Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS”

OLEH :

NAMA : HIKMA ILMUL YAQIN


NPM : 020.02.1112
SEMESTER : 1 PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULUSKELETAL PADA KASUS DIABETES MELETUS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Diabetes militus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan proein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah).
(Tarwoto, 2012).
Diabetes Militus adalah syndrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara tuntutan dan suplai insulin (Rumaharbo, 2000). Diabetes
Militus (DM) adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein (Courtney, 2001).

B. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1

Anatomi pankreas (Smeltzer, 2001)


Pankreas merupakan alat tubuh yang bentuknya agak panjang, terletak di
retroperitonial dalam abdomen bagian atas di depan vertebra lumbalis I dan II.
Kepala pankreas terletak di dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai
lien. Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu :
1. Kelenjar eksokrin
Bagian eksokrin pankreas merupakan bagian terbesar dari pankreas berperan dalam
menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
2. Kelenjar endokrin
Kelenjar ini berupa pulau-pulau langerhans yang berjumlah 1 sampai 2 juta,
berperan dalam menghasilkan hormon, pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel
yaitu ;
a. Sel A ( Alfa )
Sekitar 20 - 40 % sel A menghasilkan glukogen yang bersifat hiperglikemik
(meningkatkan gula darah)
b. Sel B (Beta)
Sekitar 60 – 80 % sel B berfungsi membuat insulin yang merupakan hormon
hipoglikemik (menurunkan gula darah).
c. Sel C
Sekitar 5 – 15 % sel C membuat somatotattin yang berfungsi menghambat
pelepasan insulin dan glukogen
d. Sel D
Sekitar 1 % sel D mengandung dan mensekresi pankreatik polipeptida yang
berperan mengatur fungsi eksokrin pancreas.
Insulin merupakan protein kecil yang terdiri dari dua rantai asam amino yang
satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulpida sebelum dapat berfungsi insulin
harus berkaitan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel.
Sekresi insulin di kendalikan oleh kadar glukosa darah, efeknya dapat dilihat
jelas setelah makan, efek utamanya adalah menurunkan kadar glukosa darah, juga
mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Kadar glukosa darah yang berlebihan
akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau rendah maka
sekresi insulin akan berkurang. Penurunan kadar gula darah terjadi karena transfer
membran terhadap glukosa kedalam sel meningkat, khususnya kedalam sel-sel otot,
glukosa masuk kedalam darah tanpa dipengaruhi oleh adanya insulin dan langsung
dapat merangsang sekresi insulin.
Insulin menghambat aktivitas metabolik yang dapat meningkatkan glukosa
darah. Insulin menimbulkan efek:
1. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot ( dalam bentuk glikogen )
2. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
3. Mempercepat pengangkatan asam amino (yang berasal dari protein-protein
makanan ) kedalam sel.

