Anda di halaman 1dari 26

MANAGEMENT

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS


SYNDROME (ARDS)

Fathur Nur Kholis


Divisi Respirasi dan Penyakit Kritis
KSM/Bagian Penyakit Dalam
FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi
Pendahuluan
 Acute respiratory distress syndrome (ARDS) : penyakit
paru akut yang memerlukan perawatan di Intensive Care
Unit (ICU) dan mempunyai angka kematian yang tinggi
yaitu 26% sampai 58%.
 Di Amerika Serikat, data berbasis populasi terbaru
memperkirakan kejadian 190.000 kasus per tahun.
 Tingkat insiden yang lebih tinggi dilaporkan terjadi di
Amerika Utara, Oceania dan Eropa, dibandingkan dengan
Amerika Selatan, Asia dan Afrika.
 Secara keseluruhan, 30,0% pasien katagori ARDS ringan,
46,6% ARDS sedang dan 23,4% ARDS Berat sesuai kriteria
Berlin.
 Sindrom distres pernafasan akut /ARDS adalah penyebab
utama gagal napas akut, penyebab tingginya tingkat
kematian, serta komplikasi jangka pendek dan panjang,
seperti gangguan fisik dan kognitif.
skor cedera paru-paru,
1.radiografi dada;
2.rasio PaO2 / FiO2
3. Kapasitas sistem pernafasan
total,
4. tekanan positife akhir
kspirasi (PEEP).
ARDS pertama kali
dikemukakan
sebagai hipoksemia berat:
yang 1.onsetnya akut,
2.infiltrat difus bilateral pada
foto toraks,
3. compliance paru

tidak dapat membedakan


antara edema kardiogenik
dan nonkardiogenik

Defenisi dan Kriteria


Tabel 1. Perbandingan Kriteria Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

BERLIN (2011)

Defenisi dan Kriteria


1. Ke-andalan intraobserver membaca rontgen thorax
dipertanyakan.
AECC 2. tidak secara eksplisit mendefinisikan interval
waktu "akut."
(1994) 3. tingkat PEEP yang digunakan selama ventilasi
tidak digabungkan dalam definisi.
4. penggunaan kateter arteri pulmonalis telah
menurun selama beberapa tahun terakhir,

Epidemiologi ARDS di negara-negara berpenghasilan


rendah tidak pernah dilaporkan sebelumnya  sebuah
BERLIN penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa definisi
Berlin tidak sesuai pengaturan terbatas sumber daya
(2011) dengan akses sulit ke data gas darah arteri, radiografi
dada dan mekanika ventilasi.

Memperbaiki spesifikasi ARDS yang dapat digunakan


KIGALI secara konsisten dalam semua setting termasuk negara
dengan penghasilan rendah
(2016)
Gambar 1. Radiografi dada pasien dengan ARDS4
Perhatikan opasitas ruang udara bilateral dan kongesti vaskular yang
jelas.
Tabel 3. Faktor Resiko ARDS

Etiologi dan Faktor resiko


1. Fase Eksudatif

• 24 jam setelah
kerusakan
• Berakhir 1-7 hari
• Kerusakan alveolar
yang diffus dan cedera
mikrovaskular
• Pembentukan
membran hyaline
• Penurunan produksi
surfaktan
• Pemisahan membran
dasar
• Atelektasis
• alveolar collapse

Patogenesis
1. Fase Eksudatif
peluruhan sel epitel bronkial dan
Pelepasan sitokin pro-inflamasi alveolus disertai pembentukan
(TNF- α, IL-1, IL-6, IL-8, IL-10, TNF a) membran hyaline yang kaya
oleh makrofag alveolar protein pada denuded basement
membrane

Merangsang kemotaksis Pelepasan oksidan, protease,


dan aktivasi neutrofil leukotrien, PAF

peningkatan permeabilitas barier


alveolar dan kapiler sehingga Merusak epithel alveolar
cairan masuk ke dalam ruang dan endotelium vaskular
alveolar

Masuknya cairan edema kaya


Cairan edema kaya protein
protein ke dalam alveolus
memenuhi ruang udara
menyebabkan
alveoli
inaktivasi surfaktan

Patogenesis
Gambar 3. Patologi Anatomi keadaan alveoli normal (kiri) dan
alveoli yang mengalami kerusakan saat fase akut (kanan) ARDS
2. Fase Proliferatif
3. Fase Fibrotik

• 2-7 hari
• Proliferasi sel pneumosit II • >14 hari
yang mengalami inflamasi • Proliferasi hebat sel
dan sel fibroblast fibroblast
• Penebalan myointima • Deposisi kolagen dan
pembuluh kapiler alveolar proteoglikan
• Obliterasi ruang udara, • Keterlibatan vaskuler
atelektasis alveoli dan pulmonal dari edema
rendahnya komplain paru memperberat hipertensi
menyebabkan pulmonal
- Hipoksemia persisten
- Hiperkarbia
- Fibrosing alveolitis
- Hipertensi pulmonal

Patogenesis
hukum Starling

• Keadaan normal, filtrasi cairan ditentukan oleh hukum Starling  filtrasi


melewati endotel dan ruang intertisial adalah selisih tekanan osmotik
protein dan tekanan hidrostatik
• Perubahan tiap aspek dari hukum Starling akan menyebabkan terjadinya
edema paru

Patofisiologi
Respiratory Failure. International Ventilator Users Network

• ARDS dibedakan dengan asthma berdasarkan anatomi daerah yang


terlibat. Asthma termasuk dalam penyakit saluran nafas yang bisa
berpotensi fatal seperti pada asthma akut, sedangkan ARDS merupakan
penyakit parenkim paru akut.
• ARDS dan asthma eksaserbasi akut dapat menyebabkan Gagal napas atau
Respiratory Failure.

ARDS dan Asthma


• Gagal napas terbagi menjadi ;
• 1. kegagalan primer untuk mengoksigenasi (kegagalan oksigenisasi
atau hipoksemik)  pneumonia berat, edema paru, dan cedera paru
akut / sindrom gangguan pernapasan akut (ALI/ARDS).
• 2. kegagalan primer untuk menghilang karbon diokasida atau
melakukan ventilasi (kegagalan hypercapnic atau hipoventilatory). 
kegagalan pusat pernapasan (central failure) atau kegagalan pompa
ventilasi (kegagalan perifer).
• Pasien dengan kegagalan sistem napas perifer; pompa ventilasi bekerja
sangat keras untuk bernafas  misalnya kyphoscoliosis, myopathy,
hiperinflasi pada penyakit paru obstruktif kronik [COPD], dan serangan
asthma akut), namun tidak dapat bernafas secara efektif sehingga
menyebabkan hiperkapnia.
• Pasien dengan kegagalan pernafasan sentral; biasanya tidak
menunjukkan tanda-tanda kesusahan pernapasan yang menurun
(misalnya overdosis narkotika/sedatif, tumor otak). Pasien ini mungkin
memiliki paru-paru yang sehat, dan hipoksemia sekunder terjadi akibat
hiperkapnia.

ARDS dan Asthma


Tujuan Terapi
(1)mengidentifikasi dan terapi penyebab dasar ARDS,
(2)meminimalkan akumulasi edema,
(3)Terapi supportif
(4)menghindari cedera paru sekunder misalnya aspirasi,
barotrauma, hipotensi, toksisitas oksigen, dan infeksi
(5)mempertahankan penghantaran oksigen yang adekuat
ke end-organ degan cara meminimalkan angka
metabolik, mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler
serta keseimbangan cairan tubuh,
(6)Dukungan nutrisi.

Menajamen ARDS
Terapi Supportif Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

Acute respiratory distress syndrome. Eur Respir Rev. 2017

Menajamen ARDS
1. Ventilasi Mekanik

cedera paru akibat ventilator (Gattinoni dkk) :


•atelectrauma Ketika paru-paru berventilasi
pada volume tidal rendah, dengan tidak
adanya PEEP  terjadi pembukaan dan
penutupan berulang saluran udara dan unit
paru-paru
•barotrauma  ketika paru-paru berventilasi
dengan volume tidal tinggi,  terjadi
overdistension alveoli “baby lung”
komplikasi pneumotoraks.
•Biotrauma  yang merupakan sindrom
Tujuan ventilasi mekanis pada respon inflamasi sistemik sebagai konsekuensi
ARDS adalah untuk pelepasan sitokin paru
menyediakan oksigenasi dan (tumor necrosis factor-alpha,
ventilasi, sekaligus harus juga interleukin-6, interleukin-8, matriks
mengurangi risiko cedera paru metallopeptidase-9) yang diinduksi ventilator
akibat ventilator /Ventilator
Associated Lung Injury (VALI)
Standar Ventilasi Mekanik

Volum Tidal Rendah. Studi retrospektif :


Strategi ventilasi pelindung paru  1.tingkat kematian yang lebih rendah
volume tidal 6 mL/kg berat badan  31% vs 40%)
prediksi dengan tekanan plateau 2.hari bebas ventilator lebih tinggi (12
kurang dari 30 cm H2O. hari vs 10 hari).
Nb: Dalam keadaan tertentu,
volume tidal dapat diturunkan
lebih lanjut menjadi 4 mL/kg Pemanfaatan PEEP 
meningkatkan pertukaran gas
Positive end-expiratory pressure dan fungsi paru
(PEEP) Tinggi. 1.PEEP merekrut alveoli yang
ventilasi pelindung paru hanya kolaps
menguntungkan jika dikaitkan 2.memperbaiki oksigenasi dan
dengan penurunan tekanan positive compliance paru,
end-expiratory pressure (PEEP) 3.mengurangi atelektasis
Nb: dosis PEEP yang tepat masih 4.mengurangi atelektrauma dan
menjadi masalah kontroversi. biotrauma.

Kompilkasi PEEP tinggi  pneumothorax


2. High-flow nasal cannula (HFNC) and noninvasive ventilation

Dalam penelitian multisenter baru 


menurunkan unit perawatan intensif
(ICU) dan mortalitas 90 hari secara
keseluruhan, dan tingkat intubasi
pada pasien dengan rasio PaO2 / FiO2
(PF) ≤200 mm Hg.

Ventilasi noninvasive (NIV) mungkin


efektif untuk pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik dan edema paru
kardiogenik
3. Rescue Therapis

High-frequency oscillatory ventilation (HFOV). Penelitian gagal


memberikan volume tidal yang sangat rendah) pada menunjukkan manfaat
frekuensi 3 -15 Hz. Kelompok HFOV 
mengalami peningkatan
• mempertahankan tekanan saluran udara yang mortalitas,
tinggi untuk memungkinkan perekrutan alveoli. membutuhkan lebih
• distribusi ventilasi yang lebih homogen dengan banyak obat penenang,
mempertahankan tekanan saluran napas rata-rata, paralitik, dan
namun menghindari hiperinflasi dan cedera paru vasopresor.

Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO).


ECMO harus
ECMO digunakan pada pasien ARDS dengan
dipertimbangkan
hipoksemia sangat parah, hiperacidemia tidak
penggunaannya karena
terkompensasi (pH <7.15), atau PEEP tekanan tinggi
komplikasi dan
(>35-45 cm H2O) walaupun sesuai standar untuk
problem terkait
penanganan ARDS.
prosedur dalam transfer
antar rumah sakit
3. Rescue Therapis

Posisi Pronasi.
Posisi pronasi yang berkepanjangan (≥16 jam) pada laporan sebelumnya
pasien dengan rasio PF ≤100-150 mmHg menunjukkan bahwa
posisi pronasi dikaitkan
• Pencegahan cedera paru-paru akibat ventilator dengan berbagai
dan peningkatan hemodinamik komplikasi, seperti
• posisi pronasi dapat menyebabkan distribusi pemindahan perangkat
tegangan dan regangan paru yang lebih seragam keras dan ulkus.
 peningkatan perfusi perfusi ventilasi dan
perbaikan mekanika dinding paru dan dada.

Manuver rekrutmen.
strategi untuk meningkatkan tekanan 3 uji coba terkontrol
transpulmonary sementara dengan tujuan untuk secara acak dan satu
memperluas kembali unit alveolar paru metode metaanalisis tidak dapat
“sigh” dan Metode inflasi menunjukkan efek
menguntungkan
Namun tetap menjadi manuver rekrutmen
terapi penyelamatan pada pasien hipoksemik berat
yang mengancam jiwa
4. Steroid antiinflamasi

• Dalam perdebatan dua dekade


terakhir adalah penggunaan
glukokortikoid sistemik.

• Peradangan paru-paru dan sistemik memberikan peran penting dalam


patogenesis dan perkembangan ARDS.
• percobaan multisenter yang besar menunjukkan bahwa pemberian
steroid setelah 14 hari onset ARDS dapat membahayakan.
• Pedoman saat ini menyarankan untuk tidak menggunakan
kortikosteroid kecuali jika kejadian ARDS bersifat refrakter.
• Uji klinis yang mengevaluasi efek steroid jangka panjang pada
ARDS secara konsisten menunjukkan peningkatan signifikan dalam
oksigenasi (rasio PaO2 / FiO2) dan pengurangan peradangan
sistemik, skor disfungsi organ, durasi ventilasi mekanis, dan lama
tinggal ICU.
5. Neuromuscular Blocking Agent (NMBA)

• Percobaan multisenter menunjukkan bahwa NMBA dini selama 48 jam


pada pasien dengan ARDS berat (rasio PF <150 mmHg) 
• hasil membaik paada penurunan mortalitas 90 hari,
• mortalitas pada 28 hari adalah:
• 23,7% pada kelompok NMBA
• 33,3% pada kelompok kontrol
• sebuah analisis menemukan bahwa NMBA dini menunjukkan mortalitas
di rumah sakit yang lebih rendah di antara pasien dengan sepsis berat dan
infeksi pernafasan pada ventilasi mekanik.
6. Terapi Vasodilator

• Vasodilator paru inhalasi selektif adalah vasodilator selektif pada segmen


paru normal dan merekrut aliran darah ke daerah-daerah ini. Karena
tindakan lokal dan waktu paruh yang singkat, vasodilator selektif paru
biasanya tidak memiliki efek samping sistemik

• Percobaan vasodilator inhalasi telah gagal menunjukkan keuntungan kematian.


• Dalam meta-analisis, oksida nitrat yang dihirup hanya menunjukkan perbaikan
sementara dalam oksigenasi dalam 24 jam. Selanjutnya, hasil menunjukkan
kecenderungan peningkatan mortalitas dan peningkatan disfungsi ginjal yang
signifikan pada pasien yang menerima oksida nitrat inhalasi.
7. Pemantauan hemodinamik dan pengelolaan cairan

• Menghindari akumulasi cairan intrathoracic pada


pasien ARDS.
• Uji ARDSNet Fluid and Catheter Treatment menyelidiki efek
pemberian cairan dan strategi pemantauan hemodinamik.
• Meskipun perbedaan bermakna dalam mortalitas 60 hari tidak
tercapai; (cairan konservatif 25,5% versus cairan liberal 28,4%, P =
0,60), pasien yang menerima pendekatan cairan konservatif
memiliki durasi ventilasi mekanik yang menurun dan fungsi paru
yang membaik, tanpa peningkatan efek samping.
• Oleh karena itu, pendekatan cairan konservatif dengan tekanan
vena sentral target sebesar 4 mmHg untuk pasien dengan output
urin cukup (> 0,5 cc / kg / jam) dan sirkulasi efektif , dapat
membantu mempercepat pelepasan ventilator pada pasien ARDS.
• pasien dengan ARDS cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah
daripada sebelumnya dan cenderung mengalami neuropati atau miopati,
gangguan kognitif, dan keterlambatan kembali bekerja.
• Kematian pada tiga tahun lebih tinggi pada ;
• memerlukan ventilasi mekanis di ICU 57,3 % ,
• dibandingkan dengan yang tidak membutuhkan ventilasi di ICU (38,3 %)
• Penyakit kejiwaan juga banyak terjadi setelah ARDS;
• 17 - 43 % dari responden Depresi,
• 21 - 35 % posttraumatic dan gangguan stres,
• dan 23 - 48 % kecemasan.

dokter perawatan primer :


•memulai, berkoordinasi, dan memantau berkelanjutan paska ARDS
•menilai status fungsional post dari rumah sakit, tindak lanjut dan kunjungan
Rumah
•Menjadi sumber daya tim perawatan kesehatan multidimensional (misalnya,
terapi fisik dan pekerjaan, keperawatan rehabilitasi, rumah perawatan kesehatan,
kolega subspesialisasi) untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi optimal.
•menyaring kesehatan gangguan mental dan perawatan atau rujuk sesuai
kebutuhan.

Perawatan Post terapi ARDS


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai