Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA


(KPSW)

OLEH : PARAMITA
NIM: 2014301210

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM B
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya
ketuban pada 1 jam atau lebih sebelum proses persalinan berlangsung
(Prawirohardjo, 2008).KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak
diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. KPSW biasanya
terjadi pada usia kehamilan ≥ 37 minggu ( Manuaba, 2007).KPSW
adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan yaitu bila pada
primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara < 5 cm (Mochtar,
1998).
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2007), penyebab terjadinya KPSW masih
belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, berbagai jenis faktor yang
menimbulkan terjadinya KPSW yaitu infeksi vagina dan serviks, selaput
ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan defisiensi gizi dari
tembaga atau asam askorbat (vitamin c). Faktor yang berhubungan
dengan meningkatnya insidensi KPSW antara lain;
a. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
b. Inkompetensi serviks
c. Infeksi vagina/serviks
d. Kehamilan ganda
e. Polihidramnion
f. Trauma
g. Distensia uteri
h. Stress maternal
i. Stress fetal
j. Serviks yang pendek
k. Prosedur medis
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadinya KPSW adalah sebagai berikut;
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah diraba
d. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
kering
e. Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
4. Pemeriksaan Dignostik / Pemeriksaan Penunjang Terkait
Diagnosa KPSW dapat ditegakkan dengan cara sebagai berikut;
a. Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok.Cairan
berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan
tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran
lendir darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak pemeriksaan ini masih jelas.
c. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan spekukulm pada KPSW akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga
tampak keluar, fundus ditekan, penderita diminta batuk, mengejan
atau mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan, dan ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
d. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
e. Pemeriksaan penunjang Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
harus dilakukan dalam mendiagnosa KPSW yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis).pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air 17 ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri.Pada kasus KPSW terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidramnion.
5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan KPSW pada kehamilan yang tidak menunjukkan
adanya kelainan seperti malposisi janin (letak sungsang atau letak
lintang), fetal disstres, panggul ibu sempit, serta riwayat obstetrik ibu
yang buruk, dapat dilakukan persalinan normal dengan induksi dan
pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi pada ibu. Apabila selama
proses induksi ditemukan keadaan yang membahayakan seperti detak
jantung janin tidak stabil, tidak adanya respon kontraksi rahim yang
baik, atau keadaan ibu melemah, maka harus segera dilakukan tindakan
yaitu sectio caesaria.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya
kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local menghilangya
rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran
(Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011)
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa
ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan
untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan
(Sabiston, 2011).
Dalam Anestesiologi dikenal Trias Anestesi “The Triad of
Anesthesia” yaitu sedasi (kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi
rasa sakit), dan Relaksasi otot (Kurnia dkk., 2010).
Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu “An” yang berarti tidak
dan “Aesthesis” yang berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesia berarti
suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan
hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa tetapi bersifat
sementara dan akan kembali kepada keadaan semula, karena hanya
merupakan penekanan kepada fungsi atau aktivitas jaringan syaraf baik
lokal maupun umum (Sudisma dkk, 2006).
Dari beberapa definisi anestesi menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa Anestesti merupakan suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit pada saat pembedahan atau melakukan tindakan prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit dengan cara trias anestesi yaitu
hipnotik, analgetik, relaksasi.
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
Anestesi umum melibatkan hilangnya kesadaran secara
penuh.Anestesi umum dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi
intravena atau melalui inhalasi (Royal College of Physicians (UK),
2011).
Anestesi umum meliputi:
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika inhalasi
(VIMA=Volatile Induction and Maintenance of Anesthesia)
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika intraena
(TIVA=Total Intravenous Anesthesia)
Anestesi umum merupakan suatu cara menghilangkan seluruh
sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi
anggota tubuh.Pembedahan yang menggunakan anestesi umum
melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan
yang luas menurut Perry & Potter (2006).
b. Regional Anestesi
1) Pengertian anestesi spinal
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam
ruang intratekal, secara langsung ke dalam cairan
serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level L1/2
dimana medulla spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013).Spinal
anestesi merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang
masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses
konduktifitas pada ujung atau serabut saraf sensori di bagian
tubuh tertentu (Rochimah, dkk, 2011).
2) Tujuan Spinal Anestesi
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 Spinal
anestesi dapat digunakan untuk prosedur pembedahan,
persalinan, penanganan nyeri akut maupun kronik.
3) Kontra indikasi Spinal Anestesi
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi
regional yang luas seperti spinal anestesi tidak boleh diberikan
pada kondisi hipovolemia yang belum terkorelasi karena dapat
mengakibatkan hipotensi berat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut
Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010, ialah :
a) Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang cukup
b) Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan
dan memerlukan bantuan napas dan jalan napas segera.
c) Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini
bergantung pada besarnya diameter dan bentuk jarum spinal
yang digunakan.
4) Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi lokal
yang utama digunakan untuk blockade spinal. Lidokain efektif
untuk 1 jam, dan bupivacaine serta tetrakain efektif untuk 2 jam
sampai 4 jam (Reeder, S., 2011). Berikut ini uraian obat spinal
anestesi :
a) Lidokain
(1) Onset kerja : cepat
(2) Dosis maksimum : 3-5mg/kg
(3) Durasi kerja ; Pendek 60-180 menit tergantung
penggunaan
(4) Efek samping : toksisitas kardiak lebih rendah
dibandingkan bupivakain
(5) Metabolisme : di hati, n-dealkylation yang diikuti
dengan hidrolisis untuk menghasilkan metablit yang
dieksresikan di urin 10
Lidocain sangat popular dan digunakan untuk blok
saraf, infitrasi dan anestesi regional intravena begitu juga
topical, epidural dan itratekal. Bagaimanapun juga ini
termasuk antiaritmik kelas 1B dan dapat digunakan untuk
terapi takikardi.
b) Bupivakain
(1) Onset kerja : blok nervous 40 menit, epidural 15-20
menit, intratekal 30 detik
(2) Durasi kerja : blok saraf sampai 24 jam; pidural 3-4
jam; intrakardial 2-3 jam
(3) Efek samping : lebih cenderung mengakibatkan
toksisitas kardiak berupa penurunan tekanan darah
dibandingkan obat anestesi lokal lainnya
(4) Eliminasi : N-dealkylation menjadi pipecolyoxylidine
dan metabolit lainnya yang diekskresikan di urin
Bupivakain lazim digunakan untuk spinal anestesi.
Menggunakan plain bupivacaine membuatnya dapat naik ke
atas atau turun ke bawah, yang dapat mengakibatkan
peningkatan blok yang membahayakan fungsi respirasi dan
kardio. Jika dekstrosa ditambahkan akan menjadi berat
