Anda di halaman 1dari 8

TM 2

FILM RADIOGRAFI

FUNGSI FILM

Pencatat bayangan sehingga gambaran yang kita inginkan dapat dilihat melalui film

Bahan utama emulsi

Ukuran yang digunakan :

18 cm x 24 cm

24 cm x 30 cm

30 cm x 40 cm

35 cm x 35 cm

35 cm x 43 cm

BAGIAN-BAGIAN FILM

SUPERCOAT ( 2 – 5 μ )

Merupakan lapisan pelindung yang biasa disebut lapisan anti abrasive.

Berfungsi menahan debu dan kotoran, menjaga film agar tidak mudah tergores dan
lengket

Terbuat dari gelatin murni dengan kecenderungan keras dan permukaan mengkilap

Selama prosesing, penembusan oleh cairan kimia akan diperlambat oleh lapisan ini, hal
inilah yang menjadikan lapisan ini bersifat anti static

BAGIAN-BAGIAN FILM

EMULSI ( 2 – 5 μ )

Merupakan lapisan yang paling sensitif terhadap radiasi dan foton sinar atau cahaya

Berfungsi untuk mencatat gambar

Terbuat dari : AgBr, AgI dan AgCl, bahan tersebut dicampur dengan gelatin murni

Emulsi diletakkan antara supercoat dan adhesive untuk memberi perlindungan pada
emulsi.
BAGIAN-BAGIAN FILM

Gelatin yang baik harus memenuhi syarat :

• Mempunyai daya ikat yang baik terhadap butir-butir perak halida, apabila dipanaskan
bersenyawa secara merata dan bila didinginkan akan mengeras kembali

• Tidak memberi pengaruh terhadap perak halida

• Menambah sensitivitas film

• Mudah mengembang dan memberi kesempatan zat lain ikut bereaksi

• Pada suhu tertentu akan mudah bersenyawa secara merata dan pada suhu dingin akan
mudah mengeras lagi

• Lapisan ini sangat mudah rusak oleh cairan kimia, pergerakan mekanik atau
pemanasan.

BAGIAN-BAGIAN FILM

ADHESIVE atau lapisan perekat

Lapisan ini juga disebut subbing layer

Berfungsi untuk melekatkan emulsi film dengan film base dan untuk mencegah adanya
gelembung udara, atau perubahan bentuk ketika film dimasukkan dalam cairan pengolah
film

Bahan terbuat dari selulosa ester + gelatin + aseton

FILM BASE ( 150 – 250 μ )

Dahulu terbuat dari : kaca, selulosa nitrat (mudah terbakar)

Terbuat dari bahan plastik transparan (polyester/selulosa triasetat)

Bersifat flexible (mudah dalam handling dan memberi kontak yang baik antara film-
screen), kuat (tidak mudah robek), Stable (tidak mudah terpengaruh panas)
BAGIAN-BAGIAN FILM

ANTI HALATION BACKING

Pada saat film double emulsi terkena cahaya, cahaya memantul pada film base dan
mengenai emulsi pada sisi sebelahnya.

Cahay yang melewati bagian belakang emulsi akan menghasilkan gambaran kabut
disekitar gambaran yang terbentuk.

Untuk menghilangkan efek ini maka ditambahkan dibelakang film base anti halation
yang bekerja menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemanulan.

Anti halation tidak terdapat pada film single emulsi.

Total ketebalan film sekitar 175 – 300 μ atau 0,007 – 0,012 inci

BERDASARKAN STRUKTUR FILM

DOUBLE EMULSI film radiografi yang memiliki dua emulsi yaitu pada bagian depan
dan belakang

SINGLE EMULSI film radiografi yang hanya memiliki satu emulsi saja

Contohnya : film dental & mamografi

Mamografi

Single emulsi + kaset non screen

Single emulsi + kaset dengan single screen

Double Emulsi / Emulsi Ganda

Kelebihan

• Dapat digunakan bolak-balik

• Sensitivitas meningkat

• Faktor eksposinya rendah

• Waktunya lebih singkat

• Meminimalis pergerakan pasien

• Dosis radiasinya relatif lebih rendah

• Kontras bayangannya lebih tinggi

Single Emulsi / Emulsi di satu sisi


Kelebihan

• Cairan tidak mudah lemah

KECEPATAN FILM

Kecepatan dalam merespon cahaya tampak atau sinar-X dan mengubahnya menjadi bayangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis emulsi, besar, kecil atau sedangnya
butiran emulsi serta ketebalan emulsi

Definisi kecepatan film sinar-X menurut ANSI (American National Standards Institude)
adalah eksposi yang dibutuhkan oleh suatu film untuk mencapai nilai net density sebesar
1.

TINGKAT RESPON KECEPATAN FILM terhadap cahaya tampak atau sinar-X

KECEPATAN FILM RENDAH (Low Speed Film)

Responnya lambat menangkap cahaya atau sinar-X untuk kemudian mengubahnya


menjadi bayangan.

Emulsi dari film jenis ini mempunyai butiran yang kecil namun jumlahnya sangat
banyak.

Film jenis ini mempunyai detail gambaran yang tinggi namun kontrasnya rendah.

