Anda di halaman 1dari 11

7/18/2019 Makalah Toksikologi (Karbon Monoksida)

A. Pengertian Karbon Monoksida


Karbon monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak
menyebabkan iritasi, tidak berbau, dan hambar. Karbon monoksida
terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen, yang dihubungkan
oleh ikatan rangkap tiga yang terdiri dari dua ikatan kovalen serta satu
ikatan kovalen dativ. Ini adalah oxocarbon sederhana, dan
isoelektronik dengan ion sianida dan nitrogen molekuler. Pada
kompleks koordinasi ligan karbon monoksida disebut karbonil.
Karbon monoksida dapat di temukan baik di outdoor atupun diindoor.
Karbon monoksida dihasilkan baik dari sumber buatan manusia
dan alam. Sumber buatan manusia yang paling penting dari karbon
monoksida muncul dari knalpot mobil. Di dalam rumah (indoor),
peralatan gas yang tidak sesuai, furnace, tungku pembakaran kayu, dan
perapian merupakan sumber potensi karbon monoksida). Karbon
monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu / gunung berapi /
kebakaran hutan.
Karbon monoksida diproduksi sebagai polutan primer selama
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil dan biomassa . Karbon
monoksida juga diproduksi secara tidak langsung dari oksidasi
fotokimia metana dan senyawa organik yang mudah menguap lainnya
( VOC ) di atmosfer . Vegetasi dapat memancarkan karbon monoksida
langsung ke atmosfer sebagai produk sampingan metabolisme , dan
fotooksidasi bahan organik di permukaan air ( danau , sungai , sungai
, lautan ) dan permukaan tanah juga menyebabkan pembentukan
karbon monoksida. Aktivitas gunung berapi adalah sumber alami
tambahan karbon monoksida di atmosfer. Sebagian besar emisi karbon
monoksida antropogenik timbul dari penggunaan mobil bertenaga
bensin, meskipun jumlah karbon monoksida yang dipancarkan ke
lingkungan dari sumber ini telah menurun secara signifikan selama
beberapa dekade terakhir karena penggunaan catalytic converter dan
perangkat kontrol emisi lainnya yang merupakan perlengkapan standar

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-toksikologi-karbon-monoksida 4/16
7/18/2019 Makalah Toksikologi (Karbon Monoksida)

pada kendaraan modern.

B. Sumber Karbon Monoksida

Sumber karbon monoksida di bedakan menjadi 2, yaitu:

1.  Karbon monoksida endogen

Paparan internal untuk karbon monoksida yang terjadi sebagai


akibat dari produksi karbon monoksida yang diproduksi dari prekursor
endogen (misalnya , degradasi heme, auto - oksidasi fenol , foto -
oksidasi senyawa organik , dan peroksidasi lipid lipid membran
sel ) dan dari metabolisme oksidatif dari prekursor eksogen (misalnya ,
karbon tetraklorida , diklorometana , dan dihalomethanes lainnya).

 Namun, banyak faktor fisiologis dan penyakit mempengaruhi


tingkat produksi endogen karbon monoksida, termasuk siklus
menstruasi, kehamilan, penyakit, dan rangsangan yang meningkatkan
katabolisme Hb atau protein heme lain, termasuk hemolisis,
hematoma, anemia hemolitik, thalasemia, dan sindrom Gilbert .

Karbon monoksida endogen menjadi agen signaling sel yang


memberikan kontribusi untuk pengaturan berbagai sistem
fisiologis, termasuk otak dan penyimpanan oksigen otot dan
pemanfaatan (myoglobin, neuroglobin), relaksasi pembuluh darah
dan otot polos pembuluh darah ekstra, modulasi sinaptik
neurotransmisi , anti - inflamasi, anti-apoptosis, anti-
proliferasi, dan anti- thrombosis.

Karbon monoksida yang diproduksi di dalam tubuh tidak terkait


dengan toksisitas; Toksisitas karbon monoksida terjadi dengan diikuti
paparan karbon monoksida eksogen.