C. Etiologi
1. Diabets tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah: (Brunner dan
Suddarth, 2002).
a. Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM Tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertenty, yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, respon ini
merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai benda asing.
c. Faktor-faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor eksternal
yang dapat memicu destruksi sel beta.
2. Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum di ketahui.
Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
a. Usia
Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara
lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit diabetes militus
diantaranya:
1. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I diturunkan
sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai resiko 25% -
50%, sementara saudara kandung berisiko 6 % dan anak berisiko 5 %.
2. Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang dapat
memicu terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel beta pankreas,
obat-obatan dan zat kimia seperti aloxan, stereptozotocin, pentamidine.
3. Usia diatas 45 tahun
4. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 % berat badan ideal.
5. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, Asia.
6. Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
7. HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigesirida lebih dari
250 mg/dl.
8. Riwayat gesttasional DM
9. Kebiasaan diet
10. Kurang olah raga
11. Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.
D. Tipe DM
Tipe Diabetes:
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas yang utama menurut
Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :
1. Diabetes tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (insulin dependent diabetes
militus [IDDM])
2. Diabetes tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin (Non insulin dependent
diabetes militus [NIDDM])
3. Diabetes Militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes militus gestasional (gestational diabetes militus [GDM]).
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu
diabets yang tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga 95% penderita
mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang tergantung insulin.
E. Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta
pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan normal
atau di bawah normal, gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah poliuria,
polidipsia, polifagia (peningkatan makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan
resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai
respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat tapi
sekresi insulin tergantung dalam hubungannya dengan tingkat hiperglikemia, ini
biasanya di diagnosa setelah berusia 30 tahun dan 75% dari individu dengan tipe II
adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik utama
yaitu mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit jantung koroner,
pembuluh darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati, netropati, dan neuropati.
Termasuk diabetik ketoasidosis (KAD). KAD adalah akibat defisiensi insulin, dosis
terlalu kecil, kelalaian 1 dosis atau beberapa hormon yang mengatur balik antagonis
insulin (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi
selama infeksi atau trauma. Tanda-tanda metabolik dari KAD meliputi hiperglikemia,
diuresis osmotik dan gehidrasi hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipofisis
dan asidosis akibat dari naiknya produksi dari asam lemak.
Tanpa atau dengan ketosis ringan, kenaikan osmolaritas serum dan
dehidrasi.
F.
G. Patways
WOC : Wab Of Caution
2.1.3.1
Usia > 65 thn - Obesitas - imunologi Faktor
(proses penuaan - Hiperten (autoimun) lingkungan
2.1.3.2
dan defek genetik) (Virus)
si
2.1.3.3
Perubahan reseptor Produktif Merusak sel beta
hormon2.1.3.4
insulin, pangkreas
insulin tidak
Kerusakan memberan
sel dan reaksi intrasel
seimbang
dengan jumlah Kegagalan
glukosa dalam produksi insulin
2.1.3.5
Resistensi darah

2.1.3.6
Insulin menjadi Peningkatan
tidak efektif glukosa dalam
darah

2.1.3.7
Jumlah insulin yang
diproduksi Peningkatan Peningkatan
glukosa darah osmolaritas oleh
yang kronik karena glukosa

2.1.3.8
Sel beta gagal
membagi Mempercepat
2.1.3.9
kebutuhan insulin terjadinya - Poli
Arteriosklerosis dipsi
- Poli
ketidak seimbangan
2.1.3.10
Penurunan Penurunan aliran Diabetes Diit dengan terapi
sensitifitas panas, darah ketungkai Neuropati insulin
2.1.3.11
dingin, (makro

Hipoglikemia/
Penurunan Resiko I Hiperglikemia
kerusakan s - Kekakuan/
fungsi
integritas kulit c kelemahan exstrimitas
imunitas Mual, muntah,
- Perubahan Nafsu makan
Luka Gangren
kartilago dalam berkurang
persendian
Resiko tinggi Gangguan Nurisi kurang dari
Intoleransi
infeksi Body image kebutuhan tubuh
Aktifitas

H. Tanda dan Gejala


Dari sudut pasien diabetes militus sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian di diagnosis sebagai diabetes militus adalah
keluhan.
1. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
2. Kelainan ginekologis : keputihan
3. Kesemutan, rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6. Infeksi saluran kemih.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah
lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara biasanya akibat tumbuhnya
jamur, sering pula dikeluhkan timbul bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau
sembuh.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan
keluhan pasien di samping keluhan lemah dan merasa lelah, pada pasien laki-laki
terkadang keluhan impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter. (Waspadji,
2000).
Menurut Tarwoto (2012) tanda dan gejala meliputi :
1. Sering kencing/miksi atau menigkatnya frekuensi buang air kecil (poliauria).
Adanya hiperglekimia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urine karna keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorps dari tubulus ginja. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka
diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia). Banyaknya miksi menyebabkan tubuh
kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus, yang
mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3. Minangkatkan rasa lapar (polipagia). Meningkatkan untuk matabolisme,
pemecahan glikoge untuk energi menyebabkan cadangan energi berkurang
keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4. Penurunan berat badan. Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya
kehilngan cairan, glikogen dan cadangan triglesirida serta massa otot.
5. Kelainan pada mata, mata kabur. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia
menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler menjadi tidak
lancar, termasuk pada mata yang merusak retinaserta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina peningkatan
glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada kulit sehingga menjadi
gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
7. Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah menjadi keton yang
kemudian berada dalam darah dan dikeluarakan melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adnya kelaparan sel,
kehilangan potassium menjadi akibat pasien menjadi mudah lemah dan letih.
9. Terkadang tanpa kejala.Pada keadaan tertentu, tubuh mudah beradaptasi
dengan peningkatan glukosa darah
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer, 2001 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit Diabetes
Melitus, yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2.Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat
juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan ansipatik
( paper strip ).

