http://slidepdf.com/reader/full/makalah-toksikologi-karbon-monoksida 4/16
7/18/2019 Makalah Toksikologi (Karbon Monoksida)
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-toksikologi-karbon-monoksida 5/16
maupun buatan, antara lain:
a. Karbon monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu/ gunung
berapi / kebakaran hutan.
tidak ramai.
c. Karbon monoksida dari a sap rokok, baik sebagai perokok atau
dari perokok pasif.
d. Terkena paparan karbon monoksida dengan menggunakan peralatan
gas atau kompor kayu terbakar dan perapian.
e. Orang-orang yang terkena karbon monoksida di dalam kendaraan.
f. Mesin kecil bertenaga bensin dan alat kerja (misalnya, kompresor
bertenaga gas atau mesin cuci tekanan) dapat menghasilkan karbon
monoksida dalam waktu singkat.
C. Efek / Dampak Karbon Monoksida
Dampak Karbon Monoksida
1. Dampak positif Karbon Monoksida
Karbon monoksida digunakan dalam sistem kemasan modifikasi
udara Amerika Serikat, utamanya digunakan dalam produk-produk
daging segar seperti daging kerbau dan babi. CO berkombinasi dengan
mioglobin membentuk karboksimioglobin, sebuah pigmen cerah yang
berwarna merah ceri. Karboksimioglobin lebih stabil dari bentuk
mioglobin yang dioksigenasikan, yakni oksimioglobin, yang dapat
dioksidasi menjadi pigmen coklat, metmioglobin. Warna merah yang
stabil ini dapat bertahan lebih lama, sehingga memberikan kesan
kesegaran. Kadar CO yang digunakan berkisar antara 0,4% sampai
dengan 0,5%.
Karbon monoksida diproduksi secara alami sebagai pemecahan
dari heme, sebuah substrat untuk enzim heme oksigenase. Reaksi
enzimatis ini memecahkan heme menjadi CO, biliverdin, dan Fe3+. CO
yang diproduksi secara edogen kemungkinan memiliki peran fisiologis
yang penting dalam tubuh (misalnya sebagai neurotransmiter atau
pelemas pembuluh darah). Selain itu, CO meregulasi reaksi peradangan
yang dapat mencegah berkembangnya beberapa penyakit seperti
aterosklerosis atau malaria berat.
CO adalah nutrien bagi bakteri metanogen, sebuah blok
pembangun untuk asetilkoenzim A. Pada bakteri, CO diproduksi via
reduksi karbon dioksida dengan enzim karbon monoksida dehirogenase,
sebuah protein yang mengandung Fe-Ni-S. Dikenal juga sebuah protein
sensor-CO yang berdasarkan heme, CooA. Cakupan peranan biologis
zat ini masih tidak jelas, namun tampaknya ia merupakan bagian dari
lintasan signal pada bakteri dan arkea. CO juga baru-baru ini dikaji di
beberapa laboratorium riset di seluruh dunia atas sifatnya yang anti-
peradangan dan sitoprotektif yang dapat digunakan untuk terapi
pencegahan kondisi patologis seperti cedera reperfusi iskemia,
penolakan trasplan, aterosklerosis, spesi, malaria berat, atau
autoimunitas. Sampai sekarang ini tidak ada aplikasi medis CO kepada
manusia (Wikipedia, 2009).
Karbon monoksida adalah gas industri utama yang memiliki
banyak kegunaan dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical).
Sejumlah aldehida dengan hasil volume yang tinggi dapat diproduksi
dengan reaksi hidroformilasi dari alkena, CO, dan H2. Karbon
monoksida merupakan komponen dasar dari syngas yang sering
digunakan untuk tenaga industri. Karbon monoksida juga digunakan
pada proses pemurnian nikel.
Toksikokinetik
Inhalasi karbon monoksida cepat dan ekstensif diserap ke dalam
darah lalu didistribusikan ke seluruh tubuh . Distribusi karbon monoksida
dalam tubuh sebagian besar menunjukkan ikatan antara karbon monoksida
dan protein heme (misalnya : Hb, mioglobin). Pengukuran total
konsentrasi karbon monoksida dalam jaringan yang diperoleh dari otopsi
manusia menunjukkan konsentrasi tertinggi dalam darah, limpa, paru-paru,
ginjal, dan otot rangka, dengan tingkat tinggi terdeteksi juga di otak dan
jaringan adiposa. Namun, seperti disebutkan sebelumnya , karena
permintaan O2 di otak lebih tinggi daripada jaringan lain, otak adalah
organ yang paling sensitif terhadap efek karbon monoksida. Konsentrasi
yang lebih tinggi dari karbon monoksida dalam darah, jantung, otot
rangka, dan limpa menunjukkan kelimpahan karbon monoksida utama
yang mengikat protein dalam jaringan. Dalam darah, karbon monoksida
cepat terdistribusi ke eritrosit, kemudian akan membentuk kompleks
dengan Hb (COHb). Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan
dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin
sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Hal ini disebabkan karbon
monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga
dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu
fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan
jantung. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung
terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan gangguan pada sistem
saraf. Karbon monoksida yang terikat dalam otot membentuk kompleks
dengan mioglobin (COMb). Karbon monoksida dalam sistem maternal
terdistribusi ke jaringan janin dimana CO akan mengikat Hb janin dan
protein heme lainnya . Konsentrasi COHb darah janin steady-state sekitar
10-15 % lebih tinggi dari darah ibu (rasio maternal janin / = 1,1-1,15) dan
kinetika eliminasi COHb pada janin lebih lambat dari darah ibu.
Karbon monoksida yang terserap dieliminasi dari tubuh lewat
pernafasan dan metabolisme oksidatif. Metabolisme oksidatif karbon
monoksida telah diperkirakan menjadi fraksi yang relatif kecil ( < 10 % )
dari eliminasi endogen karbon monoksida. Dalam kondisi tertentu, rute
dominan dalam eliminasi karbon monoksida adalah pernafasan. Penurunan
% COHb setelah penghentian suatu paparan karbon monoksida setidaknya
melewati dua fase kinetik. Fase cepat dianggap menunjukkan kombinasi
antara ekshalasi karbon monoksida dan distribusi karbon monoksida
darah ke jaringan yang lambat setelah penghentian paparan. Eliminasi
karbon monoksida paruh waktu pertama meningkat dengan usia,
dengan peningkatan paling menonjol terjadi dari usia 2 sampai 20 tahun
dan sekitar 6 % lebih lama pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Olahraga menurunkan eliminasi karbon monoksida babak pertama,
meskipun latihan dan peningkatan respirasi akan menyebabkan
peningkatan paparan CO, itu jika CO masih terdapat di lingkungan.