BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh (Tiga Puluh High) di
dkk, 1992) dan merupakan cekungan busur belakang (back arc basin).
Aulia, 1993).
5
- Fase Pertama yaitu Fase Tektonik Jura Atas – Kapur Bawah, merupakan
fase kompresi yang menghasilkan Patahan Musi dan Lematang. Fase ini
- Fase Kedua yaitu Fase Tektonik Kapur Atas – Tersier Bawah, merupakan
dan depresi.
-
6
- Fase Ketiga atau Terakhir yaitu Fase Tektonik Miosen Tengah - Saat
lipatan serta patahan naik dengan pola Patahan Lematang. Pada fase ini
Limau.
dua komponen utama, yaitu (1) batuan dasar pra-Tersier yang membentuk
half graben, horst dan blok sesar (de Coster, 1974; Pulunggono dkk., 1992),
Jenis struktur yang umum dijumpai di Cekungan Sumatera Selatan terdiri dari
dkk., 1986). Sedangkan sesar yang ada merupakan sesar normal dan sesar
faults).
Baratdaya, relatif tegak lurus dengan “strike” struktur regional atau sejajar
8
implikasi yang signifikan terhadap akumulasi sumber daya minyak bumi, gas
alam, batubara, dan panas bumi. Kumpulan struktur lipatan yang membentuk
Pada dasarnya stratigrafi cekungan Sumatera Selatan terdiri dari satu siklus
besar sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase
regresi pada akhir siklusnya. Awalnya siklus ini dimulai dengan siklus non-
9
marine, yaitu proses diendapkannya Formasi Lahat pada oligosen awal dan
setelah itu diikuti oleh Formasi Talang Akar yang diendapkan diatasnya
secara tidak selaras. Fase transgresi ini terus berlangsung hingga miosen awal,
dan berkembang formasi Batu Raja yang terdiri dari batuan karbonat yang
diendapkan pada lingkungan back reef, fore reef dan intertidal. Sedangkan
yang terdiri dari shale laut dalam secara selaras diatas Formasi Batu Raja.
Fase regresi terjadi pada saat diendapkannya Formasi Gumai bagian atas dan
diikuti oleh pengendapan Formasi Air Benakat secara selaras yang didominasi
Pada pliosen awal, laut menjadi semakin dangkal karena terdapat dataran delta
dan non-marine yang terdiri dari perselingan batupasir dan claystone dengan
sisipan berupa batubara. Pada saat pliosen awal ini menjadi waktu
akhir yang terdapat pengendapan batuan konglomerat, batu apung dan lapisan
9. Endapan Kuarter
Fasies
KELOMPOK
TEBAL (m)
NERITIC DEEP
TERSETRIAL
UMUR FORMASI LIITOLOGI
LITHORAL
NERITIC
Kwarter Pasir, lanau, lempung, aluvial.
Muara Enim Kasai
150 - 750
Atas gampingan.
Tengah
Gumai
2200
0-160
Batu
Raja
Tengah
0 - 300
Bawah
LAF
Tengah
Bawah
Paleosen
Paleozoikum
Mesozoikum
Pra-tersier
Batuan dasar (pra tersier) terdiri dari batuan kompleks Paleozoikum dan
Fielding, 2005).
dari batu serpih sisipan batupasir halus, lanau, dan tufa. Sehingga shale
batuan induk. Pada bagian tepi graben ketebalannya sangat tipis dan
dari dua tinggian pada kala oligosen akhir, yaitu di sebelah timur
Akar pada kala miosen awal. Formasi ini tersebar luas terdiri dari
2001). Produksi karbonat berjalan dengan baik pada masa sekarang dan
semen kalsit dan terdiri dari wackstone bioklastik, sedikit plentic foram,
Gambar 2.5 Peta distribusi facies formasi Batu Raja (Bishop, 2001).
pada kala oligosen sampai dengan tengah miosen. Formasi ini tersusun
15
tipis.
Formasi Air Benakat diendapkan selama fase regresi dan akhir dari
dan coastal swamp pada akhir dari siklus regresi pertama. Formasi ini
1000-1500 m.
Formasi ini diendapkan pada kala akhir miosen sampai pliosen dan
sampai continental sands, delta dan batu lempung. Siklus regresi kedua
Siklus regresi kedua terjadi selama kala Miosen akhir dan diakhiri
formasi ini umumnya berupa lignit. Ketebalan formasi ini tipis pada
dimulai pada miosen akhir. Kontak formasi ini dengan formasi Muara
Karakteristik utama dari endapan siklus regresi ketiga ini adalah adanya
mengakhiri siklus susut laut. Pada bagian bawah terdiri atas tuffaceous
claystone dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas terdapat lapisan
tuff, batu apung yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu berstruktur
permukaan oleh Sungai Lematang. Struktur MSM dikontrol oleh sesar naik
Tanjung Tiga, Talang Jimar, Prabumulih Barat, MSM, BG, hingga Benakat
“MSM”
KELOMPOK
Zonasi Fasies
TEBAL (m)
NERITIC DEEP
TERESTERIAL
LITHORAL
Nanno
Foram UMUR FORMASI LITOLOGI
Polen
NERITIC
Kwarter
MEF
360
Pliosen sticky , non karbonatan, dengan sisipan
batulanau, batupasir dan batubara tebal.
PALEMBANG
Florschuetzia levipoli
Air Benakat
Terdiri dari claystone tebal berselang-
Akhir
NN5
770
karbonat, dengan sisipan batulanau dan
batupasir abu-abu kehijauan mengandung
N6 - N15
glaukonit.
Tengah
Gumai
390
kecoklatan, sisipan napal coklat muda dan
NN3-NN4
Miosen
35
menengah, sebagian chalky dan kristalin
F. trilobata
Awal
TELISA
Talang Akar
Oligosen
Akhir
Lanagiopollis sp.1
P22
> NP25
Formasi Lahat di Struktur MSM belum terdefenisi secara pasti dan masih
pada bagian atas memiliki nilai GR yang tinggi dan nilai PEF yang kecil
bagian bawah dengan nilai GR kecil dan PEF besar (diendapkan di laut
dangkal).
Formasi Talang Akar di Struktur MSM terdiri dari shale berwarna cokelat
cokelat muda hingga cokelat tua, berukuran pasir halus – sedang, kadang-
fisik yang tight tersebut membuat BRF bertindak sebagai super seal di
daerah MSM.
21
d. Formasi Gumai
Formasi Baturaja. Formasi ini terdiri dari lapisan tebal Shale berwarna
e. Formasi Muaraenim
permukaan.
b. Reservoar
Selatan.
d. Trap (perangkap)
Tengggara.
e. Migration
Pada Miosen Akhir, Formasi Lahat (LAF) dan Talang Akar (TAF) yang
merupakan endapan syn-rift telah matang, dan terjadi migrasi secara insitu
inversi pada saat itu, mengisi lapisan TAF (GRM dan TRM) yang