3.Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes melitus yaitu
a. Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )
b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia
( arief mansjoer, at.all, 2001 )
J. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Terapi (bila diperlukan)
Jika pasien telah melakukan diit dan kegiatan jasmai yang teratur tapi kadar
gula darahnya masih belun baik, dipertimbangkan pemakaian obat yang
berkhasiat hipoglikemik baik oral maupun suntikan.
Tabel 2.1 nama obat-obat yang ada di Indonesia
Nama Dosis Dosis Lama Frekuensi
Generik Maksimal Aawal Kerja
Sulfonilurea 500 50 - -
Clorpopamid 15-20 2,5 6-12 1 kali
Gifisia 240 80 12-24 1-2
Glikasit 120 30 10-20 1-2
Glikuidon 20 5 10-20 1-2
Glimefiria - - - 1
Biguania
Metformin 2500 500 1-3
Inhibator A
Avarfose 300 50 1-3
(Mansjoer arif, 2001)
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Militus adalah
1) Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat
2) Keto asidosis, asidosis laktat dan komahiperosmolar
3) Dibetes melitus mengalami stres berat
4) Diabetes melitus dengan kehamilan
5) Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat oral
dosis maksimal
2. Non Farmokologis
a. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe diabetes mellitus
1) Tujuan
Membantu klien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk
mendapatkan kontra metabolik yang lebih baik.
2) Syarat-Syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah:
a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jauh
10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu
60-70%.
e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f) Penggunaan serta dianjurkan 25 gram / hari dengan mengutamakan
serta larut air yang terdapat dalam sayur dan buah.
g) Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperi orang sehat, yaitu 3000 mg/
hari.
h) Cukup vitamin dan mineral.
3) Macam diet dan indikasi Pemberian.
Tabel 2.2 Jenis diet diabetes mellitus menurut kandungan energi, protein,
lemak dan karbohidrat.
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Jenis Diet
Kkal g g g
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

a) Diet 1 s/d III : diberikan pada penderita yang terlalu gemuk.


b) Diet IV s/d V : diberikan pada penderita yang mempunyai berat
badan normal.
c) Diet VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja
(juvenilediabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
(Bagian gizi RS Dr. Ciptomangkusumo dan persatuan Ahli Gizi Indonesia,
2006.)

4) Bahan Makanan Yang Dianjurkan


Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
a) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi dan sagu.
b) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
mudah dicerna.
5) Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk
diet diabetes mellitus adalah :
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti : gula pasir, gula jawa,
sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman botol ringan, dan es krim, kue-kue manis, dodol, cakel
dan tarcis.
2). Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan.
Menurut konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia (Perkemi)
tahun 1998, diagnosis diabetes mellitus umumnya akan mulai terpikirkan
bila ditemukan adanya gejala khas DM berupa polifogia, polidipsia,
polivria, kesemutan, dan penurunan berat badan yang tidak jelas
penyebabnya. Diagnosis diabetes dipastikan bila kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/ diatau lebih ditambah gejala khas diabetes dan gula
darah puasa > 126 mg/ dl pada dua kali pemeriksaan pada saat yang
berbeda.
6) Perencanaan Makan Pada Diabetes Mellitus
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang
karbohidrat, 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%
Untuk penentuan gizi, dipakai Body Massa Index yaitu :
Rumus
BB
2
BMI = (TB)
Keterangan :
BMI < 18,5 : Gizi Buruk
BMI 18,5 – 23,9 : Normal perempuan
BMI 20-24,9 : Normal laki-laki
BMI 27 : Obesitas
Penentuan gizi penderita dan jumlah kalori/ hari.
Rumus
BB
x 100 %
BBR % = TB-100
Keterangan :
BB : berat badan (kg)
TB : Tinggi Badan (Cm)
BBR : Berat badan relatif.
Kebutuhan kalori perhari untuk menuju berat badan normal adalah:
a) BB normal (BBR 90%-100%) kebutuhan kalori sehari 30 kalori / kg
BB
b) BB lebih (BBR lebih dari 100%) kebutuhan kalori sehari 20 kalori / kg
BB
c) Gemuk (BBR > 120%) kebutuhan kalori sehari 15 kalori/ kg BB
d) BB kurang (BBR < 90%) kebutuhan kalori sehari 40-60 kalori/ Kg BB.

b. Latihan dan Olah Raga


Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali/ minggu selama + ½ jam yang
sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continouse, Reftmical, Interval, Proggresive,
Endorance Training), latihan yang dapat dijadikan adalah jalan kaki, jogging,
lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
1) Kegunaan Latihan teratur antara lain :
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa up take)
b) Menurunkan insulin resisten pada klien dengan kegemukan/
menambah jumlah reseptor insulin.
c) Meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
d) Mencegah kegemukan
e) memperbaiki aliran darah perifer dan menambah oksigen suplay
f) Meningkatkan kadar kolestrol HDL
g) Merangkang pembentukan glikogen baru
h) Menurunkan kolestrol dan trigliserida darah
i) Keuntungan psikologis, meningkan rasa percaya diri, menurunkan
kecemasan, meningkatkan kualitas hidup.
2) Faktor resiko olahraga pada diabetes melitus
a) Jantung
a. Gangguan irama jantung
klien akibat iskemik.
b. Peningkatan tekanan darah
berlebihan pada saat olah raga.
c. Hipotensi setelah olah raga.
b) Mikrovaskuler
a. Perdarahan pada retina mata.
b. Luka-luka pembuluh darah
kecil
c) Metabolisme
a. Peningkatan kadar gula darah
dan ketosis
b. Hipoglikimia
d) Kerusakan Struktur Otot dan Tulang, trauma
a. Luka borok pada bayi
b. Kerusakan tulang penyangga
tubuh
c. Kerusakan pada sandi tulang
3) Strategi Untuk Menghindari Hipo/ Hiperglikemia
pada saat berolahraga terutama untuk klien IDDM (Insulin Dependent
Diabeteas Melitus).
a) Satu sampai 3 jam sebelum berolahraga diharuskan makan dulu.
b) Jika berolahraga berat dan berlangsung lama harus makan sneck setiap
30 menit
c) Dianjurkan untuk meningkatkan jumlah makanan sampai paling tidak
24 jam setelah berolahraga,
d) Infeksi insulin diberikan paling tidak 1 jam sebelum berolahraga.
e) Menurunkan dosis insulin sebelum berolah raga
f) Jadwal suntikan insulin harus perlu disesuaikan
g) Pemantauan kadar gula darah sebelum, selama dan setelah berolahraga.
h) Olah raga harus ditunda jika glukosa darah 250 mg/ dl ketonuria
positif.
c. Pendidikan
Agar pengobatan DM dapat berjalan optimal klien perlu diberikan
pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus.
Tetapi tidak hanya untuk klien saja tetapi juga untuk keluarganya harus
mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai penyebab dan strategi
terapi Diabetes Mellitus. Pengobatan akan dipermudah bila klien mampu
membuat keputusan keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan
penyakitnya sehari-hari. Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah
menekankan pentingnya segi-segi prakitis pengobatan penyakit, yang meliputi
:
1. Perencanaan diet
2. Teknik pemantauan glukosa dan
3. Keton-keton.
Perlu disampaikan kepada klien kaitan yang ada antara diet, aktifitas
fisik, dan obat-obatan yang digunakan dukungan dari dokter (penberi
diagnosis atau sebagai pemberi instruksi ), perawat (untuk membantu
perawatan ), merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian
pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila
semua unsur professional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya
secara perorangan.
Menurut Rendy dan Margaret, (2012) Tujuan penataklasanaan pasien dengan
DM adalah:
1. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kader glukosa darah
2. Mencegah komplikasi vaskuler dan neorophati
3. Mecegah terjadinya hipoglikimia dan ketoasidosis.
Perinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah dalam
rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Asupan makanan dan menejemen diet
2. Latihan fisik dan exercise
3. Obat-obatan penurun gula darah
4. Pendidikan kesehatan
5. Monitoring (Suyono, 2001).

K. Komplikasi
1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.
3. Neuropati Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetik (Mansjoer,
2007)
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi komplikasi baik
bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi pada
NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan
protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
1) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga menjadi
kebutaan
2) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan
baal/gangguan sensoris pada tubuh.
3) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat mengakibatkan
gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
c. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke
4. Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh.
5. Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari deabetes terjadi
akibat komplikasi seperti karena:
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia
b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. Komplikasi neurofatik
e. Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner, stoke.
(Subekti, 2005).

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Efendi, 2007).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial maupun lingkungan.( Efendi, 2007 )
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit,
nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke
rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak
ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak
sembuh-sembuh, kesemutan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang
ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan
perjalanan penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,
polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal
itu jarang diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya
yang sudah mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan
utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada
nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh
dan lain-lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit
infeksi dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit
dan komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut
urutan waktu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu
anggota keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau
penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami
sakit.
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia
Handerson
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada
klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan,
penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah
dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien
mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan haus,
sehingga klien menjadi banyak makan dan banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan
melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah
berlebih,yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama
tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan
Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal
temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk
melakukan (menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami
hambatan dalam pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes
Melitus dengan luka gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren
tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan nyaman
karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat, dalam
kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman
dan terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain,
serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan
saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan
ibadah, pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut
klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu
karena penyakit yang dialami.
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas
klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya
terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja
yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien
dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan
rekreasi karena dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika
keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :

Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat
makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien
menjadi nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka
yang sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila
duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.

b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status
generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi,
gelisah, keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering,
meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati,
bila disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta
reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung,
radang paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari
sebelum makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam
urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
3. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah perumusan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan diagnosa pasien (Ali, 2008)
Table 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
Hari/Tangga D Rencana Tindakan
l X Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. 1.
keperawatan selama…x24 jam di penyembuhan. penyembuhan akan membantu dalam
harapkan klien dapat menentukan tindakan selanjutnya.
pemberian vasodilator akan 2. 2.
meningkatkan dilatasi pembuluh membersihkan luka secara abseptik menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
darah sehingga perfusi jaringan menggunakan larutan yang tidak iritatif, iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang
dapat diperbaiki dengan criteria angkat sisa balutan yang menempel pada luka timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
hasil : dan nekrotomi jaringan yang mati. menghambat proses granulasi.
1. 3. 3.
luka. insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui
2. gula darah pemberian anti biotik. jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
3. pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui perkembangan
penyakit.

Setelah dilakukan tindakan 1. 1. Untuk


keperawatan selama…x24 jam di dialami pasien. mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
harapkan 2. pasien.
Rasa nyeri hilang/berkurang dengan timbulnya nyeri. 2. Pemaha
kriteria hasil: man pasien tentang penyebab nyeri yang
1. terjadi akan mengurangi ketegangan pasien
mengatakan nyeri 3. dan memudahkan pasien untuk diajak
berkurang/hilang bekerjasama dalam melakukan tindakan.
2. 4. 3. Rangas
atau tindakan untuk mengatasi angan yang berlebihan dari lingkungan akan
atau mengurangi nyeri 5. memperberat rasa nyeri
3. keinginan pasien. 4. Teknik
luas. distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
6. nyeri yang dirasakan pasien.
BWC saat rawat luka. 5. Posisi
yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi
7.
seoptimal mungkin.
analgesik.
6. Massag
e dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
7. Obat–
obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji 1.
keperawatan selama…x24 jam di dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
harapkan klien dapat mencapai kaki pasien. 2.
tingkat kemampuan aktivitas yang 2. Beri dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
optimal. Dengan kriteria hasil : penjelasan tentang pentingnya melakukan
1. aktivitas untuk menjaga kadar gula darah 3.
2. dalam keadaan normal berfungsi dengan baik
aktivitas sesuai dengan 3. Anjurk
4.
kemampuan (duduk, berdiri, an pasien untuk menggerakan ekstremitas
5.
berjalan). sesuai kemampuan
nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
3. 4. Bantu
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar
pasien dalam memenuhi kebutuhannya
5. Kerja
sama dengan tim kesehatan lain : dokter
(pemberian analgesik) dan tenaga fisioterapi.

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan 1. Untuk
keperawatan selama…x24 jam di mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
harapkan Kebutuhan nutrisi klien nutrisi pasien sehingga dapat diberikan
dapat terpenuhi dengan kriteria tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
hasil: 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang 2. Kepatu
6. telah diprogramkan. han terhadap diet mencegah terjadinya
7. 3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali komplikasi
8. 3. Menget
ahui perkembangan berat badan pasien (berat
4. Identifikasi perubahan pola makan. badan merupakan salah satu indikasi untuk
menentukan diet).
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk 4. Menget
pemberian insulin dan diet diabetik. ahui apakah pasien telah melaksanakan
program diet yang ditetapkan.
5. Pember
ian insulin akan meningkatkan pemasukan
glukosa
Setelah dilakukan tindakan 1. 1. Untu
keperawatan selama…x24 jam di tentang penyakit DM dan gangren. k memberikan informasi pada
harapkan Pasien memperoleh pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
informasi yang jelas dan benar sejauh mana informasi atau pengetahuan yang
tentang penyakitnya. Dengan 2. diketahui pasien/keluarga.
kriteria hasil: 2. Agar
1. perawat dapat memberikan penjelasan dengan
keadaan penyakitnya menggunakan kata-kata dan kalimat yang
2. 3. dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
perawatan diri sendiri perawatan dan pengobatan pada pasien pendidikan pasien.
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah 3. Agar
dimengerti. informasi dapat diterima dengan mudah dan
4. tepat sehingga tidak menimbulkan
manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien kesalahpahaman.
didalamnya.
4. Deng
an penjelasdan yang ada dan ikut secra
langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
C. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan (Hidayat. 2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi
(wartonah,2006).
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dari proses perawatan yang merupakan peruses
penilaian pencapaian tujuan serta pengkjian ulang rencana keperawatan. Karena kesimpulan yang
didapatkan dasri evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan dilanjutkanatau
diubah.(Efendi, 2007).
Perkembangan respon klien dituangkan kedalam catatan perkembangan klien dan diuraikan
berdasarkan uraian SOAPIER:
S (subyektif) : keluhan-keluhan klien
O (obyektif) : apa yang dapat di lihat, dicium, diukur, dan diraba.
A (analisa) : kesimpulan tentang kondisi klien.
P (plan of care) : rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi dignosa
I (implementasi) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
E (evaluasi) : Respon klien terhadap tindakan yang dilakukan perawat
R (revisi) : Mengubah rencana tindakan keperawatan yang di perlukan.

Anda mungkin juga menyukai