Jurnal 1
Jurnal 1
The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as
Natural Antioxidant Source
ABSTRAK
Kata Kunci: Aktivitas antioksidan, daun beluntas, serbuk effervescent, total fenol, total
flavonoid.
ABSTRACT
Approximately 950 plants species in Indonesia has been known to have potential as
a source of natural antioxidant that protects from free-radical in human body. Beluntas is a
plant that has potential as a natural antioxidant supplement for the body. This study
determine the best extraction method and formula in processing effervescent powder in
terms the physico-chemical and antioxidant. This research uses a nested design method two
factors, extraction method 2 levels (maceration method and infused) and formula3 levels
(Formula 1, formula 2 and formula 3). The research result shows the best treatment is
maceration method formula 1. Obtained results, the flow time is 19.85 seconds; end point is
40.300; compressibility is 2.62 %; speed of soluble is 3.74 minutes; water content is 7.77%;
the antioxidant activity of IC50 is 86.21 ppm; the total of flavonoids is 11507.65 mg QE/g and
the total of phenols is 2480.22 mg GAE/g.
Keywords: Antioxidant activity, beluntas leaf, effervescent powder, total of phenols, total of
flavonoids.
PENDAHULUAN
1412
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
senyawa fitokimia diantaranya yaitu flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan sterol.
Ekstrakdaun beluntas memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 3.71 mg/L, total fenol
234.65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g bk dan total flavonoid sebesar 2163.59 mg QE
(Quercetin equivalent)/100 g bk [2]. Sehingga daun beluntas sangat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi bahan baku serbuk effervescent.Serbuk effervescent merupakan
bentuk sediaan produk pangan fungsional yang diproses dengan campuran tertentu
sehingga menghasilkan gas CO2 ketika bereaksi dengan air. Gelembung gas CO2
menjadikan serbuk effervescent lebih cepat larut tanpa pengadukan manual. Keunggulan
serbuk effervescent adalah mudah diabsorbsi, praktis, dan memberikan efek sparkling
seperti minum air soda atau soft drink saat dikonsumsi. Pada proses pembuatan serbuk
effervescent membutuhkan formulasi dan metode ekstraksi yang tepat agar dihasilkan
serbuk dengan karakteristik fisiko kimia terbaik. Sehingga dilakukan penelitian untuk
menentukan formula dan metode ekstraksi terbaik pada pembuatan serbuk effervescent
berbasis ekstrak daun beluntas berdasarkan karakteristik fisiko, kimiadan aktifitas
antioksidannya.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun beluntas yang diperoleh dari
daerah Tlogomas kota Malang, gula stevia (Tropicana), asam sitrat, asam tartarat, Na
bikarbonat, jahe merah, aquades, dekstrin, etanol 96%, NaCl, gelatin, FeCl3, Mg, HCl pekat,
amil alkohol, Na2CO3, reagen folin ciocalteau, NaNO2, AlCl3, NaOH, aquades, dan DPPH.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik digital
(Metler Denver AA 200), rotary evaporator, cabinetdryer, shaker, Vacum dryer, ayakan 60
mesh (W.S Tyler), blender kering (Samsung), spektrofotometer (Unico, UV-2100
Spectrophotometer), stopwatch, pH meter (CG 824 SHCOTT), vortex, oven listrik, dan
colour reader(Minolta CR-10).
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dua faktor.
Faktor I adalah metode ekstraksi yang terdiri dari 2 level (metode ekstraksi infusa dan
metode ekstraksi maserasi) dan faktor II adalah formula yang terdiri dari 3 level (formula 1,
formula 2 dan formula 3). Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga didapat 18 percobaan.
Hasil penelitian dianalisis dengan metode Analysis of Variance (ANOVA). Apabila hasil
menunjukkan ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT pada taraf
kepercayaan 5%. Pengujian pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple
attribute[3].
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu pembuatan ekstrak serbuk
daun beluntas dengan 2 metode ekstraksi (metode ekstraksi maserasi dan infusa) dan
pembuatan serbuk effervescent dengan formula yang berbeda. Formulasi Serbuk
Effervescent dapat dilihat pada Tabel 1.
Metode
Analisis bahan baku serbuk ekstrak daun beluntas metode infusa dan maserasi serta
serbuk jahe merah meliputi uji screning fitokimia, total fenol, flavonoid dan IC50. Sedangkan,
analisis produk serbuk effervescent meliputi waktu alir, sudut diam, kompresibilitas,
kecepatan larut, warna (L*, a*, b*), kadar air, pH,aktivitas antioksidan, total flavonoid, dan
total fenol.
1413
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
Prosedur Analisis
1. Uji Screning Fitokimia
0.3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquades panas, ditambahkan 3 – 4 tetes 10%
NaCl, diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi dua bagian 2A dan 2B (@ 4 ml). Uji gelatin
yaitu larutan 2A ditambah larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%, (uji gelatin positif jika
terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya tanin). Uji FeCl3 yaitu larutan 2B diberi
beberapa tetes larutan FeCl3(uji FeCl3 positif jika terjadi perubahan warna menjadi hijau biru
hingga hitam).Jika penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan (uji gelatin negatif)
dan ketika penambahan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga
hitam (uji FeCl3 positif), menunjukkan adanya senyawa polifenol. Apabila kedua uji sama-
sama bernilai positif, menunjukkan adanya tannin.
Mekanisme uji sapoinin yaitu 0.3 gram ekstrak ditambahkan 10 ml air suling lalu
dikocok selama ± 30 detik. Positif mengandung saponin bila terjadi buih. Sedangkan
mekanisme uji flavonoid yaitu 200 mg serbuk Mg dan 0.5 ml HCl pekat dicampur dengan 4
ml ekstrak sampel. Hasil campuran dikocokdan dibiarkan memisah, adanya senyawa
flavonoid ditunjukkan dengan adanya warna merah coklat[4].
2. Waktu Alir
25 ggranul dituang ke dalam corong pengukur. Tutup corong dibuka pelan-pelan,
granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul
mengalir keluar. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter. Waktu alir yang baik
adalah ≤10 gram/detik atau 100 gram ≤ 10 detik[5].
3. Sudut diam
Granul yang jatuh dari uji waktu alir diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang
dari granul kemudian diukur sudut diamnya[5].
4. Kompresibilitas
50 ggranul dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat sebagai V1
(ml). Berat jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk – ketuk dari ketinggian 2.5 cm
sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = m/V2[5].
Indeks Kompresibilitas (%) = (Berat Jenis Mampat – Berat jenis bulk) x 100%
Berat jenis mampat
5. KecepatanLarut
Kecepatan larut dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh sampel (b) (gram)
sebanyak per serving (7 gram) sampel setiap formulasi. Kemudian dimasukkan ke dalam air
150 ml nersuhu 25 0C, tekan stop watch pada saat serbuk masuk ke dalam air. Matikan stop
1414
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
watch saat seluruh busa pada larutan hilang. Catat waktu yang diperlukan sampel per
serving untuk larut dalam air (a) (detik)[6]. Rumus kecepatan larut adalah sebagai berikut :
Kecepatan larut = a (gram)
b (detik)
6. Warna (L*, a*, b*)
Pengukuran warna yaitu dengan colour reader. Mekanisme pengukuran skala warna
berdasarkan standar warna pada colour reade rberdasarkan nilai pembacaan L*a*b* colour
space atau L*c*h*[6].
7. AktivitasAntioksidan IC50
Langkah pertamaujiaktivitasantioksidanyaitu membuat larutan stock. Selanjutnya
dibuat seri pengenceran ekstrak sampel dengan konsentrasi tertentu (misal 40, 60, 80 dan
100 ppm) dan 1 blanko sebagai kontrol. Dari ke – 4 seri pengenceran dan 1 blanko
selanjutnya diambil 4 ml tiap sampel kemudian di tambahkan 1 ml DPPH, dishaker dan
diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit. Setelah selesai inkubasi kemudian diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 517 nm. Setiap sampel
diukur secara triplo.
% Inhibisi = Ab – As
Ab
Untuk menentukan IC50 yaitu % inhibisi (penghambatan) pada masing seri
pengenceran dihitung regresi liniernya sehingga dari grafik tersebut didapatkan persamaan
nilai regresi liniernya dan masukan nilai y = 50% dan tentukan nilai x nya sehingga diperoleh
IC50 [7].
8. Total Flavonoid
Sebanyak 1 ml sampel dari masing – masing formulasi dipipet kedalam labu takar 10
ml yang telah berisi 4 ml akuades kemudian dicampur dengan 0.3 ml 5% NaNO2 (b/v).
