BAB I Dan BAB II
BAB I Dan BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa tingkat akhir merupakan mahasiswa yang sedang dalam tahap
penyusunan tugas akhir atau skripsi yang menjadi syarat kelulusan serta
ketentuan guna memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang pendidikan strata 1
atau S1. Skripsi adalah karya ilmiah yang membahas topik atau bidang
tertentu berdasarkan hasil kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil
penelitian lapangan, atau hasil pengembangan eksperimen (Huda, 2011).
Proses penggarapan skripsi yang banyak memakan tenaga, waktu, dan biaya
bahkan menguras emosi merupakan stressor utama bagi mahasiswa tingkat
akhir. Belum lagi ancaman DO yang menekan mahasiswa untuk dapat segera
menyelesaikan studinya sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Tekanan-
tekanan ini dapat berujung kepada timbulnya kecemasan yakni suatu reaksi
ketidaknyamanan berupa rasa khawatir, terkejut, keprihatinan dan ketakutan
yang muncul pada saat seseorang menghadapi kesulitan dan menganggap
sesuatu yang buruk akan terjadi, sehingga muncul gejala-gejala fisiologis
seperti jantung berdebar, napas cepat dan berkeringat (Siregar, 2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada mahasiswa
semester akhir dalam menyusun skripsi, salah satunya ialah keaktifan peran
dosen pembimbing dalam membantu penyelesaian tugas akhir (Kusnendar
dkk, 2013). Faktor teman sebaya juga mengambil peran penting dalam
penyelesaian skripsi dimana semakin baik dan positif pergaulan maka semakin
rendah tingkat kecemasan. Minimnya ketersediaan buku serta bahan literatur
juga berhubungan dengan peningkatan kecemasan mahasiswa dalam
menggarap skripsi (Alafgani, 2013). Kurang memadainya fasilitas pelengkap
seperti laptop dan printer juga sangat berpengaruh terhadap kecemasan
mahasiswa tingkat akhir (Malfasari dkk, 2018).
Kecemasan yang berlebihan akan memberikan dampak negatif karena
menghambat kelancaran proses pengerjaan skripsi, memperpanjang masa
kuliah serta beban biaya kuliah tetap harus dibayarkan. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi untuk mengelola dan mengendalikan kecemasan
mahasiswa, salah satunya dengan cara mencari pegangan hidup yang hakiki
yakni agama. Agama menawarkan jalan bagi manusia untuk mencapai rasa
aman, rasa tidak takut atau cemas menghadapi persoalan hidup (Djuwarijah,
2005). Jung dalam teorinya mengemukakan bahwa jelas terdapat fakta-fakta
psikis yang dapat ditafsirkan sebagai kebutuhan religius, dan terdapat
hubungan antara kecemasan dan agama (Jung dalam Santoso, 2020). Jesild
(dalam Subandi, 1998) menyebutkan bahwa agama memberikan kepastian dan
memperkuat rasa percaya diri, meningkatkan rasa aman dan menghindarkan
dari perasaan khawatir ataupun kepanikan pada mahasiswa.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian oleh Harris, dkk yang menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara religiutas dan kecemasan
pada mahasiswa (Haris dkk, 2002). Begitu pula dengan hasil penelitian
Kusumawardani (2015) yang menemukan ada hubungan yang signifikan
antara antara religiusitas dan tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir ilmu
keperawatan dalam menghadapi skripsi. Adapula Zohra dan Irshad (2012)
yang memaparkan bahwa pria dan wanita menderita gangguan kecemasan
umum memiliki tingkat religiusitas yang lebih rendah.
Akan tetapi tidak semua penelitian mendukung dugaan adanya dampak
religiusitas pada kecemasan, misalnya penelitian Spellman dkk, 1971 yang
tidak menemukan korelasi signifikan antara religiusitas dan kecemasan.
Sejalan dengan Kritchmann dan Strous (2011) yang mengemukakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kecemasan serta
depresi.