(heavy) dan akan mengalir lebih dapat diprediksi turun ke
tulang belakang, hanya memengaruhi saraf yang non
esensial. Larutan plain dapat menyebabkan hipotensi yang
lebih sedikit tapi pasien harus tidur terlentang (Keat, dkk.,
2013).
c) Tetrakain
Tetrakain (pantocaine), suatu ester amino kerja –
panjang, secara signifikan lebih paten dan mempunyai
durasi kerja lebih panjang daripada anestetik lokal jenis
ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak
digunakan pada spinal anestesi ketika durasi kerja obat yang
panjang diperlukan.Tetrakain juga ditambahkan pada
beberapa sediaan anestetik topikal.Tetrakain jarang
digunakan pada blokade saraf perifer karena sering
diperlukan dosis yang besar, onsetnya yang lambat, dan
berpotensi menimbulkan toksisitas (Brunton, dkk, 2011).
5) Teknik Pemberian Spinal Anestesi
Teknik pemberian spinal anestesi menurut Gruendemann &
fernsebner, tahun 2006 ialah :
a) Klien diletakkan pada satu dari beberapa posisi yang
memaksimalkan kemungkinan pungsi dicelah antara
vertebra lumbal kedua dan sakral pertama. Posisi paling
sering diambil adalah decubitus lateral, yang baik bagi klien
yang mendapat sedasi. Selain itu, posisi duduk
diindikasikan untuk klien gemuk apabila tanda – tanda
patokan anatomis sulit diidentifikasi. Kadang – kadang
posisi ‘pisau lipat’ telungkup digunakan untuk klien yang
menjalani pembedahan rektum.
b) Sewaktu klien diletakkan dalam posisi decubitus lateral,
klien akan berbaring pada salah satu sisinya, sangat dekat
dengan tepi tempat tidur. Panggul, punggung, dan bahu
harus sejajar dengan tepi tempat tidur. Apabila klien
ditempatkan dengan benar, sebuah garis imajiner anatar
bagian atas kedua krista iliaka akan berjalan melalui
vertebra L4 atau 12 antar – ruang L4-5. Tanda petunjuk ini
digunakan untuk menentukan lokasi antar – ruang lumbal
tempat pungsi dilakukan.
c) Sebelum dilakukan pungsi, klien dibantu untuk menarik
kedua lututnya kearah dada dan menekuk kepala dan leher
kearah dada. Dengan demikian, punggung akan
melengkung, sehingga prosesus spinalis terbuka secara
maksimum.
d) Prosedur pungsi spinal pada dasarnya sama dengan berbagai
posisi klien, baik posisi duduk atau ‘pisau lipat’. Klien
dalam posisi duduk memerlukan penopang yang kuat
dibawah kaki mereka dan harus dibantu untuk condong ke
depan dengan lengan ditekuk agar punggung melengkung.
Dalam posisi ini, klien dapat ditopang oleh perawat atau
oleh sebuah cantelan mayo yang terpasang kuat.
e) Setelah pungsi dilakukan dan cairan serebrospinalis
mengalir melalui aspirasi lembut alat suntik yang
dihubungkan dengan jarum spinal, obat anestetik lokal
dapat disuntikan dengan kecepatan sekitar 1 ml sampai 5
sampai 10 detik. Penyebaran anestetik lokal melalui cairan
serebrospinalis dipengaruhi oleh dosis total yang
disuntidkkan, konsentrasi larutan, keadaan kanalis spinalis,
dan posisi klien selama dan segera, setelah suntikan
anestetik lokal.
f) Setelah obat disuntikkan di klien perlu diposisikan dengan
ketinggian anestesi yang dapat dicapai sehingga memblok
serabut yang menpersarafi kulit dan organ internal yang
akan dikenal oleh prosedur operasi.
3. Teknik Anestesi
Sebelum memilih teknik anestesi yang digunakan, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya keselamatan dari ibu,
keselamatan bayi, kenyamanan ibu serta kemampuan operator di dalam
melakukan operasi pada penggunaan anestesi tersebut. Pada sectio
caesarea terdapat dua kategori umum anestesi diantaranya Generał
Anethesta (GA) dan Regional Anesthesia (RA) dimana pada RA
termasuk dua teknik yakni teknik spainal dan teknik epidural. Teknik
anestesi dengan GA biasanya digunakan untuk operasi yang emergensi
dimana tindakan tersebut memerlukan anestesi sescgera dan secepat
mungkin.Teknik anestesi GA juga diperlukan apabila terdapat
kontraindikasi pada teknik anestesi RA, misalnya terdapat peningkatan
pada tekanan intrakranial dan adanya penyebaran infeksi di sekitar
vertebra.
Terdapat beberapa resiko dari GA yang dapat dihindari dengan
menggunakan teknik RA, oleh karena itu lebih disarankan penggunaan
teknik anestesi RA apabila waktu bukan menupakan suatu prioritas.
Penggunaan RA spinal dan RA epidural lebih disarankan untuk
digunakan dibandingkan dengan teknik GA pada sebagian kasus sectio
caesarea. Salah satu alasan utama pemilihan teknik anestesi RA
dibandingkan dengan GA adalah adanya resiko gagalnya intubasi trakea
serta aspirasi dari isi lambung pada teknik anestesi GA. Selain itu, GA
juga meningkatkan kebutuhan resusitasi pada neonatus.
a. Regional Anesthesia
1) Posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di
atas nejaoperasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan
sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan
dalam 30 menit pertama akan mneyebabkan menyebarnya
obat.
2) Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi
decubitus lateral. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien
juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk
maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain
ialah duduk.
3) Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista
iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L5. Tentukan
tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5. tusukan pada
L1-2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulaspinalis.
4) Sterilkan tempat tusukan dengan betadin ataualkohol.
5) Beri Anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan
lidokain 1,2% 2-3ml.
6) Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal
besar 22 G, 23 G atau 25 G dapat langsung digunakan.
Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan
menggunakan penuntun jarum (intoducer), yaitu jarum suntik
biasa sepmrit 10 cc. tusukkan introdusr sedalam kira-kira 2
cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukan jarum spinal
berikut mandrinnya kelubang jarum tersebut. Jika
menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum
(bevel) harus sejajar dengan serat durameter, yaitu pada posisi
tidur miring bevel mengarah ke atas atau ke bawah, untuk
menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya
nyeri kepala pasca spinal.
Setelah resistensi mengilang, mandrin jarum spinal
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat
dapat dimasukkan pelan (0.5ml/detik) diselingi aspirasi
sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.
Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar
dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90° biasanya likuor
keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukkan
kateter.
7) Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya
bedah hemoroid (wasir) dengan anestetik hiperbarik, jarak
kulit ligamentum flavum dewasa ± 6 cm.
b. Indikasi dan Kontraindikasi
Anestesi Spinal Anestesi spinal umumnya digunakan untuk
prosedur bedah melibatkan daerah abdomen bagian bawah,
perineum, dan ekstremitas bawah.Ada kontraindikasi absolut dan
relatif terhadap anestesi spinal.Satusatunya kontraindikasi absolut
adalah penolakan pasien, infeksi pada tempat suntikan,
hipovolemia, penyakit neurologis tertentu, koagulopati darah, dan
peningkatan tekanan intrakranial.Kontraindikasi relatif meliputi
sepsis yang berbeda dari tempat tusukan (misalnya,
korioamnionitis atau infeksi ekstremitas bawah) dan lama operasi
yang waktunya belum bisa diperkirakan.
4. Rumatan Anestesi
Premedikasi diberikan sulfas atropin 0,25 mg I.M setengah jam
sebelum operasi dan dapat ditambah lagi 0,15 mg I.V segera sebelum
operasi. Atropin ini dapat mempercepat nadi bayi, tetapi hal ini tidak
sampai membahayakannya.Dapat juga diberikan scopolamin yang bersifat
sedasi, tetapi ada kemungkinan bayaha depresi terhadap bayi.Kadang-
kadang dapat juga diberikan obat-obat penenang.Opiat sebaiknya jangan
diberiakan karea mudah melalui plasenta barrier dan menyebabkan depresi
terhadap bayi. Pemberian 3-31 jam sebelum melahirkan biasanya akan
memperoleh bayi yang perlu diresusitasi. Banyak penelitian yang kurang
setuju dengan pemberian obat-obat penenang karena kemungkinan
lahirnya “ sleepy infant”
5. Resiko
a. Gangguan kardiovaskuler : Penurunan curah jantung
b. Gangguan respirasi : Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan gastrointestinal : Aspirasi
d. Gangguan termoregulasi : Hipotermi
e. Resiko infeksi : Luka insisi post operasi
f. Nyeri :Proses kontraksi, Terputusnya kontinuitas jaringan kulit
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA NY. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KPSW DILAKUKAN TINDAKAN

SECTIO CAESAR DENGAN REGIONAL ANESTESI

DI RS PUSRI PALEMBANG TAHUN 2021

NAMA : PARAMITA

NIM : 2014301210

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM B
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KPSW PADA NY. S DILAKUKAN
TINDAKAN SECTIO CAESAR DENGAN REGIONAL ANESTESI

A. Pengkajian
1. PengumpulanData
a. Anamnesis
1) Identitas
 Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 35Tahun
Jeniskelamin :Perempuan
Agama :Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
SukuBangsa :Indonesia
Statusperkawinan :Kawin
Golongandarah :A
Alamat : Jl. Jepang irigasi sematang
borang blok D 11
Palembang
No.RM :216480
Diagnosa medis : G2P1A0 dengan KPSW
Tindakan Operasi : Sectio Caesar
Tanggal MRS : 5 Januari 2021
Tanggal pengkajian: 5 Januari 2021

 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. Rh
Umur : 48Tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungandg Klien : Suami
Alamat :SDA
2) RiwayatKesehatan
a) KeluhaUtama
 Saat Masuk RumahSakit
Pasien datang ke IGD RS Pusri pada hari Selasa
15 Januari 2021 jam 09.00 WIB hamil anak kedua
dengan keluhan keluar air-air dari vagina sejak 1 jam
yang lalu, mules (+) sejak 3 jam yang lalu.Pasien
mengatakan pernah USG dengan dr.Obgyn 2 hari
yang lalu usia kehamilannya 39 minggu, ketubannya
sedikit. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter
jaga IGD dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam
oleh bidan ponek, pasien didiagnose KPSW dengan
air ketuban sekarang sudah sangat sedikit
direncanakan operasi SC cyto.

 Saat Pengkajian

Pada saat pasien tiba di ruang penerimaan di


IBS RS Pusri, pasien mengatakan nyeri pada
perutnya, keluar cairan dari vagina. Pasien
mengatakan operasi ini adalah pertama kalinya &
pasien merasa cemas. Pasien juga mengajukan
beberapa pertanyaan bagaimana proses pembiusan
dan pembedahan nantinya.
b) Riwayat PenyakitSekarang
Pasien mengatakan saat ini beliau hamil
anak kedua namun dari pemeriksaan USG 2 hari
yang lalu air ketubannya sedikit dan tidak ada
menderita penyakit lainnya. Setelah dilakukan
pemeriksaan di igd tadi atas order dokter obgyn
pasien harus menjalani operasi section caesar
cyto dan pasien segera puasa.
c) Riwayat PenyakitDahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
d) Riwayat PenyakitKeluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
seperti DM, Hipertensi, TB, asma dan lain-lain
e) RiwayatKesehatan

 Sebelumnya pernah masuk rumah sakit?Tidak

 Riwayat operasi, anestesi dan komplikasi


anestesi sebelumnya? Tidak pernah.
 Apakah pernah transfuse darah sebelumnya?Paisen
tidak pernah mendapatkan transfusi darah
sebelumnya.
 Adakah penyakit keturunan? Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit turunan.
 Apakah pernah di diagnose penyakit menular? tidak

f) Riwayat Pengobatan/konsumsi obat? Tidak ada

g) Riwayat alergi Pasien tidak memiliki riwayat alergi

h) Riwayat Penyakit sistemik pasien tidak memiliki penyakit


sistemik

i) Kebiasaan-kebiasaanpasien

 Merokok : Tidak

 Alkohol :Tidak

 Kopi/the/soda :Kopi/the
3) Pola Kebutuhan Dasar (DataBio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a) Udara atauoksigenasi

 Gangguanpernafasan : Tidakada

 Alatbantupernafasan : Tidakada

 Sirkulasiudara :Baik

 Letaktempattinggal : Dataran rendah

b) Air

 Sebelum sakit

 Minum Air

 Frekuensi :6-7gelas/hari(1500ml)

 Jenis :Airputih

 Cara :Oral

 Keluhan : tidak ada

 Saat sakit:

 Minum air

 Frekuensi :6gelas/hari(1500ml)

 Jenis :Airputih

 Cara :Oral

 Keluhan : Tidak ada

c) Nutrisi/makanan

 Sebelum sakit

 Frekuensi :3x/hari

 Jenis : Makanan Padat


 Porsi :Normal
 Dietkhusus : Tidak ada

 Makananyangdisukai : Gado-gado

 Pantangan : Tidak ada

 Nafsu makan :Baik


 Saat sakit

 Frekuensi : 3x/hari

 Jenis :Lunak

 Porsi :Normal

 Dietkhusus : Tidak ada

 Makananyangdisukai :-

 Pantangan : Tidak ada

 Nafsumakan :Baik

d) Eliminasi

 BAB

 Sebelum Sakit

 Frekuensi : 1x/hari

 Konsistensi : Padat

 Warna : Kuning

 Cara : Mandiri

 Keluhan : Tidak ada

 Saat Sakit

 Frekuensi : 1x/hari

 Konsistensi : Lembek

 Warna : Kuning

 Bau : Khas feses

 Cara : Mandiri
 Keluhan : Tidak ada

 BAK

 Sebelum Sakit

 Frekuensi : 6-7x/m

 Warna : Kuning jernih

 Bau : Khas urine

 Cara : Mandiri

 Keluhan : Tidak ada

 Saat Sakit

 Frekuensi : 6-7x/m

 Warna : Kuning kecoklatan jernih

 Bau : Khas urine

 Cara : Terpasang kateter

 Keluhan : Tidak ada

e) Pola aktivitas danistirahat

 Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain,


3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
f) Istirahat dan Tidur
 Sebelum Sakit

 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Pasien


mengatakan tidak pernah mengalami insomnia
 Berapa jam anda tidur? pasien mengatakan tidur
malamnya selama 7-8 jam dan tidur siangnya
selama 2-3jam
 Saat sakit

 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Pernah


sesekali

 Berapa jam anda tidur ? pasien mengatakan tidur


malamnya selama 6-7 jam dan tidur siangnya
selama1-2 jam
g) Interaksi sosial

 Hubungan dengan masyarakat : Baik, aktif


dalam kegiatan masyarakat.

 Hubungan dengan keluarga : Baik

 Hubungan dengan kelompok : Keterlibatan


kegiatan sosial pasien baik dan aktif

h) Pemeliharaan Kesehatan

 Rasa aman :Pasien merasa khawatir dengan


penyakitnya

 Rasa Nyaman :Pasien merasa kurang nyaman


dengan kondisi kehamilan

 Pemanfaatan Pelayanan kesehatan: Baik, pasien


berobat ke dokter obgyn dengan memakai bpjs.
i) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia
dalam kelompok

 Konsumsi vitamin : Ada

 Imunisasi :Imunisasi lengkap


waktu masih kecil

 Olahraga :Kadang-Kadang

 Upaya keharmonisan keluarga : Upaya keharmonisan


keluarga baik

 Stress dan adaptasi: Tidak stress dan adaptasi klien


baik

b. PemeriksaaFisik

1) KeadaanUmum

a) Kesadaran : Komposmentis

b) GCS : Verbal:5 Motorik:6Mata:4

c) Penampilan : Tampak sakit (Sedang)

d) Tanda-tanda vital :

 TD : 120/80mmHg

 Nadi: 80x/mnt

 Suhu:36,5oC

 RR:16x/mnt

 BB : 60 kg

 TB :155cm

 Skala Nyeri :8
2) Pemeriksaan Kepala

a) Inspeksi

Bentuk kepala: Simetris Normochepalus,


hidrochepalus (-), luka (-), darah (-), trepanasi
(-), kebersihan (+), persebaran rambut
(merata), terdapat rambut rontok (-).
b) Palpasi

Nyeri tekan (-), edema (-)


3) Pemeriksaa Wajah

a) Inspeksi:

 Ekspresi wajah: Meringis,Warna dan


kondisi wajah: Sedikit pucat, struktur
wajah: Normal.
 Kelumpuhan otot-otot fasialis(-)

 Sikatrik :(-)

 Micrognathia :(-)

 Rambut wajah :(-)

4) PemeriksaanMata

a) Inspeksi

 Kelengkapan dan kesimetrisan mata(+),

 Ekssoftalmus (-)

 Endofthalmus (-)

 Kelopak mata / palpebra: oedem (-)

 Ptosis ( -)

 Peradangan ( -)

 Luka ( -)
 Benjolan ( -)

 Bulu mata : Tidakrontok

 Konjunctiva dan sclera : Perubahan warna normal

 Warna iris :Putih

 Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor(+)

 Kornea : warnabening

 Nigtasmus ( -)

 Strabismus ( -)

 Ketajaman penglihatan :Baik

 Penggunaan kontak lensa :Tidak

 Penggunaan Kacamata :Tidak

 PemeriksaanVisus :-

 Dengan Snelen Card : -

 TanpaSnelenCard : Ketajaman
Penglihatan ( Baik)

 Pemeriksaan lapang pandang :normal


b) Palpasi

Pemeriksaan tekanan bola mata: Dengan palpasi teraba


normal

5) PemeriksaanTelinga

a) Inspeksi dan palpasi

 Amati bagian telinga luar : Bentuk melengkuk


sempurna.

 Ukuran :Normal

 Lesi ( - ), nyeri tekan ( -), peradangan ( - ),


penumpukan serumen ( -).
 Perdarahan ( - ), perforasi ( -).

 Uji kemampuan kepekaan telinga:

 Tesbisik :Normal

 Dengan arloji :Normal

6) Pemeriksaan Hidung

a) Inspeksi dan palpasi

 Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi


(tidak adapembengkakan)

 Amati meatus : perdarahan ( - ),


Kotoran ( - ), Pembengkakan ( -),
pembesaran / polip ( -)
 Pernapasan cuping hidung(-)

7) Pemeriksaan Mulut dan Faring

a) Inspeksi danPalpasi

 Amati bibir : Kelainan konginetal (labioseisis,


palatoseisis, atau labio palatoseisis ) tidak ada, warna
bibir pucat, lesi (- ), Bibir pecah ( -).

 Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries(-), Kotoran (-),


Gigi palsu ( -), Gingivitis (-) Bentuk gigi seri
menonjol (-)
 Lidah : Warna lidah : Merah , Perdarahan ( - ),
Abses ( -).

 Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut


: normal, uvula ( simetris), Benda asing :
(tidak)
 Tonsil: Adakah pembesaran :T0
 Perhatikan suara klien : Tidak berubah
 Malampati score, 1
 Buka mulut 3 jari (+), Tyromental: > 6,5cm

8) PemeriksaanLeher

a) Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan:

 Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan


parut (- ), perubahan warna ( - ), massa ( -)
 Kelenjar tiroid, pembesaran ( -)

 Vena jugularis : pembesaran ( -).

 Pembesaran kelenjar limfe ( - ), kelenjar tiroid ( - ),


posisi trakea(simetris)

 Pemeriksaan leher pendek 3 jari dari pangkal leher ke


angulus mandibula(+)

 Jarak thyromentalis 6 cm : (+)

9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

a) Inspeksi

 Ukuran payudara : Simetris

 Kulit payudara : Warna : Merah, lesi (-),

 Areola : Perubahan warna (-)

 Putting : cairan yang keluar (-), ulkus (- ),


pembengkakan(-)

b) Palpasi

 Nyri tekan(-)

 Kekenyalan(+)

 Benjolan massa(-)

 Nyeri (-).
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi

 Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas


tulang belakang (Kyposis), bentuk dada
(Asimetris), keadaan kulit : Normal
 Retrasksi otot bantu pernafasan: Retraksi
intercosta ( - ), retraksi suprasternal ( - ),
Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping hidung
(-).
 Pola nafas :Normal

 Batuk :(-)

 Palpasi

Pemeriksaan taktil / vocal fremitus :


Getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama).
 Perkusi

Area paru : ( sonor)

 Auskultasi

 Suara nafas

 Area Vesikuler : (bersih)

 Area Bronchial : (bersih)

 Area Bronkovesikuler (bersih)

 Suara Ucapan

Terdengar : Bronkophoni ( - ), Egophoni ( - ),


Pectoriloqy ( - )

 Suaratambahan
 Terdengar : Rales ( -)

 Ronchi ( -)

 Wheezing ( -)

 Pleural fricion rub (-)

b) PemeriksaanJantung

 Inspeksi

 Ictus cordis ( +)

 Pelebaran : Tidak ada

 Palpasi

Pulsasi pada dinding torak teraba : ( normal& kuat)

 Perkusi

 Batas-batas jantung normal adalah:

 Batas atas : ICS II ( N = ICS II)

 Batas bawah : ICS V ( N = ICSV)

 Batas Kiri : ICS V Mid Clavicula


Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula
Sinistra)
 Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis
Dextra ( N = ICS IV Mid Sternalis
Dextra)
 Auskultasi

 BJ I terdengar (tunggal), ( keras), (reguler)

 BJ II terdengar (tunggal), (keras), (reguler)

 Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop


Rhythm ( -), Murmur(-)
11) Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi

 Bentuk abdomen : (Cembung)

 Massa/Benjolan ( Tampak hamil), Kesimetrisan (+),

 Bayangan pembuluh darah vena(-)

 His : (+)

 Auskultasi

Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit , Borborygmi ( - )

 Palpasi

 Tfu : 3 jari bawah px

 Distensi :(-)

 Palpasi Hepar:

 Nyeri tekan ( -)

 Pembesaran ( -)

 Perabaan :Lunak

 Permukaan :Halus

 Tepi hepar : Tumpul ( N = hepar tidakteraba).

 Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( -)

 Palpasi Appendik:

 Titik Mc. Burney : nyeri tekan ( - ),


nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar
kontralateral ( -).
 Acites atautidak :Shiffing Dullnes ( - ),
Undulasi ( -)
 Palpasi Ginjal:

Nyeri tekan( - ), pembesaran ( - ). (N = ginjal tidak


teraba).

12) Pemeriksaan Genetalia Wanita

 Inspeksi

 Kebersihan rambut pubis(bersih)

 Lendir (+)

 Eritema ( -)

 Peradangan ( -).

 Lubang uretra : stenosis /sumbatan (- )

 Terpasang kateter :Terpasang

 Palpasi

Vagina : nyeri tekan (-), benjolan (-)

13) PemeriksaanAnus

 Inspeksi

 Atresia ani ( -)

 Tumor ( -)

 Haemorroid ( -)

 Perdarahan ( - )

 Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( -)

 Palpasi

Nyeri tekan pada daerah anus ( - )


14) Pemeriksaan Ekstremitas

 Ekstremitas Atas

 Inspeksi

 Otot antar sisi kanan dan kiri(simetris)

 Deformitas (-)

 Fraktur (-) lokasi, terpasang Gib ( - ), Traksi (-)

 Terpasang infus (+ ) di tangan


kanan, ukuran abbocath : 20,
Tetesan infuse : 20x/m, ROM :Baik
 Palpasi

 Perfusi : Baik, CRT : <2detik

 Edema : (0), nyeri tekan(-)

 Lakukan uji kekuatan otot : ( 5555)

 Ekstremitas Bawah:

 Inspeksi

 Otot antar sisi kanan dan kiri(simetris)

 Deformitas (-)

 Fraktur (-) lokasi, terpasang Gib ( - ), Traksi (-)

 Terpasang infus (-)

 Palpasi

 Perfusi : Baik, CRT : <2detik

 Edema : (0 ), nyeri tekan (-)

 Lakukan uji kekuatan otot : ( 5555 )

Kesimpulan palpasi ekstermitas:


(1) Edema: 0 0
0 0

(2) uji kekuatan otot: 55


55

15) Pemeriksaan neurologis

 Menguji tingkat kesadaran secara kuantitaif dengan GCS


( Glasgow Coma Scale)

 Menilai respon membuka mata ( 4)

 Menilai respon Verbal ( 5)

 Menilai respon motorik ( 6)

 Pemeriksaan tingkat kesadaran secara kualitatif :


(Composmentis)

 Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

 Peningkatan suhu tubuh (-)

 Nyeri kepala ( -)

 Kaku kuduk (-)

 Mual –muntah (-)

 Kejang (-)

 Penurunan tingkat kesadaran (-)

 Memeriksa nervus cranialis

 Nervus I , Olfaktorius (pembau )normal

 Nervus II, Opticus ( penglihatan )normal

 Nervus III, Ocumulatoriusnormal

 Nervus IV, Throclearisnormal

 Nervus V, Thrigeminus:
o Cabang optalmicus :normal

o Cabang maxilaris :normal

o Cabang Mandibularis :normal

 Nervus VI, Abdusennormal

 Nervus VII, Facialisnormal

 Nervus VIII, Auditoriusnormal

 Nervus IX, Glosopharingealnormal

 Nervus X, Vagusnormal

 Nervus XI, Accessoriusnormal

 Nervus XII, Hypoglosalnormal

 Memeriksa fungsi motorik

 Ukuran otot (simetris), atropi ( -) kekuatan otot :


5555

 Memeriksa fungsi sensorik

 Kepekaan saraf perifer : benda tumpul normal

 Benda tajam: Normal

 Menguji sensasi panas / dingin normal , kapas halus


: (+)

 Memeriksa reflek kedalaman tendon

 ReflekFisiologis

 Reflek bisep ( +)

 Reflek trisep ( +)

 Reflek brachiradialis ( +)

 Reflek patella ( +)

 Reflek achiles ( +)
 ReflekPathologis

 Reflek babinski ( -)

 Reflek chaddok ( -)

 Reflek schaeffer ( -)

 Reflek Oppenheim ( -)

 Reflek Gordon ( -)

c. DataPenunjang

1) PemeriksaanLaboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
- Leukosit(WBC) 8,5 10^3/uL 4.00 -10.00
- Hemoglobin(HGB) 12 g/dL 11.00 – 16.00
- Hematokrit(HCT) 40 % 37.0 – 48.0
- Trombosit(PLT) 270 10^3/uL 150 – 450
- Laju EndapDarah 23 Mm/jam 0-10
- Hitung Jenis (DIFF)
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 1 % 1-3
Netrofil 60 % 50-70
Limfosit 20 % 18-42
Monosit 3 % 2-11
Rapid Test Non Reaktif Non Reaktif
2) Pemeriksaan Radiologi:

 Foto Thorax: Tidak dilakukan

3) Therapi saat ini

 Ringer Laktat 500ml (gtt20x/m)

 Persiapan Anestesi : Puasa segera

4) Kesimpulan status fisik pasien

ASA II : Pasien tidak mempunyai penyakit sistemik namun


dengan kehamilan.

5) PertimbanganAnestesi

 Faktor Penyulit : Tidak ada

 Jenisanastesi : Regional Anestesi

 Teknikanastesi : Spinal anestesi

 Persiapan Alat:
 Persiapan Monitor : Monitor siap pakai yang dilengkapi
dengan pulse oximetri

 Persiapan Mesin : Mesin anestesi dragger


dalam keaadan siap pakai sudah melalui
kalibrasi, Vaporizer : Terisi sevoflurane
 Sumber Gas : O2 Terpasang dan terisi, N2O Terpasang
dan terisi

 Persiapan Alat STATICS

 Scope : Laringoskop, stetoskop

 Tube : LMA No 3 & 4, Spuit 10cc,ETT

 Airway : Gudel/mayo/ OPA danNPA

 Tape : Plaster atauHepafic

 Introducer : Mandrein/stilet, jelly, magilforceps


 Conector: Connector Y

 Suction : SuctionTube

 Obat-obatan anestesi yang disiapkan

 Pre-medikasi - Ondansetron 4mg

- Ranitidine

 Induksi - Bunascan 12,5 mg


 Pelumpuh otot -
 Analgetik - Pronalgess Suppos 2 bh

 Obat - Oxitocyn 2 amp +


maintenance Miomergin 1 amp/ kolf

 Obat antiemetik - Ondansetron 4mg/IV

 Obat emergency :
yang disiapkan - Ephedrine (5 – 20mg)

- Epinefrine 10mg

 Cairan

 Kristaloid

 Jenis : Ringer Laktat

 Jumlah : 500 cc gtt30x/m

 Koloid :-

 Produk darah :-

 Rumus balance cairan :

Estimasi :

 Maintenance/jam : 2cc/kgBB
 Pengganti Puasa : ( Maintenance/jam x durasi)
 Stress Operasi ( 4/6/8: Ringan/sedang/ berat)x BB
 1 Jam pertama : ½ PP+M+ SO
 2 dan 3 Jam selanjutnya : ¼ PP+ M+ SO
 4 jam dan seterusnya : M+ SO

Sehingga didapatkan :

 PP ( pengganti puasa) : ( 2cc X 60 X 4) : 480 cc


 SO ( Stress Operasi ) : 6 x 60 : 360
 1 Jam pertama operasi : ½ x 480+120+ 360 : 720cc
2. AnalisaData

a. PreAnestesi

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : Otot rahim meregang Nyeri

1. Pasien mengatakan
nyeri pada perutnya. Kontraksi
2. Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan
hilang timbul Mendorong bayi ke leher
3. Pasien mengatakan rahim
nyeri seperti ditusuk
benda tumpul Nyeri
DO :

1. Pasien tampak meringis

2. Skala nyeri ringan (5)


3. TD : 120/80mmHg
4. N :90x/mnt
5. RR :16x/
2 DS : Pengalaman pertama kali Ansietas
dibius
1. Pasien mengatakan merasa
cemas dengan tindakan
pembiusan dan pembedahan
yang akan dilakukan Kurangnya pengetahuan klien
2. Pasien mengatakan belum tentang pembedahan dan
pernah melakukanoperasi pembiusan
dan dibius, ini kali
pertamanya
DO :
Cemas (Ansietas)
1. Wajah pasien tampak tegang
dangelisah
2. Pasien menanyakan
ulang mengenai
pembiusan
3. TD : 120/80 mmHg, N :

90x/mnt, RR : 16x/mnt, Spo2 :


b. IntraAnestesi

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : - Pasien mengatakan pusing Regional Anestesi Resiko PK
Disfungsi
Kardiovaskuler
DO : Hipotensi
Vasodilatasi
1. Pasien masih dalam
Pembuluh darah
pengaruh obat regional
anestesi
2. Pasien kehilangan sensasi rasa
PK disfungsi
pada area pinggang ke bawah
kardiovaskuler
6. TTV : TD: 90/60, Nadi : 70x/m,
hipotensi
RR: 16 x/m , Spo2: 99 %
2 DS: Pasien mengatakan tidak terasa G2P1A0 Risiko Cedera Trauma
sakit area pembedahan Bedah

KPSW

DO:
Ketuban Sedikit
1. Pasien menjalani section
caesar.
2. Pasien tampak teranestesi Sectio Caesar
spinal
3. TTV : TD: 110/70, Nadi :90
Resiko cedera trauma
x/m, RR: 18 x/m, Spo2: 100 % bedah
3 S: Pasien mengatakan haus dan lemas G2P1A0 PK Disfungsi
Keseimbangan cairan
dan elektrolit
DO : KPSW
1. Mukosa bibi kering
2. Urine 1500cc/jam
Puasa
3. TD: 110/70 mmHg
4. Nadi : 112x/menit
5. RR: 16x/m
SC
6. Spo2 : 99%

PK Disfungsi
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Post Anestesi

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : G2P1A0 Resiko disfungsi
 Pasien mengatakan tidak gastrointestinal mual
mual KPSW muntah
DO :

1. Pasien masih dalam


regional anestesi SC

2. Pasien tampak mual


RegionalAnestesi
3. Bromage Score 3

6. TTV :TD: 110/70 HR:


Resiko disfungsi
70x/m, RR: 18x/m Spo2:
gastrointestinal mual
99%
muntah
2 DS : Regional Anestesi PK Disfungsi
 Pasien mengatakan Termoregulasi
tidak kedinginan hipotermi
Penurunan fungsi tubuh
DO :
1. Pasien sedang
Disfungsi termoregulasi
dimonitoring
2. Post Regional anestesi
PK Hipotermi
dengan lama pembiusan 1
jam
3. Suhu ruangan 24
derajat celcius
4. Akral dingin

7. TTV :TD: 120/70 HR:

70x/m, RR: 18x/m Spo2:


99%, S : 35,8 derajat
celcius
B. Problem (Masalah KesehatanAnestesi)

1. Pre Anestesi

a. Nyeri

b. Ansietas

Alasan prioritas
Prioritas 1 . Nyeri :Mengancam status kesehatan dan proses
anestesi, yang berhubungan langsung
dengan prosespenyakit
Prioritas 2. Ansietas : Perasaan pasien yang dapat mengancam
status kesehatan pasien namun tidak
berhubungan langsung dengan proses
penyakit dan proses anestesi.
2. IntraAnestesi

a. Resiko PK Disfungsi Kardiovaskuler hipotensi

b. Resiko Cedera Trauma Bedah


c. Resiko PK disfungsi keseimbangan cairan dan elektrolit
Alasan Prioritas:
Prioritas 1.Resiko disfungsi kardiovaskuler hipotensi: Mengancam nyawa
dan berhubungan langsung dengan proses anestesi
Prioritas 2. Resiko cedera trauma bedah : Mengancam kesehatan pasien.
Prioritas 3. Resiko PK disfungsi keseimbangan cairan dan elektrolit
: Kondisi yang tidak langsung berhubungan dengan prognosis
penyakit dengan spesifik
3. PascaAnestesi

a. Resiko PK disfungsi gastrointestinal mual muntah

b. PK Disfungsi termoregulasi Hipotermi Alasanprioritas


Prioritas 1.Resiko Disfungsi gastrointestinal mual muntah : Mengancam
nyawa karena resiko aspirasi

Prioritas 2. PK Hipotermi : Komplikasi yang dapat terjadi/dapat juga


tidak terjadi namun mengancam status kesehatan pasien.
C. Intervensi
Nama : Ny. S No.CM : 216480
Umur : 35 Tahun Diagnosa : G1P2A0 dg KPSW
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Instalasi Bedah & Anestesi RS Pusri Palembang

Perencanaan
Problem
(Masalah Tujuan Intervensi Paraf/
No Nama
Kesehatan
Anestesi
Pre Anestesi
1 Nyeri Setelah dilakukan asuhan 1. Perkenalkan diri Mita
keperawatan anestesi selama 1x30 2. Obrservasi tanda-tandavital
menit masalah nyeri dapat teratasi
3. Observasi penyebab & lokasi,
dengan Kriteria hasil:
karakteristik, penyebaran, intensitas
1. Pasien tampak tenang
atau keparahan nyeri(PQRST)
2. Pasien mengatakan nyeri 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mulai berkurang
3. Skala nyeri ringan(1-3) 5. Atur posisi pasien senyaman
mungkin
4. TTV dalam batasnormal

 TD:100-120/60-80mmHg

 Nadi:60-100x/menit

 RR:16-20x/m

 Suhu:36,5,

 Spo2 :98-100%

2 Ansietas 1. ObservasiTTV Mita


Setelah diberikan tindakan selama 30
menit, ansietas (kecemasan) 2. Kaji cemas dengan skala
berkurang dengan Kriteria hasil : HARS
1. Pasien tampaktenang 3. Bantu pasien mengungkapkan
perasaannya
2. Skala HARS<14
4. Jelaskan prosedur, cara,
3. Pasien siap untuk dilakukan
teknik dan kontraindikasi
pembiusan
4. Pasien paham mengenai
serta kelebihan anestesi dan
prosedur pembiusan yang pembedahan yang akan
sudah dijelaskan dilakukan.
5. Ajarkan teknik relaksasi nafas
5. TTV dalam batas normal
Dalam
- TD:100-120/60-80mmHg

- N :60-80x/mnt

- RR:16x/menit

- S:36,5ºC

- SpO2 : 97-100%
Intra Anestesi

1 Resiko PK Setelah diberikan tindakan selama 10 1. Observasi tanda-tanda vital Mita


Disfungsi menit, masalah Resiko disfungsi
2. Kolaborasi dalam
Kardiovaskuler kardiovaskuler dapat teratasi dengan
penyuntikan obat
hipotensi KH :
vasopresor ( Epedrine)
1. Pasien tidak pusing
3. Berikan loading cairan
2. . TTV dalam batas normal
sesuai arahan dokter
- TD:100-120/60-80mmHg
anestesi
- N :60-80x/mnt 4. Kaji tanda-tanda high
spinal
- RR: 16-20x/m
5. Berikan oxigenasi
- S: 36,5ºC

- SpO2 : 97-100%
2 Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda – tanda vital Mita
Trauma kepenataan anestesi selama 30 menit pasien
Pembedahan diharapkan tidak terjadi cedera 2. Lakukan tindakan anestesi
trauma pembedahan pada pasien sesuai dengan program
dengan kriteria hasil: kolaboratif spesialis anestesi :
1. Tanda – tanda vital dalam Regional anestesi.
batas normal: 3. Monitoring respon motorik
- TD: 100 – 120 / 60 – 80 dan nyeri terhadap trauma
mmhg pembedahan.
- Nadi : 60 – 100x/menit 4. Berikan oxigenasi
- Suhu :36-37°C
- RR :16-20 x/m
- Saturasi oksigen>95%
2. Pasien telah teranestesi
regional dan tidak
menunjukkan respon
nyeri.
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan selama 1. Kaji intake output cairan
disfungsi 15 menit resiko disfungsi 2. Pasang Iv 2 line
keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit 3. Hitung balance cairan
cairan dan tidak terjadi dengan KH: 4. Berikan cairan sesuai arahan
elektrolit 1. Mukosa bibir lembab dokter anestesi
2. Intake aoutput seimbang 5. Berikan oxigenasi
3. Tanda – tanda vital dalam batas
normal:
- TD: 100 – 120 / 60 – 80
mmhg
- Nadi : 60 – 100x/menit
- Suhu :36-37°C
- RR :16-20 x/m
- Saturasi oksigen>95%
Post Anestesi

1 Risiko Setelah diberikan Asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital Mita


Disfungsi Kepenataan Anestesi selama 1x30-60 2. Ajarkan pasien teknik
gastrointestinal menit diharapkan resiko mual nafas dalam
muntah tidak dapat teratasi dengan 3. Lakukan penilaian alderete
KH: bromage score
1. TTV dalam batas normal 4. Kolaborasi dengan dokter
anestesi dalam pemberian
2. Pasien tidak tampak mual
antiemetic
3. Tidak terjadi aspirasi
(Metoclopramide)
4. Bromage score 2
2 PK Disfungsi Setelah diberikan Asuhan 1. Observasi KU klien Mita
Termoregulasi Keperawatan Anestesi selama 30-60
2. Observasi TTV klien
Hipotermi menit diharapkan PK hipotermi
3. Kolaborasi dengan dokter
dapat teratasi denganKH:
anestesi dalam pemberian
1. Pasien tidak merasakan
oxygen nasal kanul
Kedinginan
4. Atur suhu ruang RR
2. Akral hangat 5. Palpasi suhu tubuh klien
6. Berikan selimut ekstra
3. Mukosa bibir merah.
kepada k lien selama di
4. TTV dalam batas normal
RR
TD: 100 – 120 / 60 – 80
5. Berikan selimut hangat
mmhg
- Nadi : 60 – 100x/menit
- Suhu :36-37°C
- RR :16-20 x/m
- Saturasi oksigen>96%
D. Implementasi
Hari/ Problem Jam Implementasi Evaluasi Nama
2 Selasa, 5 Tanggal
Ansietas 15.00 1. Mengobsevasi TTV
( Masalah DS: Mita &
Januari 2021 15.16 2. Membantu pasien
Kesehatan 1. Pasien mengatakan siap Paraf
sd
Anestesi) mengungkapkan untuk dibius
Pre Anestesi 15.30 perasaannya 2. Pasien mengatakan
1 Selasa, 5 Nyeri Mengkaji
3.15.00 cemas
1. Memperkenalkan diri paham
DS tentang
: prosedur Mita
Januari sd dengan
2. Skala HARS
Mengobservasi bius dan juga
1. Pasien mengatakan
2021 Mengajarkan
4.15.15 teknik vital
tanda-tanda pembedahan yang
nyeri yang dirasakan
relaksasi
WIB 3. Mengobservasi dilakukan
berkurang
5. Menjelaskan kepada& lokasi DO
penyebab , :
DO :
pasien terkait jenis dan
karakteristik, 1. Pasien tampak
tindakan anestesi sertaintensitas 1. Pasien tampak
penyebaran, tenang dan tidak
pembedahan sedikit meringis
atau keparahan nyeri gelisah
2. Pasie tampak agak
(PQRST) 2. Pasien tampak
tenang
4. Mengajarkan teknik mengerti dan dapat
3. Pasien terlihat
relaksasi nafas dalam mengikuti arahan
lebih sedikit nyaman
perawat
4. Skala nyeri ringan
3. Skala HARS :12
(3)
4. TTV5. dalam batas
TTV dalam batas
normal normal
TD : 120/80
 TD mmHg
: 120/80
N : 80x/mntmmHg N :
RR :16x/mnt
80x/mnt
 RR :16x/mnt
Intra Anestesi

1 Selasa, 5 Resiko 16.00 1. Mengobservasi tanda- DS : Mita


PK sd tanda vital  Pasien mengatakan
Januari
disfungsi 16.10 2. Memberikan obat tidak pusing
2020
Kardiovaskul vasopresor sesuai arahan DO :
er hipotensi dokter anestesi 1. Pasien tidak
3. Memberikan oxigenasi tampak pusing.
4. Memberikan loading
2. TTV dalam batas
cairan ringer laktat
normal
sesuai arahan dokter
 TD:120/80
anestesi
mmHg,
5. Mengkaji tanda-tanda
high spinal  N: 80x/mnt

 SpO2 :100%

 RR:18x/m
2 Selasa, 5 Risiko 16.00 1. Mengobservasi DS : Mita
Cedera sd tanda-tandavital  Pasien mengatakan
Januari
Trauma 17.00 2. Melakukan tindakan tidak terasa sakit
2021
Pembedaha anestesi sesuai dengan DO :
n program kolaboratif :
1. Tanda-tanda Vital
regional anestesi
normal:
3. Memonitoring respon
TD :110/70 mmHg
motorik dan nyeri
N : 70x/mnt
terhadap trauma
RR : 16x/m
pembedahan.
S : 36.5ᵒ
4. Memberikan oxigenasi
SpO2 : 100%
2. Pasien teregional
anestesi dengan
baik.
3. Respon motorik dan
nyeri tidak ada
3 Selasa, 5 Resiko 16.00- 1. Mengkaji intake DS : Mita
Januari disfungsi 16.15 output cairan (hitung  Pasien mengatakan
2021 keseimban balance cairan) tidak haus
gan cairan 2. Memasang Iv 2 line DO :
dan 3. Memberikan cairan 1. Mukosa bibir lembab
elektrolit sesuai arahan dokter
2. Intake : 500
anestesi
Output : 60cc/jam
4. Memberikan
1. TTV dalam batas
oxigenasi
normal
 TD:120/80

mmHg

 N: 80x/mnt

 SpO2 :100%

 RR:18x/m
Post Anestesi
Selasa, 5 Resiko 17.05 1. MengobservasiTTV DS : Mita
Sd  Pasien mengatakan
Januari Disfungsi 2. Melakukan penilaian
17.20 tidak mual lagi
2021 gastrointestin bromage score
DO :
al mual
3. Mengkaji mual muntah
muntah 1. TTV normal :
pasien
 TD :120/70 mmHg
4. Mengajarkan pasien
teknik nafas dalam  N: 75 x/m

5. Memberikan antiemetic  RR:16 x/m


sesuai arahan dokter  Spo2 : 98 %
anestesi 2. Boramge score 3
3. Pasien terlihat dapat
melakukan nafas
dalam
4. Pasien terpasang
oxygen nasal 3l/m
Selasa, 5 PK 17.10 1. Mengobservasi KU DS : Mita
Januari Disfungsi Sd pasien  Pasien mengatakan
2021 termoregul 17. 2. Memberikan terapi tidak merasa
asi 25 oxygen 3 l/m sesuai kedinginan
hipotermi arahan dokter DO :
anestesi 1. Keadaan umum
3. Mengobservasi TTV pasien : Baik
klien 2. TTV Normal
4. Mengatur suhu ruang  TD : 110/70 mmHg
RR  N : 80x/mnt
 RR : 16x/m
5. Mempalpasi suhu
 Spo2 : 100%
tubuh klien
3. Suhu ruangan 24
6. Memberikan selimut
derajat celcius
ekstra kepada pasien.
4. Akral hangat
7. Memberikan selimut
5. Mukosa bibir : merah
hangat kepada pasien
6. Pasien terlihat tenang
7. Pasien terlihat nyaman
E. Evaluasi

Nama : Ny. S No.CM : 216480


Umur : 35 tahun Diagnosa : G2P1A0 dengan KPSW
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Intalasi Bedah & Anestesi RS Pusri Palembang
No Hari/ Jam Problem Catatan Perkembangan Nama/
Tanggal (Masalah Paraf
Kesehatan
Anestesi)
Pre Anestesi

Selasa, 5 15.30- Nyeri S: Mita


Januari 15.35
1. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
2021
2. Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang

O:

1. Wajah pasien nampak sedikit lebih


tenang dan rilex.
2. Pasien tampak sedikit meringis

3. Skala nyeri : 3

4. Tanda – tanda vital

 TD : 110/70mmHg

 N :80x/menit

 S :36,5oC

 RR :16 x/menit

A: Nyeri teratasi sebagian


P :Lanjutkan Intervensi
2 Selasa, 5 15.35 sd Ansietas S: Mita
Januari 15.40 1. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
2021 2. Pasien mengatakan mengerti tentang
teknik,cara, kelebihan dan kontraindikasi
anestesi maupun pembedahan yang sudah
dijelaskan
3. Pasien mengatakan siap untuk dilakukan
pembiusan dan pembedahan
O:
1. Tanda – tanda vital:
 TD : 110/70mmHg
 N :80x/menit
 S :36,5oC
 RR :16x/menit
 Skala Hars :12
2. Pasien terlihat lebih nyaman dan tenang
3. Pasien terlihat mengerti tentang
pembiusan dan pembedahan
A: Masalah ansietas teratasi

P: Lanjutkan intervensi
No Hari/ Jam Problem Catatan Perkembangan Nama/
Tanggal (Masalah Paraf
Kesehatan
Anestesi)
Intra Anestesi

1 Selasa, 5 16.15 Resiko PK S : Pasien mengatakan tidak pusing Mita


Januari sd Disfungsi O:
2021 16.20 Kardiovakuler 1. Pasien tampak tenang
hipotensi
2. TTV:

- TD : 120/80mmHg

- N : 80x/menit

- S :36,5oC

- RR : 18x/m

- SpO2 :100%
A : Resiko PK disfungsi kardiovaskuler hipotensi teratasi.

P : Pertahankan intervensi.
2 Selasa, 5 16.20 Risiko Cedera S: Mita
Trauma  Pasien mengatakan tidak dapat menggerakan
Januari
Pembedahan kakinya dan tidak merasakan nyeri
2021
O:
1. Pasien teregional anestesi dengan baik.
2. Respon nyeri tidak ada

3. Gerakan motorik : Tidak ada

4. Irama jantung regular & Sinus Rhytm

5. TTV:
No Hari/ Jam Problem Catatan Perkembangan Nama/
Tanggal (Masalah Paraf
Kesehatan
Anestesi)
Post Anestesi
1 Selasa, 5 17.35 Resiko S : Pasien mengatakan tidak mual lagi Mita
Disfungsi O:
Januari
Gastrointestin 1. Mual (-), Muntah (-)
2021
al mual
2. TTV dalam batasnormal.
muntah
 TD : 120/80mmHg

 N :70x/mnt

 RR:16x/mnt

 SpO2 :99%

 S :36,5

 Bromage Score : 2

A : Resiko disfungsi gastrointestinal mual muntah


teratasi
P : Pertahankan intervensi
2 Selasa, 5 17.40 PK Disfungsi S :Klien mengatakan tidak kedinginan Mita
Januari Termoregulasi O:
2021 Hipotermi 1. Klien tampak nyaman

2. TTV dalam batas normal.

 TD : 120/80mmHg

 N :70x/mnt

 RR:16x/mnt

 SpO2 :99%

 S :36,5

A : Masalah PK Hipotermi teratasi

P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia.2014. Asuhan Keperawatan Pada SC. Dikutip dari


http://repository.ump.ac.id/1962/3/DAHLIA%20BAB%20II.pdf. 8
Januari 2021

Hanifa,A.2017.Tinjauan Teori Anestesi. Dikutip dari


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf. 8 Januari 2021

Sintia.2017. Anestetika Anestesi. Dikutip dari


https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/870018443608186f257c4
09b3f18c80f.PD diakses 5 Januari 2021

Uknown.2017. Konsep Anestesi. Dikutip dari

http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1301460050/7_
BAB_II.pdf. 8 Januari 2021

Uknown.2016.Laporan Pendahuluan SC. Dikutip dari


http://www.academia.edu/download/53825184/LAPORAN_PEND
AHULUAN_SC.doc . diakses 8 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai