Anda di halaman 1dari 53

Deteksi

Dini
Disampaikan pada acara pelatihan penatalaksanaan Pneumonia-COVID19
Wonosobo, 10 Maret 2020

MS ANAM

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNDIP/RSUP DR KARIADI
SEMARANG
Pendahuluan
• COVID-19  Infeksi yang disebabkan oleh
virus SARS-Cov 2 (sebelumnya bernama novel
coronavirus 2019 – ncov 2019)
• Pertama ditemukan di Tiongkok, Desember
2019, diduga berasal dari Huanan wholesale
Seafood Market di Wuhan, Hubei, China
Pendahuluan…...........
• Corona Virus Disease – 19 (COVID-19)  Infeksi
akibat virus SARS-CoV 2 terutama menyerang
saluran pernapasan
• Infeksi saluran pernapasan dari mulai yang
ringan sampai berat dan mengancam jiwa
• COVID-19  Pneumonia yang disebabkan oleh
virus corona, dapat disertai dengan komplikasi:
– Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
– Sepsis dan syok sepsis
– Gagal jantung
– Kematian
INDONESIA  19 Confirmed
Cases
• Virus zoonotic, berkapsul,
diameter 80-120 nm
• Replikasi di sitoplasma
Penyebab
sel binatang (unta, Virus SARS – Cov 2
kucing, kelelawar, ular)
• Single-strand 30 kb RNA
genom
• Hewan dengan COV
dapat menginfeksi
manusia  SARS
(2003), MERS (2012),
COVID-19!!
• Masuk kedalam sel
manusia melalui reseptor
ACE-2 (yang berada di
paru, ginjal, jantung, dan
usus)
• Mortalitas 2-3%
• Masa inkubasi 1-14 hari
 Binatang  Manusia
Penularan  Manusia  Manusia
Virus SARS – Cov 2  Nosocomial. Pasien yang terinfeksi 
petugas kesehatan
Penularan
Manusia  Manusia
 Melalui droplet saluran napas
(batuk, bersin)
 Kontak erat (kontak fisik)
 Menyentuh benda atau
permukaan yang terdapat virus
dan menyentuh mulut, hidung,
atau mata sebelum cuci tangan
 Kontaminasi feses

Virus dapat hidup lebih dari 5 hari pada suhu 22-25 C dan dengan kelembaban
relatif 40-45%
SARS-CoV mati pada suhu 56 C dalam waktu 15 menit
SARS-Cov dapat diinaktivasi oleh sinar UV, kondisi basa (pH > 12, atau kondisi
asam (pH < 3)
Pathology and Pathogenesis of Severe Acute Respiratory Syndrome
https://www.worldometers.info/coronavirus/coronavirus-age-
COVID-19 Fatality Rate by AGE: sex-demographics/

COVID-19 Fatality Rate by SEX:


AGE DEATH RATE
SEX DEATH RATE
80+ years old 14.8% Male 2.8%
70-79 years old 8.0% Female 1.7%
60-69 years old 3.6%
50-59 years old 1.3% Common symptoms included:
40-49 years old 0.4% (Wang et al study)
30-39 years old 0.2%
20-29 years old 0.2% Fever 98.6%
10-19 years old 0.2% Fatigue 69.6%
0-9 years old no fatalities Dry cough 59.4%

COVID-19 Fatality Rate by COMORBIDITY: Reported illnesses have


ranged from people with mild
PRE-EXISTING CONDITION DEATH RATE symptoms to people being
Cardiovascular disease 10.5% severely ill and dying.
Diabetes 7.3%
Chronic respiratory disease 6.3% Symptoms can include:
Hypertension 6.0% Fever
Cancer 5.6% Cough
no pre-existing conditions 0.9% Shortness of breath
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bervariasi tergantung imunitas tubuh, virulensi


kuman mulai dari tidak bergejala, gejala ringan, progresif
sampai mengancam jiwa
 Demam seperti gejala flu batuk dan nyeri kepala
 Infeksi saluran pernapasan atas dan atau bawah disertai
kesulitan bernapas, sesak napas
 Diare, terutama setelah virus menyerang saluran pencernaan
 Fatigue (letih, lemah, lesu)
 Pada kasus yang berat, terdapat gejala pneumonia dengan
gambaran CT-Scan abnormal, batuk darah, limfopenia, dapat
disertai dengan komplikasi ARDS, gagal jantung, gagal ginjal,
sampai kematian
Definisi Operasional Kasus

