Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 5

D3 TLM Reg B

Anggota :

1. Tsania Farda Faradisa (P1337434119065)


2. Emmanuela Kalina (P1337434119067)
3. Shelomita Acintyanathi (P1337434119060)
4. Alfina Sis Anti (P1337434119059)
5. Amelia Putri (P1337434119104)
6. Azmi Hanifah (P1337434119056)
7. Randi Eka Istananta (P1337434119075)
8. Hanif Shaifa Risma (p1337434119101)

Pengambilan cairan pleura

Aspirasi sejumlah kecil cairan pleura

Resume video sumber : https://www.youtube.com/watch?v=Dq2odamRrt0

Pada pasien ini ada yang kecil yaitu efusi di sisi kiri. Jadi kami melakukan ultrasonogram dada
bagian bawah dengan tanda. Penandaan itu sedalam 3 cm dari permukaan.

Prosedur

1. Rasakan batas atas tulang rusuk bawah yang sudah terdapat penandaan
2. menandai punggung dengan tutup jarum jika tanda sebelumnya hilang oleh Sonologist
3. Lalu bersihkan area tersebut dengan providone iodine,chlorhexidine dll. Di Sini
digunakan hexisol
4. Rasakan batas atas tulang rusuk bawah dengan ibu jari kiri dan masukkan jarum tepat di
atasnya
(dan menyentuh) ibu jari Anda
5. Jika Anda merasakan resistensi kemungkinan jarum mengenai tulang maka jangan
dilanjutkan. jika tidak ada perlawanan maju secara perlahan
6. Saat kedalaman yang diinginkan dicapai memberi tekanan negatif maka menarik
kembali pendorong jarum suntik
7. ketika cairan masuk ke syringe menyesuaikan tekanan negatif
8. Pertahankan tekanan yang menopang sampai jumlah cairan yang diinginkan masuk ke
jarum suntik.
9. Letakan sepotong kain kasa pada area tetapi jangan ditekan kemudian cabut jarum suntik
secara hati hati dan cepat
10. Tutup area tersebut dengan sepotong kain kasa dan mikropre atau plester
Review Video Interpretasi Cairan Pleura

Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=wOEiZ-ninAA

Efusi pleura itu akumulasi cairan yang berlebihan antara dua lapisan pleura pleura visceral yang
melekat pada paru-paru dan pleura parietal yang melekat biasanya ada lapisan yang sangat tipis
di antara 2 lapisan tetapi ketika kita berbicara tentang efusi pleura yang merupakan patologi ada
banyak cairan di paru-paru.
Batuk dan dispenia berarti penyakit paru-paru memiliki lima pilihan

1. penyakit paru obstruktif


2. penyakit paru-paru restriktif
3. penyakit paru-paru vascular abnormal
4. Infeksi
5. keganasan

Apa signifikansi klinisnya, penyebab paling umum dari efusi eksudatif di Amerika Serikat
adalah pneumonia bakterial, Pneumonia bakterial, tentu saja, adalah infeksi paru-paru. metastasis
memiliki tiga kali penyebaran limfatik penyebaran hematogen dan pembenihan atau trans
selamat jenis tumor memiliki tumor jinak dan kita memiliki tumor ganas dan tumor ganas juga
dikenal sebagai kanker jadi kanker berarti itu ganas jinak adalah Hal lain tumor ganas dibagi
menjadi primer dan sekunder juga memiliki metastasis sehingga primer adalah lokasi asal kanker
dan jika dibiarkan banyak dari mereka dapat metasfasi pergi ke lokasi lain kemudian disebut
metastasis sekunder jadi bagaimana melakukannya Mereka jadi lumphatic menyebar seperti
kurinoma jika itu karsinoma itu suka pergi ke pembuluh getah bening pembuluh eferen kelenjar
getah bening menghasilkan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit sehingga kelenjar getah bening
akan membesar tapi itu akan menjadi tanpa rasa sakit pembuluh limfatik berikutnya yaitu aferen
toraks.

Kebanyakan kanker paru adalah menengah yang artinya dimulai dari organ lain,contohnya
payudara yang nantinya bermetastasis ke paru. Kenapa? Karena paru menerima 100% sirkulasi
dari hati, jelasnya di kanan hati. Hal yg sama menghasilkan kanker hati menengah yang dimana
datangnya dari organ lain,

Hal tersebut lebih umum daripada kanker hepatoseluler utama. Beberapa organ tidak beruntung
karena lokasinya yang berada di sirkulasi

Tipe 3 adalah penempatan/transelomik

Sel kanker → terkelupas dari permukaan serosal (membran pleura, peritoneum, perikardium) →
menyerang jaringan di rongga serosal (pleura, peritoneal, perikardial masing-masing)

Contoh :

 Setiap kanker paru-paru yang terletak di perifer (misalnya adenokarsinoma,


karsinoma sel besar) → menyerang (biji) pleura → efusi pleura ganas
 Kanker ovarium → menyerang (biji) omentum → omental caking

Definisi :

Akumulasi cairan di rongga pleura (antara lapisan viseral dan parietal). Bahkan, 460 wanita
Malaysia kelebihan cairan dalam jumlah yang cukup besar

Jenis :

a. Eksudat (peningkatan permeabilitas kapiler; peradangan akut)


b. Transudat (peningkatan tekanan hidrostatik, atau penurunan tekanan onkotik)
c. Chylous effusion
d. Pseudochylous effusion
e. Hemorrhagic (hemothorax)

Penyebab :

1. Gagal jantung sisi kiri → edema paru (difus, ronki bilateral (rales) dan efusi
pleura (kusam hingga perkusi, suara napas berkurang)
2. Jika sisi kiri jantung tidak bisa menerima darah, pembuluh darah akan tersumbat
dan akan berakhir dengan penyumbatan paru-paru dan edema paru
3. Kwashiorkor "tidak makan protein" → penurunan kadar protein plasma →
tekanan onkotik rendah → edema (pergelangan kaki, asiter, efusi pleura)
4. Penyakit hati berat "sirosis" → gagal hati → penurunan albumin → tekanan
onkotik rendah → edema (pergelangan kaki, asiter, efusi pleura)
5. sindrom nefrotik (protein - kehilangan nefropati) -> penurunan albumin ->
tekanan onkotik rendah -> edema (pergelangan kaki, asites, efusi pleura)
Transudat
6. Penyakit Menetrier (gastropati kehilangan protein) -> penurunan albumin ->
tekanan onkotik rendah -> edema (pergelangan kaki, asites, efusi pleura)
Transudat
7. sindrom malabsorpsi -> tidak dapat menyerap protein -> penurunan albumin ->
tekanan onkotik rendah -> edema (pergelangan kaki, asites, efusi pleura)
Transudat
8. Sindroma dada akut: penyakit sel sabit (bukan sifat) Eksudat
9. Pneumonia -> Empiema Eksudat
10. TBC -> Eksudat Empiema
11. Abses Paru -> Eksudat Empiema
12. Infeksi Bronk itis  empiema eksudat
13. primer myelofibrosis (MPNs)  peradangan limpa rasa sakit + nyeri dan efusi
pleura kiri + gesekan bifasik
14. Thrombosis vena dalam diastole akhir  emboli paruradang paruefusi
pleura eksudat/hemoragik
15. asbes terpapar eksudat dan hemoragik
16. lupus eksudat
17. rheumatoid arthritis eksudat
18. kanker paru-paru eksudat
19. Kanker payudara metastatic kanker pleura
20. radiasi yang diinduksi

Eksudat Transudat
Penyebab Local Systemic

Patofisiologi Meningkatnya permeabilitas Meningkatnya tekanan hidrosttik


kapiler
Menurunnya tekanan ontotic

Etiologi Infeksi (TB,Pneumonia) Gagal jantung

Infark(Emboli) Kwashiorkor,sirosis,nefrotik,mal
absorpsi
Rheumatik

Kanker

Sifat Lebih banyak sel neutrophil ultra filtrat plasma/air


dan protein

pH <7,4 >7,4

Kriteria hidup Positive Negative

Efusi/Serum ptn rasio >0,5(banyak protein) <0,5 (Kurang protein)

LDH effuse >200µl <200µl

Efusi/Serum LDH rasio >0,6 <0,6

Pengelolaan obati penyebab yang mendasari Berikan Diuretik +/- albumin


(lakukan tes lebih lanjut)

Efusi Pleura; Transudat atau Pulmonologi Eksudat

Rasio efusi pertama terhadap protein serum lebih dari 0,5 eksudat. Cairan eksudat kaya
akan protein kontras dengan terjemahan Anda memiliki kurang dari 0,5 proteinnya yang buruk
dalam efusi pleura jika eksudatnya tinggi. Sebenarnya semuanya tinggi jika ini hari ekstra, tetapi
jika itu diterjemahkan rendahnya kurang dari 200 rasio efusi ke serum ldh jika diterjemahkan itu
akan lebih kecil dari 0,6. Manajemen mengobati penyebab yang mendasari tentu saja akan
memerlukan lebih banyak tes untuk mengetahui apakah desinfeksi yang disayangkan itu adalah
rheumatoid. Anda akan memerlukan lebih banyak tes tetapi jika ini adalah tragedi, lanjutkan saja
berikan diuretik dan mungkin albumin jika ada tekanan onkotik rendah. Apa perbedaan antara
Kyla’s dan pseudo coitus kylus disebut pylus sehingga akan ada kilomikron yang disebut akal
sehat jadi apa patogenesisnya jika Anda mengganggu saluran toraks. Duktus toraks kaya akan
silomikron yang didapatkan dengan cara menyerap lemak di usus, tetapi kalus semu hanya
berhubungan dengan informasi dan beberapa puing nekrotik tidak ada hubungannya dengan
kilomikron yang menyebabkan keganasan seperti operasi atau trauma, limfom karena yang
menyebabkan trauma disini hanya peradangan dengan nekrosis atau rheumatoid. Nama arthritis
dua penyakit paru-paru ini adalah salah satu manfaat ekstra artikular dari penampilan reumatoid
yang aspeknya juga memiliki kejernihan dan warna. Warna keruh atau seperti susu ini keruh atau
seperti susu terlihat seperti susu dan keruh. Tetapi mengapa dalam kasus efusi kapalan adalah
susu turbulen karena kilomikron kaya akan trigliserida yang diserap dari usus sehingga
kilomikron hadir dalam kylus tidak ada di warna semu karena merupakan kadar trigliserida
semu. Jika kilomikron kaya akan trigliserida, anda akan menemukan banyak trigliserida dalam
trigliserida kyla yang sangat sedikit dalam pseudo pilus. Kebalikan dari kolesterol tidak ada
kolesterol impalas. Banyak kolesterol dalam efusi pleura semu hadir, dengan batuk nia dan
beberapa sputum mungkin tanda-tanda dengan pemeriksaan ada ketidakseimbangan antara kedua
sisi dada, tetapi jika billateral dan sama Anda tidak akan melihat palpasi itu Anda akan melihat
peningkatan diameter pada sisi yang terkena lagi jika fremitus vokal taktil atau tvf berkurang
secara sepihak. Gelombang dibagi menjadi mekanik dan elektromagnetik, mekanik seperti suara
elektromagnetik seperti cahaya. Cahaya bergerak lebih cepat di udara maka suara padat adalah
kebalikannya, itulah mengapa orang mengalami konsolidasi seperti pneumonia. Peningkatan
fremitus vokal taktil karena udara berputar lebih cepat, dapat mendengar atau merasakan lebih
keras tetapi jika ada sesuatu yang menutupi udara di paru-paru seperti efusi pleura yang jelek.
tetapi ada sesuatu yang mengaburkan kemampuan untuk mengirimkan suara itu disebut
penurunan fremitus vokal taktil karena biasanya dua lapisan pleura hampir sama mereka hampir
menyatu seperti padatan tapi sekarang padatan ini telah berubah menjadi cair menjadi efusi
pleura. Ketika sebuah padatan menjadi cairan, akan mengurangi transmisi dan mengurangi
fremitus vokal taktil jika efusi pleura besar, hal itu akan menggeser trakea ke sisi yang
berlawanan menuju sisi yang tidak terpengaruh dan menjauh dari sisi yang terkena perkusi dan
akan menjadi tumpul di sisi itu, karena ketika mencoba Untuk meningkatkan paru-paru, tetapi
sekarang ada lapisan cairan yang menutupi paru-paru sehingga biasanya akan mengalami suara
napas berkurang.

Diagnosa

untuk diagnosa membutuhkan:

1. Tanda dan gejala klinis


2. PA radiologi dan foto toraks:
 sudut costophrenic (sudut antara tulang rusuk dan diafragma);
 tumpul (cairan pleura mengaburkan penglihatan)
 diafragma: dikaburkan (cairan pleura mengaburkan penglihatan)
3. thoracentesis, kirim ke lab, kriteria cahaya
4. jika itu eksudat: lakukan lebih banyak tes untuk menentukan etiologinya
a. jumlah sel dengan diferensial
b. sitologi
c. pewarnaan gram
d. budaya
e. glukosa (tingkat rendah dalam RA)
f. amilase
g. rasio albumin cairan serum / pleura
h. untuk tuberkulosis
i. tingkat DNA
j. interferon gamma release assay) IGRA)
k. PCR

Komplikasi :

Effusion pleural besar -> kompres paru ipsilateral -> kompresi atelectasis

Effusi parapneumonik — > mengorganisasi pleural fibrosis-> paru tidak dapat memperbesar
penyakit paru yang membatasi
Efusi pleura yang
Pneumonia
berlebihan
Membentuk lapisan
dinding yang tebal seperti
kulit jeruk dan paru-paru
sudah tidak dapat
memperlua. Dokter
bedah harus
mengeluarkan lapisan
yang sangat tebal dari
pelura
Klinik

1. Jika tabung berisi chylomicrons dengan meletakkan tabung reaksi di kulkas lalu
chylomicrons akan mengapung di permukaan (supernatan).
2. Penyebab yang paling umum dari efusi ekusi ekbilatif di as adalah pneumonia bakteri.
Dan penyebab lainnya yang paling umum dari efusi pleural exudative adalah kanker :
a. Kanker paru-paru
b. Kanker payudara
c. Limfoma
3. Jika melihat secara sepihak (biasanya sisi kanan) dengan CHF (LV kegagalan) lalu
bilateral effusi pleural.
4. Pankreas -> effusion pleural sebelah kiri yang terisolasi.
5. Operasi pasca-perut -> transudatif pleural effusion (umum dan jinak).
6. Jika sejarah pasien mengalami CHF, sirosis, atau sindroma neftik tidak perlu untuk
menekan pleura dan mengirim cairan ke laboratorium.
7. Mengetukkan effusion pleural pada saat Unilateral, Asimetris, dan Tidak menanggapi
pengobatan.
8. Jika seorang pasien memiliki pneumonia bakteri dan efusi eknatatif tidak harus
(tergantung) melakukan paracentesis untuk menghilangkan cairan atau hanya
memberikan antibiotic.
Pada saat melakukan CXR, atau CT scan, atau bahkan usg, dan mengukur jarak antara dinding
dada dan permukaan paru-paru:
Jika <10 mm-> hanya mengobati pneumonia
Jika >10 mm-> thoracentesis.
9. Jika kriteria light mengungkapkan adanya eskalasi, tapi semua tes lainnya (jumlah sel,
gram noda, budaya, glukosa, DLL) adalah negatif, dan pasien memiliki dyspnea dan
takycardia maka melakukan angiogram & pulmonalis: pulmonary embolisme
10. Efusi pleural yang rumit :
a. kriteria: satu saja (+) adalah diagnostik
- radiografi : lukolasi
- PH: rendah (kurang dari 7,2)
- Pewarnaan gram : positif
- Penanganan rendah glukosa (kurang dari 60 mg/d)
b. Menejemen
- Jika gagal dilakukan operasi (thoracotomy) dengan tabung dada thoracostomy
(drainase).
11. Jika sementara mencari peleburan dalam pleural, menemukan darah (hemoragik) yaitu
Hemothorax. Akan mengalami:
a. latrogenik
b. Trauma
c. emboli paru - paru
d. mesothelioma
12. Mengalami mengeluh demam, hemoptysis, berat badan turun, keringat malam, batuk produktif
dan Pleural effusion mengeluarkan limfosit (WBCs) yang meningkat. Diagnosisnya dalah
Tuberkulosis.
Penyakit yang bisa meningkatkan jumlah limfosit dalam efusi pleural eknatatif yaitu Kanker.
13. Sindrom kuku kuning (genetik) adalah tiga serangkai:
a. Lymphedema + kuku distrophic kuning + exudative pleural effusion yang kronis
b. Mungkin memiliki bronchiectasis.

Analisis WBC menghitung dalam


sampel efusi pleura yang diperoleh
melalui thorasintesis
Perhitungan WBC Interpretasi Manajemen

Sangat sedikit Normal atau transudat Diuretik

>1.000 Eksudat Obat penyebab yang


mendasar

>10.000 Efusi parapneumon yang rumit + drainase tabung dada

>100.000 Empyema (nanah)  bronkietasis, + drainase tabung dada


kavitaas pada paru

Evolusi dari efusi parapneumonik :


Pneumonia  efusi pleura ekudatif (tahap 1)  tahap fibropurulent (tahap 2) 
mengorganisasii tahapan (tahap 3) lapisan pelura yang tebal, empyema thoracis (nanah)

Perbedaan Transudat dan Eksudat

Transudat vs eksudat

Sumber video: https://www.youtube.com/watch?v=qCdNab2WLiw

Transudat terjadi karena ketidakseimbangan tekanan hidrostatik. organ yang cenderung


menyebabkan transudat adalah jantung, hati, dan ginjal. Transudat hanya mengandung cairan,
tidak ada protein. Eksudat bisa disebabkan oleh organ apa saja yang banyak mengalami
gangguan fungsi di tubuh atau peradangan. Eksudat sesuatu yang meradang dan dapat
menyebabkan pneumonia. Pembuluh antar endotel membesar dan keluar cairan, tidak hanya
cairan tetapi juga protein. Thoracentesis dilakukan untuk mengambil efusi pleura untuk
pengujian yang disebut Light's Criteria untuk mencari keberadaan protein, kolesterol, trigliserida.
Jika ditemukan banyak protein, kolesterol dalam cairan tersebut, dapat dipastikan itu adalah
eksudat. Sedangkan jika ditemukan protein, kolesterol dalam jumlah yang sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali maka dipastikan itu adalah transudat. Transudat berhubungan dengan
tekanan hidrostatis, itu berarti CHF atau gagal hati yang merubah tekanan. Jika orang yang
mengalami gagal ginjal maka akan memiliki protein rendah yang dapat menyebabkan kebocoran
pembuluh darah.
Video 4 : https://www.youtube.com/watch?v=nwtlaViRk9o

Analisa Transudat dan Eksudat

Transudat Eksudat

 Fungsi Transudat dan Eksudat adalah respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi
dengan kognesti megatif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat bakteri
(eksudat).
 Transudat terjadi akibat proses non-radang oleh gangguan kesetimbangan cairan tubuh
(osomosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel dsb),
sedangkan Eksudat berikatan dengan proses peradangan.
 Bila radang pada pleura, maka cairan radang dapat mengisi jaringan sehingga mengakibatkan
gelembung.
 Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenis tinggi dai
normal. Dapat membeku karena fibrinogen.
 Eksudat lebih banyak mengandung protein dapi pada cairan jaringan normal, berat jenis lebi
tinggi dan dapat membeku.
 Transudat misal terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah tekanan
pembuluh dapat lebih tinggi sehingga cairan keluar dari pembuluh darah dan masuk ke
jaringan.

Jenis Eksudat
1. Eksudat Bening
Menyerupai serum dan sedikit mengandung fibrin dan sel bersifat cair sekali. Sering
terjadi pada radang tuberculosis.
2. Eksudat Fibrinosa
Mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan pleura, merupakan lapisan
kelabu/kuning ditemukan pada pneumonia. Secara mikroskop mengandung serabut fibrin
dan dalam sela-sela serabut terdapat radang. Terjadi jika permeabilitas kapiler bertambah
banyak karena molekul fibrin besar keluar dari kapiler dan menjadi bagian eksudat.
3. Eksudat Purulen
Eksudat dengan nanah, dimana nanah terjadi pada radang akut yang mengandung banyak
sel polinukleus yang musnah/mencair karena lisis. Sisa jaringan nekrotik lisis bersama sel
polinukleus dan limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah.
4. Eksudat Hemoragik
Eksudat radang yang kemarah-merahan karena banyak eritrosit.

Perbedaan Transudat dan Eksudat

Uraian Transudat Eksudat


Kejernihan Jernih, encer, serous, kuning Jernih, berkabut, fibrin,
purulen, hemoragik, chilous

BJ (berat jenis) <1.018 >1.018

Bekuan Tidak ada Ada, Spontan

Protein <2,6 g/dl >2,6 g/dl

Glukosa 80-120 mg/dl (sam dengan plasma) < 80 mg/dl (dibawah nlai
glukosa plasma)

Test Rivalta negatif Positif

Sel Sedikit sel endotel, limfosit kecil, Polimorfonuklear (PMN)


monosit pada infeksi akut, limfosit
kecil pada infeksi akut,
sering ada RBC

Bakter Tidak ada ada

Spesimen Transudat
Cairan plerura, rongga perut, pericardium, sendi, kista, hydrocele dan yang memembentuk cairan
dalam rongga lainnya. Kemudia spesimen di bagi menjadi 2 bagian tabung steril (biakan) dan
tabung pemeriksaan rutin dengan antikoagulan Na Sitrat 20% atau heparin.

Para Meter Pemeriksaan


a) Makroskopis : warna, kejernihan, bekuan, berat jenis, pH
b) Mikroskopis : hitung jumlah sel (leukosit), Hitung jenis sel(monulear/polinulear)
c) Kimiawi : rivalta, protein dan glukosa
d) Bakteri/Jamur : Pewarnaan gram (bakteri), sediaan KOH 10%(jamur)

Makroskopik

PARAMETER PENILAIAN

Warna Tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning coklat,
merah, hitam coklat, serupa susu, merah jambu, biru kehijauan,
kuning campur hijau.

Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan, keruh
putih serupa susu. Istilah eksudat: serofibrineus, seropurulent,
serosanguinis, hemoragik, fibrineus

Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan (renggang, berkeping, sangat halus,
menggumpal)

Berat jenis 1.000 – 1.010

pH 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum

Kimiawi : Rivalta

 Termasuk uji yang sudah tua


 Seromusin dalam suasana asam akan mengalami denaturasi hingga terjadi kekeruhan
 Reagensia : asam asetat dalam aquadest
 Uji kualitatif, untuk membedakan Transudat dan Eksudat
 Hasil positif : terbentuk kekeruhan putih yang berarti Eksudat

Kimiawi : Protein

 Pemeriksaan protein secara kuantitatif sangat baik, untuk membedakan Transudat dan
Eksudat
 Kadar protein Transudat :  2,5 gr/dL, Eksudat : > 4,0 gr/dL
 Penentuan dengan fotometri metode biuret atau metode esbach
 Protein dengan reagen biuret membentuk warna kompleks ungu, warna yang terbentuk
setara dengan kadar protein

Pemeriksaan Kimiawi : Glukosa

 Kadar glukosa ditentukan dengan metode GOD-PAP atau heksokinase


 Kadar glukosa yang mendekati plasma (80-20mg/dL) mengarah ke transudat
 Kadar glukosa yang lebih rendah mengarah ke eksudat (<80 mg/dL), disebabkan glukosa
yang dipecah oleh sel, bakteri dan lainnya
 Uji alternatif menggunakan multistick urine sebagai uji semikuantitatif glukosa / bida juga
menggunakan POCT

Mikroskopik Hitung Sel

Transudate eksudat diencerkan dengan larutan turk ( menggunakan truk encer bukan truk
pekat pada lcs )akan ada sel leukosit kemudian hitung sel leukosit pada kamar hitung di bawah
mikroskop. Penggunakan larutan turk encer berbahaya karna apabila kandungan protein terlalu
banyak beresiko terjadi kekeruhan/ bekuan. Hal ini terjadi karena larutan turk mengandungn
asam asetat yang dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi sehingga terjadi bekuan.
Interpretasi hasil : sel transudat terdapat < 500 sel/mm3 sedangkan eksudat terdapat >500
sel/mm3. Pengenceran dapat di lakukan dengan NaCl 0,9% apabila pada pemeriksaan
makroskopis ditemukan adanya cairan yang mengarah ke eksudat dan terdapat bekuan yang
banyak. NaCl 0,9% dapat digunakan juga apabila ragu cairan tersebut transudat atau eksudat
karna NaCl 0,9% dapat membedan keduanya. Bisa juga menggunakan larutan natrium sitrat
3,8%

Mikroskop Hitung Jenis Sel


Jenis sel yang di hitung adalah sel mononuklear (monosit & limfosit) dan dan sel
polinuklear (netrofil segmen). Apabila cairan jernih maka cairan akan dilakukan sentrifugasi
dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 5 menit lalu endapan di lakukan hapusan tebal, namun
apabila cairan sudah keruh dan terdapat bekuan berkeping-keping maka dapat langsung dibuat
sediaan hapus tipis/ tebal. Interpretasi hasil :

 Transudat : MN 100% dan PMN 0%


 Eksudat : MN <50% dan PMN >50%
 Bakteriologi Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram

Digunakan pada sampel cairan eksudat yang sangat keruh dan pada saat hitung sel
ditemukan bakteri. Pewarnaan gram membedakan bakteri gram positif dan negatif. Untuk
pemeriksaan lebih lanjut digunakan pewarnaan BTA.

Pemeriksaan jamur

Pemeriksaan jamur menggunakan sediaan KOH 10%. Pemeriksaan ini untuk melihat jamur
di cairan eksudat, struktur jamur akan terlihat lebih jelas karena sel lainnya rusak. Jamur yang
biasanya ditemukan adalah Histoplasma capsulatum.
ANALISA CAIRAN PLEURA (Transudat Eksudat) bagian 2
https://www.youtube.com/watch?v=SIwGlkgFHuE

BAB I

PENDAHULUAN

Rongga pleura berada diantara pleura visceralis dan parientalis, dalam keadaan normal
mengandumg ± 1-10 ml cairan pleura. Berfungsi sebagai pelican gesekan antara permukaan
kedua pleura pada waktu pernapasan. Pleura adalah membrane tipis yang terdiri dari 2 lapis,
yaitu pleura visceralis (membungkus paru-paru dan pleura parientalis yang melapisi rongga paru-
paru). Kedua lapisa ini bersatu di daerah hilus arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan
pembuluh limfe.Keseimbangan cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh tekanan koloid
osmotic kapiler.

