Anda di halaman 1dari 15

BAKTERIOLOGI II

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan

DISUSUN OLEH :
NURUL AMALIAH (P27903219013)
KELAS : REGULER KARYAWAN TINGKAT 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
JURUSAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran nafas bisa terjadi pada saluran nafas bagian atas,
misalnya : epiglottitis, laryngitis, laringo-epiglottitis, trakheaitis, dan pada
saluran nafas bagian bawah, misalnya bronchitis, bronchopneumonia,
pneumonia, pneumonitis, yang penyebabnya oleh bakteri virus maupun
fungi. Bakteri yang banyak menjadi penyebab infeksi saluran nafas, termasuk
basil-basil negative-gram Klebsiella pneumoniae, Escherechia coli,
pseudomonas spp, proteus spp, Haemophilus influenza, bordetella pertussies,
kokkus piogenik, yaitu staphylococcus aureus, neisseria
meningitides. Disamping itu juga corynebscterium diphtheriae dan salmonella
typhosa. Di Indonesia penyebab yang banyak ditemukan adalah
Mycobacterium tuberculosa.
Infeksi saluran nafas juga disebabkan oleh beberapa bakteri yang masih
kurang diisolasi di Indonesia, mungkin karena metode isolasi/diagnose yang
belum sempurna, misalnya Legionella pneumophila, Mycoplasma
Pneumoniae, Chlamydia psittaci, Chlamydia pneumoniae dan rickettsia.
Penularan infeksi saluran nafas bias secara eksogen, melalui udara, dan
bisa secara endogen yaitu secara hemotogen, atau limfogen dari focus
infeksi di tempat lain.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa saja bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan?
2 Bagaimana karakteristik bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan?
3 Apa saja penyakit yang disebabkan oleh bakteri penyebab infeksi saluran
pernafasan?
4 Bagaimana cara diagnosa penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan.
2. Mengetahui karakteristik bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan.
3. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh bakteri penyebab infeksi
saluran pernafasan.
4. Mengetahui cara diagnosa penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Saluran Pernafasan


Penyakit saluran pernafasan adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga
kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di
sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2002).
Faktor-faktor predesposisi terjadinya infeksi saluran nafas antara lain :
1) Faktor usia, dimana anak kecil dan orang tua lebih mudah menderita infeksi
saluran nafas
2) Gangguan pertahanan tubuh, misalnya pada orang - orang dengan sistim
imun yang tertekan atau pertahanan tubuh menurun
3) Gangguan pada sekresi saluran nafas, misalnya pada sekresi sel epitel
saluran nafas yang berlebih, misalnya pada penderita asma bronkhiale, atau
adanya hambatan pengeluaran secret saluran nafas, misalnya bronkhoektasi
4) Orang-orang alkoholik dan pemakai obat terlarang.

2.2 Mikroba Normal di Saluran Nafas


a. Streptococcus beta-hemolyticus Non e. Branhamella catarrhalis
group A. f. H. influenzae
b. Streptococcus alpha-hemolyticus g. S. aureus dg coagulase neg.
c. Streptococcus gamma-hemolyticus h. Streptococcus pneumoniae
d. Neisseria meningitidis i. Coliform bacilli

2.3 Mikroba Potential Pathogen di Saluran Nafas


a. Streptococcus beta- e. Neisseria meningitidis
hemolyticus group A & B. f. Branhamella catarrhalis
b. Streptococcus pneumoniae g. K. pneumoniae dan Coliform
c. H. influenzae bacilli lain
d. Neisseria gonorrhoeae
h. Bordetella pertussis dan k. Legionella spp.
bordetella parapertussis l. M. tuberculosis
i. Pseudomonas aeruginosa. m. Bakteri anaerob: bacteroides
j. Chlamydia trachomatis spp., Fusobacterium spp.

1. Mycobacterium tuberculosis
Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri gram positif,
berbentuk batang, berukuran lebih kecil dibandingkan bakteri lainnya. M.
tuberculosis dibedakan dari sebagian besar bakteri lainnya karena bersifat
patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit hewan dan manusia.
Pertumbuhan M.tuberculosis relatif lambat dibandingkan bakteri lainnya.
M. tuberculosis tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin.
Bagian selubung M. Tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus
terhadap proses mikobakterisidal sel hospes. M.tuberculosis juga mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), Aerob obligat, dan kuman ini
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.
Media perbenihan : Medium Lowenstein Jensen (LJ), medium Middlebrook
7H9 / 7H1, medium Ogawa, medium Kudoh
Bentuk koloni dan bentuk M. tuberculosis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a) Bentuk koloni M. tuberculosis,(b) Bentuk bakteri M.


tuberculosis
Sumber: Jurnal Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi
Micobacterium Tuberculosis, 2013
Penyakit infeksi saluran pernafasan yang umum disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yaitu Tuberkulosis (TB).

Tuberkulosis (TB)
Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit paru-paru yang menyebar
melalui udara, seperti flu biasa. Menular ketika seseorang bersin, batuk atau
bahkan berbicara, kuman TB dikenal sebagai basil masukkan udara. Kuman
ini dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening,
karena itulah TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-
paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi
bakteri ini adalah paru-paru.
Saat M. tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular / bulat (Gambar 1a.).
Gejala sistemik TB yaitu demam, kehilangan berat badan, berkeringat di
malam hari serta malaise. Sedangkan gejala pernapasan berupa batuk (lebih
dari 2-3 minggu), hemoptisis, nyeri dada dan dispenia. Cara pemeriksaan
yaitu pemeriksaan radiologi, Uji tuberkulin (Mantoux test) dan Pemeriksaan
kultur. Terapi kasus dini menggunakan kombinasi 4 jenis obat (rifampisin,
isoniazid, ethambutol, pirazinamid atau streptomisin)

Gambar 1.1 Penderita Tuberkulosis


Sumber: https://mediskus.com/penyakit/penyakit-tbc-gejala-penyebab-
pengobatan
2. Mycoplasma pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae adalah kuman patogen pada saluran nafas
yang dapat menyebabkan infeksi yang bervariasi derajat keparahannya
mulai dari infeksi saluran atas ringan sampai terjadinya pneumonia atipik
yang berat. Mycolasma pneumoniae merupakan organisme gram negatif dan
tidak membutuhkan sel inang untuk bereplikasi.
Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang tidak memiliki
dinding sel yang kaku karena tidak terdapatnya lapisan murein. Bakteri ini
dapat berubah menjadi berbagai bentuk, bentuk dasar yang paling sering
adalah coccoid dengan diameter 0,3-0,5 μm kadang-kadang berbentuk
panjang seperti filamen jamur. Bentuknya yang lentur memudahkan kuman
ini melewati filter pada sel pejamu yang biasanya dapat menahan bakteri
lain untuk melekat pada sel pejamu. Sifat dari bakteri ini yaitu anaerob
fakultatif dan bersifat sangat pleomorf
Mycoplasma paling baik diamati dengan menggunakan fase kontras
atau dengan mikroskop lapangan gelap. Penggunaan pewarnaan pada
kuman ini menyebabkan mereka mudah hancur. Patogen ini dapat dibiakan
dengan menggunakan media agar khusus dengan tekanan osmotik yang
tinggi. Setelah dua sampai delapan hari akan tampak koloni kecil
menyerupai butiran telur berwarna cerah di bagian dalam agar, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. (a) M.pneumoniae dengan menggunakan mikroskop


elektron lapangan gelap. (b) koloni M.pneumoniae pada media agar nutrisi
isotonik
Sumber: Jurnal Pneumonia Atipik Akibat Mycoplasma Pneumoniae, 2015
Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma pneumoniae yaitu pneumoniae.

Pneumonia mikoplasma
Pneumonia mikoplasma umumnya merupakan penyakit yang ringan.
spektrum klinis infeksi M.pneumoniae berkisar dari infeksi asimtomatik
hingga pneumonitis berat, yang kadang-kadang disertai keterlibatan sistem
syaraf dan hematologi (contoh,anemia hemolitik) serta berbagai jenis lesi
kulit.
Infeksi ditularkan melalui udara dari orang ke orang, transmisi kuman
melalui droplet nuclei atau karena kontak yang erat. Mycoplasma dapat
menyebar dengan cepat kepada orang-orang yang berada di sekitar
penderita, misalnya dalam keluarga, di sekolah atau tempat kerja.
Masa inkubasi bervariasi dari 1 hingga 3 minggu. Awitan penyakit
biasanya perlahan-lahan, ditandai dengan kelelahan, demam, nyeri kepala,
nyeri tenggorok, dan batuk. Pada awalnya, batuk bersifat nonproduktif,
tetapi terkadang bersifat hilang timbul. Pada perkembangan selanjutnya,
mungkin terdapat sputum bernoda darah dan nyeri dada. Cara pemeriksaan
yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan apus
tenggorokan. Terapi : tetracycline atau erythromycin

Gambar 2.1 Penderita Pneumonia Mikoplasma


Sumber: http://paru-medis.blogspot.co.id/2012/10/pneumonia.html
3. Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri gram positif,
bersifat aerob, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini
berbentuk basil seperti palu (pembesaran pada salah satu atau kedua ujung)
dengan diameter 0,5 - 1 μm dan panjang 3 – 4 μm, seperti yang terlihat pada
Gambar 3. Di dalam batang (sering kali dekat kutubnya) terdapat granula
yang tersebar tidak teratur yang terwarna penuh pewarna anilin (granula
metakromatis) dan memberikan gambaran bermanik-manik. Ada 4 biotipe
C.diphtheriae,yaitu: gravis, mitis, intermedius dan belfanti. Varian-varian
ini telah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, seperti
morfologi koloni, reaksi biokimia, dan tingkat keparahan penyakit yang
ditimbulkan oleh infeksinya. Media perbenihannya yaitu Loeffler’s
medium / Pai medium.

Gambar 3. Corynebacterium diphtheriae dari medium pai yang


diwarnai dengan biru metilen. Beberapa bakteri mempunyai ujung
membengkak
Sumber: Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, 2013

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yaitu difteri.

Difteri
Patogen genus Corynebacterium pada manusia yang utama adalah C.
diphtheriae, agen penyebab difteri saluran napas. Penyakit ini biasanya
menyerang saluran nafas atas. Difteri mudah menular melalui udara dengan
masa inkubasi antara 1 – 10 (tersering 2-5) hari. Kelompok risiko tinggi
adalah anak-anak dan orang lanjut usia. Gejala yang ditimbulkan yaitu
demam, malaise, pseudomembrane di tonsil dan tenggorok atau di hidung,
paralisis, gagal jantung dan ginjal.
Faktor virulensi utama C. diphtheriae adalah toksigenisitas
(kemampuan memproduksi toksin) bakteri. Toksin menimbulkan
peradangan dan destruksi epitel pada daerah yang terinfeksi, akibatnya akan
terjadi nekrosis jaringan dan terbentuk membran palsu (pseudomembran).
Pseudomembran diikuti dengan terjadinya edema jaringan mukosa
dibawahnya. Inilah yang sering menyebabkan terjadinya obstruksi saluran
nafas. Selanjutnya toksin akan menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan
degenerasi dan nekrosis terutama pada jantung dan sel saraf. Kematian
biasanya disebabkan gagal jantung dan gangguan pernafasan. Cara
pemeriksaan yaitu pemeriksaan kultur. Terapi : antitoksin; erythromycin
untuk mencegah transmisi

Gambar 3.1 Penderita Difteri


Sumber: http://nurfaizatul78.blogspot.co.id/2016/02/difteri.html

4. Streptococcus Pneumoniae
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram positif berbentuk bulat
telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek.
Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak
(runcing tumpul), tidak membentuk spora dan tidak bergerak tetapi galur
yang ganas berkapsul, menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan
terlisis oleh garam empedu dan deterjen.
Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran
pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia,
sinusitis, otitis, bronchitis,bakteremia, meningitis, dan proses infeksi
lainnya.
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) membentuk koloni bulat
kecil,mula-mula berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di tengah-
tengahnyadengan pinggiran yang meninggi dan α-hemolisis pada agar
darah. Pertumbuhan bakteri ditinggikan dengan 5-10% CO2. Energi yang
diperoleh kebanyakan dari peragian glukosa yang diikuti oleh pembentukan
asam laktat yang cepat, yang membatasi pertumbuhan.

Gambar 4. Streptococcus pneumoniae


Sumber: Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, 2013

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae yaitu pneumonia pneumokokus.

Pneumonia Pneumokokus
Pneumonia Pneumokokus adalah suatu infeksi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Pneumokokus menyebabkan
penyakit melalui kemampuan mereka memperbanyak diri di jaringan.
Infeksi pneumokokus menyebabkan aliran hebat cairan edema fibrinosa
kedalam alveoli, di ikuti masuknya eritrosit dan leukosit yang menyebabkan
konsolidasi bagian-bagian paru.
Awitan pneumonia pneumokokus umumnya mendadak, di tandai
dengan demam, menggigil, dan nyeri pleura yang tajam. Sputum serupa
dengan eksudat alveolar, berwarna khas seperti darah atau karat. Masa
inkubasi 1-3 hari. Pada awal perjalanan penyakit, saat demam tinggi,
bakteremia timbul pada 10-20% kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit
biasanya segera berakhir jika obat diberikan secara dini, pembentukan
konsolidasi akan di cegah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Terapi : penicillin, erythromycin, dan lainnya.

