dapat disebabkan karena pengalaman
persalinan yang normal dapat mengurangi kecemasan pada ibu hamil.

Dampak buruk dari kecemasan yang terjadi ibu hamil dapat memicu
terjadinya rangsangan kontraksi Rahim yagn berakibat naiknya tekanan darah
sehingga mampu memicu terjadinya preeklamsi dan keguguran (Maharani,
2008 dalam Novriani, 2017). Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
bayi prematur juga merupakan dampak negatif dari kecemasan ibu hamil
(Spitz, 2013).

18
D. Penelitian-Penelitian Yang Mendukung Dilaksanakannya Penelitian
Tersebut

Beberapa penelitian yang mendukung dilaksanakannya penelitian ini di


antaranya adalah penelitian oleh Mandasari (2010) yang berjudul “Tingkat
Kecemasan Ibu Primigravida dan Multigravida Menjelang Persalinan di
Klinik Hj. Hamidah Nasution” Penelitian yang dilakukan terhadap 36 orang
ibu hamil dengan usia 26-30 tahun ini menunjukkan sebanyak 15 orang atau
41,7% mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Berdasarkan
tingkat kecemasan diketahui hampir seluruh ibu hamil mengalami kecemasan
berat saat menjelang persalinan, baik pada primigravida (ibu yang sedang
hamil untuk pertama kali) maupun multigravida (ibu yang hamil lebih dari
satu sampai lima kali), yaitu sebanyak 24 orang atau 66,7%.

Selain itu adapula penelitian yang dilakukan oleh Zamriati, Hutagaol,


dan Wowling (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan di Poli KIA PKM
Tuminting” yang mana menyatakan bahwa dari 158 responden yang diteliti
pada kategori graviditas diperoleh kecemasan yang dialami oleh primigravida
66,2% lebih tinggi dibandingkan multigravida 42,2%.

Adapula riset berjudul “Angka Kematian Ibu Melahirkan di DIY” yang


ditulis oleh Susmayanti (2014), hasil riset mengatakan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di DIY cukup tinggi. Hingga Mei 2014, jumlahnya sudah
mencapai 250 orang dan sebagian besar masih berusia produktif antara 30-40
tahun.

Kemudian peneliti merujuk hasil penelitian DINKES kota Yogyakarta


pada tahun (2010), mengenai “Status Gizi Balita dan Kecemasam Rawan Gizi
Kota Yogyakarta Tahun 2010”.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:

19
a) Menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kecemasan
yang sering dialami oleh ibu hamil terutama mereka yang baru
mengandung untuk yang pertama kalinya (primigravida).
b) Menguji efektivitas Terapi Tadabbur Al-Qur’an Untuk Mengurangi
Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama.
c) Merupakan sumbangsi terhadap perkembangan Psikologi Islam
secara teoritis.
d) Dapat menjadi acuan dan sumber informasi bagi peneliti yang
tertarik untuk meneliti tema terkait.
2. Manfaat Praktis
Dapat membangun kesadaran akan pentingnya pengaruh psikis ibu pada
perkembangan janin, serta menawarkan dan memperkenalkan terapi
berbasis Qurani untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil.

F. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini ialah bertujuan untuk menguji
pengaruh Terapi Tadabbur Al-Qur’an untuk mengurangi kecemasan
menghadapi persalinan pertama (primigravida).
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah ibu hamil yang
mendapatkan Terapi Tadabbur Al-Qur’an akan mengalami penurunan
kecemasan dalam menghadapi persalinan anak pertama. Sebaliknya yang tidak
mendapatkan Terapi Tadabbur Al-Qur’an tidak mengalami penurunan
kecemasan.

2) METODE
A. Karakteristik Sampel Penelitian
1. Ibu hamil anak pertama yang berusia 20- 35 tahun.
2. Usia kandungan memasuki trimester kedua (14 minggu).
3. Beragama Islam.
4. Mampu membaca AlQuran.

20
5. Mengalami kecemasan sedang maupun tinggi dalam menghadapi
persalinan.
B. Cara pengambilan sampel penelitian
Penulis tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai cara untuk
menentukan sampel penelitian, penulis sebatas menyebutkan kriteria inklusi
para subjek.

C. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design,


yaitu rancangan penelitian dimana sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kedua kelompok terlebih dahulu
diberi tes awal (pretes) dengan tes yang sama dalam hal ini berupa skala
kecemasan ibu hamil. Kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan
berupa terapi membaca dan men-tadabburi Al-Quran. Setelah diberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen, diberikan tes yang sama sebagai tes
akhir (post-tes).

D. Proses pengambilan data


Proses pengambilan data mula-mula diawali dengan pemberian pre-test
terhadap sampel penelitian. Pre-test yang diberikan berupa skala kecemasan
untuk mengukur kecemasan ibu hamil anak pertama menjelang persalinan
yang disusun oleh Sijangga (2010). Skala kecemasan ini terdiri dari 30 aitem
pertanyaan (15 aitem favourable dan 15 aitem unfavourable). Penelitian ini
menggunakan skala yang sudah di try out oleh Prapto (2013).
Setelah diberikan pre-test, kelompok eksperimen diberikan intervensi
yakni berupa terapi membaca dan men-tadabburi Al-Quran yang modulnya
telah melewati uji professional. Terapi dilaksanakan selama 3 kali pertemuan,
dengan durasi kurang lebih 60-100 menit di setiap pertemuannya, Terapi
dipandu oleh seorang terapis. Kelompok pertama yang diberikan terapi adalah
kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol masuk dalam waiting list.

21
Pada pertemuan terakhir dilakukan evaluasi mengenai keseluruhan terapi
dan Melakukan proses pascates untuk mengukur kembali tingkat kecemasan
ibu hamil anak pertama.
E. Metode untuk pengolahan data
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik nonparametrik yaitu Mann-Whitney yang digunakan untuk melihat
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Levin, 2005).
Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 20 for windows.

3) HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terapi Tadabbur Al-Qur’an
dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu hamil. Hal ini terlihat dari
nilai rerata kecemasan pada kelompok eksperimen mengalami penurunan dari
74,25 pada saat pre-test menjadi 63,75 pada saat post-test. Sedangkan pada
kelompok kontrol terjadi kenaikan pada skor kecemasan, yaitu dari 68 pada
saat pre-test meningkat menjadi 70,67 pada saat post-test.
B. Perbandingan antara analisis hasil penelitian dengan teori yang sudah
ada
Hasil penelitian menyatakan bahwa Terapi Tadabbur Al-Qur’an
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil pertama. Intervensi
yang diberikan ternyata ampuh dalam menurunkan kecemasan pada ibu yang
pertamakali mengandung (primigravida). Oleh karena itu terdapat kesesuaian
antara teori yang ada dengan hasil penelitian ini.
Hasil ini memperkuat teori Najati (2004) yang berbendapat bahwa Al-
Qur’an diturunkan untuk mengubah pikiran manusia, kecenderungannya, dan
tingkah lakunya, memberi petunjuk kepada mereka, mengubah kesesatan dan
kebodohan mereka, mengarahkan mereka kepada suatu hal yang baik
untuknya, dan membekali mereka dengan pikiran-pikiran baru tentang tabiat
manusia dan misinya dalam kehidupan, nilai-nilai, dan moral. Ringkasnya, al-
Qur’an telah berhasil, tanpa ada tandingannya diantara semua seruan
keagamaan sepanjang sejarah, dalam menimbulkan berbagai perubahan yang

22
besar atas kepribadian Muslim. Dalam waktu yang relatif singkat, al-Qur’an
telah berhasil membentuk kepribadian manusia yang utuh, seimbang, damai
dan tenteram (Mar'ati & Chaer, 2016).
Demikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhani, dkk
(2017) yang meneliti mengenai Efektivitas Membaca Dan Mentadabburi Al-
Qur’an terhadap 10 siswa SMA dalam menurunkan kecemasan menjelang
Ujian Sekolah, Hasil yang diperoleh membuktikan adanya perbedaan pretest
dan posttest pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol
tidak ada perbedaan pre test dan post test. Sebelum mengikuti pelatihan subjek
mengaku bahwa mereka merasa malas, takut, cemas, tegang dan banyak
fikiran-fikiran yang negatif terhadap nilai yang akan diperoleh saat ujian. Saat
proses berlangsungnya pelatihan, Setelah dilakukannya pelatihan Tadabbur
Al-Qur’an, subjek mengalami penurunan serta merasa lega dan lebih tenang.
Sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Sholeh (1999) tentang korelasi
antara keseringan membaca al-Quran dan penurunan kecemasan, hasilnya
menunjukkan bahwa orang yang sering membaca al-Quran mengalami
penurunan kecemasan.
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri
yang terkadang muncul secara fisiologis ada perasaan tegang yang tidak
menyenangkan dan perasaan khawatir mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi, pada Ibu banyak hal-hal yang membuatnya cemas seperti
khawatir bayi lahir cacat, khawatir tentang keselamtan dirinya dan bayinya,
khawatir akan rasa sakit pada saat bersalin, khawatir akan tubuhnya yang akan
mengalami perubahan, dll. Membaca, mendengar al-Quran dengan memahami
maknanya, dan menghayati makna kata-kata dalam Quran, akan menjadikan
seseorang ingat kepada Allah dan mengecilkan kemungkinan seseorang untuk
terlalu memikirkan serta mengkhawatirkan masa depan.
Sebagaimana Firman Allah:

‫ت َع َلي ِْه ْم ٰا ٰي ُت ٗه َزا َد ْت ُه ْم‬ ْ ‫ِا َّن َما ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن الَّ ِذي َْن ا َِذا ُذك َِر هّٰللا ُ َو ِج َل‬
ْ ‫ت قُلُ ْو ُب ُه ْم َو ِا َذا ُتلِ َي‬
‫ِا ْي َما ًنا َّو َع ٰلى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكلُ ْو ۙ َن‬

23
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayatayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal”
Mereka yang senantiasa mengingat Allah akan tawakal dalam situasi
bagaimana pun juga, jiwanya akan tenteram dan aman, tidak akan merasa
takut, tidak akan bersedih hati, dan selalu menyerahkan segalanya kepada
Allah SWT. Ketimbang terus-menerus mengkhawatirkannya.
Penelitian ini semakin menguatkan fakta bahwa terapi yang berbasis
agama (terutama islami) juga dapat menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kesehatan jiwa. Sebagaimana hasil Penelitian Gallup dan
Lindsay (1999) yang menunjukkan bahwa orang yang beragama memiliki
nilai lebih tinggi dalam skor kesehatan dan kesejahteraan secara umum
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak atau kurang religius. Agama
menjadi sarana meditasi dan menyediakan mekanisme untuk mengatasi
masalah hidup seperti membaca kitab suci, berdoa dan menjalankan ritual
keagamaan (Ansyah, 2019).

4) DISKUSI
A. Kelebihan Penelitian
Beberapa kelebihan yang terdapat di dalam penelitian ini antara lain:
1. Penulis menerangkan dengan cukup jelas landasan teori yang digunakan,
desain penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.
2. Penggunaan Bahasa baku dan mudah dipahami.
3. Penulis mencantumkan hipotesis yang diajukan.
4. Modul terapi yang digunakan telah melalui profesional judgement dan
pelaksanaannya didampingi oleh seorang terapis.
5. Skala yang sudah di try out sebelumnya oleh peneliti.
6. Mencantumkan dengan jelas agenda intervensi.
B. Kekurangan Penelitian

24
Dari banyaknya kelebihan dari penelitian ini, terdapat pula beberapa
kekurangan, yakni:
1. Tidak menyatakan secara jelas apakah subjek dipilih secara random atau
tidak.
2. Tidak menjelaskan mengenai teknik yang digunakan dalam untuk memilih
sampel penelitian.
3. Tidak menyebutkan Ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan dalam proses
Intervensi.
4. Tidak mencantumkan data kualitatif selain hasil skor kecemasan sehingga
tidak dapat diketahui secara pasti manfaat yang dirasakan oleh subjek.
C. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk peneliti yang hendak melaksanakan penelitian dengan tema serupa
diharapkan:
1. Mencantumkan dengan jelas metode pemilihan subjek agar mudah
dipahami.
2. Mencantumkan Ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk Tadabbur agar
pembaca dapat turut mengamalkan Tadabbur menggunakan ayat-ayat yang
terbukti menurunkan kecemasan.
3. Menyertakan data kualitatif seperti hasil wawancara kepada subjek
mengenai bagaimana perasaannya setelah diberikan intervensi.

25
26

Anda mungkin juga menyukai