2. Karbon monoksida eksogen

Karbon monoksida yang di dapat di luar tubuh baik secara alami

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-toksikologi-karbon-monoksida 5/16
maupun buatan, antara lain:
a. Karbon monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu/ gunung
berapi / kebakaran hutan.

b.  Lalu lintas kendaraan

Semua orang terkena karbon monoksida pada tingkat yang


beragam melalui penghirupan udara. Kapanpun dan dimanapun
tempat yang setiap hari memiliki banyak lalu lintas kendaraan
umumnya memiliki tingkat yang lebih tinggi karbon monoksida
dibandingkan dengan daerah yang lalu lintasnya

tidak ramai.
c. Karbon monoksida dari a sap rokok, baik sebagai perokok atau
dari perokok pasif.
d. Terkena paparan karbon monoksida dengan menggunakan peralatan
gas atau kompor kayu terbakar dan perapian.
e. Orang-orang yang terkena karbon monoksida di dalam kendaraan.
f. Mesin kecil bertenaga bensin dan alat kerja (misalnya, kompresor
bertenaga gas atau mesin cuci tekanan) dapat menghasilkan karbon
monoksida dalam waktu singkat.
C. Efek / Dampak Karbon Monoksida
Dampak Karbon Monoksida
1. Dampak positif Karbon Monoksida
Karbon monoksida digunakan dalam sistem kemasan modifikasi
udara Amerika Serikat, utamanya digunakan dalam produk-produk
daging segar seperti daging kerbau dan babi. CO berkombinasi dengan
mioglobin membentuk karboksimioglobin, sebuah pigmen cerah yang
berwarna merah ceri. Karboksimioglobin lebih stabil dari bentuk
mioglobin yang dioksigenasikan, yakni oksimioglobin, yang dapat
dioksidasi menjadi pigmen coklat, metmioglobin. Warna merah yang
stabil ini dapat bertahan lebih lama, sehingga memberikan kesan
kesegaran. Kadar CO yang digunakan berkisar antara 0,4% sampai
dengan 0,5%.
Karbon monoksida diproduksi secara alami sebagai pemecahan
dari heme, sebuah substrat untuk enzim heme oksigenase. Reaksi
enzimatis ini memecahkan heme menjadi CO, biliverdin, dan Fe3+. CO
yang diproduksi secara edogen kemungkinan memiliki peran fisiologis
yang penting dalam tubuh (misalnya sebagai neurotransmiter atau
pelemas pembuluh darah). Selain itu, CO meregulasi reaksi peradangan
yang dapat mencegah berkembangnya beberapa penyakit seperti
aterosklerosis atau malaria berat.
CO adalah nutrien bagi bakteri metanogen, sebuah blok
pembangun untuk asetilkoenzim A. Pada bakteri, CO diproduksi via
reduksi karbon dioksida dengan enzim karbon monoksida dehirogenase,
sebuah protein yang mengandung Fe-Ni-S. Dikenal juga sebuah protein
sensor-CO yang berdasarkan heme, CooA. Cakupan peranan biologis
zat ini masih tidak jelas, namun tampaknya ia merupakan bagian dari
lintasan signal pada bakteri dan arkea. CO juga baru-baru ini dikaji di
beberapa laboratorium riset di seluruh dunia atas sifatnya yang anti-
peradangan dan sitoprotektif yang dapat digunakan untuk terapi
pencegahan kondisi patologis seperti cedera reperfusi iskemia,
penolakan trasplan, aterosklerosis, spesi, malaria berat, atau
autoimunitas. Sampai sekarang ini tidak ada aplikasi medis CO kepada
manusia (Wikipedia, 2009).
Karbon monoksida adalah gas industri utama yang memiliki
banyak kegunaan dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical).
Sejumlah aldehida dengan hasil volume yang tinggi dapat diproduksi
dengan reaksi hidroformilasi dari alkena, CO, dan H2. Karbon
monoksida merupakan komponen dasar dari syngas yang sering
digunakan untuk tenaga industri. Karbon monoksida juga digunakan
pada proses pemurnian nikel.