Setelah 5 menit ditambahkan 0.3 ml larutan AlCl3 10% lalu didiamkan selama 6 menit.
Setelah 6 menit ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 2 ml dan diencerkan hingga
volume 10 ml dengan akuades. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
510 nm. Total flavonoid dihitung berdasarkan kesetaraan dengan standar quercetin yang
dinyatakan dalam mg per gram QE (ekivalen quercetin)[8].
9. Total Fenol
1 mlsampelditambahkan larutan Na2CO3 5% dan reagen folinciocalteau (diencerkan
1:10) 5 ml. Divortex dan diinkubasi selama 1 jam kemudian di absorbansi dengan
spektrofotometer 765 nm. Kemudiandikalibrasi dengan kurva standar asam galat sehingga
didapatkan total fenol dalam μg GAE/ml[9]. Rumus total fenol adalah sebagai berikut :
C = CGAE x V
G
C = Kadar total fenol (μg/ml)
CGAE = Kadar total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (μg/ml)
V = Volume ekstrak yang dihasilkan (ml)
G = Massa bahan (g)
1415
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
termasuk dalam kategori aktif atau kuat dan ekstrak aquades metode infusa yang memiliki
IC50 181.94 ppm termasuk dalam kategori sedang.
Tabel 4 menunjukan rendemen tertinggi yaitu serbuk kering ekstrak daun beluntas
pelarut aquades metode infusa hal tersebut dikarenakan metode ini mampu mengekstraksi
beberapa komponen non senyawa bioaktif seperti serat larut, asam amino, glikosida dan
vitamin C yang ikut terekstrak[10]. Daun beluntas mengandung protein kasar sebesar 19.02
%, vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g dan karoten sebesar 2.55 g / 100 g[11]. Sedangkan
pada ekstraksi daun beluntas dengan pelarut etanol metode maserasi dilakukan proses
evaporasi sehingga konsentrasi ekstrak semakin menurun yang menyebebabkan rendemen
menurun karena pembagi dengan masa bahan awal (daun) menurun.
15,00
10,00
5,00
0,00
A1B1 A1B2 Perlakuan
A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
1416
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
Serbuk effervescent yang baik yaitu serbuk effervescent yang mampu mengalirkan
100 gram serbuk ≤ 10 detik[5]. Sehingga serbuk effervescent formula 2 dan formula 3
metode ekstraksi infusa dengan pelarut aquades memenuhi syarat waktu alir.
Kompresibilitas (%) 20
15
10
5
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 2. RerataIndeksKompresibilitasSerbukEffervescent
Kecepatan Larut
Kecepatan larut menunjukan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh serbuk
effervescent pada ukuran saji (7 gram) untuk dapat larut dengan sempurna pada air dengan
volume saji 150 ml. Waktu larut serbuk effervescent berkisar 1.95 – 3.74 menit.
5,00
Kecepatan Larut
4,00
(Menit)
3,00
2,00
1,00
0,00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 3. RerataKecepatanLarutSerbukEffervescent
Analisis Warna
Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut etanol metode
maserasi memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 61.80 – 66.27 sedangkan pada
serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut aquades metode
infusa memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 70.77 – 71.00. Serbuk kering ekstrak
1417
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
daun beluntas pelarut aquades metode infusa lebih terang dengan warna merah agak
kecoklatan dikarenakan pada saat proses ekstraksi menggunakan pemanasan pada suhu
80 – 90 0C selama 2 jam yang menyebabkan komponen bioaktif dan senyawa pigmen
didalam bahan memudar/rusak berubah menjadi kecoklatan.Sedangkan serbuk kering
ekstrak daun beluntas yang menggunakan pelarut etanol metode maserasi memiliki warna
hijau kegelapan karena dilakukandengan proses perendaman simplisia daun beluntas
kedalam larutan etanol 96% selama 24 jam. Sehingga selama 24 jam tersebut senyawa
bioaktif dan pigmen klorofil pada daun beluntas terikut keluar bercampur dengan larutan
etanol yang menjadikan ekstrak etanol berwarna hijau pekat.
