Anda di halaman 1dari 47

MODUL 5.

2
MATERI THT-KL - 3
LARING FARING 1
KELAINAN FARING

UNDIP UNIVERSITAS
DIPONEGORO
becomes an axcellent research university
TOPIK BAHASAN
• Tonsilitis (4A)
• Hipertrofi adenoid (2)
• Abses Peritonsilar (3A)
• Angina ludwig (3A)
• Faringitis (4A)
• Difteria (3B)
• Parotitis supuratif (4A)
Tonsilitis 4A
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi definitif secara mandiri dan lengkap
• Indikasi merujuk pasien :
TONSILITIS AKUT
- Folikularis
- Lakunaris

Gejala-gejala :
- Sakit telan / odinofagi
- Lesu
- Suhu naik
- Sakit kepala dan sakit di otot-otot
- Kadang-kadang batuk, serak, nafas bau
- Otalgia
Tanda-tanda :
Tonsil : - hiperemi
- edema
- permukaan / kripte tertutup detritus.
Uvula : hiperemis dan edema
Faring : Hipersekresi

Terapi :
Kausatif: sesuai etiologi (antibiotik?)
Simptomatik: Antipiretik / analgesik/ mukolitik
Umum/supportif:
- Istirahat cukup
- Intake cairan cukup, diet lunak
- Kumur hangat air garam
- Roboransia?
Tonsilitis Akut Folikularis
Tonsilitis Akut Lakunaris
TONSILITIS KRONIK
Gambaran kronik :
- Discomfort
- Sakit telan ringan (pancingen)
- Lesu
- Kurang nafsu makan
- Sakit kepala
- Ngantukan
- Panas nglemeng/meriang/subfebril
- Tonsil :
* Hiperemis, edema? * Kripte melebar, detritus?
* Permukaan benjol2 * Atropi/hipertrofi

Terapi : Tonsilektomi (HTA 2004)


Tonsilitis Kronik Hipertrofi
ADENOIDITIS KRONIK (adenoid hipertrofi)
Gambaran klinik :
- Hidung tersumbat  nafas lewat mulut
- Tidur mendengkur
- Rinore
- Batuk-batuk
- Kurang pendengaran
- Facies adenoides :
* Mulut selalu membuka (ngowoh)
* Hidung kecil
* Tampak bodoh.
- Palatal phenomena : negatif
- Adenoid membesar
Terapi :
- Konservatif :
* Dekongestan
* Antibiotika
- Operatif : adenoidektomi
Lebih-lebih bila :
* Obstruksi nasi
* Gangguan pendengaran
* Otitis media berulang
* OME
INDIKASI TONSILEKTOMI
(HTA 2004)
Indikasi absolut tonsilektomi
a. Hipertrofi tonsil yang menyebabkan:
-Obstruksi saluran napas misal pada OSAS
(Obstructive Sleep Apnea Syndrome)
-Disfagia berat yang disebabkan obstruksi
-Gangguan tidur
-Gangguan pertumbuhan dentofacial
-Gangguan bicara (hiponasal)
-Komplikasi kardiopulmoner
b. Riwayat abses peritonsil.
c. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi terutama untuk
hipertrofi tonsil unilateral.
d. Tonsilitis kronik atau berulang sebagai fokal infeksi
untuk penyakit-penyakit lain.
Indikasi relatif
a. Terjadi 7 episode atau lebih infeksi tonsil pada tahun
sebelumnya, atau 5 episode atau lebih infeksi tonsil
tiap tahun pada 2 tahun sebelumnya atau 3 episode
atau lebih infeksi tonsil tiap tahun pada 3 tahun
sebelumnya dengan terapi antibiotik adekuat.

b. Kejang demam berulang yang disertai tonsilitis.


c.Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik
dengan pemberian terapi medis.

d. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier


streptokokus B-hemolitikus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotik resisten β-laktamas
Kontra indikasi
1. Radang akut
2. Penyakit-penyakit perdarahan :
- Leukemia
- Hemofilia
- Anemia
- Hemoragia diastesa
3. KU : jelek
4. Epidemi polio
5. Kehamilan / menstruasi
6. Status asmatikus
Tehnik Operasi (HTA 2004):
1. Diseksi
2. Sluder / Guillotine
3. Elektrosurgery ( Bedah listrik)
4. Radiofrekuensi
5. Skalpel Harmonik
6. Coblation
7. Intracapsular Partial Tonsillectomy
8. Laser Tonsil Ablation (CO2-KTP)
Komplikasi ( HTA 2004)
Komplikasi yang timbul merupakan gabungan
komplikasi tindakan bedah dan anestesi
1. Komplikasi Anestesi
- Laringospasme
- Gelisah pasca operasi
- Mual muntah
- Kematian saat induksi pada pasien hipovolemi
- Hipersensitif terhadap obat anestesi
- Hipotensi dan henti jantung
2. Komplikasi Bedah
1. Perdarahan
 Merupakan komplikasi tersering
A. Early bleeding ( perdarahan primer, reactionary
haemorrage)
B. Late/ delayed bleeding ( perdarahan sekunder)
>24 jam post opx
2. Nyeri
Karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi, dan spasme otot
faringeus yang menyebabkan iskemia
Biasanya berlanjut sampai 14-21 hari setelah operasi
3. Komplikasi lain:
dehidrasi, demam, kesulitan bernafas, gangguan
terhadap suara, aspirasi, otalgia, pembengkakan
uvula, insufisiensi velofaringeal, stenosis faring, lesi
di bibir, lidah, gigi, dan pneumonia
Abses Peritonsilar 3A
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi awal sebelum dirujuk pada kasus THT
ABSES PERITONSIL (Quinsy)

- Penimbunan pus di jaringan longgar antara tonsil dan


otot konst. Faring superior.
- Sering : - di fosa supra tonsil
- dewasa muda

Gejala-gejala :
- Panas
- Nyeri telan (spontan)
- Buka mulut terbatas (trismus)
- Ngiler (droling)
Abses Peritonsil
Tanda-tanda :
- ”Hot potato’s voice”
- Droling
- Uvula udem, deviasi ke sisi sebelah
- Tonsil membesar (sering sebelah)
- Trismus
- Kel. Limfe di bawah angulus mandibula membesar
keras dan sakit tekan.

Terapi :
- Insisi dan drainase
- Antibiotika dosis tinggi
- Tonsilektomi bila medikamentosa
gagal
Angina ludwig 3A
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi awal sebelum dirujuk pada kasus THT
ABSES SUBMANDIBULA
(Ludwig’s Angina)
- Biasanya didahului karies gigi MI – III
Rahang bawah  periodontitis  abses periodontal.

Gejala dan tanda


- Sakit gigi M I – M III bawah
- Bengkak submandibula :
* Keras (SPT-papan)
* Unilateral
- Sakit spontan
- Trismus
Komplikasi :
- Udem laring  Dispnea
- Mediastinitis  Abses mediastinum
- Tromboplebitis  Trombus ke otak

Terapi :
- Insisi + DRAINASE
- Antibiotika
Parotitis supuratif 4A
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi definitif secara mandiri dan lengkap
• Indikasi merujuk pasien :
PAROTITIS SUPURATIF

• Ditandai pembengkakan yang menyakitkan


pre/post aurikulasudut rahang bawah ,
discharge purulen dari duktus kelenjar yang
terkena, dysgeusia dan limfadenopati servikal
• Ketika penyakit parah, mungkin ada yang
disertai demam, malaise dan
risiko pembentukan abses pada ruang
parafaringeal, termasuk angina Ludwig’s
patogenesis
1. Retrograde kontaminasi saluran ludah dan
jaringan parenkim oleh bakteri penghuni
rongga mulut.
2. Stasis aliran saliva pada saluran ludah dan
parenkim memicu infeksi supuratif akut
Tiba-tiba mengalami eritematosa
pembengkakan daerah aurikularis pre / post
memanjang ke sudut rahang bawah
penatalaksanaan
kompres hangat, memaksimalkan OH,
memberikan sialogogues (lemon tetes)
Pijat eksternal kelenjar ludah jika dapat
ditoleransi
Antibiotik!
70% dari organisme menghasilkan B-
laktamase atau penisilinase
Perlu B-laktamase inhibitor
Pembedahan untuk Parotitis supratif Akut

Bila abses teridentifikasidrainase bedah


dilakukan
Faringitis 4A
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi definitif secara mandiri dan lengkap
• Indikasi merujuk pasien :
FARINGITIS AKUT
• Gejala
- Faring terasa kering
- odinofagi
- Otalgia-refered pain
- Berdahak : Encer

Mukoid

Lengket
- Sakit kepala
- febris
- Lesu dan nafsu makan berkurang
• Tanda-tanda
- Mukosa faring :
1. Bengkak (udem)
2. Merah (hiperemi)
3. Lendir : serus
- Suhu badan naik
- Kel. Limfe leher
membesar
• Terapi
kausatif: antibiotik?
simptomatik:antipiretik/analgesik
umum/supportif:
- Istirahat
- Diet cair / lunak
- Banyak minum
- Roborantia?
- Cuci mulut sebelum dan sesudah makan /
minum susu.
FARINGITIS KRONIK
Faktor-faktor predisposisi
- Alergi
- Iritasi
- Infeksi akut
- Gangguan metabolik : DM
- Anemia
- Kelainan diproksimalnya :
* Deviasi septum * Sinusitis kronik
*Hipertrofi konka * Adenoiditis kronik
*Rinitis kronik
- Radang kronik di distalnya
- Gastritis
- Kelainan gigi
Gambaran klinik :
- Diskomfort di tenggorok
- Rasa kering di tenggorok  tipe atrofi
- Rasa selalu ada lendir di tenggorok  tipe
hipertrofi
- Batuk-batuk
- Kemerahan mukosa faring
- Pembesaran kel. Limfe leher
Faringitis Kronik
Bentuk faringitis kronik :
1. Atrofi
(Faringitis atrofikan = faringitis sikka)
* Mukosa kering
* Mukosa atrofi
* Mukosa mengkilat
2. Hipertrofi
(Faringitis hipertrofikan = faringitis granulosa)
* Mukosa banyak lendir
* MUkosa tidak rata
Terapi :
- Menghilangkan faktor predisposisi
- Kumur / tablet isap
- Jaringan granuler kaustik
Difteria 3B
• Definisi
• Gejala khas / patognomonik
• Foto klinis
• Diagnosis berdasarkan :
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan penunjang
• Klasifikasi
• Patofisiologi
• Terapi awal sebelum dirujuk pada kasus THT
Laringitis Difteri
• Etiologi : Corynebacterium diphteriae
 kuman gram (+)
• Masa inkubasi 2-6hr
• Jarang primer di laring  lanjutan
dari faringitis dan tonsilitis difteri.
• Eksotoksin  endokarditis, neuritis
• Sering anak <10th, dewasa carier
Patofisiologi

• Kuman difteri masuk melalui mulut dan hidung 


dilokalisir di mucosa SPA  pseudomembran, warna
abu-abu, sulit dilepas, mudah berdarah  terbentuk
dgn cepat, ketidakmampuan membersihkan sekret
 obstruksi jalan nafas
• Memproduksi toksin  masuk pembuluh darah dan
limfe  miokarditis, bullneck
Gejala
• Serak sampai afoni
• Batuk
• Sesak nafas  sianosis
• Stridor inspirasi
• Panas tinggi
Tanda
• Mukosa laring hiperemis
• Membran putih keabuan, sulit
dikelupas, mudah berdarah, cepat
terbentuk kembali
• Bull neck
Penatalaksanaan

• Jackson1-2  trakeostomi
• Oksigenasi adekuat
• Difteri Anti Toksin (DAT) atau ADS
• Antibiotik penicillin 14 hari
• Antiinflamasi (KS) diulang ½-1 jam
• Terapi simtomatik
• Isolasi

Anda mungkin juga menyukai