Hasil studi empiris mengenai keterkaitan antara religiusitas dan kecemasan
yang tidak seragam membuat peneliti tertarik untuk mengkaji ulang mengenai
korelasi konsep religiusitas dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat
akhir Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak. Religiusitas sendiri
merupakan kedalaman keyakinan dan tingkat pengetahuan seseorang
mengenai agamanya yang diwujudkan dengan pengamalan nilai-nilai
keagamaan dengan cara mematuhi aturan dan memenuhi kewajiban dengan
seikhlas hati (Amna, 2015).
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi pada
umumnya mengalami kecemasan yang menghambat produktivitas dan
kelancaran pengerjaan
2. Peran dosen pembimbing yang kurang aktif dalam membantu
mahasiswa menyusun skripsi dihubungkan dengan peningkatan
kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir
3. Kurangnya dukungan dari teman sebaya memiliki pengaruh terhadap
tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir
4. Kurangnya ketersediaan buku dan bahan di sekitar juga dapat
meningkatkan kecemasan pada mahasiswa
5. Fasilitas seperti laptop dan printer yang kurang memadai dapat
meningkatkan kecemasan pada mahasiswa
6. Rendahnya tingkat religiusitas pada mahasiswa diduga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa
dalam menyusun skripsi
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada masalah antara
religiusitas dengan kecemasan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa
tingkat akhir Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Pontianak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa tinggikah tingkat religiusitas mahasiswa tingkat akhir
Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Pontianak?
2. Seberapa tinggikah tingkat kecemasan menyusun skripsi
mahasiswa tingkat akhir Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak?
3. Adakah hubungan antara religiusitas dengan kecemasan dalam
menyusun skripsi pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untu:
1. Mengetahui tingkat religiusitas mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak.
2. Mengetahui tingkat kecemasan dalam menyusun skripsi pada
mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak
3. Mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan
menghadapi dunia kerja mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak
F. Manfaat Penelitian
Dalam menysuun penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Adapun manfaat yang
diharapkan adalah:
1. Manfaat Teoritis:
a) Menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai
kecemasan dalam menyusun skripsi yang seringkali dialami
oleh mahasiswa tingkat akhir
b) Mengkaji ulang keterkaitan antara konsep religiusitas dengan
kecemasan khususnya pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Pontianak
c) Memberikan sumbangsi teoritis terhadap upaya
pengembangan Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu
d) Dapat menjadi acuan dan sumber informasi bagi peneliti yang
tertarik untuk meneliti tema terkait
2. Manfaat Praktis
a) Bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memacu mahasiswa tingkat
akhir untuk meningkatkan religiusitasnya sebagai salah satu
opsi untuk mereduksi tingkat kecemasan yang dialami
b) Bagi dosen
Dapat membantu dosen untuk merancang perkuliahan yang
sarat akan nilai keagamaan guna mengurangi tingkat
kecemasan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa tingkat
akhir terutama pada Jurusan Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pontianak
c) Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan
khalayak umum untuk senantiasa memupuk religiusitas
sebagai sarana pengendalian kecemasan dan penyejahteraan
kesehatan mental secara umum
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
A. Religiusitas
a) Pengertian Religiusitas
Secara etimologi, religi berasal dari bahasa Latin “religio” yang
berarti mengikat kembali. Hal ini berarti di dalam religi terkandung
seperangkat aturan-aturan beserta kewajiban-kewajiban yang bersifat
mengikat dan wajib dipenuhi oleh manusia dalam hubungannya
dengan sesama manusia, Alam sekitar dan Tuhan (Driyarkara, 1988).
Sementara itu menurut Mangunwijaya (1988) religiusitas
merupakan aspek personal dari kehidupan beragama, meliputi totalitas
dan rasa kedalaman pribadi dari seseorang. Akan anya dapat dihayati
dari dalam, dan lebih menekankan pada kepasrahan diri dan rasa
hormat kehadirat Tuhan.
Hawari (dalam Ancok, 1995) mendefinisikan religiusitas sebagai
bentuk penghayatan keagamaan atau kedalaman kepercayaan yang
diungkapkan melalui kesediaan untuk menjalankan ibadah sehar-hari-
hari, berdoa dan membaca kitab suci. Religiusitas juga diwujudkan
dalam berbagai sisi kehidupan baik berupa aktivitas jasmaniah yang
dapat dilihat oleh mata, maupun aktivitas yang bersifat roohaniah yang
tidak tampak dan terjadi di dalam hati seseorang.
Adapun pengertian Religiusitas menurut Jalaluddin (2001) ialah
suatu keadaan di dalam diri seorang individu yang mana sesuatu ini
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan tinkgkat
ketaatannya.
Glock dan Stark (Dalam Febrina, 2015) mengartikan religiusitas
sebagai keseluruhan dari fungsi jiwa seseorang termasuk keyakinan,
perasaan, dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan sungguh-
sungguh pada ajaran agamanya dengan mengerjakan lima dimensi
keagamaan yang didalamnya mencakup tata cara ibadah wajib maupun
sunat serta pengalaman dan pengetahuan agama dalam diri individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
religiusitas ialah suatu aspek keagamaan yang bersemayam di dalam
diri seseorang dan melibatkan pengetahuan, keyakinan, penghayatan,
serta pengamalan ajaran-ajaran agama dalam perilaku sehari-hari baik
yang tampak maupun tidak.
b) Dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark terdapat lima dimensi dari religiusitas,antara
lain:
1. Dimensi Ideologi atau keyakinan, Aspek yang berkenaan dengan
doktrin keagamaan hal-hal yang harus dipercayai, misalnya
kepercayaan akan keberadaan Tuhan, Malaikat, kehidupan setelah
kematian, dan lain sebagainya.
2. Dimensi Peribadatan, yakni dimensi keberagamaan yang berkaitan
dengan sejumlah perilaku-perilaku yang telah ditetapkan oleh
ajaran agama contohnya dalam agama Islam berupa perintaj
shalat, puasa zakat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada
hari-hari suci.
3. Dimensi Pengetahuan, mencakup pemahaman dan pengetahuan
individu terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya
4. Dimensi Penghayatan, Berkaitan seberapa jauh dan dalam
menghayati pengalaman dalam peribadatan yang dilakukannya,
misalnya kekhusyuan ketika melakukan shalat
5. Dimensi Pengamalan, Berkenaan dengan penerapan nilai serta
ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu Fetzer (1999) menyatakan bahwa dimensi religiusitas
terdiri dari 12 aspek, yaitu:
b) Jenis-jenis kecemasan
Freud (dalam Suryabrata, 1993) mengkategorikan kecemasan
menjadi beberapa macam, di antaranya:
1. Kecemasan realistis (realistic anxiety) merupakan kecemasan
yang berakar dari ketakutan-ketakutan terhadap ancaman yang
bersifat nyata dan berasal dari dunia luar
2. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), ialah terhadap
hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figure otoritas
apabila menuruti insting yang impulsive, ketakutan akan
mendapat hukuman dalam hal ini bersifat khayalan dan tidak
nyata.
3. Kecemasan moral (moral anxiety), Kecemasan moral adalah
kecemasan yang timbul menyalahi aturan dan melanggar nilai-
nilai moral yang ada
c) Tingkat Kecemasan
Frisch dkk, (1998), mengelompokkan tingkat keparahan kecemasan
menjadi 4, di antaranya:
1) Kecemasan ringan
Merupakan kecemasan yang berkenaan dengan peristiwa
kehidupan sehari-sehari sehingga meningkatkan kewaspadaan
individu. Kecemasan ini dapat memberikan dampak seperti
memotivasi untuk belajar dengan lebih giat. Gejala yang
ditimbulkan dapat berupa kelelahan, mudah marah, kesadaran
tinggi dan meningkatnya motivasi
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang membuat mengalami gangguan yang
mempersempit lapangan persepsi seseorang, mengurangi
kemampuan melihat, mendengar, tidak mampu belajar secara
maksimal, menurunkan, meningkatkan kelelahan, mempercepat
pernapasan dan denyut jantung, serta menurunkan kemampuan
mengingat
3) Kecemasan Berat
Ditandai oleh penurunan lapang persepsi sebab seseorang
hanya akan terfokus pada suatu hal dan mengabaikan hal-hal
lain. Menimbulkan gejala fisik seperti sakit kepala, sering
BAK, pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering kencing,
diare, palpilasi, lahan presepsi menyempit, waktu tidur
terganggu, diare, perasaan bingung, merasa tidak berdaya,
bingung dan terdisorientasi
4) Panik
Kecemasan sudah sampai taraf yang tinggi dimana seseorang
akan merasa ketakutan, dan teror. Individu merasa bahwa ia
sudah kehilangan kendali secara lengkap dan tidak dapat
melakukan apapun. Ditandai dengan kesulitan bernafas, pucat,
berbicara dengan tidak jelas, tidak merespon, bertreriak, hingga
mengalami delusi dan halusinasi yang dapat berujung dengan
kelelahan bahkan kematian.
D. Kerangka Berpikir
Kecemasan mahasiswa dalam menyusun skripsi dapat diakibatkan
oleh berbagai faktor penghambat sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, akan tetapi apapun faktor pencetusnya, sejatinya kecemasan timbul
ketika seseorang merasa kehilangan kendali atas masalah yang
dihadapinya, berpikir bahwa semua hal terasa membingungkan dan tidak
bisa diatasi, serta tidak mampu berpikir jernih untuk menemukan solusi
(Navid, 2005).
Perasaan hilang kendali atas segala sesuatunya berakhir pada tidak
terpenuhinya rasa aman dalam diri individu. Di sinilah Agama memainkan
peran sentral atas pengendalian kecemasan dan sumber rasa aman yang
hakiki (Yusuf, 2002). Hambaly (dalam Sutikno, (2016) mengemukakan
bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kecemasan sebab kedekatan individu dengan sang pencipta mampu
membuat seseorang merasa aman sehingga rasa cemas dapat dihindari.
Menurut Anggunsari and Hendrasih (2011) individu dengan
religiusitas sedang sampai tinggi rata-rata mengalami tingkat kecemasan
sedang sebab mereka cenderung memiliki strategi coping yang efektif
yakni dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berdoa,
beribadah, serta berserah diri pada Tuhan. Shodiq mengatakan bahwa obat
yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Allah SWT.
Sebab sikap ini dapat menghilangkan rasa cemas.
Menurut Jalaludin (2005) agama dapat memberikan kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan
positif ini kemudian dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk
melakukan suatu aktivita, dalam hal ini memantapkan hati mahasiswa dan
mendorongnya untuk melanjutkan proses pengerjaan skripsi hingga selesai
dan memungkinkannya untuk lulus tepat waktu.
Dalam proses penulisan skripsi, mahasiswa dengan tingkat
religiusitas tinggi akan terdorong untuk melaksanakan segala prosesnya
dengan persiapan matang serta diikuti dengan kesiapan untuk menghadapi
rintangan pula, sebab mereka yakin bahwa Allah SWT. akan memberikan
berbagai cobaan dan ujian pada manusia untuk menempa jiwa dan menguji
keteguhan hatinya dalam melakukan pertarungan membela kebenaran
dalam hal ini berjuang untuk menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah
SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 155-156
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan, dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orangorang yang
apabila ditimpa musibah, mereka berkata:"Inna lillahi wa innaa ilahi
Raaji'un”.
Religiusitas Kecemasan