6,00
4,00
2,00
0,00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 4. Rerata Kadar Air SerbukEffervescent
Kadar air merupakan salah satu parameter penentu kualitas produk kering karena
akan menentukan daya tahan atau daya simpan produk tersebut. Rendahnya kadar air pada
pelarut etanol metode maserasi tersebut karena etanol yang digunakan berkonsentrasi
tinggi 96 % dan merupakan pelarut polar yang sangat mudah menguap dibandingkan
dengan aquades. Pelarut etanol pada metode maserasi memiliki titik didih lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut aquades. Titik didih pelarut etanol yaitu sebesar 78.4 0C
sedangkan aquades (air) memiliki titik didih lebih tinggi yaitu sebesar 100 0C[13]. Semakin
tinggi konsentrasi etanol yang digunakan maka proses penguapan semakin cepat[14].
Selain itu diduga pada saat proses pengeringan ekstrak daun beluntas pelarut etanol
metode maserasi dengan vacuum drying pada suhu 50 0C selama 6 – 7 jam menyebabkan
kandungan air pada perlakuan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan
pelarut etanol metode maserasi keluar lebih banyak dibandingkan serbuk ekstrak beluntas
aquades metode infusa. Sehingga menyebabkan tingginya kadar air pada serbuk
effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades metode infusa.
1418
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
8,00
6,00
pH
4,00
2,00
0,00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 5. Rerata pH SerbukEffervescent
Total Fenol
3500,00
Total Fenol (μg GAE/gram)
3000,00
2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00
0,00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 6. Rerata Total FenolSerbukEffervescent
Total Flavonoid
Rerata total flavonoid serbuk effervescent berkisar antara 4389.13 – 14040.99 (μg
QE/gram).
15000,0000
12500,0000
Total Flavonoid
(μg QE/gram)
10000,0000
7500,0000
5000,0000
2500,0000
0,0000
A1B1A1B2A1B3A2B1A2B2A2B3
Perlakuan
Gambar 7. Rerata Total Flavonoid SerbukEffervescent
1419
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
Meningkatnya kadar total flavonoid pada masing – masing formula sesuai dengan
kadar penambahan serbuk kering ekstrak daun beluntas yang ditambahkan (Tabel 1).
Sedangkan rerata total flavonoid keseluruhan menunjukan serbuk effervescent pelarut
etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total flavonoid lebih tinggi dibandingkan pelarut
aquades metode infusa. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas metode
ekstraksi maserasi pelarut etanol memiliki kadar total flavonoid lebih tinggi dibandingkan
dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades. Perbedaan total flavonoid pada
pembuatan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan
perbedaan metode ekstraksi diduga karena pengaruh beberapa faktor diantaranya adalah
jenis pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan dalam proses ekstraksi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi diantaranya adalah jenis pelarut, metode ekstraksi
dan suhu.
Pada metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol yang diduga memiliki
kemampuan lebih optimal dalam mengekstrak senyawa bioaktif karena pelarut etanol dapat
mengekstrak senyawa dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang[13].
Selain itu proses ekstraksi metode maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan perendaman sampel
tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut. Sedangkan pada metode ekstraksi infusa dengan pelarut
aquades memperoleh total flavonoid lebih rendah hal tersebut dikarenakan pada proses
ekstraksi serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi
infusa menggunakan suhu 80 – 900C. Dengan suhu tinggi yang digunakan diduga pada
serbuk effervescent pelarut aquades terjadi kerusakan komponen bioaktif sehingga kadar
total flavonoidnya lebih rendah.
300,00
200,00
100,00
0,00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Perlakuan
Gambar 8. Rerata Aktivitas Antioksidan Serbuk Effervescent
Antioksidan merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk mengurangi atau
mencegah berlangsungnya proses oksidasi lipid. Semakin tinggi kadar senyawa bioaktif
didalam suatu bahan pangan maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya. Dalam
penelitian ini menggunakan aktivitas antioksidan IC50. Nilai IC50 merupakan nilai yang
menyatakan konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH
kehilangan karakter radikal bebasnya[9]. Secara keseluruhan perlakuan serbuk effervescent
berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades memiliki
nilai IC50 lebih tinggi dibandingkan perlakuan serbuk effervescent dengan metode ekstraksi
maserasi pelarut etanol. Hasil pengujian nilai IC50 pada serbuk effervescent metode
ekstraksi infusa pelarut aquades diperoleh formula 1 sebesar 288.72 ppm, formula 2
sebesar 385.15ppm, dan formula 3 sebesar 342.13 ppm. Sedangkan pada serbuk
effervescent metode ekstraksi maserasipelarut etanol diperoleh nilai IC50 formula 1 sebesar
1420
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
86.21 ppm, formula 2 sebesar 96.14 ppm dan formula 3 sebesar 89.05 ppm. Semakin
rendah nilai IC50 maka akan semakin tinggi kadar senyawa antioksidan yang terkandung
dalam sampel yang dianalisis [7]. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas
dengan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol pada formula 1, formula 2 dan formula 3
termasuk ke dalam kategori antioksidan yang memiliki aktivitas kuat. Sedangkan pada
serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut
aquades pada keseluruhan formulanya mulai formula 1 hingga formula 3 termasuk kedalam
kategori lemah.
4. Perlakuan Terbaik
Analisis perlakuan terbaik dengan metode multiple attribute [3]. Perlakuan terbaik
terpilih yaitu serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan
perbedaan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1.
Metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 memiliki karakteristik sifat fisiko
kimia yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Salah satu hasil uji pada perlakuan
metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 diantaranya memiliki antioksidan IC50
86.21 ppm yang termasuk kategori aktif/kuat.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1) Putri, R. K. dan I. Habib. 2007. Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea
indica, L.) Terhadap Malassezia Sp. Secara Invitro. Mutiara Medika Edisi Khusus 7:1,
07 - 17.
2) Widyawati, P.S., Wijaya, C.H., Harjosworo, P.S. dan Sajuthi, D. 2010. Pengaruh
Ekstraksi dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH (1,1-
Difenil-2- Pikrilhidrazil) Ekstrak dan Fraksi Daun Beluntas (Pluchea Indica Less). Jurnal
Rekayasa Kimia dan Proses, 1411–4216.
1421
Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Beluntas - Hudha, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1412-1422, September 2015
3) Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision making. Mc Graw Gill. New York.
4) Studiawan, H. 2009. Petunjuk Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga. Surabaya.
5) Wells, J.I. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Phsicochemical Properties of
Drug Substance. John Wiley and Sons. New York.
6) Yuwono, S. S. dan T. Susanto. 2001. Pengujian Fisik Pangan. FTP Universitas
Brawijaya. Malang.
7) Widyaningsih, T.D., Novita, W., Jaya, M.M., Ida P.N. dan Sudarma, D.W. 2013. Modul
Praktikum Evaluasi Gizi Pangan Lanjut. FTP Universitas Brawijaya. Malang.
8) Kumar, S. 2008. Antioxidant and Free Radical Scavenging Potential of Citrullus
Colocynthis (l.) Schrad. Methanolic Fruit Extract. J.Acta Pharmacology 58, 215–220.
9) Sharma, G. N. 2011. Phytochemical Screening and Estimation of Total Phenolic
Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of Pharmaceutical and
Clinical7:1, 100 – 105.
10) Supriyati, N.,Ika , Y. 2011. Pengaruh Cara Ekstraksi Terhadap Kadar Sari dan Kadar
Sylimarin Dalam Biji Silybummarianum (L.) Gaertn. Jurnal Ilmu Farmasi dan Klinik 3:6,
465 – 470.
11) Noridayu, A.R., Hii, Y.F., Faridah, A. and Khozirah, S. 2011. Antioxidant and
Antiacetylcholinesterase of PlucheaIndica Less. International Journal of Food Research
18:3, 925 – 929.
12) Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direct. Mutiara Medika7:9, 57 –
61.
13) Ramadhan, A. dan Phaza, H. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu, dan Jumlah
Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber OfficinaleRosc) Secara Batch. Artikel
Penelitian.
http://eprints.undip.ac.id/13896/1/Artikel_Penelitian_Pengaruh_Konsentrasi_etano_suhu
_dan_jumlah_stage_pada_ekstraksi_oleoresin_ja.pdf. Diakses tanggal 03/11/2014.
14) Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
15) Yu Lin, H. Kuo, Y.H. Lin, Y.L. dan Chiang, W. 2009. Antioxidative effect and active
components from leaves of lotus (Nelumbo nucifera). Journal of Agricultural and Food
Chemistry 57, 6623–6629.
1422