Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MPS

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Oleh
Aulia Eka Anggraini
KP.12.19.032

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
2020/2021
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN

 Sasaran I : Ketepatan identiƌkasi pasien


 Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
 Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
 Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
 Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki / meningkatkan
ketelitian identiƌkasi pasien.
PETUGAS HARUS MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA SAAT :

 Pemberian obat
 Pemberian darah / produk darah
 Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
 Sebelum memberikan pengobatan
 Sebelum memberikan tindakan

KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN


1. Identiƌkasi pasien
 harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
 tak mudah/bisa berubah.
2. Identiƌkasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas
 nama pasien
 tanggal lahir atau
 nomor rekam medis

IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien dalam e KTP
2. Tanggal lahir
3. Nomer rekam medis
IDENTITAS TAMBAHAN YG DIMUNGKINKAN
1. NIK: Nomer induk Kependudukan dalam eKTP
2. NIT : Nomer identitas tunggal dalam kartu BPJS
3. Bar code
WARNA GELANG PASIEN GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
SPO CARA IDENTIFIKASI PASIEN Petemuan Pertama seorang petugas dengan
pasien:
1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari tiga identitas, cocokkan
dengan perintah dokter

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM ANTAR PEMBERI PELAYANAN DIDALAM
RS (SKP 2)
1. Melakukan “Read Back” Terhadap Instruksi Yang Diterima Secara Lisan
Maupun Melalui Telpon Atau Melaporkan Hasil Pemeriksaan Kritis
(TULBAKON)
2. Buat Standar : Singkatan, Akronim, Simbol Yang Berlaku Di RS dan
singkatan yang dilarang
3. Buat Standar Komunikasi Pada Saat Operan / Hand Overs Communication
(SBAR)
4. Ketepatan Membuat Laporan KOMUNIKASI YG SERING SALAH
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan Terjadi pada saat Perintah diberikan
secara lisan, Perintah diberikan melalui telpon dan Pada saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
SBAR

 introduction individu yang terlibat dalam handoff memperkenalkan diri, peran


dan tugas , profesi
 situation ; komplain, diagnosis, rencana perawatan dan keinginan dan
kebutuhan pasien
 background ; tanda-tanda vital, status mental , daftar obat-obatan dan hasil lab
 assessment ; penilaian situasi saat ini oleh provider
 rekomendation ; mengidentifikasi hasil lab yg tertunda dan apa yang perlu
dilakukan selama beberapa jam berikutnya dan rekomendasi lain untuk
perawatan
 question n answer ; kesempatan bagi tanya-jawab dalam proses handoff

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Obat high alert (yang harus diwaspadai):
obat yang dapat menimbulkan KTD atau kejadian sentinel bisa salah digunakan.
OBAT HIGH ALERT
Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau
kejadian sentinel (sentinel event) , Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome), Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA)
ELEKTROLIT KONSENTRATE
Standarisasi dosis, unit ukuran, dan terminologi adalah elemen penting dari
penggunaan yang aman, Campuran larutan elektrolit harus dihindari (misalnya :
natrium klorida dengan kalium klorida), Upaya ini memerlukan perhatian khusus,
keahlian yang sesuai, antar-profesional kolaborasi, proses veriƌkasi, dan fungsi yang
akan memastikan penggunaan yang aman.

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-


PASIEN OPERASI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat- pasien. PASTIKAN LOKASI OPERASI DENGAN
PENANDAAN
Penyebab Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah Pasien Pada Operasi
Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara Anggota Tim Bedah,
Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan Lokasi (Site Marking), Tidak
Ada Prosedur Untuk Veriƌkasi Lokasi Operasi, Asesmen Pasien Yang Tidak
Adekuat, Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat, Budaya Yang Tidak
Mendukung Komunikasi Terbuka Antar Anggota Tim Bedah, Tulisan perintah/Resep
Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting)tah, Pemakaian Singkatan
Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur
(jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang), Perlu melibatkan
pasien, Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine, Mudah dikenali, Digunakan
secara konsisten di RS, dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK MEMERLUKAN PENANDAAN:

 Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)


 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Veriƌkasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Veriƌkasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2 implant yg
dibutuhkan
4. Tahap Time
5. Pakai surgical safety check-list
PANDUAN Sebelum Induksi Anestesi:
1. Identiƌkasi pasien, prosedur, informed consent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
PANDUAN Sebelum Insisi Kulit (Time-out): Apakah …….
1. Konƌrmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konƌrmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propilaksis sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
PANDUAN SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPERASI
1. Perawat melakukan konƌrmasi secara verbal, bersama dr dan anestesi
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Luka Operasi Terinfeksi MRSA
setiap staf klinis harus mencuci tangan sesuai standar who, dan menerapkan five
moment for hand hygine
contoh: pengggunaan jembatan keledai, untuk memudahkan mengingat urutan enam
area dalam hand-wash/rub
telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, punggung jari-jari (gerakan kunci),
sekeliling ibu jari (putar- putar), kuku dan ujung jari (putar-putar)
cuci tangan dan penggunaan sarung tangan
Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan, Cuci tangan harus
dilakukan pada saat yang tepat tanpa harus ada indikasi untuk pemakaian sarung
tangan, Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi   terjadi saat
mengenakan sarung tangan, Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci
tangan karena sarung tangan dapat membawa kuman, Pemakaian sarung tangan
hanya bila diindikasikan menurut Standard dan Precaution contact jika tidak anda
menjadi berisiko tertular kuman.
PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL
Prosedur bedah, Pemeriksaan vagina, prosedur radiologi invasif, melakukan akses
vaskular dan prosedur (central line), Menyiapkan/mencampur total parenteral
nutrition, Menyiapkan/mecampur kemoterapi.
PEMAKAIAN SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN

 DALAM SITUASI KLINIK


 DIRECT PATIENTS EXPOSURE
 INDIRECT PATIENT EXPOSURE

PEMAKAIAN SARUNG TANGAN TIDAK DI INDIKASIKAN (kecuali KONTAK


untuk tindakan pencegahan)

 Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau lingkungan yang
terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi; melakukan
suntikan IM maupun SC
 TIDAK KONTAK LANGSUNG DENGAN PASIEN

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh.
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
Langkah
Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan, Anjurkan pasien untuk memakai
alas kaki anti slip, Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien,
Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang, Pastikan lorong
bebas hambatan, Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan
pasien, Pasang Bedside rel, Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait, Mengamati lingkungan untuk kondisi
berpotensi tidak aman, dan segera laporkan untuk perbaikan, Jangan biarkan pasien
berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi,Pastikan pasien
yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan
terpasang, Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai
rencana perawatan untuk mencegah jatuh, Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga
untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.
ELEMEN PENDUKUNG UPAYA MENURUNKAN RISIKO CEDERA KARENA
JATUH
Proses terintegrasi : mengembangkan kebijakan/ menyusun SOP, Melaksanakan
proses assessment dan reassessment risiko jatuh, Monev pelaksanaan program
pencegahan pasien jatuh, Mengembangkan sistem pelaporan pasien jatuh

Anda mungkin juga menyukai