Film ini sangat cocok digunakan untuk pemeriksaan yang membutuhkan detail tinggi
misalnya pemeriksaan mamografi

TINGKAT RESPON KECEPATAN FILM terhadap cahaya tampak atau sinar-X

KECEPATAN FILM SEDANG (Medium Speed Film)

Respon dalam menangkap cahaya atau sinar-X sedang artinya tidak lambat dan tidak
juga cepat

Emulsi dari jenis film ini mempunyai butiran yang sedang.

Film jenis ini mempunyai detail dan kontras yang rata-rata.

Film jenis ini digunakan hampir semua pemeriksaan karena sifatnya yang bisa
memberikan gambaran secara rata-rata.
1

TINGKAT RESPON KECEPATAN FILM terhadap cahaya tampak atau sinar-X

KECEPATAN FILM CEPAT (High Speed Film)

Respon dalam menangkap cahaya atau sinar-X cepat.

Emulsi dari film jenis ini butirannya besar namun jumlahnya sedikit.

Film jenis ini mempunyai detail yang rendah namun kontrasnya tinggi.

Film jenis ini cocok untuk pemeriksaan yang membutuhkan kontras tinggi, misalnya Os
Femur

RESPON EMULSI
terhadap SPECTRUM CAHAYA

KUANTITAS CAHAYA

Jumlah cahaya yang mengenai emulsi film

Semakin banyak cahaya yang mengenai film, maka semakin tinggi derajat kehitamannya
(densitasnya)

KUALITAS CAHAYA

Intensitas cahaya yang mengenai emulsi film

Semakin tinggi intensitas dari spectrum cahaya yang mengenai emulsi film, maka akan
semakin tinggi densitasnya

RESPON EMULSI
terhadap SPECTRUM CAHAYA

Spectrum cahaya dapat diuraikan menurut warna dan panjang gelombangnya yaitu :

- Merah : 650-760 nm

- Jingga : 600-650 nm

- Kuning : 560-600 nm

- Hijau : 500-560 nm
- Biru : 470-500 nm

- Nila : 440-470 nm

- Ungu : 400-440 nm

Semakin pendek panjang gelombangnya, maka semakin tinggi intensitasnya yang berakibat
semakin tinggi daya tembusnya. Warna merah mempunyai panjang gelombang paling
tinggi, sehingga intensitas warna merah adalah yang terkecil dari semua warna. Hal ini
menjadi alasan mengapa warna merah digunakan sebagai safe light atau lampu
pengaman kamar gelap

JENIS FILM
berdasarkan SCREEN FILM

JENIS FILM SCREEN FILM

Film jenis ini akan menghasilkan gambaran yang sangat baik apabila digunakan dengan
menggunakan kaset yang mempunyai intensifying screen (IS).

Penggunaan IS akan membuat pemakaian sinar-X menjadi lebih sedikit.

Fungsi IS adalah merubah sinar-X menjadi cahaya tampak

Film jenis ini mempunyai emulsi film yang lebih tipis, lebih banyak diproduksi karena
banyak digunakan dan harganya relatif lebih murah.

Radiasi yang diterima pasien relatif lebih sedikit dibandingkan yang menggunakan non
screen.

JENIS FILM
berdasarkan SCREEN FILM

JENIS FILM NON SCREEN FILM

Film jenis ini dalam pembentukan gambarannya tidak menggunakan IS, gambaran yang
dihasilkan murni dari sinar-X

Film jenis ini hanya untuk pemeriksaan tertentu misalnya dental radiography, mamografi

Emulsi film lbih tebal agar semua sinar-X yang mengenai film bisa banyak yang menjadi
gambaran.

Penggunaan sinar-X lebih banyak sehingga dosis radiasi yang diterima pasien juga lebih
banyak.

Keunggulannya dari segi detail dan ketajamannya lebih baik, hal ini karena dihasilkan
dibentuk oleh sinar-X.
Sinar-X yang membentuk gambaran tersebut berupa foton, dimana foton sinar-X dengan
foton cahaya tampak ukurannya jauh lebih kecil foton sinar_x.

Jenis film berdasarkan kepekaan terhadap macam warna pencahayaan

Panchromatic Film

Film jenis ini peka terhadap semua warna, biasanya digunakan dalam bidang fotografi.

Monochromatic Film

Film jenis ini peka terhadap satu jenis warna cahaya, misalnya warna biru. Film jenis ini
dikenal dengan film blue sensitive.

Ortochromatic Film

Film jenis ini peka terhadap warna hijau sampai violet. Film jenis ini dikenal dengan film
green sensitive.

Film berdasarkan sensitivitasnya

Blue Sensitive

• Sensitif terhadap warna biru

• Faktor Eksposi lebih tinggi

• Dosis radiasi lebih tinggi

• Beban pesawat lebih tinggi

• Lebih murah

Film berdasarkan sensitivitasnya

Green Sensitive

• Sensitif terhadap warna hijau

• Faktor Eksposi lebih rendah

• Dosis radiasi lebih rendah

• Beban pesawat lebih rendah

• Lebih mahal

REFERENSI

Nova Rahman, Radiofotografi, Penerbit Universitas Baiturrahman, 2009


Drs. Win Priantoro, BSc; Drs. Suhartono BP., DFM; H. Abdul Gamal S., SKM. MKKK,
Radiofotografi I, Poltekes Jakarta II, 2011

Anda mungkin juga menyukai