Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


FRAKTUR

OLEH
KELOMPOK I :

Tania Kharisma Putri KP.12.19.006


Ni Putu Indah Suryandari KP.12.19.007
Ni Ketut Amritha KP.12.19.014
Ni Kadek Poppy Indriana KP.12.19.015
Widalia KP.12.19.022
Ni Kadek Desi Sugiantari KP.12.19.023
Gusti Putu Arik Suryantara KP.12.19.031
Aulia Eka Anggraini KP.12.19.032
Suwarto KP.12.19.035
Wayan Sudiarsa KP.12.19.042
A.A Restu Anggara KP.12.19.043

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
20

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan karunia,
rahmatdan hidayat-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Fraktur” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Stroke Hemoragik dan
bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terimakasih.

Denpasar, 06 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................6
D. Manfaat Penulisan............................................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi.............................................................................................................................8
B. Etiologi.............................................................................................................................8
C. Patofisiologi.....................................................................................................................9
D. Gejala Klinis....................................................................................................................10
E. Komplikasi.......................................................................................................................11
F. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................13
G. Penatalaksanaan...............................................................................................................14
H. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................................18
BAB III KASUS
A. Pengkajian........................................................................................................................32
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................41
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................................41
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................................43
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Simpulan..........................................................................................................................54
B. Saran................................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diskontinuitas tulang. Penyebab


terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan
sebagainnya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degerneratif
dan patologi (Depkes RI, 2005; Noorisa et al., 2017). World Health Organization (WHO)
mencatat pada tahun 2011- 2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta
orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Depkes RI
2011, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah
akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu
sekitar 46,2% (Depkes RI, 2011).

Fraktur plateau tibia atau fraktur tibia proximal disebut juga bumper fracture.
Fraktur tibia proximal biasanya terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut
dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah. Trauma kaki atau tungkai bawah akan
memberikan suatu gangguan pada kaki dan pergelangan kaki yang meliputi tulang tibia,
fibula, maleolus, metatarsal, palang kaki, dan jaringan lunak pada kaki oleh berbagai
keadaan yang meliputi cidera akibat trauma (Helmi, 2012). Tindakan bedah dari fraktur
tibia plateau yang biasanya terjadi displaced akan dilakukan tindakan Open Reduction
Internal Fixation (ORIF). Tindakan bedah ini dilakukan untuk memposisikan kembali
tulang dan fiksasi internal yang dilakukan menggunakan fiksasi screw and plated yang
dipasang pada area yang mengalami cidera yang bertujuan untuk menyangga tulang agar
tetap pada posisinya. Tindakan ini bertujuan untuk pengobatan fraktur tibia plateau yang
memfasilitasi penyembuhan yang benar dari tulang dan mencegah kemungkinan masalah
yang akan terjadi di kemudian hari. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan
reposisi secara operatif yang diikuti dengan fiksasi interna. Fiksasi interna yang dipakai
biasanya berupa plate and screw. Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang
sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips
dan mobilisasi segera bisa dilakukan. Kerugiannya adalah adanya resiko infeksi tulang

4
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Masalah yang sering kali ditimbulkan pada pasien pasca
bedah ORIF yakni nyeri, pasien post ORIF biasanya merasakan nyeri, terutama pada saat
bergerak (Kneale, 2011). Selain itu pasien juga dapat mengalami gangguan mobilitas
yang menyebabkan keterbatasan gerak sendi, kelelahan yang menyebabkan kelemahan
otot, serta perubahan ukuran bentuk seperti oedema/bengkak dan fungsi tubuh yang dapat
mengubah sistem tubuh yang biasanya terjadi akibat proses pembedahan (Ropyanto,
2013).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa definisi dari fraktur ?

2. Apa saja penyebab fraktur ?

3. Bagaimana pastofisiologi fraktur ?

4. Bagaimana gejala klinis fraktur ?

5. Bagaimana komplikasi fraktur ?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic fraktur ?

7. Bagaimana penatalaksanaan fraktur ?

8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan fraktur ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apa definisi dari fraktur.

2. Untuk mengetahui apa saja penyebab fraktur.

3. Untuk mengetahui bagaimana pastofisiologi fraktur.

4. Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis fraktur.

5
5. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi fraktur.

6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostic fraktur.

7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fraktur.

8. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan fraktur.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah yaitu untuk memberi pengetahuan pada
pembaca dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan fraktur, penyebab fraktur,
pastofisiologi fraktur, gejala klinis fraktur, pemeriksaan diagnostic fraktur,
penatalaksanaan fraktur, komplikasi fraktur, dan konsep dasar asuhan keperawatan
fraktur.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai


dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

B. Penyebab / Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai
cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

a. Fraktur akibat peristiwa trauma


Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila
tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak
juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan
fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

7
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula
atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-
berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

