1783 3834 1 SM
1783 3834 1 SM
1 Maret 2017
1 2 3
Acmad Ghozali Arsyad , Putro Ferro Ferdinant , Ratna Ekawati
1,2,3
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jend.Sudirman Km.3 Cilegon, Banten 42435
1 2 3
agarsyad@gmail.com , putro_ferro@ft-untirta.ac.id , ratna_ti@ft-untirta.ac.id
ABSTRAK
Proses produksi yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat (short run)
mengakibatkan subgrup yang diperoleh terbatas jumlahnya, sehingga peta kendali yang
terbentuk tak memungkinkan untuk dianalisa. Standarisasi pada peta kendali itu perlu
dilakukan, karena tiap-tiap production run memiliki p dan batas kendali yang berbeda-
beda. Pada standarisasi diasumsikan distribusi adalah distribusi Normal, dan memiliki
batas kendali yang simetris. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat peta kendali p
konvensional, peta kendali p yang di standarisasi, dan peta kendali p yang di
standarisasi untuk proses pendek. Perbandingan hasil antara peta kendali p
konvensional, peta kendali p yang distandarisasi, dan yang distandarisasi untuk proses
pendek yang dapat terlihat perbedaannya dari batas - batas kendali dan hasil data out
of control tiap peta kendali tersebut. Untuk peta kendali p konvensional dan peta
kendali p yang distandarisasi dengan batas kendali yang berbeda terdapat kesamaan
hasil adanya 3 data out of control. Namun, pada peta kendali p yang distandarisasi
untuk proses pendek, walaupun batas kendali sama dengan peta kendali p yang
distandarisasi terdapat perbedaan hasil yaitu hanya adanya 1 data out of control.
Sedangkan, untuk peta kendali p konvensional dan peta kendali p yang distandarisasi
untuk proses pendek sangat berbeda dari segi batas kendali dan hasil data out of
control.
Kata Kunci : Indeks Kemampuan Proses, Peta Kendali p, Proses Pendek, Standarisasi,
Statistical Process Control (SPC)
86
Jurnal Teknik Industri Vol. 5 No. 1 Maret 2017
88
Jurnal Teknik Industri Vol. 5 No. 1 Maret 2017
10 100
8 80
6 60
Percent
count
4 40
2 20
0 0
jumlah cacat 20 15 14 0
jenis cacat 4 3 2 1
Percent 40,0 30,0 20,0 10,0
Cum % 40,0 70,0 90,0 100,0
dengan tingkat persentase 40% dan 30%dan Gambar 8. Diagram cause-effect jenis cacat kertas
duplex sobek
Count masing-masing sebanyak 20 dan 15.
TDAK MENGECEK
TIDAK ADA
Operator dengan pembagian tugas yang tidak
TRAINING
KEMBALI SETTINGAN
MESIN Plastik merata meyebabkan operator lelah
Mika mengakibatkan kurangnya istirahat dan banyak
Pecah
SETTINGAN VACCUM
MESIN RUSAK UDARA PANAS
tugas.
BERUBAH
KURANG
PERAWATAN c. Faktor Material, Kertas duplex yang basah
BISING
MESIN VACCUM YANG
DIGUNAKAN MASIH
KONVENSIONAL TIDAK ADA
terkena air dapat mengakibatkan sobek, Kertas
TIDAK ADA JADWAL
MESIN
JADWAL
PERAWATAN
PERAWATAN
LINGKUNGAN
duplex yang mudah untuk di potong sehingga
beresiko pada saat pemotongan mengakibatkan
sobek, Kertas duplex yang digunakan tidak
sesuai terlalu mudah sobek.
Gambar 7. Diagram cause-effect jenis cacat plastik mika
pecah d. Faktor Lingkungan, Suhu udara yang panas
bisa mengganggu mood operator dalam bekerja
Adanya jenis cacat plastik mika pecah ini disebabkan oleh sehingga banyak melakukan kecerobohan,
beberapa faktor antara lain : Suara bising dari mesin mengurangi fokus dari
a. Faktor Mesin, Settingan suhu mesin berubah dikarenakan
sebelumnya digunakan untuk mempercepat pemanasan, para operator dalam melakukan koordinasi
Mesin yang digunakan masih konvensional , maka harus dalam pemotongan.
teliti dalam penggunaannya, Mesin yang rusak dikarenakan
penggunaan yang terus menerus tanpa adanya perawatan. 5W+2H
b. Faktor Manusia, Operator tidak teliti dalam mengecek
kembali settingan mesin setelah sebelumnya digunakan Setelah identifikasi penyebab masalah
untuk pemanasan, Kecerobohan dari operator dalam menggunakan diagram cause-effect, maka kita
menjalankan mesin sehingga mesin terganggu dan conveyor perlu memberikan solusi untuk mengurangi
mesin macet, Kurang pengalaman operator dalam masalah tersebut. Metode yang digunakan
menjalankan mesin karena tidak adanya pelatihan
sebelumnya. adalah metode 5W+2H sebagai berikut :
c. Faktor Material, Plastik mika yang berlubang dan retak
menyebabkan proses vaccum bermasalah sehingga Tabel 3. 5W+2H
Faktor Apa ide Mengapa Kapan waktu Dimana Siapa Bagaimana Berapa
menyebabkan pecahnya plastik, Plastik mika yang Perbikannya harus Perbaikannya tempatnya PIC Alternatifnya Biayanya
digunakan tidak sesuai terlalu kaku menyebabkan pecahnya (What) diperbaiki (When) (Where) (Who) (How) (Howmuch)
(Why)
plastik pada saat proses vaccum. Manusia 1. Memberikan 1. Agar Per Bulan Ruang Bapak 1. Memberikan Rp. 1.750.000,-
d. Faktor Lingkungan, Suhu udara yang panas bisa pengarahan dan memiliki pelatihan anes laporan
pelatihan. pengalaman Selaku performansi
mengganggu mood operator dalam bekerja sehingga banyak 2. Pembagian dan terlatih. manager pelatihan.
koordinasi dalam menjalankan mesin. Mesin 1. Melakukan 1. Agar mesin Per Minggu Ruang Bapak 1. Koordinasi Rp. 250.000,-
perawatan mendapatkan Produksi anes dengan pihak
secara berkala. perawatan. Selaku maintenance
2. Melakukan 2. Agar manager dalam membuat
KERTAS
DUPLEX
SOBEK
KESIMPULAN
CUTTER BERMASALAH
UDARA PANAS
CUTTER
TUMPUL PENGGUNAAN ALAT Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data
MANUAL BISING
PERAWATANISI
MENGGANTI
TIDAK
CUTTER
yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
TERATUR
MESIN LINGKUNGAN
sebagai berikut :
1. Diketahui bahwa peta kendali p
konvensional, peta kendali p yang
distandarisasi, dan yang distandarisasi untuk
90
Jurnal Teknik Industri Vol. 5 No. 1 Maret 2017
92