BAB II

PEMBAHASAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang abnormal
pada rongga pleura akibat transudasi/ eksudasi yang berlebihan. Efusi pleura dibagi menjadi 2
yaitu efusi transudan dan efusi eksudat. Efusi eksudat disebabkan oleh penyakit infeksi,
terbanyak oleh M. tuberculosis. Efusi transudate disebabkan oleh penyakit noninfeksi, missal
penyakit jantung, sirosis hati, dll.

A. Perbedaan proses Transudasi dan eksudasi


Transudasi adalah akumulasi cairan akibat proses inflamasi/bukan radng dalam
rongga pleura,penyebab adalah kelainan tekanan normal paru. Contoh perubahan tekanan
osmotic dan koloid.

Eksudasi adalah akumulasi cairan akibat proses inflamasi didalam rongga


serosa, ditandai perubahan permeabilitaas membrane pada permukaan pleura/akibat
bertambahnya permebabilitas pembuluh darah terhadap protein

B. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan efusi pleura


1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau
pleuritis
2. Penurunan tekanan koloid osmotic karena hipoproteinemia
3. Peninggian tekanan hidrostaltik karena meningkatnya tekanan vena
Contoh keadaan misalnya.
a. Pada payah jantung kongestif dimana kadar protein sangat bervariasi
tergantung pada hambatan aliran limfe karena hipertensi vena
b. Hambatan aliran limfe karena tumor,inflamasi seperti atelaektasis
c. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura
d. Obat-obatan (hidralasin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, bromokriptin, dan
prokarbazim)
C. Indikasi pengambilan cairan pleura
1. Untuk mengetahui etiologi efusi(transudate,eksudat)
2. Untutk mengurangi gejala klinik,dispneu,perut rasa sesak/sakit mendaadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah/nanah, missal :
hemitoraks/emipema
4. Untuk mengurangi cairan dalam ronngga pleura,karena akan diganti dengan obat
obatan yang akan dimasukan ke dalam rongga tersebut
D. Indikasi Pengambilan Cairan Pleura

1. Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat/eksudat)

2. Untuk mengurangi gejala klinik, dispneu, perut rasa desa atau sakit mendadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah, misalkan hemotoraks
atau empiema

4. Untuk mengurangi cairan dalam rongga pleura, karena akan diganti dengan obat
yang akan dimasukkan ke dalam rongga tersebut.

E. Perbedaan Transudat dan Eksudat

Parameter Transudat Eksudat

Cairan Jernih Keruh

Warna Kuning muda Kuning hijau

Berat jenis Kurang dari 1.018 Lebih dari 1.018

Bau Tidak bau Bau

Bekuan - bekuan + bekuan

Ph Lebih dari 7,31 7.31

Protein Kurang dari 3g/dl Lebih dari 3g/dl

Glukosa = plasma darah Kurang dari plasma darah

Kadar LDH Kurang dari 200IU Lebih dari 200IU

Rivalta - + kekeruhan

Hitung sel PMN Sedikit Banyak

Pewarnaan gram - + biru-ungu

BTA Tidak ditemukan Ditemukan berwarna


merah

Kultur bakteri - +

F. Tujuan dari tes cairan pleura :

1. Sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan cairan

2. Menunjang diagnosis
3. Memantau perjalanan penyakit

4. Efektifitas pengobatan

5. Komplikasi penyakit

6. Mengetahui interpretasi hasil tes yang dilakukan

BAB III METODE PEMERIKSAAN

A. Makroskopis
1. Volume
a. Tahap pra analitik :
 Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus.
 Persiapan sampel : Tidak ada persiapan khusus,namun perlu
identifikasi sampel (nomor rekam medik, nama, umur, jenis
kelamin, alamat )
 Prinsip tes : Makin banyak volume cairan, makin besar kerusakan
pada rongga pleura.
 Alat : Gelas ukur
b. Analitik :
 Cara Kerja : melihat jumlah cairan pleura
 Nilai rujukan : 1-10ml
c. Pasca Analitik :
 Interpretasi hasil : makin banyak jumlah cairan pleura berarti
makin besar kerusakan.
2. Warna dan Kekeruhan
1) Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
 Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang
berbeda
 Alat : tabung yang jernih
2) Analitik :
 Cara kerja : melihat warna dan kejernihan
 Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih
3) Pasca analitik
 Interpretasi :
a) Warna transudate biasanya kekuning-kuningan dan jernih
seperti pada gagal jantung kongesif
b) Warna eksudat dapat berbeda-beda, seperti:
1) Warna kuning : mengandung bilirubin
2) Warna merah/coklat : mengandung darah yang bisa
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang
lalu mengalir ke rongga pleura/gangguan pembuluh
darah
3) Warna putih-kuning dan keruh : mengandung
nanah/pus yang bisa terjadi jika pneumonia/ abses
paru yang menyebar ke rongga pleura
4) Putih seperti susu keruh, chylus akibat terjadinya
cedera saluran getah bening utama didada (duktus
toraki/ penyumbatan saluran karena adanya tumor)
5) Warna kehijauan : pyoganeus
3. Berat Jenis
a. Pra analitik
 Persiapan pasien : tidak ada perlakuan khusus
 Persiapan sampel : sda
 Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
 Alat : urinometer (bila cairan banyak ) dan refraktometer (bila
cairan sedikit)
b. Analitik
 Cara kerja : melihat bj sampel dalam urinometer
 Nilai rujukan : <1,018 berarti transudate, >1,018 berarti eksudat
c. Pasca analitik
Interpretasi :
 Bj < 1,108 transudat (payah jantung,asites, nefrosis)
 Bj > 1,108 eksudat ( keganasan, Tbc, dan infeksi paru, reaksi obat,
asbestosis sarkoidodosis
4. Bekuan
a. Pra analitik
 Prinsip : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat menyebabkan
sampel membeku
 Alat : tabung jernih
b. Analitik
 Cara kerja : Sampel dibiarkan dalam suhu kamar dalam 1 jam,
kemudian dilihat ada bekuan atau tidak.
 Nilai rujukan: Normal (-) tidak adanya bekuan
c. Pasca analitik
 Intrepetasi hasil : Positif dengan adanya bekuan menandakan
peradangan.Makin besar bekuan maka makin berat peradangan
yang terjadi.
B. Kimiawi
1. Protein Total (secara kuantitatif)
a. Pra analitik
 Prinsipnya menggunakan metode biuret yaitu protein + Cu(2+)
(reagen kompleks biuret) -> Cu‐ (protein kompleks) yang
berwarna ungu. Warna yg muncul diukur dengan photometer dan
setara dengan kadar protein di dalam pleura tersebut
 Alat : tabung jernih
b. Analitik :
 Prosedur kerja :
1) Memasukkan 100 mikroliter cairan pleura ke dalam tabung
mikro cup, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai dengan
nomer pemeriksaan
2) Tempatkan reagen pada rak tabung sesuai program test
protein
3) Memasukkan nomor identitas penderita dan program test
4) Pengukuran akan dilakukan secara otomatis oleh alat kimia
analyzer
5) Hasil test akan keluar melalui print out
 Nilai rujukan : Kadar protein < 3 g/dl
 Pasca Analitik:
Interpretasi hasil :
a. Kadar protein < 3 g/dl berarti transudat (aman/normal)
b. Kadar protein > 3 g/dl berarti eksudat (adanya
inflamasi/infeksi)
2. Test Rivalta
Uji rivalta merupakan uji yang cukup tua dan kuno tetapi masih
tetap dipakai.
a. Pra analitik :
 Tidak ada persiapan pasien secara khusus
 Tidak ada persiapan sampel
 Prinsip test : Adanya seromusin yang akan memberikan
gambaran awan/kabut putih
 Alat : gelas ukur, aquadest dan asam asetat glasial
b. Analitik
 Cara kerja
1) Campurkan 2 tetes asam asetat ke dalam 100ml
aquadest dalam gelas ukur
2) Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan
diperiksa dalam campuran tersebut
3) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
c. Pasca analitik
 Interpretasi
- Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif =
transudat
- Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif = eksudat
3. TES GLUKOSA
a. Pra analitik
 Persiapan pasien : ada
 Persiapan sampel : ada
 Metode : heksokinase
 Prinsip : larutan kerja (buffer/ATP/VADP/HKG-6
PDH) ditambahkan ke dalam sampel dan akan terjadi
reaksi :
Glukosa + ATP -----Hk---G-6-P + ADP.
Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi gucosa-
6-fosfat oleh ATP g-6-P + NADP-----G-6-PDH
gluconat-6-P + NADPH + H
 Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
 Alat : mikropipet 100 ul, tabung mikro cup, rak tabung
 reagen : glukosa
b. Analitik
 Cara kerja
1) Masukkan 100 ul sampel ke dalam tabung mikro
cup, lalu letakkan sampel sesuai nomor
pemeriksaan
2) Tempatkan reagen pada rak sesuai program tes
glukosa
3) Masukkan nomor identitas penderita dengan
program tes
4) Pengukuran dilakukan secara otomatis
5) Hasil tes akan keluar melalui print out
6) Nilai rujukan : sama dengan glukosa dalam darah
c. Pasca analitik
 Interpretasi :
- Kadar glucosa transudat = glukosa darah
- Kadar glukosa eksudat lebih rendah
- Kadar glukosa cairan pleura <60mg/dL sangat
menyokong etiologi tubercolosis paru
4. TES LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH)
a. Pra Analitik :
 Persiapan pasien : sda
 Persiapan sampel : sda
 Metode : UV kinetic
 Prinsip tes : pyruvate + NADH + H + = L – Laktat +NAD+
NADH akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan
aktivitas LDH
 Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
 Alat : Mikropipet 100 ml, tabung mikr cup, rak tabung,
reagen LDH
b. Analitik :
 Cara Kerja :
1) Masukkan 100 ml sampak sampe kedalam tabung mikro,
lalu letakkan dalam rak sampel sesuai nomo pemeriksaan
2) Tempatkan reagen pad arak reagen sesuai program tes LDH
3) Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
4) Pengukuran dilakukan secara otomatis
5) Hasil test akan keluar pada print out
 Nilai Rujukan : 100-190 U/L
c. Pasca Analitik :
 Interpestasi
- Transudate = ≤ 200 U/L
- Eksudat = ≥200 U/L
C. Tes mikroskopik
1. Jumlah Eritrosit
a. Pra analitik :
1) Persiapan sampel : sampel diencerkan dengan larutan
hayem 1:200 atau 200x di dalam pipet toma.
2) Prinsip tes : sampel dimasukkan ke dalam kamatlr
hirung dengan perhitungan faktor pengenceran.
3) Alat dan bahan : larutan hayem, kamar hitung
(improved neubaurer), pipet eritrosit, mikroskop, object
glass, coverslide.
b. Analitik :
1) Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai dengan 0,5
2) Isap larutan hayem sampai tanda 101 tepat.
3) Kocok isi pipet agar tercampur cairan dengan larutan
pengencer, buang 4-5 tetes isi pipet.
4) Tempelkan di kamar hitung di beri kaca penutup, lalu
biarkan perlahan dengan daya kapilaritasnya.
5) Amati pada mikroskop pada 5 kotak eritrosit kotak
kecil, dengan perbesaran lensa objeektif 10x atau 40x.
perbesaran 40x memberikan hasil yang lebih jelas.
6) Hasil dikalikan dengan 10.000
7) Nilai rujukan : < 100.000/mm3
c. Pasca analitik :
Interpretasi :
a. Sejumlah kecil eritrosit dapat ditemukan dalam semua
cairan pleura (transudat/eksudat).
b. Cairan pleura yang tercampur darah dengan hitung
eritrosit >100.000/mm3 mempunyai nilai prediksi untuk
penyakit keganasan/infark paru atau pada trauma.
Trauma bisa jadi karena luka tusuk (trauma fisik).
2. Jumlah leukosit
a. Pra analitik :
 Pengenceran menggunakan larutan turk, apabila
terjadi gumpalan diganti dengan NaCl. Cairan
pleura yang mengandung terlalu banyak serosin
maka dia akan menggumpal.
 Prinsip : sampel diencerkan dan dimasukkan dalam
kamar hitung dengan menggunakan faktor
pengencer.
 Alat dan bahan : larutan turk/NaCl, kamar
hitung/improved neubauer, pipet leukosit dan pipet
penghisap, mikroskop, coverslide.
b. Analitik :
1) Isap sampel sampai tanda 0,5 dengan pipet leukosit
2) Isap larutan turk atau NaCl sampai tanda 11, kocok
buang 4-5 tetes
3) Siapkan kamar hitung dan coverslide di atasnya,
teteskan perlahan agar terisi ke dalam kamar hitung
4) Hitung leukosit dalam 4 kotak sedang, kalikan
dengan 50
c. Pasca analitik :
Interpretasi :
- >80% transudat dan >20% eksudat menunjukkan
jumlah leukosit >1000mm3.
- Apabila jumlah leukosit >10.000mm3 dijumpai pada
pneumonia, infark paru, pankreatitis, sindroma
pasca infark miokard, SLE (Lupus Eritomatosus
Sistemik).
3. MORFOLOGI DAN HITUNG JENIS SEL
a. Pra Analitik
 Pasien tidak diperlukan persiapan khusus
 Tidak diperlukan persiapan sampel
 Persiapannya harus membuat Apusan di kaca objek
 Prinsip: cairan pleura dihapuskan di atas objek glass kemudian
diwarnai
 Alat dan bahan: centrifuge, objek glass, methil alkohol, giemsa,
wright, MGG, stopwacht, mikroskop dan oil imersi
b. Analitik
 Cara kerja:
Sediaan dibuat tebal atau tipis sesuai dari tingkat
kekeruhan eksudat/ transudat. Apabila tebal/keruh
langsung dibuat. Tetapi, apabila jernih ke arah
transudat perlu dicentrifugasi
1) Buat apusan dengan pewarnaan MGG
2) Ambil cairan pleura yang telah dicentrifuge,
buat apusan dan biarkan kering
3) Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol
selama 5 menit, lalu dibilas dengan air
mengalir
4) Tetesi sediaan dengan larutan Maygrunwald
± 1-2 menit
5) Apabila menggunakan maygrunwald pekat
tidak perlu fiksasi metanol karena kadar
konsentrasi maygrunwald tinggi sehingga
tidak perlu fiksasi terpisah
6) Tambahkan larutan buffer pH 6,4 diamkan
selama 3 menit
7) Warnai dengan larutan giemsa yang sudah
diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan
biarkan 5-10 menit, lalu cuci dengan air
mengalir dan keringkan
8) Baca apusan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 100x, gunakan oil imersi
 Nilai rujukan: jumlah netrofil <25%
c. Pasca Analitik
 Interpretasi :
a) Jumlan netrofil < 25% normal
b) Predominasi leukosit PMN (neutrofil segmen yang
ada di jaringan) biasanya dihubungkan dengan
pneumonia, pankreatitis (radang pankreas), infark
paru (kematian jaringan pada paru), tumor dan
penyakit vaskuler kolagen
c) Limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada
tuberculosis, keganasan, infeksi kronik
d) Eosinofil dapat ditemukan meningkat pada penyakit
alergi seperti asma dan penyakit parasit

BAB IV
SIMPULAN

Tes cairan pleura adalah tes terhadap spesimen cairan yang terdapat dalam rongga pleura.
Tujuan tes cairan pleura adalah sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan
cairan, menunjang diagnosa, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
komplikasi penyakit. Tes ini meliputi tes makroskopik, kimia, mikroskopik, terkadang dilakukan
tes mikrobiologi dan imunologi (penanda tumor).

Anda mungkin juga menyukai