C. Patofisiologi
Fraktur atau patah tulang sering terjadi karena berbagai penyebab langsung, tidak
langsung, akibat tarikan otot yaitu karena trauma tenaga fisik seperti kecelakaan
kendaraan motor, jatuh, olah raga, exercise yang kuat, maupun karena penyakit pada
tulang seperti osteoporosis, tumor tulang, infeksi juga dapat menyebabkan rusaknya
kontinuitas tulang sehingga terjadilah fraktur tertutup ataupun terbuka. Akibat fraktur
tertutup atau terbuka terdapat gejala yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri,
deformitas, krepitasi, bengkak, peningkatan temperatur local, pergerakan abnormal,
kehilangan fungsi, perdarahan sianosis, adanya spasme otot. Setelah terjadinya fraktur
akan terjadi proses penyembuhan yang merupakan proses biologis alami yang akan
terjadi setiap patah tulang. Pada permulaan akan terjadi pendarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang.
Hematoma dibungkus dengan jaringan lunak disekitar yaitu periosteum dan otot.
Pada tahap ini terjadi inflamasi pembengkakan dan nyeri. Dalam sekitar 5 hari akan
terjadi tahap yang kedua yaitu proliferasi sel dimana hematoma akan menjadi medium
pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematoma akan berubah
menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya. Sel-sel akan aktif tumbuh ke arah
fragmen tulang, sehingga fragmen tulang semakin menempel.
Kemudian akan tumbuh sel jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini
akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk koroid yang merupakan bahan
dasar tulang rawan sedangkan tempat yang jauh dari patahan tulang yang
vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan membentuk
osteoid yang merupakan bahan dasar tulang. Tahap yang ketiga adalah pembentukan
8
kalus dimana osteoblast membentuk tulang lunak (kalus), lapisan terus meluas dan
menebal, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen lainnya dan akan menyatu. Tahap
yang keempat adalah konsolidasi dimana kalus mengeras dan terjadi proses konsolidasi
fraktur terasa menyatu, secara bertahap akan terjadi tulang matur. Tahap yang kelima
adalah remodeling yang merupakan tahap akhir meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru kesusunan structural sebelumnya.
Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien fraktur yaitu
reposisi, imobilisasi yang meliputi pemasangan gips, bidai, traksi. Tindakan lain berupa
pembedahan yaitu ORIF dan OREF. Akibat dari penatalaksanaan ini yaitu nyeri,
perdarahan, adanya luka post operasi, peningkatan suhu tubuh, pasien bertanya-tanya
tentang pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan, kelemahan dan kehilangan
fungsi.

D. Gejala Klinis
Manifestasi klinik dari faktur ,menurut Brunner and Suddarth,(2002)
 Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di rancang utuk
meminimalkan gerakan antar fregmen tulang
 Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen tulang pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ekstermitas yang bisa diketahui membandingkan ekstermitas
yang normal dengan ekstermitas yang tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
 Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melingkupi satu samalain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi)
 Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus
dapat mengaibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).

9
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari
pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cidera.
Menurut Santoso Herman (2000:153) manifestasi klinik dari fraktur adalah:
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
 Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
 Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur.
 Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

E. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:

I. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
 Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah
eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan
oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi
pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
 Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.
 Sindroma Kompartement
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan
ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
10
penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompatement otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).
 Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT
menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan
 Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. f. Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare, 2001).
II. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed
union, dan non union.
 Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai
dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
 Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
 Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
11
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang
(Price dan Wilson, 2006).

F. Pemeriksaan Diagnostik/ penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada penderita fraktur diantaranya :

a. Foto rotgen
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya ftraktur atau trauma yang terjadi pada tulang.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan tampak gambar patahan tulang.
b. CT-Scan
Untuk melihat rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan tulang atau cidera ligamen atau tendon.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Untuk melihat abnormalitas (misalkan : Tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang) jaringan lunak seperti tendon, otot, tulang rawan.
d. Angiografi
Untuk melihat struktur vascular dimana sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi
arteri.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk melihat kadar hemoglobin. Hasil yang ditemukan biasanya lebih rendah bila
terjadi pendarahan karena trauma.
f. Pemeriksaan sel darah putih
Untuk melihat kehilangan sel padasisi luka dan respon inflamasi terhadsp cedera.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan yaitu leukositosis.

G. Terapi / Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan pada pasien dengan fraktur yaitu :
a. Tindakan konservatif
 Rekognisi (Pengenalan )

12
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri
sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.

 Reduksi (manipulasi/ reposisi)


Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk
memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi
terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan
lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.
Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah
mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002).

 Imobilisasi
Adalah mempertahankan reposisi selama masa penyembuhan patah tulang
misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan
kedudukan yang baik.
 Rehabilitasi
Adalah proses pemulihan kembali fungsi tulang yang dapat dilakukan dengan
fisio therapy aktif dan pasif.
 Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Gips merupakan alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk
mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan
yang merata pada jaringan lunak yang terdapat didalamnya.
Jenis-jenis gips :
1) Gips lengan pendek, memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan, melingkar erat didasar ibu jari.
2) Gips lengan panjang, memanjang setinggi lipat ketiak sampai disebelah
proksimal lipatan telapak tangan.
13
3) Gips tungkai pendek, memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki.
4) Gips tungkai pendek, memanjang dari perbatasan sepertitiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki.
5) Gips berjalan, gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat.
6) Gips tubuh, melingkar di batang tubuh.
7) Gips spika,melibatkan sebagian tubuh dan satu atau dua ekstremitas
8) Gips spika bahu, jaket tubuh yang melingkari batang tubuh bahu dan siku
9) Gips spika pinggul, melingkari batang tubuh dan satu ektremitas bawah.
 Traksi
Adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan dan
mengimobilisasi fraktur, traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik. Secara umum traksi dilakukan
dengan menempatkan beban dengan tali pada ektremitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulang yang patah.
Jenis-jenis traksi :
1) Traksi kulit buck
Traksi yang paling sederhana ini paling tepat bila dipasang pada anak muda
untuk jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis
traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum
lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut.
2) Traksi kulit Bryant
Sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang
paha.
3) Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah
tulangpada korpus femoralis orang dewasa, mempergunakan traksi skeletal
dengan beberapa katrol dan bantalan khusus.
4) Traksi Russell

14
Traksi Russell ini biasanya digunakan untuk fraktur panggul dimana paha
akan disokong oleh bebat.
Secara umum traksi ada dua macam yaitu :
1. Skin traction yaitu tarikan pada kulit
2. Skeletal traction yaitu tarikan pada tulang
Pada skin traction menggunakan pita[jarang digunakan karena dapat
merusak kulit] tujuannya untuk menurunkan nyeri akibat spasme otot,
pemberat digunakan untuk mencegah kerusakan kulit.Beban pada skin
traction maksimal 5 kilogram.

b. Tindakan Operatif
a. ORIF (Open Reduction with Internal fixation)
Merupakan tindakan insisi pada tempat yang mengalami cedera dan ditentukan
sepanjang bidang anatomic menuju tempat yang mengalami fraktur.
Keuntungannya yaitu reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi dari ORIF :
(1) Fraktur yanmg tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi.
Misalnya : Fraktur talus, fraktur collom femur.
(2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Misalnya : fraktur avulasi, fraktur dislokasi
(3) Fraktur yang dapat direposisi sulit dipertahankan
Misalkan : fraktur pergelangan kaki
(4) Fraktur intra-articuler
Misalnya : fraktur patela

b. OREF (Open Reduction with eksternal Fixation)


Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksternal dengan mempergunakan
kanselosa screw dengan metil metaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksternal
dengan jenis-jenis lain misalnya dengan mempergunakan screw schanz.
Keuntungannya yaitu darah sedikit yang hilang, mudah membersihkan luka,
sesegera mungkin ambulasi dan latihan tubuh yang nyeri.
15
Indikasi dari OREF : fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang
hebat, fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosisi, fraktur yang miskin
jaringan ikat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada area yang mengalami patah tulang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang sebelumnya
sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik
serta penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang.

d. Riwayat penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris adalah salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
e. Data Subjektif
 Pasien mengeluh nyeri
 Pasien mengeluh susah menggerakkan kakinya
 Pasien mengeluh tidak dapat berpindah
 Pasien mengeluh traksi terlihat menakutkan
f. Data Objektif
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak menangis
16
 Terlihat adanya pembengkakan
 Terlihat adanya perdarahan
g. Sebelas Fungsi Gordon
1. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup fraktur akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien dengan fraktur tidak mengalami gangguan dalam nutisinya, dan
cairannya.
3. Pola eliminasi
Mengkaji pola BAK dan BAB pasien fraktur.
4. Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan fraktur terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik.
5. Pola istirahat
Kleurga klien dengan fraktur mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak
karena merasa nyeri.
6. Pola kognitf dan perseptual (sensoris)
Kondisi kesehatan pasien dengan fraktur mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit, pasien mampu memberikan penjelasan tentang
keadaan yang dialaminya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Pola emosional pasien sedikit terganggu karena ada nyeri pada daerah fraktur.
8. Peran dan tanggung jawab
Keluarga ikut berperan aktif dalam menjaga kesehatan fisik pasien.
9. Pola reproduksi dan sexual
Mengkaji perilaku dan pola seksual pada pasien fraktur.
10. Pola penanggulangan stress
Pada pasien fraktur dapat timbul stress akibat pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya. Keluarga pasien cukup perhatian selama
pasien dirawat di rumah sakit.
17
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu, dimana pasien
dan keluarga percaya bahwa masalah pasien murni masalah medis dan
menyerahkan seluruh pengobatan pada petugas kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan
rasa nyeri, dan tampak meringis.
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan pasien terlihat lambat saat bergerak, pasien telihat mengalami keterbatasan
kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan histamin ditandai
dengan bengkak dan kemerahan pada kulit
 Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai
dengan warna kulit pucat
 Resiko Infeksi berhubungan dengan patahnya tulang dan pemasangan traksi
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur pengobatan ditandai dengan
mengeluhkan penampilan.

18
3. Rencana Asuhan Keperawatan ( Terlampir )
4. Evaluasi (Terlampir)

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Pain Management S
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 Pasien
agen cedera fisik jam diharapkan nyeri pada klien 1. Kaji nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat mengatakan
ditandai dengan hilang/berkurang dengan komprehensif termasuk nyeri klien sudah tidak
melaporkan rasa kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyeri, dan tampak NOC Label : Pain level frekuensi, kualitas dan faktor ketidaknyamanan dirasakan O
meringis.  Melaporkan tidak presipitasi oleh klien Pasien tampak
adanya nyeri 2. Observasi aspek nonverbal 3. Untuk mengalihkan tidak meringis
 Tidak ada perpanjangan terhadap nyeri yang perhatian pasien dari rasa lagi
episode nyeri dirasakan klien nyeri dan untuk mengurangi A
 Tidak ada agitasi 3. Ajarkan tentang teknik non tingkat nyeri yang dirasakan Tujuan
farmakologi : napas dalam, klien. tercapai
relaksasi, distraksi dan 4. Posisikan yang nyaman P
kompres panas atau dingin dapat meminimalisir rasa Pertahankan
4. Posisikan klien dalam posisi nyeri yang dirasakan klien. intervensi
senyaman mungkin. 5. Pemberian “health
5. Berikan “Health Education” education” dapat
19
pada klien mengenai nyeri , mengurangi tingkat
seperi penyebab nyeri, berapa kecemasan dan membantu
lama nyeri yang dirasakan, klien dalam membentuk
dan tindakan antisipasi mekanisme koping terhadap
terhadap nyeri yang rasa nyeri.
dirasakan klien. 6. Untuk mengurangi nyeri
6. Berikan terapi analgetik jika yang parah.
diindikasikan

2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Asuhan NIC Label: S


fisik berhubungan keperawatan selama …. x 24 Bed rest care Pasien
1. Agar keluarga pasien mau mengatatakan
dengan peurunan jam diharapkan kemampuan 1. Jelaskan kepada pasien
bekerja sama menjaga pola sudah mampu
kekuatan otot ditandai pergerakan pasien meningkat atau keluarga pasien istirahat klien berjalan,
dengan pasien terlihat dengan kriteria hasil: tentang pentingnya duduk, berdiri.
O
lambat saat bergerak, istirahat dalam
2. Agar kualitas istirahat Pasien tampak
NOC Label:
pasien telihat pemulihan penyakit. pasien baik mampu
mengalami Exercise Therapy: Ambulation: 2. Anjurkan pasien untuk bergerak,
duduk dan
keterbatasan memilih posisi yang
 Pasien dapat berjalan 3. Agar pasien tidak jatuh berjalan.
kemampuan untuk nyaman. A:
dengan bantuan
melakukan 3. Anjurkan keluarga Tujuan
 Pasien dapat berjalan tercapai
ketrampilan motorik pasien untuk memasang
dengan lambat P
kasar side rail pada kedua sisi Lanjutkan
 Pasien dapat melakukan
tempat tidur. 4. Agar pasien nyaman intervensi
20
pergerakan bertahap dari 4. Jaga agar tempat tidur selama beristirahat
duduk-berdiri-jalan pasien tetap bersih,
5. Agar kaki terjaga
kering.
imobilisasinya
5. Anjurkan pasien untuk
menggunakan
penyangga kaki saat
tidur. 6. Agar tahap gerakan yang
dilakukan sesuai proses
penyembuhan
Energy Management
6. Jelaskan pada pasien
batasan-batasangerak 7. Agar pasien tahu gerakan-
yang boleh dilakukan. gerakan yang harus
dihindari
7. Jelaskan pada pasien
gerakan-gerakan yang 8. Agar persediaan energy
dapat menyebabkan pasien cukup

kelelahan.
8. Pantau asupan nutrisi 9. Untuk meningkatkan status
pasien untuk memenuhi nutrisi pasien
kebutuhan energy
pasien.
9. Konsultasi dengan ahli
10. Agar klien berani
gizi untuk meningkatkan
memulai aktivitas
21
status nutrisi pasien.
11. Agar klien bisa melatih
pergerakannya
Exercise Promotion
10. Motivasi pasien untuk
memulai aktivitas.
12. Untuk mengetahui
11. Anjurkan pasien untuk
apakah aktivitas yang
melanjutkan latihan dilakukan terlalu berat
aktivitas. atau tidak.
12. Pantau respon pasien
saat latihan aktivitas.

3. Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan NIC Label : skin surveillance S


kulit berhubungan keperawatan selama…. x 24 1. Untuk mengetahui Pasien
1. Inspeksi kondisi kulit
dengan peningkatan jam diharapkan integritas kulit perkembangan kondisi mengatakan
2. Inspeksi kulit dan membran
histamin ditandai klien kembali normal dengan kulit klien kulit sudah
mukosa untuk kemerahan,
dengan bengkak dan kriteria hasil : 2. Untuk mengetahui lebih tidak
panas, drainase
kemerahan pada kulit awal jika keadan kulit kemerahan
NOC Label: Tissue integrity: 3. Monitor warna kulit
memburuk O
skin and mucous membranes
3. Untuk mengetahui adanya Integritas kulit
 Integritas kulit klien normal
perubahan kondisi kulit tampak normal
 Pigmentasi dalam rentang
klien A
yang diharapkan
Tujuan
22
 Warna dalam rentang yang tercapai
diharapkan P
 Tekstur dalam rentang yang Lanjutkan
diharapkan intervensi
4. Gangguan perfusi Setelah dilakukan intervensi NIC Label: S
jaringan perifer selama .. x 24 jam, status Pasien
- HemodynamicRegulatio
berhubungan dengan sirkulasi pasien normal dengan n mengatakan
penurunan komponen kriteria hasil: 1. Untuk memantau kulitnya sudah
1. Monitor dan dokumentasi
seluler yang keadaan sirkulasi tidak pucat lagi
nadi, irama jantung dan
diperlukan untuk NOC Label: denyut jantung 2. Untuk memantau aliran O
pengiriman oksigen - Sirculation Status darah kapiler -Warna kulit
2. Monitor denyut nadi
dan nutrisi ke sel 3. Untuk memastikan pasien tampak
periferal, capillary refill
ditandai dengan warna  Tekanan darah sistolik 90- serta warna dan suhu ketepatan terapi yang tidak pucat
kulit pucat 110 mmHg ekstremitas diberikan -TTVpasien
 Tekanan darah distolik 60-80 3. dalam rentan
Monitor efek dari
mmHg pengobatan normal

 Denyut nadi pasien 80-100 A

kali per menit Tujuan


tercapai
P
Lanjutkan
Intervensi
5. Resiko Infeksi Setelah diberikan asuhan NIC Label: Infection Control S
23
berhubungan dengan keperawatan selama … x24 jam 1. Beri penjelasan pada klien 1. Penderita akan mengerti Pasien
patahnya tulang dan diharapkan tidak terdapat tanda- tentang pentingnya pentingnya perawatan luka mengatakan
pemasangan traksi tanda infeksi dengan criteria perawatan luka dan tanda – dan segera melapor bila ada tidak ada tanda
hasil : tanda atau tanda- tanda infeksi. kemerahan
NOC Label: Infection Severity gejala infeksi. 2. Perawatan luka yang O
 Tidak ada tanda-tanda 2. Rawat luka secara teratur teratur dan aseptik dapat Tampak tidak
infeksi seperti dan aseptic menghindari sekecil ada tanda –
kemerahan,bengkak,pan mungkin invasi kuman tanda infeksi
as, penurunan fungsi. pada luka operasi pada pasien
3. Jaga luka agar tetap bersih 3. Media yang lembab dan A
dan kering. basah merupakan media Tujuan
yang baik untuk untuk tercapai
pertumbuhan kuman. P
4. Jaga kebersihan klien dan 4. Mengetahui sedini Lanjutkan
lingkungannya mungkin tanda – tanda intervensi
infeksi pada luka operasi.
5. Observasi tanda – tanda 5. Mengetahui sedini
vital. mungkin tanda – tanda
infeksi secepatnya
mengatasi .
6. Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan NIC Label: S
berhubungan dengan keperawatan selama….x24 Active Listening: Pasien
prosedur pengobatan jam diharapkan adaptasi 1. Tentukan tujuan dari  Untuk membina mengatakan
24
ditandai dengan terhadap perubahan citra interaksi komunikasi terapeutik sudah tidak
mengeluhkan tubuh mulai terpenuhi dengan 2. Tunjukkan ketertarikan dengan pasien dan masalah
penampilam Kriteria hasil: terhadap klien memberikan dengan
3. Gunakan pertanyaan kesempatan pada pasien penampilannya
NOC Label: Body Image maupun pernyataan untuk untuk mengungkapkan saat ini
 Verbalisasi tentang mendorong ekspresi perasaannya sehingga O
penyesuaian dengan mengenai pemikiran, stress pasien dapat Pasien tampak
ketidakmampuan perasaan, dan perhatian. dikendalikan tidak
 Beradaptasi dengan mengalami
keterbatasan fungsi Emotional Support: gangguan citra
 Menggunakan strategi untuk 4. Nilai respons psikologis  Untuk menentukan tubuh
mengurangi stress yang terhadap keadaan dan intervensi dalam A
berhubungan dengan dukungan emosional menangani masalah Tujuan
ketidakmampuan emosional pasien. tercapai
 Menerima kebutuhan terhadap P
bantuan fisik Self-Care Assistance Hentikan
 Melaporkan penurunan tingkat 5. Monitor kemampuan intervensi
stress yang berhubungan pasien untuk perawatan diri  Dilakukan untuk
dengan ketidakmampuan mandiri membantu pasien dalam
6. Monitor kebutuhan pasien menciptakan gambaran
terhadap perangkat adaptif dirinya yang terpenuhi
untuk melakukan akan kebersihan dirinya.

25
kebersihan diri, berpakaian,
toileting, dan makan
7. Berikan bantuan sampai
pasien dapat melakukan
perawatan diri mandiri
8. Bantu pasien untuk
menerima ketergantungan

26
BAB III
KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. INFORMASI UMUM
Hari/Tanggal Pengkajian: Selasa/ 9 Maret 2021
Waktu: 15:00 WITA

IDENTITAS DIRI PASIEN

Nama: Tn. A RM: 201792

Umur: 61 tahun Suku Bangsa: Indonesia

Tanggal Lahir: 15 Februari 1960 Agama: Hindu

Tanggal Masuk: 8 Maret 2021 Pendidikan Terakhir: SMA

Jenis kelamin: laki-laki Pekerjaan: Wiraswasta

Alamat: Sesetan-Denpasar Selatan

INDETITAS PENANGGUNG JAWAB / WALI / KELUARGA

Nama: Ny. S Umur: 52 tahun

Pekerjaan: ibu rumah tangga Hubungan: istri

No. Telp: - Jenis kelamin: perempuan

Alamat: Sesetan-Denpasar Selatan

RIWAYAT KESEHATAN
Diagnosa Medis: Open frakture of right tibia and fibula GA 2 post debridement, closed fracture proximal
humerus.

Keluhan Utama : Pasien mengatakan mengeluh nyeri

27
Riwayat Kesehatan Saat Ini : Keluhan saat ini pasien mengeluh nyeri, Pasien mengatakan takut untuk bergerak,
saat bergerak pasien mengeluh nyeri skala 6

Riwayat Kesehatan Sebelumnya :


Pasien mengatakan jatuh dari pohon duren dengan ketinggian ± 5 meter. Pasien mampu menceritakan kejadian
jatuh, tidak langsung jatuh ke bawah, tetapi pasien menimpa dahan dan terjatuh pada sisi kanan membentur
tanah.

Riwayat Alergi: paien mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan, minuman, lingkungan maupun
binatang.
Riwayat Penyakit: pasien mengatakan tidak memeliki riwayat penyakit menurun maupun penyakit
menular
Faktor Resiko:

Pengobatan yang sedang dijalani :


Pasien tampak adanya luka terbuka di kaki kanan, luka lecet di kaki kiri dan memar pada tangan kanan. Saat
ini pasien sudah terpasang arm sling pada tangan kanan, pasien post debridement dan terpasang perban elastis
dengan backslab pada kaki kanan.
-
Riwayat Operasi/Kemoterapi/Radioterapi :
pasien mengatakan tidak pernah melalukan operasi

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


28
Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Lengkap : 12,1 g/dl/37%/19.800/µL/232.000/µL

2. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
OKSIGENASI
Data Subjektif: pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan saat bergerak

Data Objektif
Inspeksi : Status oksigenasi baik, pemeriksaan jantung paru, simetris, vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, S1 dan S2
tunggal, Kesadaran composmentis, GCS E4M5V6
Auskultasi : -

Perkusi : -

Palpasi : -

SIRKULASI
Data Subjektif : pasien mengatakan tidak ada keluhan batuk

Data Objektif
Inspeksi : RR : 20 x/mnt
Palpasi : -
Perkusi :

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, TD: 110/70 mmHg


NUTRISI
29
Data Subjektif: pasien mengatakan makannya normal ,habis 1 porsi dari porsi yang di berikan oleh rumah
sakit
Data Objektif
Inspeksi : pasien tidak menggunakan NGT, makan pasien habis 1 porsi dari porsi yang di sediakan oleh rumah
sakit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada masa abnormal, tidak ada pembesaran hepar,
Perkusi : -
Auskultasi : -
ELIMINASI
Data Subjektif : pasien mengatakan eliminasi BAB (-) 2 hari, BAK via kondom kateter.

Data Objektif
Inspeksi : klien tampak dalam melakukan pola eliminasi dikarenakan mengalami nyeri
Palpasi : tidak ada distensi kandung kemih, nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : -
Auskultasi : -

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT


Data Subjektif : Pasien mengatakan takut untuk bergerak dikarenakan kaki kanannya mengalami nyeri saat bergerak
dengan skala 6 dan saat tidak melakukan gerakan skala 4
Data Objektif
Inspeksi : -
Palpasi : -
Perkusi :
Auskultasi :
Data tambahan :
Kemampuan rentang gerak
Kepala  Fleksi  Ektensi  Rotasi
Bahu  Elevasi  Depresi
Ekstermitas atas kanan
 Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi
Ekstermitas atas kiri
 Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi
Ekstermitas bawah kanan
Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri
Ekstermitas bawah kiri
Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri
30
Kekuatan otot Segmen Kanan Kiri
Ekstremitas atas 5555 5555
Ekstremitas bawah
----- 5555

PROTEKSI DAN PERLINDUNGAN


Data Objektif :
Suhu : 36,8 0C
Luka Ya /Tidak:Ya
Balutan : Ya
Rongga : Ya
Eksudat : tidak ada
Warna eksudat : tidak ada
Bau : tidak ada
Presentasi luka : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Tanda tanda infeksi : tidak ada
Jenis Luka : tidak ada
Risiko Jatuh
Skor Penilaian Skala Jatuh Pada Pasien (Morse)
1. Riwayat Jatuh Tidak
Ya
2. Diagnosis Tidak
Sekunder Ya
3. Bantuan Tidak ada/ bedrest/ bantuan
Ambulasi Kruk/tongkat/walker
Furniture
31
4. IV/Heparin Lock Tidak
Ya
5. Mobilisasi/Gaya Normal/bedrest/kursi roda
berjalan Lemah
Gangguan
6. Status Mental Orientasi pada kemampuan sendiri

Level Risiko Jatuh : skala 45 (risiko sedang).


Level Risiko Skore Morse Fall Tindakan
Tidak ada risiko 0-24 Tidak ada
Risiko lemah 25-50 Lakukan intervensi pencegahan risiko
rendah
Risiko tinggi >51 Lakukan intervensi pencegahan risiko
jatuh

SENSORI
Fisik
Nyeri P : nyeri
Q: nyeri dirasakan seperti berdenyut- denyut
R: nyeri di rasakan di daerah kaki kanan
S: skala nyeri 6 (0-10)
T: nyeri dirasakan saat beraktivitas , nyeri hilsng timbul
Penglihatan : pasien dapat melihat dengan baik
Pengecapan : pasien dapat merasakan dengan baik
Pendengaran : pasien dapat mendengarkan dengan baik
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Intake Output

Bubur saring : - Urine : 1000cc


Intravena RL : Feses : -
Air : IWL :

Total : 800cc/24jam Total :


Balance : + 300cc

Tanda Dehidrasi : tidak ada tanda dehidrasi


32
Distensi vena jugularis : tidak ada distensi
NEUROLOGI
Fisik
Status Mental Composmentis
GCS :ENDOKRIN
E4V5M6
Ingatan
Fisik : panjang
Informasi
Kalenjar tiroid : dapat mengulang
Pembesaran: tidak ada pembesaran kelenjar jugularis
Bahasa :
REPRODUKTIF
Tremor : tidak ada koheren
SEKSUALITAS
Kognisi
Data Subjektif: pasienTrias
Pankreas mengatakan
DM : sudah menikah: baik
Orientasi : dapat menyebutkan nama, tempat dan waktu

Data Objektif: organ reproduksi tampak bersih, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.

MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakan dengan keluarganya dan menggambil keputusan
melalui musyawarah keluarga.

KEYAKINAN DAN NILAI


Pasien mngatakan beragama hindu dan pasien mengatakan ini merupakan ujian dari ida sang hyang widhi wasa
dan yakin pasti akan segera sembuh.

KONSEP DIRI
a. Physical Self : pasien mengatakan sebelum sakit, pasien selalu bersyukur akan diberikan kesembuhan
pada dirinya, sedangkan pada saat sakit pasien merasa sedih dengan keadaan dirinya dan berharap
dapat segera pulang dengan kesembuhan.

b. Personal Self: keluarga pasien mengatakan sebelum sakit keluarga pasien selalu berinteraksi dengan
baik kepada lingkungan, sedangkan pada saat sakit pasien hanya tampak berdiam diri di tempat tidur.

FUNGSI PERAN
Keluarga mengatakan tidak ada masalah ketika berinteraksi dengan lingkungan , sebelum sakit pasien aktif
melakukan kegiatan di banjar seperti gotong royong, ngayah dan keluarga mengatakan pasien berperan
33
sebagai ayah.

INTERDEPENDENSI
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien selalu memenuhi kebutuhanya sendiri seperti makan,
mandi, berpakaian dan lain-lain, sedangkan saat sakit dalam memenuhin kebutuhan sehari-hari
pasien tampak dibantu.

3. ANALISA DATA
N TANGGAL DATA PENYEBAB MASALAH
O

1 8 Maret DS : - pasien mengatakan Kondisi Nyeri kronis


2021 mengalami nyeri pada kaki muskuluskeletal
kanan , nyeri semakin berat kronis
saat beraktivitas

- Pasien mengatakan
Luka terbuka di
takut untuk bergerak,
kaki kanan, luka
saat bergerak pasien
mengeluh nyeri skala 6
lecet di kaki kiri

dan saat tidak dan memar di


melakukan gerakan pada tangan
skala 4 kanan

DO :

1. Akral teraba hangat Pasien mengeluh


2. Pasien tampak adanya luka nyeri skla 6 dan
terbuka di kaki kanan, luka saat tidak
lecet di kaki kiri dan memar melakukan
pada tangan kanan. gerakan skala 4
3. TTV
- S : 36,8 °C
- N : 84x/mnt Nyeri Kronis

34
- RR : 20x/mnt
- TD : 110/70 mmHg

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)


No Tgl Muncul Dx Keperawatan Tanggal Teratasi Paraf

1 8 Maret 2021 - Nyeri Kronis


berhubungan dengan
adanya luka terbuka di
kaki kanan, luka lecet di
kaki kiri dan memar pada
tangan kanan di tandai
dengan pasien mengeluh
nyeri skala 6 dan saat
tidak melakukan gerakan
skala 4