2. Dampak Negatif Karbon Monoksida


Gas karbon monoksida (CO) yang sebagian besar dihasilkan
dari pembakaran yang tidak sempurna dapat mencemari lingkungan
dimana gas CO dilepaskan. Namun daerah lain pun dapat tercemari gas
CO karena gas CO dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain
dengan bantuan angin. Akibat meningkatnya gas karbon monoksida,
persediaan oksigen ditempat tersebut semakin berkurang. Hal ini dapat
terjadi akibat dari pembakaran karbon dalam minyak bakar yang terjadi
melalui beberapa tahap.
2C (s) + O2 (g) 2CO (g)
2CO (s) + O2 (g) 2CO2 (g)
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat dari pada
reaksi kedua. Oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi
pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah
oksigen tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat
merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran
pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak
tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar
dengan udara menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen.
Semakin rendah perbandingan antara udara dan minyak bakar, semakin
tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan. Padahal manusia,
tumbuhan, dan hewan yang merupakan bagian dari lingkungan sangat
membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. CO antropogenik
(Sumber-sumber pencemar udara dari titik tetap (point sources) dari
emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek rumah
kaca dan pemanasan global (Prabu, 2008)
Setiap ruangan terbatas yang memungkinkan CO berakumulasi
adalah berbahaya. Misalnya saluran gas kota di rumah yang selalu
tertutup, atau hanya sebentar saja terbuka dalam satu hari, aliran atau
kebocoran gas itu dapat menyebabkan pencemaran udara di dalamnya.
Kalau CO di udara dihirup oleh paru-paru maka oksigen (yang
mutlak dibutuhkan tubuh) akan kalah bersaing dengan CO lebih cepat
terikat oleh hemoglobin dibanding oksigen dan membentuk senyawa
karboksihemoglobin.
CO (g) + Hb (aq) HbCO (aq)
Reaksi di atas dapat di balik (reversibel), dan CO masih dapat
terlepas lagi, sehingga hemoglobin masih mungkin mengikat lagi
oksigen yang diperlukan. Akan tetapi ternyata afinitas Hb terhadap CO
lebih besar dari pada terhadap oksigen, sekitar 250 kali lipat. Hal ini
mengakibatkan CO sukar terlepas dari Hb. Akibatnya fungsi Hb
sebagai pembawa oksigen tidak berjalan lancar, dan seolah-olah tubuh
kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan kematian. Pergeseran
reaksi kesetimbangan ke sebelah kiri (pelepasan Hb oleh CO) dapat
dipercepat jika udara yang dihisap mengandung kadar oksigen tinggi,
sehingga banyak terbentuk lagi oksihemoglobin (HbO2) yang
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk pembakaran. Sebaliknya jika
kadar oksigen rendah, seperti di tempat yang tinggi dapat menguatkan
efek racun CO.
Menurut standar kriteria, yang menyebabkan bahaya dari
keadaan HbCO adalah sebagai berikut:
Jika HbCO terdapat 2% - 5% akan mempengaruhi sistem saraf
sentral
Jika HbCO terdapat 5% mempengaruhi kesehatan jantung, dan
apabila dalam pengukuran tepat:
CO 15 ppm selama 8 jam akan menyebabkan terbentuknya 2%
HbCO, keadaan ini sudah kurang baik.
CO 30 ppm selama 8 jam akan menyebabkan terbentuknya 4%
HbCO, keadaan ini menyebabkan kita prihatin.
CO 40 ppm selama 8 jam menyebabkan terbebtuknya 5%
HbCO, dan keadaan ini sudah berbahaya (Samsuri, 1982 :99)
Jadi, keracunan CO di sini tidak menyebabkan jaringan tubuh
rusak, melainkan terjadinya gangguan terhadap fungsi dan pekerjaan
utama hemoglobin. Selain itu karbon monoksida juga dapat
membahayakan bagi wanita yang sedang hamil karena dapat
mengakibatkan anak yang dilahirkan nantinya dapat mengalami
prematur dan berat badan bayi di bawah normal, karena karbon
monoksida dapat mengurangi fungsi oksigensi jaringan dan plasental.
Hal semacam ini sering terjadi pada wanita yang mempunyai kebiasaan
merokok.
D. Toksikokinetik
Mekanisme Keracunan
Karbon monoksida memberikan efek pada metabolisme sel
melalui mode aksi hipoksia dan non-hipoksia. Kedua aksi tersebut
sebagian besar (jika tidak seluruhnya) merupakan hasil dari kemampuan
karbon monoksida untuk mengikat protein heme dan mengubah fungsi
atau metabolisme protein heme. Afinitas pengikatan karbon monoksida
untuk hemoglobin adalah 200-250 kali lebih besar dari oksigen untuk
hemoglobin. Pembentukan COHb mengurangi kapasitas O2 membawa
darah dan mengganggu pelepasan O2 dari Hb untuk pemanfaatannya
dalam jaringan. Melalui mekanisme yang sama, karbon monoksida
menyebabkan O2 dalam sel otot menurun dengan mengikat, dan
menggusur O2 dari mioglobin. Meskipun semua
jaringan rentan terhadap karbon monoksida akibat cedera
hipoksia, organ-organ yang memiliki kebutuhan tertinggi pada O2 sangat
rentan, termasuk otak dan jantung.

Toksikokinetik
Inhalasi karbon monoksida cepat dan ekstensif diserap ke dalam
darah lalu didistribusikan ke seluruh tubuh . Distribusi karbon monoksida
dalam tubuh sebagian besar menunjukkan ikatan antara karbon monoksida
dan protein heme (misalnya : Hb, mioglobin). Pengukuran total
konsentrasi karbon monoksida dalam jaringan yang diperoleh dari otopsi
manusia menunjukkan konsentrasi tertinggi dalam darah, limpa, paru-paru,
ginjal, dan otot rangka, dengan tingkat tinggi terdeteksi juga di otak dan
jaringan adiposa. Namun, seperti disebutkan sebelumnya , karena
permintaan O2 di otak lebih tinggi daripada jaringan lain, otak adalah
organ yang paling sensitif terhadap efek karbon monoksida. Konsentrasi
yang lebih tinggi dari karbon monoksida dalam darah, jantung, otot
rangka, dan limpa menunjukkan kelimpahan karbon monoksida utama
yang mengikat protein dalam jaringan. Dalam darah, karbon monoksida
cepat terdistribusi ke eritrosit, kemudian akan membentuk kompleks
dengan Hb (COHb). Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan
dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin
sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Hal ini disebabkan karbon
monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga
dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu
fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan
jantung. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung
terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan gangguan pada sistem
saraf. Karbon monoksida yang terikat dalam otot membentuk kompleks
dengan mioglobin (COMb). Karbon monoksida dalam sistem maternal
terdistribusi ke jaringan janin dimana CO akan mengikat Hb janin dan
protein heme lainnya . Konsentrasi COHb darah janin steady-state sekitar
10-15 % lebih tinggi dari darah ibu (rasio maternal janin / = 1,1-1,15) dan
kinetika eliminasi COHb pada janin lebih lambat dari darah ibu.
Karbon monoksida yang terserap dieliminasi dari tubuh lewat
pernafasan dan metabolisme oksidatif. Metabolisme oksidatif karbon
monoksida telah diperkirakan menjadi fraksi yang relatif kecil ( < 10 % )
dari eliminasi endogen karbon monoksida. Dalam kondisi tertentu, rute
dominan dalam eliminasi karbon monoksida adalah pernafasan. Penurunan
% COHb setelah penghentian suatu paparan karbon monoksida setidaknya
melewati dua fase kinetik. Fase cepat dianggap menunjukkan kombinasi
antara ekshalasi karbon monoksida dan distribusi karbon monoksida
darah ke jaringan yang lambat setelah penghentian paparan. Eliminasi
karbon monoksida paruh waktu pertama meningkat dengan usia,
dengan peningkatan paling menonjol terjadi dari usia 2 sampai 20 tahun
dan sekitar 6 % lebih lama pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Olahraga menurunkan eliminasi karbon monoksida babak pertama,
meskipun latihan dan peningkatan respirasi akan menyebabkan
peningkatan paparan CO, itu jika CO masih terdapat di lingkungan.

E. Penilaian Biologis dan Lingkungan


a. Penilaian Lingkungan
Untuk memeriksa kadar yang berbahaya sebelum memasuki
daerah terpajan, dengan mempergunakan tabung-tabung deteksi.
Sampel-sampel wilayah yang diduga terpajan digunakan pemeriksaan
dengan metode analitik, misalnya absorsi inframerah dan kromatografi
gas. Alat pembaca langsung dapat memberikan pembacaan kadar
puncak dan kadar rata-rata secara terus menerus. Hubungan antara
kadar CO di udara dengan COHb dalam darah dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
Hubungan Antara Kadar CO Udara dengan COHb
Konsentrasi CO di Konsentrasi
udara (ppm) COHb dalam
darah
10 1
20 3,7
30 5,3
50 8,5
70 11,7
Sumber : Stoker & Seager (Djunaedi, 2002)
b. Penilaian Biologis
Penilaian biologis dilakukan dengan dua metode biologis untuk
menetapkan pajanan dengan cara mengukur :
1. Kadar karbosihemoglobin dalam darah vena dengan pemeriksaan
menggunakan metode spektrofotometri.
2. Kadar karbon monoksida dalam udara ekspesi.

F. Pencegahan Paparan Karbonmonoksida


Langkah-langkah Mengurangi Resiko Paparan Carbon Monoksida :
1. Mengurangi tingkat udara karbon monoksida dalam ruangan:
 Tingkat paling berbahaya karbon monoksida biasanya terjadi di
udara dalam ruangan. Tingkat tinggi terjadi sebagai akibat dari
tidak terpasang dengan benar atau unvented peralatan yang
membakar gas alam , minyak tanah , atau bahan bakar lainnya. Ini
termasuk kompor , tungku , pemanas , dan generator . Pastikan
bahwa semua peralatan anda terpasang dengan benar dan
perawatan berkala dilakukan oleh teknisi profesional. Selalu ikuti
rekomendasi pabrikan mengenai cara menginstal dan menggunakan
perangkat tersebut .
 Membuat pemanas pembakaran kayu tertentu dan perapian yang
vented benar.
 Jangan pernah menggunakan generator bertenaga gas atau
membakar arang di dalam ruangan, karena hal ini dapat dengan
cepat menyebabkan tingkat berbahaya karbon monoksida di rumah.
 Jangan gunakan pemanas portabel propana lebih tua dalam
pengaturan ruangan tertutup, termasuk berkemah dan tenda, karena
dapat membangun tingkat bahaya karbon monoksida. Carilah
pemanas portabel yang mengandung sensor deplesi oksigen
( ODS ) dan lebih aman untuk digunakan saat berkemah . Jika
kadar oksigen mulai turun, sensor mati secara otomatis pemanas
sebelum dapat menghasilkan tingkat berbahaya karbon monoksida.
Pemanas generasi yang lebih tua tanpa ODS dimaksudkan untuk
penggunaan di luar saja dan tidak boleh digunakan di dalam
ruangan .
 Periksa sistem AC mobil saudara untuk memeriksa kebocoran yang
mungkin terjadi.
 Jangan nyalakan mobil di dalam garasi yang tertutup rapat.

2. Hindari asap tembakau


Mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida dengan
menghindari asap dari rokok dan cerutu sejak asap mengandung karbon
monoksida.
3. Mengurangi eksposur luar ruangan karbon monoksida
Mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida di luar ruangan
dengan menghindari berlari atau berolahraga di dekat jalan raya yang
sibuk.
4. Instal detektor karbon monoksida di rumah Anda
Detektor karbon monoksida dapat dibeli di renovasi rumah atau
toko hardware. Penting untuk memahami bahwa sebagian besar
detektor asap tidak mendeteksi karbon monoksida, sehingga Anda harus
menginstal detektor karbon monoksida di rumah Anda serta detektor
asap.

Anda mungkin juga menyukai