Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Foto Masjidil Haram dan Masjid Nabi Madinah, November dan Desember 2020 Data Covid di Indonesia dan dunia Tanggl 29 Januari 2021 1. Pendahuluan 1. PandemiCovid-19merupakanKedaruratanKesehatanMasyarakat(global); 2. Kedaruratan Kesehatan masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang menyebarlintaswilayah atau lintas negara; 3. Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat(UUNo.6Tahun2018); 4. Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun untuk mencegah kemungkinan penyebaran keorangdi sekitarnya; 5. Isolasi adalah pemisahan orang sakit dari orang sehat yang dilakukan di fasilitas pelayanankesehatanuntukmendapatkanpengobatandanperawatan; 6. Herd Imuminity adalah kekebalan kelompok/komunitas, minimal 70% penduduk, antaralaindenganupayaimunisasicovid-19kepada70%WNI. 7. Situs resmi WHOhttps://covid19.who.int/ dan Kementerian Kesehatanhttps://www.kemkes.go.id/index.php 2. Dasar Hukum 1. Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan. Mengatur tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hak dan kewajiban, kedaruratan kesehatan masyarakat dan penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di pintu masuk serta mengatur penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah, dokumen, sumberdaya, informasi, pembinaan dan pengawasan, penyidikan, dan ketentuan pidananya terkait kekarantiaan kesehatan. 2. Undang-Undang No.4 Tahun 1984 Tentang Wabah penyakit menular; 3. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; 4. Undang-Undang No.8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah; 5. Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020 tentang peningkatan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan Covid-19 di seluruh daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia; 6. Keputusan Menteri Agama No.719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Covid- 19. 7. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksindalam rangkaPenanggulangan Pandemi Corona Virus 8. Surat Edaran (SE) Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nomor: 4 Tahun 2020 Tentang Protokol Kesehatanperjalanan orang dalammasaPandemi Covid-19. 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 9838 Tahun 2020 Tentang Pencegahan dan pengedalian Covid-19 bagi petugas dan Jemaahhaji umrah (Protokol Kesehatan) 10. Instruksi Menteri Dalam Negero No. 02 tahun 2021 tentang perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan Masyarakat untuk pengendalian penyebaran Corona vIrus Disease 2019 (Covid-19) 11. Surat Edaran Menkes No. 1742 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Umrah di Masa PandemiCovid-19 12. Surat Keputusan Dirjen P2PNomor 4 Tahun 2020 Tentang Juknis Pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemiCovid-19. 13. International Health Regulation (IHR) Tahun 2005. IHRmengharuskan Indonesia Meningkatkan kemampuan dalam penyelidikan Kesehatan serta penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah dan pintu masuk baik di bandara, poslintas batasmaupun pelabuhanlaut. 3. Bagaimana mekanisme pengadaan vaksin Covid-19 bagi Warga Negara Indonesia? Mekanisme Pengadaan vaksin merujuk kepada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksin dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus,sehingga: a. Pengadaan jenis dan jumlah vaksin ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan pertimbangan dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, termasuk distribusinya, kriteria penerima,prioritas penerima,wilayah penerimaan,danpelaksanaanvaksin; b. Mekanismedan kriteria pemberianakan merujukkepadaskemanasional; c. Jemaahhaji akandiusulkan sebagai kelompok WNI yang akandiberikan vaksinasi dengan memperhatikanRPHyang telah ditetapkan;(Diharapkandata masukdalam waktu cepat) d. Pasal17: Pendanaanpengadaan dan pelaksanaan vaksin Covid-19 bersumber dari APBN, dan atau sumberlain yangsah dantidak mengikat. e. Pasal20: Pemerintah daerah prov. dan kab/kota dapat menyediakan pendanaan melalui APBD untuk MendukungPelaksanaanVaksinasiCOVID-19 pada daerahmasing-masing. 4. Bagaimana Langkah-langkah pemberian vaksin Covid-19 kepada calon jemaah haji yang akan berangkat pada tahun 2021? 1. Perlu data Jemaah Haji yang akan diberangkatkan pada musim haji 2021 (Kuota Nasional) beserta Kuota Jemaah Haji Per Provinsi/Kabupaten/Kota. Berapa kuota yang telah ditetapkan?, berapa persen? dimana saja? Data jemaah haji yang dibutuhkan: Nama, NIK, NomorHP. 2. Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 jemaah haji mengikuti sistem yang ada (Perpres No: 99 Tahun 2020 tentang pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemiCovid-19). 3. Skema dan prioritas pemberian vaksin sesuai dengan SKDirjen P2PNo.4 Tahun 2020 Tentang Juknis Pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi Covid- 19.. 4. Untuk waktu pelaksanaan: Perlu informasi Rencana Perjalanan Haji (RPH) dari Kemenagyang ditetapkan secararesmi; 5. Data calon Jemaah haji yang akan diberangkatkan (sudah lunas) diperoleh dari Siskohat Kemenag untuk selanjutnya dihubungkan ke Pusdatin Kemenkes supaya mendapat prioritas penyuntikan. 6. VaksinCovid diberikan secaragratis kepadaseluruh WNI sesuaiarahan Presiden 7. Penerbitan Serfikat Vaksinasi 5. Bagaimana pemeriksaan kesehatan jemaah haji dalam masa pandemi?: 1. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan untuk mendeteksi penyakit penyerta (Comorbid), dilaksanakan pada saat akandivaksinasicovid-19; 2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas/RS Pemerintah oleh Tim Vaksinasi Covid- 19 sesuai tempat yang telahditentukan; 3. Kriteria kesehatan jemaah haji yang direkomendasikanuntuk berhaji 2021: a. Memenuhi syarat Istitha’ah Kesehatan (Pasal 13 Permenkes No.15 Tahun2016). b. Umur mengikuti persyaratan pemerintah Saudi; c. Divaksinasi Covid-19, dibuktikan dengan sertifikatvaksinasi; d. Bebas covid-19 yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan swab sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan oleh Arab Saudi dan aturan penerbangan; e. Tidak memilikipenyakit penyerta (Comorbid); f. Tidak memiliki keterbatasan fisik yang memperberat kesehatannya saat berhaji. 6. Bagaimana mekanisme pemeriksaan Swab Antigen JemaahHaji: 1. Swabmerupakan cara mendeteksivirus Covid-19; 2. Merujuk SEKetua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas Penanganan Covid- 19) Nomor: 4 Tahun 2020 Tentang Protokol Kesehatan perjalanan orang dalam masa Pandemi covid-19; 3. Tempatswabantigen: Titik poin Jemaahakanberangkat (Asramahaji); 4. Biayapemeriksaanswab antigen bagi pelakuperjalanan ke LN adalahmandiri; 5. Waktu: a. Menjelang keberangkatan2x24 Jam(Asramahaji). b. Saatdi Arab Saudi2x 24 Ham(Menjelang Kepulangan di Saudi) c. SaatKembali tiba di asramahaji (saat/setelah Karantina) 7. Bagaimana Karantina Jemaah Haji dan Umrah? 1. Dasar pelaksanaan Karantina adalah dengan memperhatiakan masa inkubasivirus. 2. Masa inkubasi virus merupakan waktu antara terpapar virus hingga timbulnya gejala. 3. Bisa saja seseorang sudah terpapar virus (dalam masa inkubasi), saat dilakukan pemeriksaan swab atau disuntikan vaksin, tetapi belum bergejala. 4. Masa inkubasi virus corona bisa sampai 14 hari. Biasanya akhir masa inkubasi ditandai dengan timbulnya gejala penyakit seperti batuk dan demam. Rata-rata gejala muncul di hari ke-5. (Mirip dengan InkubasiSARS) 5. Tatacara Karantina telah diatur dalam Pedoman dan Peraturan Perundang-undangan yang ada. 6. Fasilitas Karantina Jemaah umrah harus disepakati tempat dan lokasi pelaksanaannya? 7. Pemeriksaan swab antigen sebagai test menjadi suatu keharusan dalam perjalanan keluar/masuk negara. 8. Implementasi KMATentang penyelenggaraan ibadah umrah di Masa Covid-19 dan Kepmenkes Tentang Prokes untuk memperkuat manajemen umrah dan haji khusus. 8. Bagaimana mekanisme pelaksanaan karantina Jemaah Haji: 1. Sebelum keberangkatan dansetelah kepulanganperlu dilakukan karantina 2. Merujuk Surat Edaran Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nomor: 4 Tahun 2020 tentang Protokol Kesehatan perjalanan orang dalam masa Pandemi covid- 19. 3. Padamasa karantina dan pelaksanaan ibadah haji HARUSmenerapkan protokol Kesehatan yaitu Surat Keputusan Menkes No.9838 Tahun 2020 tentang pencegahan dan pengendalian covid-19 bagi petugas dan Jemaahhaji-umrah. 4. Tempat:Asramahaji 5. Waktu : a. 3x24 jam sebelum keberangkatan(di AsramaHaji) b. 5x24jam setelah kepulangan (AsramaHaji) 9. Kesimpulan 1. Pemahaman klinis dan epidemiologi penyakitCovid-19; 2. Kebijakan yang mendukung percepatan penanganan Covid-19, antaralain (3T) Testing, tracing dan Treatment, Penerapan protokol Kesehatan, pemeriksaan Kesehatan, vaksinasi, pemeriksaan swab, karantina danisolasi; 3. Konsekuensi dalam pelaksanaandi new era saat ini, berimplikasi terhadap a. proses persiapan dan fasilitas untuk Jemaah, b. peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku Jemaah dan pengelola KBIH/travel terhadap pelaksanaan haji di era new Normal; c. pembiayaan, d. jumlah Jemaah, e. pola pelaksanaan pembinaan, transportasi, konsumsi dan akomodasi serta pelayanan umumlainnya. f. Pelayanan Kesehatan akan mengikuti pola manajemen yang diatur. 4. Perlu persiapan pengetahuan dan infrastruktur pelayan haji di era new normal; a. Penerapan Protokol Kesehatan b. Asrama haji: satu kamar tidak bisa berdesakan c. Karantina d. Ruang isolasi 5. Pemantapan tiga skenario mitigasi (New Era/New Normal) yang telah disampaikan: a. Berangkat semua b. Sebagian (berapa persen?, bagaimana proporsi setiap daerah?, syarat2 atau ketentuan?, kapan berangkat?, bagaimana pesawatnya? Bagaimana kateringnya?, bagaimana penentuan maktab dan tenda diArmina? c. Tidak berangkat. Terima Kasih