 Pasien dalam pengawasan


 Orang dalam pemantauan
 Kasus probable
 Kasus konfirmasi

Kontak erat
Pasien Dalam Pengawasan (1)
Pasien Dalam Pengawasan (2)
Orang Dalam Pemantauan

Kasus Probable

Kasus Konfirmasi
Surveilans & Deteksi Dini
Pasien
dalam Dilakukan selama 14 hari sejak kontak
pengawasan terakhir dengan pasien dalam
Kontak erat pengawasan. Pasien dianjurkan
melakukan pembatasan diri dan selalu
Surveilans
risiko rendah memantau perkembangan gejala
dilakukan secara mandiri
pada
Dilakukan dirumah atau fasum atau alat
keluarga dan
angkut (sesuai kondisi) selama 14 hari
petugas
kesehatan Kontak erat sejak kontak terakhir dengan
probable/konfirmasi. Pasien dilakukan
yang kontak risiko tinggi pengambilan spesimen swab
orofaring/nasofaring, sputum, dan
serum pada hari pertama dan hari ke-
14
Apabila kontak erat mengalam demam (>38 C ) atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan
dalam 14 hari terakhir maka segera rujuk ke RS rujukan untuk tatalaksana lanjutan
Orang
dalam
pemantauan

Dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya


pneumonia/perburukan gejala selama 14 hari.
Apabila mengalami pneumonia atau gejala berlanjut 
rujuk ke RS rujukan untuk tatalaksana lanjutan

Orang dalam pemantauan harus melakukan isolasi diri


di rumah.
Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon, idealnya kunjungan secara berkala
(harian) dilakukan oleh petugas layanan primer dengan
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat
Deteksi Dini & Respon

Pintu masuk negara


• Detect, prevent, dan respond
• Pelabuhan, bandara, pos lintas batas

Wilayah
• Meningkatkan kegiatan surveilans rutin dan
berbasis kejadian secara aktif maupun pasif
• Kegiatan untuk menemukan pasien dalam
pengawasan COVID-19
Tatalak
sana
DIAGNOSIS
• Manifestasi Klinis
– Gejala
– Tanda
• Pemeriksaan Penunjang
– Laboratorium
– Radiologis
– Mikrobiologis
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bervariasi tergantung imunitas tubuh, virulensi


kuman mulai dari tidak bergejala, gejala ringan, progresif
sampai mengancam jiwa
 Demam seperti gejala flu batuk dan nyeri kepala
 Infeksi saluran pernapasan atas dan atau bawah disertai
kesulitan bernapas, sesak napas
 Diare, terutama setelah virus menyerang saluran pencernaan
 Fatigue (letih, lemah, lesu)
 Pada kasus yang berat, terdapat gejala pneumonia dengan
gambaran CT-Scan abnormal, batuk darah, limfopenia, dapat
disertai dengan komplikasi ARDS, gagal jantung, gagal ginjal,
sampai kematian
Kriteria Klinis
Spektrum klinis
COVID-19

Pneumonia Pneumonia Acute respiratory


Uncomplicated
disstress Sepsis Syok sepsis
illness ringan berat syndrome (ARDS)
Diagnosis COVID-19
• ISPA
Klinis • Pneumonia
• Pneumonia dengan komplikasi

• Leukopenia
Laboratorium • Fungsi organ (hati, ginjal, hematologi)  mencari komplikasi
• Analisis gas darah

• Foto rontgen
Radiologis • CT Scan
• Pemeriksaan lain sesuai indikasi

• Swab tenggorokan naso/oro faring


Mikrobiologis • PCR
• Sekuensing

(+) Faktor
A B

Chest radiographs of two patients returned from Wuhan, China, with pneumonia
caused by SARS-CoV-2 in middle Taiwan.
(A) Case 1: increasing opacity at right middle and lower lung fields at hospital day 6.
(B) Case 2: patchy consolidation over bilateral lower lung fields of at hospital day 6
Chest CT images of a 29-year-old man with fever for 6 days. RT-PCR assay for the SARS-CoV-2
using a swab sample was performed on Feb. 5, 2020, with a positive result. (A column)
Normal chest CT with axial and coronal planes was obtained at the onset. (B column) Chest
CT with axial and coronal planes shows minimal ground-glass opacities in the bilateral lower
lung lobes (yellow arrows). (C column) Chest CT with axial and coronal planes shows
increased ground-glass opacities (yellow arrowheads). (D column) Chest CT with axial and
coronal planes shows the progression of pneumonia with mixed ground-glass opacities and
linear opacities in the subpleural area. (E column) Chest CT with axial and coronal planes
shows the absorption of both ground-glass opacities and organizing pneumonia. Image
courtesy of Radiology
Tatalaksana COVID-19

asien Dalam Pengawas


ang Dalam Pemantau
Tatalaksana Pasien COVID-19
Di Rumah Sakit Rujukan

 Terapi suportif dini dan pemantauan

 Terapi spesifik COVID-19


Terapi suportif dini dan pemantauan

Terapi oksigen segera pada ISPA berat dan distress


pernapasan, hipoksemia, atau syok
– Mulai dari 5 liter/menit dengan nasal kanul dan titrasi
untuk mencapai target SpO2 ≥ 90 % (pada ibu hamil ≥ 92 -
95%)
– Pada anak dengan tanda kegawatdaruratan (obstruksi
napas atau apneu, distress pernapasan berat, sianosis
sentral, syok, koma, atau kejang) diberikan oksigen selama
resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%
– Semua pasien ISPA berat dipantau dengan pulse oksimetri
dan sistem oksigen harus berfungsi dengan baik, dan
semua alat-alat (nasal kanul, masker) harus digunakan
sekali pakai
– Terapkan kewaspadaan kontak saat memegang alat
 Gunakan manajemen cairan konservatif pada
pasien dengan ISPA berat tanpa syok

Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam


pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan
yang agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama
dalam kondisi keterbatasan ketersediaan ventilasi
mekanik
 Pemberian antibiotik empirik berdasarkan
kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis (termasuk
dalam pengawasan COVID-19) berikan antibiotik
empirik yang tepat secepatnya dalam waktu 1 jam

Pengobatan antibiotik empirik berdasarkan diagnosis


klinis (pneumonia komunitas, pneumonia nosokomial
atau sepsis), epidemiologi dan peta kuman, serta
pedoman pengobatan. Terapi empirik harus di de-
ekskalasi apabila sudah didapatkan hasil pemeriksaan
mikrobiologis dan penilaian klinis
(Ampisilin, Ampisilin-gentamisin, Ceftriakson)
 Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara
rutin untuk pengobatan pneumonia karena virus
atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan
lain

Penggunaan jangka panjang kortikosteroid sistemik dosis


tinggi dapat menyebabkan efek samping yang serius pada
pasien dengan ISPA berat/SARI, termasuk infeksi
oportunistik, nekrosis avaskular, infeksi baru bakteri dan
replikasi virus mungkin berkepanjangan. Oleh karena itu,
kortikosteroid harus dihindari kecuali diindikasikan untuk
alasan lain
 Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala
klinis yang mengalami perburukan seperti gagal
napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan
suportif secepat mungkin.

 Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk


menyesuaikan pengobatan dan penilaian prognosisnya

Perlu menentukan terapi mana yang harus dilanjutkan dan


terapi mana yang harus dihentikan sementara.
Berkomunikasi secara proaktif dengan pasien dan keluarga
dengan memberikan dukungan dan informasi prognostik
 Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi
suportif dan penyesuaian dengan fisiologi kehamilan

Persalinan darurat dan terminasi kehamilan menjadi


tantangan dan perlu kehati-hatian serta
mempertimbangkan beberapa faktor seperti usia
kehamilan, kondisi ibu dan janin. Perlu dikonsultasikan ke
dokter kandungan, dokter anak dan konsultan intensive
care.
Terapi spesifik COVID-19

Belum ada terapi


spesifik
yang
direkomendasikan dan
terbukti
Dapat mengobati
Tatalaksana Pasien COVID-19
Di FKTP
Orang dalam Surveilans Pasien dalam
pemantauan Kontak pengawasan

Memerlukan
perawatan
TIDAK RS YA Rujuk RS Rujukan
COVID-19

Pemantauan Rujuk ke RS
ketat  Pemantauan dan pengawasan
Tatalaksana
Tatalaksana
dilakukan selama 14 hari sampai
sesuai kondisi
sesuai kondisi pasien perbaikan atau tidak
terbukti/terbukti infeksi COVID-19
 Selalu menerapkan prinsip
Perbaikan Perburukan pengendalian dan pencegahan
infeksi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai