TRAUMA URETHRA
Disusun oleh :
Pembimbing:
2021
TRAUMA URETHRA
Etiologi
Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan
dapat menyebabkan ruptura uretra pars bulbosa. Pemasangan kateter atau businasi
pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra karena false
route atau salah jalan; demikian pula tindakan operasi trans-uretra dapat
gangguan parsial.2
Luka memar Luka memar pada uretra adalah pertanda terdapatnya cedera remuk
komplikasi.2
Luka laserasi Cedera straddle yang parah dapat menyebabkan laserasi pada
skrotum, batang penis, sampai ke dinding perut. Ekstravasasi hanya dibatasi oleh
fascia Colles dan sering menyebabkan sepsis, infeksi, dan morbiditas serius.2
Manifestasi Klinis
Gejala Biasanya terdapat riwayat jatuh, dan dalam beberapa kasus, terdapat
Terdapat rasa sakit yang terlokalisir pada bagian dalam perineum dan kadang-
kadang ditemukan hematoma perineum masif. Jika voiding dan ekstravasasi telah
Tanda Perineum sangat lunak; massa dapat ditemukan, darah juga dapat
tidak dapat diperbolehkan sampai penilaian uretra selesai. Tidak ada upaya yang
perlu dilakukan untuk memasang kateter uretra, kecuali jika kandung kemih
Pemeriksaan Penunjang
terutama jika cedera sekunder telah terjadi. Peningkatan hitung sel darah putih
bahan kontras, menunjukkan ekstravasasi dan lokasi cedera (Gambar 2). Uretra
Komplikasi
di perineum serta melalui meatus uretra. Tekanan yang dilakukan pada perineum
ditemukan. Diperlukan debridemen dan drainase yang agresif jika terdapat infeksi.
Striktur di lokasi cedera adalah komplikasi yang umum terjadi, tetapi rekonstruksi
Tatalaksana
Kontusio uretra tidak memerlukan terapi khusus, namun apabila tidak dilakukan
tatalaksana maka cedera ini dapat mengakibatkan striktura uretra, sehingga setelah
ulangan. Pada ruptur uretra parsial dengan ekstravasasi ringan, cukup dilakukan
sampai dengan 2 minggu, dan dapat dilepas setelah melakukan pemeriksaan untuk
Prognosis
ketika striktur ditangani dan ditemukan laju aliran urin masih tetap memburuk
disertai dengan infeksi saluran kemih dan keterdapatan fistula uretra, maka
sfingter urin eksterna dan merupakan bagian uretra posterior yang kemungkinan
besar akan mengalami trauma. Saat fraktur panggul terjadi akibat trauma tumpul,
Tanda Darah di meatus uretra merupakan tanda cidera yang paling penting.
Namun, pentingnya temuan ini tidak dapat terlalu ditekankan, karena upaya untuk
menegakkan diagnosis.2
dubur dapat memberikan hasil yang tidak akurat karena konsistensi hematoma
palpasi. Perpindahan superior dari prostat tidak terjadi jika ligamen puboprostatik
tetap utuh. Gangguan sebagian uretra berselaput (saat ini pada 10% kasus) tidak
(menggunakan 20-30 mL bahan kontras yang larut dalam air) menunjukkan lokasi
minor, dengan sebagian bahan kontras melewati ke dalam uretra dan kandung
kemih prostat.2
tidak dapat dilakukan, karena prosedur ini dapat menimbulkan peningkatan risiko
hematoma, infeksi, dan kerusakan lebih lanjut pada gangguan uretra parsial.2
Uretrografi Ketika darah di meatus uretra ditemukan, program uretrografi
Gambar 6 Retrograde urethrogram pada pasien dengan fraktura pelvis (sumber: McDougal WS,
Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA. Campbell-Walsh Urology 11th Edition Review E-
Diagnosis Banding Ruptur kandung kemih dapat dikaitkan dengan cidera uretra
posterior pada sekitar 20% kasus. Sistografi tidak dapat dilakukan sebelum
tindakan operasi, karena kateter uretra tidak bisa dilalui. Evaluasi yang cermat
diperlukan.
gangguan yang paling parah dan merupakan komplikasi yang paling melemahkan
yang dihasilkan dari trauma sistem kemih. Striktur setelah perbaikan primer dan
Tatalaksana Ruptura uretra posterior biasanya diikuti oleh trauma mayor pada
organ lain (abdomen dan fraktur pelvis) dengan disertai ancaman jiwa berupa
perdarahan. Oleh karena itu sebaiknya di bidang urologi tidak perlu melakukan
tindakan yang invasif pada uretra. Tindakan yang berlebihan akan menyebabkan
timbulnya perdarahan yang lebih banyak pada kavum pelvis dan prostat serta
inkontinensia.1
untuk diversi urine. Setelah keadaan stabil sebagian ahli urologi melakukan
sebagai splint melalui tuntunan uretroskopi. Dengan cara ini diharapkan kedua
ujung uretra yang terpisah dapat saling didekatkan. Tindakan ini dilakukan
sebelum 1 minggu pasca ruptura dan kateter uretra dipertahankan selama 14 hari.1
bulan pasca trauma dengan asumsi bahwa jaringan parut pada uretra telah stabil
dan matang sehingga tindakan rekonstruksi membuahkan hasil yang lebih baik.1
REFERENSI
2. McAninch JW, Lue TF, editors. Smith & Tanagho's general urology. New
3. McDougal WS, Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA. Campbell-
Walsh Urology 11th Edition Review E-Book. Elsevier Health Sciences; 2015
Sep 25.