Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa tingkat akhir merupakan mahasiswa yang sedang dalam tahap
penyusunan tugas akhir atau skripsi yang menjadi syarat kelulusan serta
ketentuan guna memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang pendidikan strata 1
atau S1. Skripsi adalah karya ilmiah yang membahas topik atau bidang
tertentu berdasarkan hasil kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil
penelitian lapangan, atau hasil pengembangan eksperimen (Huda, 2011).
Proses penggarapan skripsi yang banyak memakan tenaga, waktu, dan biaya
bahkan menguras emosi merupakan stressor utama bagi mahasiswa tingkat
akhir. Belum lagi ancaman DO yang menekan mahasiswa untuk dapat segera
menyelesaikan studinya sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Tekanan-
tekanan ini dapat berujung kepada timbulnya kecemasan yakni suatu reaksi
ketidaknyamanan berupa rasa khawatir, terkejut, keprihatinan dan ketakutan
yang muncul pada saat seseorang menghadapi kesulitan dan menganggap
sesuatu yang buruk akan terjadi, sehingga muncul gejala-gejala fisiologis
seperti jantung berdebar, napas cepat dan berkeringat (Siregar, 2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada mahasiswa
semester akhir dalam menyusun skripsi, salah satunya ialah keaktifan peran
dosen pembimbing dalam membantu penyelesaian tugas akhir (Kusnendar
dkk, 2013). Faktor teman sebaya juga mengambil peran penting dalam
penyelesaian skripsi dimana semakin baik dan positif pergaulan maka semakin
rendah tingkat kecemasan. Minimnya ketersediaan buku serta bahan literatur
juga berhubungan dengan peningkatan kecemasan mahasiswa dalam
menggarap skripsi (Alafgani, 2013). Kurang memadainya fasilitas pelengkap
seperti laptop dan printer juga sangat berpengaruh terhadap kecemasan
mahasiswa tingkat akhir (Malfasari dkk, 2018).
Kecemasan yang berlebihan akan memberikan dampak negatif karena
menghambat kelancaran proses pengerjaan skripsi, memperpanjang masa
kuliah serta beban biaya kuliah tetap harus dibayarkan. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi untuk mengelola dan mengendalikan kecemasan
mahasiswa, salah satunya dengan cara mencari pegangan hidup yang hakiki
yakni agama. Agama menawarkan jalan bagi manusia untuk mencapai rasa
aman, rasa tidak takut atau cemas menghadapi persoalan hidup (Djuwarijah,
2005). Jung dalam teorinya mengemukakan bahwa jelas terdapat fakta-fakta
psikis yang dapat ditafsirkan sebagai kebutuhan religius, dan terdapat
hubungan antara kecemasan dan agama (Jung dalam Santoso, 2020). Jesild
(dalam Subandi, 1998) menyebutkan bahwa agama memberikan kepastian dan
memperkuat rasa percaya diri, meningkatkan rasa aman dan menghindarkan
dari perasaan khawatir ataupun kepanikan pada mahasiswa.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian oleh Harris, dkk yang menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara religiutas dan kecemasan
pada mahasiswa (Haris dkk, 2002). Begitu pula dengan hasil penelitian
Kusumawardani (2015) yang menemukan ada hubungan yang signifikan
antara antara religiusitas dan tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir ilmu
keperawatan dalam menghadapi skripsi. Adapula Zohra dan Irshad (2012)
yang memaparkan bahwa pria dan wanita menderita gangguan kecemasan
umum memiliki tingkat religiusitas yang lebih rendah.
Akan tetapi tidak semua penelitian mendukung dugaan adanya dampak
religiusitas pada kecemasan, misalnya penelitian Spellman dkk, 1971 yang
tidak menemukan korelasi signifikan antara religiusitas dan kecemasan.
Sejalan dengan Kritchmann dan Strous (2011) yang mengemukakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kecemasan serta
depresi.
Hasil studi empiris mengenai keterkaitan antara religiusitas dan kecemasan
yang tidak seragam membuat peneliti tertarik untuk mengkaji ulang mengenai
korelasi konsep religiusitas dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat
akhir Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak. Religiusitas sendiri
merupakan kedalaman keyakinan dan tingkat pengetahuan seseorang
mengenai agamanya yang diwujudkan dengan pengamalan nilai-nilai
keagamaan dengan cara mematuhi aturan dan memenuhi kewajiban dengan
seikhlas hati (Amna, 2015).
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi pada
umumnya mengalami kecemasan yang menghambat produktivitas dan
kelancaran pengerjaan
2. Peran dosen pembimbing yang kurang aktif dalam membantu
mahasiswa menyusun skripsi dihubungkan dengan peningkatan
kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir
3. Kurangnya dukungan dari teman sebaya memiliki pengaruh terhadap
tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir
4. Kurangnya ketersediaan buku dan bahan di sekitar juga dapat
meningkatkan kecemasan pada mahasiswa
5. Fasilitas seperti laptop dan printer yang kurang memadai dapat
meningkatkan kecemasan pada mahasiswa
6. Rendahnya tingkat religiusitas pada mahasiswa diduga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa
dalam menyusun skripsi
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada masalah antara
religiusitas dengan kecemasan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa
tingkat akhir Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Pontianak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa tinggikah tingkat religiusitas mahasiswa tingkat akhir
Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Pontianak?
2. Seberapa tinggikah tingkat kecemasan menyusun skripsi
mahasiswa tingkat akhir Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak?
3. Adakah hubungan antara religiusitas dengan kecemasan dalam
menyusun skripsi pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untu:
1. Mengetahui tingkat religiusitas mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak.
2. Mengetahui tingkat kecemasan dalam menyusun skripsi pada
mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak
3. Mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan
menghadapi dunia kerja mahasiswa tingkat akhir Jurusan Psikologi
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Pontianak
F. Manfaat Penelitian
Dalam menysuun penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Adapun manfaat yang
diharapkan adalah:
1. Manfaat Teoritis:
a) Menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai
kecemasan dalam menyusun skripsi yang seringkali dialami
oleh mahasiswa tingkat akhir
b) Mengkaji ulang keterkaitan antara konsep religiusitas dengan
kecemasan khususnya pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Pontianak
c) Memberikan sumbangsi teoritis terhadap upaya
pengembangan Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu
d) Dapat menjadi acuan dan sumber informasi bagi peneliti yang
tertarik untuk meneliti tema terkait
2. Manfaat Praktis
a) Bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memacu mahasiswa tingkat
akhir untuk meningkatkan religiusitasnya sebagai salah satu
opsi untuk mereduksi tingkat kecemasan yang dialami
b) Bagi dosen
Dapat membantu dosen untuk merancang perkuliahan yang
sarat akan nilai keagamaan guna mengurangi tingkat
kecemasan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa tingkat
akhir terutama pada Jurusan Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pontianak
c) Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan
khalayak umum untuk senantiasa memupuk religiusitas
sebagai sarana pengendalian kecemasan dan penyejahteraan
kesehatan mental secara umum
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual
A. Religiusitas
a) Pengertian Religiusitas
Secara etimologi, religi berasal dari bahasa Latin “religio” yang
berarti mengikat kembali. Hal ini berarti di dalam religi terkandung
seperangkat aturan-aturan beserta kewajiban-kewajiban yang bersifat
mengikat dan wajib dipenuhi oleh manusia dalam hubungannya
dengan sesama manusia, Alam sekitar dan Tuhan (Driyarkara, 1988).
Sementara itu menurut Mangunwijaya (1988) religiusitas
merupakan aspek personal dari kehidupan beragama, meliputi totalitas
dan rasa kedalaman pribadi dari seseorang. Akan anya dapat dihayati
dari dalam, dan lebih menekankan pada kepasrahan diri dan rasa
hormat kehadirat Tuhan.
Hawari (dalam Ancok, 1995) mendefinisikan religiusitas sebagai
bentuk penghayatan keagamaan atau kedalaman kepercayaan yang
diungkapkan melalui kesediaan untuk menjalankan ibadah sehar-hari-
hari, berdoa dan membaca kitab suci. Religiusitas juga diwujudkan
dalam berbagai sisi kehidupan baik berupa aktivitas jasmaniah yang
dapat dilihat oleh mata, maupun aktivitas yang bersifat roohaniah yang
tidak tampak dan terjadi di dalam hati seseorang.
Adapun pengertian Religiusitas menurut Jalaluddin (2001) ialah
suatu keadaan di dalam diri seorang individu yang mana sesuatu ini
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan tinkgkat
ketaatannya.
Glock dan Stark (Dalam Febrina, 2015) mengartikan religiusitas
sebagai keseluruhan dari fungsi jiwa seseorang termasuk keyakinan,
perasaan, dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan sungguh-
sungguh pada ajaran agamanya dengan mengerjakan lima dimensi
keagamaan yang didalamnya mencakup tata cara ibadah wajib maupun
sunat serta pengalaman dan pengetahuan agama dalam diri individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
religiusitas ialah suatu aspek keagamaan yang bersemayam di dalam
diri seseorang dan melibatkan pengetahuan, keyakinan, penghayatan,
serta pengamalan ajaran-ajaran agama dalam perilaku sehari-hari baik
yang tampak maupun tidak.
b) Dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark terdapat lima dimensi dari religiusitas,antara
lain:
1. Dimensi Ideologi atau keyakinan, Aspek yang berkenaan dengan
doktrin keagamaan hal-hal yang harus dipercayai, misalnya
kepercayaan akan keberadaan Tuhan, Malaikat, kehidupan setelah
kematian, dan lain sebagainya.
2. Dimensi Peribadatan, yakni dimensi keberagamaan yang berkaitan
dengan sejumlah perilaku-perilaku yang telah ditetapkan oleh
ajaran agama contohnya dalam agama Islam berupa perintaj
shalat, puasa zakat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada
hari-hari suci.
3. Dimensi Pengetahuan, mencakup pemahaman dan pengetahuan
individu terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya
4. Dimensi Penghayatan, Berkaitan seberapa jauh dan dalam
menghayati pengalaman dalam peribadatan yang dilakukannya,
misalnya kekhusyuan ketika melakukan shalat
5. Dimensi Pengamalan, Berkenaan dengan penerapan nilai serta
ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu Fetzer (1999) menyatakan bahwa dimensi religiusitas
terdiri dari 12 aspek, yaitu:

1. Daily Spiritual Experiences, merupakan dimensi yang


menekankan dampak agama dalam kehidupan sehari-hari
2. Meaning, aspek yang menggambarkan sejauh mana agama dapat
menjadi tujuan hidup seseorang
3. Value, yakni peran religiusitas terhadap nilai-nilai yang menjadi
pegangan hidup, seperti mengajarkan tentang konsep tolong
menolong, mencintai sesama, menjaga kebersihan, dll.
4. Belief, yaitu dimensi yang mencakup keyakinan akan konsep-
konsep yang dibawa oleh suatu agama
5. Forgiveness, aspek religiusitas yang menekankan kepada sikap
memaafkan yang berhubungan dengan keberagamaan, nilai-nilai
yang memotivasi manusia untuk memohon ampunan dan
memaafkan sesama dalam rangka memperoleh pahala
6. Private religious practices, aspek-aspek praktek peribadatan
dalam agama. Contohnya Sholat, membayar zakat, berpuasa,dll.
7. Religious/spiritual coping, menjadikan religiusitas sebagai teknik
mengelola dan mengendalikan stres, contohnya berdoa untuk
mengurangi stres
8. Religous support, yakni hubungan sosial antara sesama pemeluk
agama yang Islam
9. Religious/spiritual history, sebanyak apa partisipasi seseorang
untuk agama selama hidupnya serta sejauh mana religiusitas
mempengaruhi kehidupannya
10. Commitment, aspek yang mengukur komitmen, kontribusi serta
seberapa jauh seseorang mementingkan agamanya
11. Organizational religiousness, seberapa jauh keikutsertaan
seseorang dalam lembaga keagamaan serta aktivitas di dalamnya
12. Religious preference menurut, aspek yang melihat sejauh mana
individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya.
B. Kecemasan
a) Pengertian Kecemaan

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang mudah sekali untuk


dialami oleh siapa saja dan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang
tidak spesifik dan berbeda-beda pada setiap orangnya (Sari&Batubara,
2017). Semua orang pasti pernah mengalami kecemasan dalam hidupnya,
kecemasan merupakan sesuatu yang lumrah dan tidak selamanya buruk,
bahkan Nevid dkk, (2006) menyatakan bahwa kecemasan merupakan
respon yang tepat apabila dihadapkan dengan seseuatu yang dianggap
mengancam, akan tetapi kecemasan dapat menjadi keabnormalan apabila
kadarnya melebihi ancaman tersebut ataupun muncul tanpa adanya sebab-
sebab tertentu.