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ No Rencana Keperawatan
tanggal Dx Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

Senin , 8 1 Setelah 1. identifikasi lokasi


Maret dilakukan ,karakteristik,durasi,frekuensi,kualita
2021 tindakan s , intensitas nyeri
asuhan
2. identifikasi faktor yang
keperawatan
memperberat dan memperingan nyeri
selama 3x24
jam 3. Berikan teknik nonfarmakologi
diharapkan untuk mengurangi rasa nyeri
Tingkat nyeri (mis.TENS,hipnosis,akupusure,terapi
35
menurun musik,biofeedback,terapi
dengan pijat,aromaterapi ,teknik imajinasi
Kriteria Hasil: terbimbing,kompres
1. Keluhan hangat/dingin,terapi bermain)
Nyeri
4. kontrol lingkungan yang
Menurun
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)

5. jelaskan strategi meredakan nyeri

6. kolaborasi pemberian analgetik


bila perlu

1.

36
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/TangNo Dx Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien Ttd
gal
Selasa , 91 08.00 mengidentifikasi,lokasi,karakteristik,durasi,frO:pasien mengatakan
Maret ekuensi,kualitas,intensitas nyeri nyeri di kaki
2021 kanan
S: Skala nyeri 6

S : Pasien
mengatakan
belum ada yang
09.00
mampu
mengidentifikasi faktor yang memperberat memperingan
dan memperingan nyeri nyerinya
O : Pasien tampak
meringis dan
gelisah

S: Pasien mengatakan
rasa nyeri sedikit
berkurang setelah
di berikan terapi
music
O: Pasien tampak
11.00 menikmati music
yang di putar
memberikan teknik nonfarmakologi untuk S:Pasien mengatakan
mengurangi rasa nyeri ( Terapi music ) tidak suka cahaya
yang terang

37
O: Pasien ampak
menutup matanya
sambal merintih
S: Pasien bersedia
untuk menerima
penjelasan
O: Pasien tampak
kooperatif
S:Pasien mengatakan
nyeri berkurang
setelah minum
obat
13.00 O: Pasien tampak
sedikit meringis

mengontrol lingkungan yang memperberat


rasa nyeri

18.00

menjelaskan strategi meredakan nyeri


(Teeknik nafas dalam)
38
19.00

kolaborasi pemberian analgetik

Rabu , 101 08.00 mengidentifikasi,lokasi,karakteristik,durasi,frO:pasien mengatakan


Maret ekuensi,kualitas,intensitas nyeri nyeri di kaki
2021 kanan
S: Skala nyeri 4

S : Pasien
mengatakan nyeri
berkurang pada
09.00
saat diam dn tidak
mengidentifikasi faktor yang memperberat banyak bergerak
dan memperingan nyeri
O:Pasien tampak
sedikit meringis

S: Pasien mengatakan
rasa nyeri sedikit
berkurang setelah

39
di berikan terapi
music
O: Pasien tampak
menikmati music
11.00 yang di putar
S:Pasien mengatakan
memberikan teknik nonfarmakologi untuk menyukai suasana
mengurangi rasa nyeri ( Terapi music ) ruangan sekarang
O: Pasien tampak
nyaman dengan
suasana
ruanganya
sekarang

S: Pasien bersedia
untuk menerima
penjelasan
O: Pasien tampak
kooperatif
S:Pasien mengatakan
nyeri berkurang
13.00 setelah minum
obat
O: Pasien tampak
mengontrol lingkungan yang memperberat sedikit meringis
rasa nyeri (memberikan Suasana ruangan
yang nyaman)

40
18.00

menjelaskan strategi meredakan nyeri


(Teknik nafas dalam)

19.00

kolaborasi pemberian analgetik

E. EVALUASI KEPERAWATAN
NO Hari/Tanggal No Jam Evaluasi Paraf
Dx

41
1. Rabu, 10 Maret 1 19.00 S : pasien mengatakan nyeri nya
2021 sudah sedikit menurun dari 6
menjadi 4

O : pasien tampak sedikit tenang,


meringis sedikit berkurang

A : tujuan belum tercapai dan


masalah belum teratasi

P : pertahankan kondisi klien

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan diuraikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kasus nyata yang ditemukan saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa
medis : Open frakture of right tibia and fibula GA 2 post debridement, closed fracture proximal
humerus.
. Pembahasan ini akan di bahas sesuai dengan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implemantasi, dan evaluasi

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada area yang mengalami patah tulang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang sebelumnya
sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik
serta penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang.

Tn. A, 61 tahun, Pasien dirawat dengan riwayat jatuh dari pohon duren dengan
ketinggian ± 5 meter. Pasien mampu menceritakan kejadian jatuh, tidak langsung
jatuh ke bawah, tetapi pasien menimpa dahan dan terjatuh pada sisi kanan membentur
tanah. Pasien tampak adanya luka terbuka di kaki kanan, luka lecet di kaki kiri dan
memar pada tangan kanan. Saat ini pasien sudah terpasang arm sling pada tangan

43
kanan, pasien post debridement dan terpasang perban elastis dengan backslab pada
kaki kanan. Pasien tidak ada riwayat hipertensi dan DM.
Keluhan saat ini pasien mengeluh nyeri. Status oksigenasi baik, pemeriksaan
jantung paru, simetris, vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, S1 dan S2 tunggal. Tanda
vital RR : 20 x/mnt, TD 110/70 mmHg, N 84 x/mnt, S 36,8 0C pasien stabil. Akral
hangat, intake nutrisi adekuat, eliminasi BAB (-) 2 hari, BAK via kondom kateter.
Kaki dan tangan kanan pasien di imobilisasi, pasien mampu melakukan mobilisasi
aktif, kekuatan otot ----/5555 (ekstremitas atas) dan ----/5555 (ekstremitas bawah).
Kaki kanan teraba lebih hangat dibanding kaki kiri dan kaki kanan tampak lebih besar
dibanding kaki kiri. Pengkajian risiko jatuh skala 45 (risiko sedang). Pasien
mengatakan takut untuk bergerak, saat bergerak pasien mengeluh nyeri skala 6 dan
saat tidak melakukan gerakan skala 4. Kesadaran composmentis E4M5V6. Hasil
radiologi thoraks dan shoulder AP/LAT kesan terdapat fraktur collum cirrurgicum os
humerus kanan, radiologi cruris AP/LAT kesan fraktur komplit 1/3 proximal os fibula
kanan. Pasien pro ORIF.
Diagnosis medis : Open frakture of right tibia and fibula GA 2 post debridement,
closed fracture proximal humerus. Hasil pemeriksaan laboratorium :BDarah
Lengkap : 12,1 g/dl/37%/19.800/µL/232.000/µL
B. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan rasa nyeri,
dan tampak meringis.
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan
pasien terlihat lambat saat bergerak, pasien telihat mengalami keterbatasan kemampuan
untuk melakukan ketrampilan motorik kasar
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan histamin ditandai dengan
bengkak dan kemerahan pada kulit
 Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan warna kulit
pucat
 Resiko Infeksi berhubungan dengan patahnya tulang dan pemasangan traksi

44
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur pengobatan ditandai dengan
mengeluhkan penampilan.

C. INTERVENSI

1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
2. Observasi aspek nonverbal terhadap nyeri yang dirasakan klien
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi dan kompres
panas atau dingin
4. Posisikan klien dalam posisi senyaman mungkin.
5. Berikan “Health Education” pada klien mengenai nyeri , seperi penyebab nyeri, berapa
lama nyeri yang dirasakan, dan tindakan antisipasi terhadap nyeri yang dirasakan klien.
6. Berikan terapi analgetik jika diindikasikan

D. IMPLEMENTASI
Berdasarkan teori, implementasi disusun berdasarkan diagnosa keperwatan yang
ditegakan serta berorientasi pada pasien dan tindakan keperawatan yang direncanakan.
Implementasi pada Tn.A tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek nyata.
Dimana pada kasus nyata , implementasi di lakukan sesuai dengan diagnosa dan intervensi
yang telah ditetapkan berdasarkan teori seperti: Diagnosan Nyeri kronis , tindakan yang di
lakukan:
Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi , Mengobservasi aspek nonverbal terhadap nyeri yang
dirasakan klien, mengAjarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam, relaksasi,
distraksi dan kompres panas atau dingin
Memberikan Posisi klien dalam posisi senyaman mungkin, memBerikan “Health
Education” pada klien mengenai nyeri , seperi penyebab nyeri, berapa lama nyeri yang
dirasakan, dan tindakan antisipasi terhadap nyeri yang dirasakan klien, memBerikan terapi
analgetik jika diindikasikan

45
E. EVALUASI
Sebagai tahap akhir dari proses keperawatan setelah melakukan pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, menetapkan perencanaan dan implementasi. Catatan perkembangan
dilakukan sebagai bentuk evaluasi menggunakan (SOAP).
Evaluasi pada Tn. A sesuai dengan hasil implementasi yang dibuat pada kriteria obyektif
yang ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnosa nyeri kronis belum teratasi dan melanjutkan
intervensi. Dari tahap ini, penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua kriteria evaluasi
dapat di capai selama pasien dirawat di Rumah Sakit, semuanya membutuhkan waktu,
proses, kemauan, ketaatan pasien dalam mengikuti perawatan dan pengobatan.

46
BAB V
PENUTUP
F. Simpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur atau patah tulang sering terjadi karena berbagai penyebab langsung, tidak
langsung, akibat tarikan otot yaitu karena trauma tenaga fisik seperti kecelakaan kendaraan
motor, jatuh, olah raga, exercise yang kuat, maupun karena penyakit pada tulang seperti
osteoporosis, tumor tulang, infeksi juga dapat menyebabkan rusaknya kontinuitas tulang
sehingga terjadilah fraktur tertutup ataupun terbuka. Akibat fraktur tertutup atau terbuka
terdapat gejala yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri, deformitas, krepitasi, bengkak,
peningkatan temperatur local, pergerakan abnormal, kehilangan fungsi, perdarahan sianosis,
adanya spasme otot. Setelah terjadinya fraktur akan terjadi proses penyembuhan yang
merupakan proses biologis alami yang akan terjadi setiap patah tulang. Pada permulaan akan
terjadi pendarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada
tempat patah tulang

G. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, perawat harus menerapkan 5 tahapan keperawatan yaitu :
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi. Pada klien dengan masalah
kesehatan fraktur, perawat harus melakukan tahapan pengkajian hingga evaluasi secara
komprehensif, sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk klien.

47
DAFTAR PUSTAKA

 Baradero, Mary., Dayrit wilfrid Mary., Siswadi Yakobus. (2008). Keperawatan


Perioperatif: Prinsip Dan Praktik. Jakarta: EGC
 Herdman, T. Heather. (2012). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
 McCloskey,Joanne .(2004). Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition
St.Louis Missouri:Westline Industrial Line
 Moorhead,Sue .(2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition St.Louis
Missouri:Westline Industrial Line
 Potter, P.A, Perry, A.G., Crisp, J. & Taylor, C. (2006). Fundamental of Nursing .
Harcourt.
 Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
 Buckley R, Panaro CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-of-Fracture-Care.htm.
Update terakhir: 19 Juli 2007
 Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
 Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervention Classification Fourth Edition, USA: Mosby
Elsevier.
 Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
 NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011
(terjemahan). Jakarta: EGC.
 Price, A. Sylvia & Wilson. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC

48

Anda mungkin juga menyukai