Gambar 4.1 Penderita Pneumonia Pneumokokus


Sumber: https://www.voaindonesia.com/a/who-rekomendasikan-anak-
anak-pen-134203528/100957.html

5. Bordetella pertussis
Bordetella pertussis merupakan patogen penting dan sangat menular
pada manusia, menyebabkan batuk rejan (pertusis). Organisme tersebut
adalah kokobasil gram-negatif kecil menyerupai H. Influenzae. Dengan
pewarnaan toluidin biru, granula metakromatis bipolar dapat diperlihatkan.
Terdapat sebuah kapsul. Organisme ini bersifat aerob obligat dan
membentuk asam, tetapi bukan gas dari glukosa dan laktosa. Hemolisis
medium yang mengandung darah berhubungan dengan B. Pertussis virulen.

Gambar 5. Bordetella pertussis


Sumber : Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20, 1996
Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis yaitu Batuk rejan (pertusis).

Batuk rejan (pertusis)


Batuk rejan adalah salah satu jenis batuk yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis, yang penularannya dapat disebarkan melalui udara
ketika ada penderita, yaitu melalui percikan ludah dari pasien yang terkena
penyakit lalu dihirup orang yang sehat dan kekebalan tubuhnya rendah.
Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Bakteri menginfeksi
lapisan tenggorokan, trakea dan saluran udara sehingga pembentukan lendir
semakin banyak. Pada awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental
dan lengket.
Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang rentan menyerang
siapapun terutama anak-anak. Tak jarang, pertusis mampu menimbulkan
kematian akibat gagal napas yang diakibatkannya. Pertusis juga mampu
menghambat proses tumbuh kembang anak. Cara pemeriksaan yaitu apus
nasofaring, test serologis, kultur dan ELISA. Terapi : Erythromycin - efektif
bila diberikan sebelum mulai batuk dengan spasm, mengeliminasi
Bordetella pertussis

Gambar 5.1 Penderita pertussis


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Batuk_rejan
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit saluran pernafasan adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura
(Depkes, 2002).
Infeksi saluran nafas bisa terjadi pada saluran nafas bagian atas,
misalnya : epiglottitis, laryngitis, laringo-epiglottitis, trakheaitis, dan
pada saluran nafas bagian bawah, misalnya bronchitis,
bronchopneumonia, pneumonia, pneumonitis, yang penyebabnya oleh
bakteri virus maupun fungi. Bakteri yang banyak menjadi penyebab
infeksi saluran nafas, termasuk basil-basil negative-gram Klebsiella
pneumoniae, Escherechia coli, pseudomonas spp, proteus spp,
Haemophilus influenza, bordetella pertussies, kokkus piogenik, yaitu
staphylococcus aureus, neisseria meningitides. Disamping itu juga
corynebscterium diphtheriae dan salmonella typhosa. Di Indonesia
penyebab yang banyak ditemukan adalah Mycobacterium tuberculosa.
DAFTAR PUSTAKA

Geo F. Brook, . 2013. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25 Jawetz, Melnick &


Adelberg. Jakarta : EGC
Kaihena, Martha. 2013. Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi
Micobacterium Tuberculosis. Prosiding FMIPA. Universitas Pattimura,
Ambon, hal. 69-80
Prijanto, Muljati. 2002. Vaksin Haemophilus Influenza Tipe b untuk Pencegahan
Meningitis dan Pneumonia. Vol 12, No. 1, hal. 42-44
Sunarno, Kambang Sariadji, Wibowo HA, dan Olly Arif. 2013. Potensi Gen dtx
dan dtxr Sebagai Marker untuk Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas
Corynebacterium Diphtheriae. Jakarta : J. Kesehatan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Vol. 41, No. 1, hlm.1-10
Wijaya Dewi, Handayani Diah, Cahyarini, Taufik F.F. 2015. Pneumonia Atipik
Akibat Mycoplasma Pneumoniae. Jakarta : J. Res Ind. Vol. 35, No. 2, hlm.124-
134

Anda mungkin juga menyukai