Sementara itu Hidayati (2008) mendefinisikan kecemasan sebagai


aprehensi atau rasa khawatir dan takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Banyak faktor yang dapat menjadi pencetus munculnya kecemasan
pada setiap orang contohnya ujian, masalah-masalah, kesehatan, persoalan
dalam hubungan sosial, karier, relasi internasional serta kondisi
lingkungan.

Kecemasan atau ansietas ketakutan yang tidak menyenangkan yang


seringkali muncul bersamaan dengan respon-respon fisiologis, sedangkan
pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang bermakna
dan terganggunya fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb, 2004). Oleh karena itu kecemasan dapat dikategorikan sebagai
keadaan patologis ketika kehadirannya mengganggu fungsi sehari-hari,
pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar (Maramis,
2005).

Selain itu Sutikno, (2016) mengartikan kecemasan sebagai


gangguan afektif berupa perasaan ketakutan yang mendalam dan
bekelanjutan dan pada umumnya ketika seseorang memilki kuasa untuk
mengendalikan sesuatu dan tidak dapat memprediksi suatu situasi/objek
sehingga muncullah kecemasan tersebut.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


kecemasan merupakan kondisi ketidaknyamanan yang terjadi ketika
seseorang tidak mampu mengendalikan suatu keadaan atau objek tertentu,
yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan cemas akan tertimpa
sesuatu yang buruk dan dan disertai pula dengan gejala-gejala fisik yang
bila kadarnya tinggi dapat menghambat keberfungsian individu dalam
kehidupan sehari-hari.

b) Jenis-jenis kecemasan
Freud (dalam Suryabrata, 1993) mengkategorikan kecemasan
menjadi beberapa macam, di antaranya:
1. Kecemasan realistis (realistic anxiety) merupakan kecemasan
yang berakar dari ketakutan-ketakutan terhadap ancaman yang
bersifat nyata dan berasal dari dunia luar
2. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), ialah terhadap
hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figure otoritas
apabila menuruti insting yang impulsive, ketakutan akan
mendapat hukuman dalam hal ini bersifat khayalan dan tidak
nyata.
3. Kecemasan moral (moral anxiety), Kecemasan moral adalah
kecemasan yang timbul menyalahi aturan dan melanggar nilai-
nilai moral yang ada

Berdasarkan pengelompokan kecemasan di atas, kecemasan


dalam menyusun skripsi dapat dikategorikan sebagai kecemasan
realistis sebab rasa cemas yang dialami oleh mahasiswa tingkat
akhir dipicu oleh peristiwa yang benar-benar terjadi yakni tuntutan
untuk menyelesaikan skripsi dalam tenggat waktu tertentu.

c) Tingkat Kecemasan
Frisch dkk, (1998), mengelompokkan tingkat keparahan kecemasan
menjadi 4, di antaranya:

1) Kecemasan ringan
Merupakan kecemasan yang berkenaan dengan peristiwa
kehidupan sehari-sehari sehingga meningkatkan kewaspadaan
individu. Kecemasan ini dapat memberikan dampak seperti
memotivasi untuk belajar dengan lebih giat. Gejala yang
ditimbulkan dapat berupa kelelahan, mudah marah, kesadaran
tinggi dan meningkatnya motivasi
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang membuat mengalami gangguan yang
mempersempit lapangan persepsi seseorang, mengurangi
kemampuan melihat, mendengar, tidak mampu belajar secara
maksimal, menurunkan, meningkatkan kelelahan, mempercepat
pernapasan dan denyut jantung, serta menurunkan kemampuan
mengingat
3) Kecemasan Berat
Ditandai oleh penurunan lapang persepsi sebab seseorang
hanya akan terfokus pada suatu hal dan mengabaikan hal-hal
lain. Menimbulkan gejala fisik seperti sakit kepala, sering
BAK, pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering kencing,
diare, palpilasi, lahan presepsi menyempit, waktu tidur
terganggu, diare, perasaan bingung, merasa tidak berdaya,
bingung dan terdisorientasi
4) Panik
Kecemasan sudah sampai taraf yang tinggi dimana seseorang
akan merasa ketakutan, dan teror. Individu merasa bahwa ia
sudah kehilangan kendali secara lengkap dan tidak dapat
melakukan apapun. Ditandai dengan kesulitan bernafas, pucat,
berbicara dengan tidak jelas, tidak merespon, bertreriak, hingga
mengalami delusi dan halusinasi yang dapat berujung dengan
kelelahan bahkan kematian.

d) Kecemasan dalam menyusun skripsi

Alur pengerjaan skripsi diawali dengan mendaftarkan judul skripsi


di bagian akademik, kemudian mahasiswa akan didampingi oleh dosen
pembimbing untuk menjaga tulisan agar tetap terstandarisasi, terjaga
sifat keilmiahan dan keasliannya. Dilanjutkan dengan siding proposal
kemudian dilanjutkan dengan penulisan yang haruslah ditulis dengan
terstruktur dan sistematis. Proses penyusunan skripsi membutuhkan
waktu, menguras pikiran dan tenaga dan memakan biaya yang tidak
sedikit.

Adapun hambatan-hambatan lain yang seringkali dialami oleh


mahasiswa dalam menyusun skripsi menurut Subekti, (2005) yakni
kesulitan membuat alat ukur, memanajemen waktu, serta kesulitan
untuk memberikan perhatian penuh kepada skripsi, masalah kesehatan,
keterbatasan biaya, hambatan kognitif dan emosi yang cenderung
menimbulkan sikap negatif mahasiswa terhadap proses penyusunan
skripsi, kurangnya referensi literatur serta adanya masalah dengan
dosen pembimbing. Kurangnya minat pada tema penelitian, kurangnya
kemampuan akademis dan tulis menulis serta tidak adanya ide untuk
melanjutkan proses penulisan skripsi merupakan hambatan-hambatan
yang memperlambat pengerjaan skripsi tersebut.

Berdasarkan FGD yang dilakukan oleh Baskoro dkk, (2009)


respon-respon mahasiswa terhadap hambatan-hambatan dan kesulitan
pada saat pengerjaan dapat berupa sering mengantuk, banyak curhat
dengan teman, sakit perut, sakit kepala, sulit dan tidak dapat tidur,
khawatir dan cemas mereka tidak akan menyelesakan skripsi tepat
waktu, penurunan motivasi, berhenti mengerjakan skripsi, sering
marah, berjalan mondar-mandir ketika dosen terlihat sibuk, selalu
membicarakan skripsi, dan sering lupa makan. Kecemasan yang sudah
bertambah parah dan tidak segera diatasi dapat menimbulkan gejala-
gejala fisiologis seperti keringat berlebihan, tidak enak badan dan
diare. Respon dari kecemasan yang berlebihan akan skripsi ini
cenderung tidak disukai sebab menimbulkan ketidaknyamanan, oleh
karena itu sebagian mahasiswa sebisa mungkin menjauhi penyebab
kecemasan yakni skripsi itu sendiri, akibatnya banyak yang menunda
bahkan menghentikan proses penyusunan skripsi dan hal inilah yang
menyebabkan penyelesaian skripsi membutuhkan waktu yang lebih
lama dari yang seharusnya.

C. Kajian Penelitian yang Relevan


Peneliti menemukan penelitian mengenai religiusitas dan
kecemasan, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Ukhtia, Iredho Fani Reza,
Zaharuddin (2016). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubunngan antara dengan kecemasan akademik pada
siswa MAN di salah satu kota Palembang. Hubungan tersebut
merupakan hubungan negatif dengan nilai r = -0,410 yang berarti
variabel- variabel dalam penelitian berkorelasi negatif dimana
semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah tingkat
kecemasan akademik yang dirasakan oleh siswa.
2. Penelitian Sissetyaningrul (2020) yang meneliti tentang hubungan
antara religiusitas dengan kecemasan pada Pasien Pre Operasi di
Rumah Sakit III Baladhika Husada Jember yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan
kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada dengan nilai p sebesar 0,001 yang artinya
terdapat korelasi antara religiusitas dengan kecemasan.
3. Penelitian berjudul “Hubungan religiusitas dengan kecemasan
menghadapi pernikahan” yang ditulis oleh Fajrul Haq (2016). Hasil
dari analisis Pearson didapatkan nilai korelasi antara variabel
kecemasan dengan religiusitas sebesar r= (-0,398) dengan
signifikansi p = 0,000 (p< 0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan negatif antara religiusitas dan tingkat kecemasan
menghadapi pernikahan.

Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya


baik dari segi subjek penelitian, variabel-variabel penelitian, dan
teknik analisis data. Penelitian mengenai korelasi antara religiusitas
dengan kecemasan menulis skripsi pada mahasiswa Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN
Pontianak belum pernah diadakan sebelumnya.

D. Kerangka Berpikir
Kecemasan mahasiswa dalam menyusun skripsi dapat diakibatkan
oleh berbagai faktor penghambat sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, akan tetapi apapun faktor pencetusnya, sejatinya kecemasan timbul
ketika seseorang merasa kehilangan kendali atas masalah yang
dihadapinya, berpikir bahwa semua hal terasa membingungkan dan tidak
bisa diatasi, serta tidak mampu berpikir jernih untuk menemukan solusi
(Navid, 2005).
Perasaan hilang kendali atas segala sesuatunya berakhir pada tidak
terpenuhinya rasa aman dalam diri individu. Di sinilah Agama memainkan
peran sentral atas pengendalian kecemasan dan sumber rasa aman yang
hakiki (Yusuf, 2002). Hambaly (dalam Sutikno, (2016) mengemukakan
bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kecemasan sebab kedekatan individu dengan sang pencipta mampu
membuat seseorang merasa aman sehingga rasa cemas dapat dihindari.
Menurut Anggunsari and Hendrasih (2011) individu dengan
religiusitas sedang sampai tinggi rata-rata mengalami tingkat kecemasan
sedang sebab mereka cenderung memiliki strategi coping yang efektif
yakni dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berdoa,
beribadah, serta berserah diri pada Tuhan. Shodiq mengatakan bahwa obat
yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Allah SWT.
Sebab sikap ini dapat menghilangkan rasa cemas.
Menurut Jalaludin (2005) agama dapat memberikan kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan
positif ini kemudian dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk
melakukan suatu aktivita, dalam hal ini memantapkan hati mahasiswa dan
mendorongnya untuk melanjutkan proses pengerjaan skripsi hingga selesai
dan memungkinkannya untuk lulus tepat waktu.
Dalam proses penulisan skripsi, mahasiswa dengan tingkat
religiusitas tinggi akan terdorong untuk melaksanakan segala prosesnya
dengan persiapan matang serta diikuti dengan kesiapan untuk menghadapi
rintangan pula, sebab mereka yakin bahwa Allah SWT. akan memberikan
berbagai cobaan dan ujian pada manusia untuk menempa jiwa dan menguji
keteguhan hatinya dalam melakukan pertarungan membela kebenaran
dalam hal ini berjuang untuk menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah
SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 155-156
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan, dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orangorang yang
apabila ditimpa musibah, mereka berkata:"Inna lillahi wa innaa ilahi
Raaji'un”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan jika mahasiswa


memiliki tingkat religiusitas tinggi maka kecemasan dalam menyusun
skripsi akan berkurang, sehingga diduga terdapat korelasi antara
religiusitas dengan kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir dalam
menyusun skripsi.

Skema Kerangka Berpikir


Mahasiswa tingkat
akhir

Religiusitas Kecemasan

Pengerjaan Skripsi Menunda pengerjaan


skripsi
Lulus dalam jangka waktu
yang ditentukan Tidak dapat lulus tepat
waktu
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan
dalam menulis skripsi pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN
Pontianak

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan


kecemasan dalam menulis skripsi pada mahasiswa tingkat akhir
Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN
Pontianak

Anda mungkin juga menyukai