Anda di halaman 1dari 3

Etika

Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos,
sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik.
Bentuk jamak dari ethos adalah to ether artinya adat kebiasaan. 1 Secara etimologi, ada dua
pendapat mengenai asal-usul kata etika (Ayi Sofyan, 2010) yakni; pertama, etika berasal dari
bahasa Inggris, yang disebut dengan ethic (singular) yang berarti suatu sistem, prinsip moral,
aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat
berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti suatu cabang filsafat yang
memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti
prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi.2

Kedua, etika berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang mengandung arti
penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung analisis konsep-
konsep seperti harus, mesti benar-salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau
tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.
Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam bentuk tunggal
mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat akhlak, watak
perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita
membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi
terbentuknya etika yang oleh Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral.2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai yang benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.2

Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainakan merupakan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah suatu ilmu, bukan merupakan suatu ajaran. Pengertian lain tentang etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
bersangkutan dengan manusia secara pribadi dalam “kemanusiannya”, yaitu manusia yang sudah
dan mampu menyadari dirinya sendiri dalam bepikir, bersikap, berbicara, bertingkah laku
terhadap manusia lain dan (dalam) masyarakat, terhadap Tuhan sang Pencipta dan terhadap
lingkungan tempat hidup beserta seluruh isinya. Etika adalah pedoman berbuat sesuatu dengan
alasan tertentu. Alasan tersebut sesuai dengan nilai tertentu dan pembenarannya. Etika penting
karena masyarakat selalu berubah, sehingga kita harus dapat memilih dan menyadari
kemajemukan (norma) yang ada (filsafat praksiologik). Jadi etika juga adalah alasan untuk
memilih nilai yang benar di tengah belantara norma (filsafat moral).1

Etika dalam dunia kedokteran dikenal sebagai etika kedokteran. Etika kedokteran merupakan
terjemahan dari asas-asas ketika menjadi ketentuan-ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal
yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari. Aturan-aturan etika yang disusun oleh
asosiasi atau perhimpunan keprofesian sebagai pedoman perilaku bagi anggota-anggota profesi
itu, umumnya dinamakan kode etik. Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusu dan
etika sosial dalam kedokteran yang memenuhi kaidah. Kaidah dasar moral beserta dengan teori
etika dan sistematika etika yang memuat nilai-nilai dasar etika merupakan landasan etika profesi
luhur kedokteran. Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu:3

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the right to self determination)
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan Tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang Tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau
“above all do no harm”
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan suberdaya (distributive justice)

Kode Etik Kedokteran Indonesia yang berlaku dikeluarkan melalui SK No. 434/
MENKES/SK/X/1983 tanggal 28 Oktober 1983. KODEKI dibentuk sebagai pedoman dalam
berperilaku dan mengandung beberapa ketentuan yang semua tertuang dalam Mukadiamah dan
ke-19 pasalnya yang dibedakan atas 5 bagian yaitu:4,5
1. Kewajiban umum seorang dokter
2. Kewajiban dokter terhadap penderita
3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
5. Penutup

Di Indonesia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan penanganan pelanggaran kode etik
adalah Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) yang merupakan badan khusus
dilingkungan Ikatan Dokter Indonesia. Disamping MKEK terdapat bdan lain yang disebut
Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) yang dibentuk oleh Departemen
Kesehatan RI. Kedua badan tersebut sepakat bahwa semua masalah yang menyangkut
pelanggaran etik diselesaikan dulu oleh MKEK, lalu apabila masalah tersebut belun dapat
diselesaikan maka barulah merujuk ke P3EK untuk diselesaikan. MKEK memiliki tugas utama
untuk mendidik para dokter dalam hal etik, sedangkan P3EK bertugas untuk menjatuhkan sanksi.
Beberapa kasus pelanggaran etik jabatan kedokteran adalah tidak menghormati teman sejawat,
tidak merujuk pasien, mengambil alih pasien teman sejawat, menjelek-jelekan teman
sejawat,tidak melakukan pertolongan gawat darurat atas dasar keperimanusiaan.4,5

Anda mungkin juga menyukai