Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

KONTRASEPSI

Pembimbing :
dr. Hera Hermawan, Sp. OG

Disusun Oleh :
Cendy Andestria (2015730020)
Dhiya Andini (2015730030)
Khayrul Fikri (2015730071)
Nadiyah Bayan Hafizah (2015730098)
Jullinar Aulia Hasna (2015730067)
Mutiara Nurul Qalby (2015730095)

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2019
DEFINISI

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,


sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperm
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut

TUJUAN KONTRASEPSI

 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun


 Menjarangkan kehamilan:20-35
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 keatas

URUTAN PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG RASIONAL:

Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan

(<20 thn) (20-35 thn) (>35thn)

1) Pil 1) IUD 1) Sterilisasi


2) IUD 2) Suntik 2) IUD
3) Implant 3) Pil 3) Implant
4) Suntika 4) Implan 4) Suntik
n 5) Sterilisasi 5) pil

KONTRASEPSI HORMONAL
1. Pil kontrasepsi

Saat ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi, transdermal-


patch, dan cincin transvaginal. Pil kontrasepsi oral merupakan
kombinasi estrogen dan progestin (Pil, Injeksi) atau hanya
progestin (Injeksi, Implan, Pil). Pilihan kontrasepsi hormonal
pria telah dievaluasi dalam penelitian dengan subyek manusia
serta dapat menjadi pilihan di masa depan. Kontrasepsi oral
kombinasi (KOK) merupakan metode kontrasepsi hormonal
yang paling sering digunakan.

 Mekanisme kerja : Cara kerja kontraseptif (KOK) bersifat


multipel, tetapi efek yang paling penting adalah mencegah
ovulasi dengan menekan hypothalamic gonadotropin-releasing
factor. Ini selanjutnya mencegah sekresi hipofisis yaitu follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Progestin mencegah ovulasi dengan menekan LH dan juga
mengentalkan mukus serviks sehingga memperlambat
masuknya sperma. Sebagai tambahan, progestin
mengubah endometrium, yang mencegah
terjadinya perdarahan intermenstrual
(breakthrough bleeding) . Efek bersihnya adalah
penekanan ovulasi yang sangat efektif,
pencegahan migrasi sperma melalui mukus
serviks, dan menciptakan lingkungan
endometrium yang tidak menguntungkan untuk
implantasi. Dengan demikian, kontrasepsi ini
benar-benar memberikan proteksi absolut
terhadap kontrasepsi jika digunakan sesuai
aturan.

 Farmakologi: Di Amerika Serikat, estrogen yang digunakan


untuk kontrasepsi adalah ethinyl estradiol dan yang lebih jarang
digunakan, 3-methyl ethernya, mestranol. Hampir semua
progestin yang tersedia saat ini merupakan turunan 19-
nortestosterone, namun ada satu yang turunan aldosteron.
Walaupun progestin individual awalnya dipilih karena potensi
progestasionalnya, golongan ini sering dibandingkan dan
diresepkan berdasarkan anggapan terhadap efek
progestasionalnya, estrogenik, dan terutama androgenik. Akan
tetapi, dasar ilmiah bagi peresepan selektif seperti ini masih
kurang

 Dosis: Kandungan estrogen dan progestin pada KOK telah


dikurangi secara bermakna untuk menurunkan efek samping
terkait hormon. Saat ini, dosis terkecil yang dapat diterima
dibatasi oleh kemampuannya untuk mencegah kehamilan dan
breakthrough bleeding yang tidak diinginkan. Walaupun
kandungan estrogen harian bervariasi dari 20 sampai 50 μg
etinyl estradiol atau kurang. Jumlah progestin bervariasi dalam
dua cara. Dalam beberapa formulasi, dosis progstin tetap
konstan selama siklus – monofasik. Di satu sediaan, dosis
progestin, dan di sediaan lainnya, dosis estrogen bervariasi
selama siklus- bifasik dan trifasik. Pil fasik dikembangkan
untuk menurunkan jumlah progestin total persiklus tanpa
mengorbankan manfaat kontraseptif atau kontrol siklus.
Penurunan tersebut dicapai dengan diawali oleh progestin dosis
rendah dan ditingkatkan kemudian di siklus kontraseptif.
Walaupun secara teoretik penggunaan dosis progesteron total
yang lebih rendah tersebut bermanfaat, namun secara klinis tidak
ditemukan manfaatnya
 Pemberian: Dengan pengecualian satu sediaan, KOK diminum
setiap hari selama periode waktu tertentu (21 sampai 81 hari)
dan kemudian dihentikan
selama periode waktu tertentu pula (4 sampai 7 hari) yang disebut
“interval bebas pil”. Selama hari bebas pil tersebut, diharapkan terjadi
withdrawal bleeding. Satu tren dari pil estrogen dosis rendah adalah
dapat memperpendek interval bebas pil, yang tampaknya dapat
menurunkan terjadinya perdarahan intermenstrual

 Penggunaan pil: Idealnya, seorang wanita memulai


penggunaan KOK pada hari pertama siklus menstruasi, dan
tidak diperlukan metode kontraseptif pengaman. Sedangkan
yang lebih tradisional “Mulai Minggu”, wanita memulai
menggunakan pil pada hari Minggu pertama setelah awitan
menstruasi, dan metode pengamanan diperlukan selama 1
minggu untuk mencegah konsepsi. Dengan metode “Mulai
Cepat”, KOK dimulai pada hari apapun, umumnya pada hari
diresepkan. Metode pengaman digunakan selama minggu
pertama. Pendekatan yang terakhir ini meningkatkan kepatuhan
jangka pendek. Jika wanita tersebut telah hamil selama inisiasi
Mulai Cepat, KOK tidak bersifat teratogenik. Inisiasi
kontrasepsi cincin vagina atau patch juga dapat dilakukan pada
hari yang sama v. Untuk efisiensi yang maksimal, pil harus
diminum pada waktu yang sama setiap hari. Jika satu dosis
terlewat, efek kontrasepsi komungkinan tidak berkurang bila
menggunakan KOK monofasik dengan dosis yang lebih tinggi.
Melipatgandakan dosis selanjutnya akan mengurangi
breakthrough bleeding dan menjaga jadwal pil. Jika beberapa
dosis terlewat atau digunakan pil yang dosisnya lebih rendah,
pil dapat dihentikan, dan tehnik barier efektif digunakan
sampai menstruasi. Kemudian pil tersebut dapat mulai
digunakan kembali setelah withdrawal bleeding. Alternatifnya,
pil dengan kemasan baru dapat dimulai segera setelah pil yang
terlewat diidentifikasi, dan metode barier digunakan sebagai
metode pengaman selama 1 minggu. Jika tidak terdapat
withdrawal bleeding, wanita tersebut harus melanjutkan pilnya
jika tidak terbukti hamil.

 Efek samping :

 Meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol total serum

 Kolestasis dan ikterus kolestatis jarang ditemui, namun pulih


kembali jika KOK dihentikan

 Risiko relatif displasia serviks dan kanker serviks meningkat


pada pengguna KOK saat ini, namun menurun jika penggunaan
dihentikan.

 Hiperpigmentasi muka dan dahi –kloasma

2. Penggunaan Transdermal

Ortho Evra Patch mempunyai lapisan dalam yang mengandung


matriks perekat dan hormon, serta sebuah lapisan luar yang tahan
air. Patch dapat ditempelkan di bokong, lengan atas bagian luar,
abdomen bagian bawah, atau tubuh bagian atas, namun jangan di
payudara. Untuk absorpsi yang baik, diperlukan penempelan yang
tepat, jika tidak merekat kuat memerlukan penguatan dengan
plester. Patch baru ditempelkan tiap Minggu selama 3 minggu,
diikuti oleh satu minggu bebas patch untuk memunculkan
withdrawal bleeding. Walaupun sebuah patch idealnya digunakan
tidak lebih dari 7 hari, kadar hormon tetap dalam kisaran yang
efektif sampai dengan 9 hari, dan ini memberikan jeda hari untuk
penundaan penggantian patch.
Patch sedikit lebih efektif daripada kontrasepsi oral dosis
rendah, dengan angka kehamilan masing- masing 1,2 dibanding 2,2
kehamilan per 100 wanita/tahun. Selain itu, kepatuhan tampak
lebih baik dibandingkan dengan rejimen oral. Reaksi lokal di
tempat penempela n dan nyeri pada payudara lebih sering terjadi
selama siklus inisial pada penggunaan patch.
Obesitas 90 kg atau lebih dapat menyebabkan peningkatan risiko kegagalan
kontraseptif patch. Penelitian oleh Jick dkk., telah menunjukkan tidak terdapat
peningkatan angka tromboemboli, stroke iskemik atau infark miokard. Namun,
kandidat harus tidak mempunyai faktor risiko terhadp kardiovaskular dan
tromboemboli. Sebaliknya, Cole dkk., melaporkan peningkatan angka dari ketiga
hal ini sebanyak dua kali lipat.

3. Penggunaan Transvaginal

NuvaRing merupakan cincin kontrasepsi hormonal intravaginal yang


fleksibel. Terbuat dari ethinyl vinyl acetate, cincin tersebut berdiameter 54mm dan
mempunyai ketebalan 4mm pada penampang melintang. Intinya mengandung
ethinyl estradiol dan progestin, etonogestrel. Masing-masing dikeluarkan
sebanyak 15 μg dan 120 μg per hari. Dan diserap oleh epitel vagina.
Walaupun pengeluaran ini menghasilkan kadar hormon sistemik yang lebih
rendah daripada yang berasal dari formulasi kontrasepsi oral dosis rendah dan
patch, namun ovulasi dapat dihambat dengan sempurna. Sebelum kemasan
dibuka, cincin disimpan di lemari es, dan sekali kemasan dibuka, dapat
bertahan 4 bulan. Cincin dipasang dalam 5 hari awitan menstruasi dan setelah
digunakan selama 3 minggu, dilepaskan selama 1 minggu untuk
memunculkan withdrawal bleeding. Efek kontrasepsi akan tetap dihasilkan
jika cincin ditinggalkan di tempatnya selama minggu keempat. Untuk cincin
yang ditinggalkan lebih dari 4 minggu, maka tidak terjadinya kehamilan harus
dipastikan, cincin yang baru dipasang, dan metode alternatif digunakan
selama 7 hari. Breakthrough bleeding jarang terjadi dan frekuensinya tampak
lebih jarang daripada penggunaan pil. Walaupun vaginitis, kejadian yang
berkaitan ndengan cincin, dan leukorea lebih umum terjadi. Meskipun
demikian, tidak terdapat efek yang membahayakan terhadap flora vagina atau
terhadap saluran reproduksi bawah atau epitel endometrium yang telah
ditemukan. Kira-kira 70% pria melaporkan dapat merasakan cincin tersebut
selama berhubungan seksual dan apabila mengganggu dapat dilepas namun
harus dipasang kembali dalam 3 jam.

4. Penggunaan Intramuskular
Lunelle merupakan injeksi kontrasepsi yang mengandung 25 mg
medroxyprogesterone acetate dan 5 mg estradiol cypionate. Pada tahun 2002,
prefilled Lunelle syringe ditarik oleh pabriknya dari pasaran karena kurangnya
jaminan potensi kontrasepsi penuh. Walaupun masih diizinkan oleh FDA,
metode ini tidak tersedia lagi di Amerika Serikat
5. Kontrasepsi Progestasional
a. Progestin oral : Disebut minipil, merupakan kontrasepsi yang hanya
mengandung progestin yang dikonsumsi setiap hari. Berbeda dengan KOK,
sediaan ini tidak dapat diandalkan untuk menghambat ovulasi. Efektifitasnya
lebih bergantung pada perubahan terhadap mukus serviks dan perngaruh
terhadap endometrium. Karena perubahan mukus tidak bertahan lebih dari
24 jam, mini pil harus diminum pada waktu yang sama setiap hari supaya
efektifitasnya maksimal. Dapat menyebabkan insiden perdarahan ireguler
yang lebih tinggi dan angka kehamilan yang agak sedikit lebih tinggi daripada
KOK.

b. Kontrasepsi progestin yang dapat diinjeksi

Baik depot IM medroxyprogesterone acetate (Depo-Provera), 150


mg setiap 3 bulan, dan norethisteron enanthate (Norigest), 200 mg
setiap 2 bulan, merupakan kontrasepsi progestin yang telah
digunakan secara efektif di seluruh dunia selama bertahun-tahun.
Depot medroxyprogesterone (DMPA) diinjeksikan ke M.
Deltoideus / gluteus tanpa pemijatan untuk menjamin bahwa obat
dilepaskan dengan lambat. Tersedia alternatifnya, versi subkutan,
depo- SubQ provera 104, diinjeksikan ke jaringan subkutan di
paha bagian anterior atau abdomen setiap 3 bulan. Sediaan
subkutan ini mengandung 104 mg DMPA, yang diserap lebih
lambat daripada formula IM. Jadi, walaupun kurang 1/3 per
dosisnya, sediaan ini menjaga kadar progestin serum yang cukup
untuk menekan ovulasi selama 3 bulan. Metode ini populer terutama
pada remaja.

6. Implan Progestin
 Implan Levonorgestrel : Sistem Norplant menyediakan dalam 6 batang
yang ditanam subdermal tetapi penggunaannya merosot di AS setelah
keributan hukum. Jadelle merupakan sistem 2 batang yang mirip
dengan Norplant. Sediaan ini memberikan kontrasepsi yang sama
selama 3 tahun, namun karena hanya terdiri dari dua batang, maka
dapat memperpendek waktu pengangkatan implan impan secara
signifikan

 Implan Etonogestrel : Implanon merupakan sebuah


implan subdermal satu batang yang mengandung 68 mg
progestin etonogestrel, dan dilapisi kopolimer ethylene
vinyl acetate. Implan ditempatkan di permukaan medial
lengan atas 6-8 cm dari siku pada lekukan biseps dalam
5 hari awitan menstruasi. Sediaan ini dapat digunakan
sebagai kontrasepsi selama 3 tahun dan kemudian
diganti pada lengan yang sama atau lengan yang lain.
Keuntungan kontrasepsi Keuntungan nonkontrasepsi

 Sangat efektif (kegagalan  Mengurangi nyeri haid


0,2-1,0 kehamilan per 100  Mengurangi jumlah darah
perempuan) haid
 Daya guna tinggi  Mengurangi atau
 Perlindungan jangka panjang memperbaiki anemia
(sampai 5 tahun)  Melindungi terjadinya
 Pengembalian tingkat kanker endometrium
kesuburan yang cepat setelah  Menurunkan angka kejadian
pencabutan kelainan jinak payudara
 Tidak memerlukan  Melindungi diri dari
pemeriksaan dalam beberapa penyebab penyakit
 Bebas dari pengaruh radang panggul
estrogen  Menurunkan angka kejadian
 Tidak menganggu kegiatan endometriosis
senggama
 Tidak menganggu ASI

Keterbatasan kontrasepsi implan

 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan


pencabutan
 Tidak mencegah infeksi menular seksual
 Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi,
akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
 Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberculosis atau obat
epilepsi

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

A. Definisi
AKDR adalah pemasangan alat kontrasepsi berbahan plastik yang di
masukkan ke dalam Rahim melalui ksnslis servikalis. Pemasangan AKDR ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan secara efektif dan aman
B. Tipe-tipe AKDR
Saat ini, terdapat dua AKDR yang aktif secara kimiawi yang saat ini
disetujui penggunaannya di AS mencakup alat pelepas progestin (Mirena).
Alat tersebut melepaskan levonorgestrel ke dalam uterus dengan angka yang
relatif konstan yaitu 20 μg/hari, yang menurunkan efek sistemik. Alat tersebut
mempunyai bingkai radiopak berbentuk T, yang batangnya dibungkus dengan
reservoir silinder, terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel.
Terdapat dua benang coklat yang menjuntai dan dilekatkan ke batang. Alat
kedua adalah AKDR T 380A (ParaGard, Duramed). Alat ini adalah sebuah
polyethylene dan barium sulfat, bingkai berbentuk T dengan tembaga. AKDR
terbagi menjadi 2 yaitu, AKDR terbuka linear seperti Lippes Loop, Saf T-
coil,Dalkon shield,Cu-7, spring coil dan Marguiles spiral. Selain itu terdapat
juga AKDR dengan bentuk dasar cincin seperti Ota Ring, Cincin Gravenber,
Antigon F, dll
C. Manfaat
Sistem levonorgestrel intrauterin (LNG-IUS) mempunyai angka
kegagalan sebesar 0.1 % setelah 1 tahun penggunaan. Selain itu, jika
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, AKDR memiliki kelebihan
berupa pemsangan AKDR yang hanya satu kali, tidak menimbulkan efek
sistemik, ekonomis dan memiliki efektivitas yang cukup tinggi

D. Cara Kerja
Dahulu, dipercaya bahwa cara kerja AKDR adalah dengan
mengganggu keberhasilan implantasi ovum yang dibuahi, namun sekarang hal
tersebut kurang begitu penting dibandingkan dengan kerjanya dalam mecegah
fertilisasi.
Di dalam uterus, tercetus respons inflamasi endometrial lokal yang
hebat, terutama oleh alat yang mengandung tembaga. Komponen seluler dan
humoral inflamasi ini terlihat pada jaringan endometrium dan cairan yang
terdapat pada rongga uterus dan tuba uterina. Ini menyebabkan menurunnya
viabilitas sperma dan sel telur. Jika fertilisasi terjadi, maka terjadi proses
inflamasi yang sama yang ditujukan terhadap blastokista, dan endometrium
diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk terjadinya implantasi.
Dengan AKDR tembaga, kadar tembaga meningkatkan mukus akseptornya
dan menurunkan motilitas serta viabilitas sperma sehingga hal ini dapat
mencegah terjadinya fertilisasi.

E. Efek Samping
 Mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenorea, ekspulsi, atau
perforasi uterus. Penggunaan yang lama serta usia yang meningkat,
maka frekuensi kehamilan, ekspulsi, dan komplikasi perdarahan
menurun. Kista ovarium fungsional lebih sering terjadi pada bulan-
bulan awal penggunaan, namun biasanya sembuh secara spontan.
 Perforasi Uterus, terlihat secara jelas atau tersembunyi ketika
memasukkan sonde uterus atau sewaktu pemasangan AKDR. Efek
samping yaitu perdarahan belebihan.

 Ekspulsi: Perlunya pemeriksaan setelah satu bulan pemasangan,


biasanya setelah menstruasi untuk mengidentifikasi benang AKDR
pada serviks.

• Hilangnya AKDR: Jika benang tidak dapat dilihat, maka alat tersebut
mungkin telah lepas, atau menembus uterus atau terjadi kehamilan.
Lakukan sonografi untuk memastikan alat tersebut berada dalam
uterus, foto polos abdomen dan pelvis dilakukan dengan sonde
dimasukkan ke dalam rongga uterus dapat dilakukan untuk
meyakinkan tidak terlihatnya alat tersebut. CT, MR dan histereskopi
merupakan alternatif lainnya.

Sebuah AKDR dapat menembus dinding uterus berotot dalam


berbagai derajat. Bagian dari AKDR dapat mencapai rongga
peritoneum, atau dapat tetap terfiksasi dengan kuat pada miometrium,.
AKDR dapat menembus serviks dan menonjol keluar ke vagina. Jika
terletak di luar uterus, alat yang terbuat dari bahan inert, seperti Lippes
Loop, dapat atau tidak dapat menimbulkan bahaya. Alat yang inert
secara kimia biasanya mudah diangkat dari rongga peritoneum dengan
laparoskopi atau kolpotomi. Alat yang mengandung tembaga dan
terletak ekstrauterin merangsang reaksi inflamasi lokal yang hebat dan
adhesi. Dengan demikian, alat yang mengandung tembaga melekat
lebih kuat, dan mungkin diperlukan laparotomi.

 Kram dan Perdarahan: Umumnya terjadi segera setelah pemasangan.


Ketidaknyamanan pemasangan dapat berasal dari penyondean uterus
yang sulit atau stenosis serviks, terutama pada nullipara. Jika menjadi
masalah, maka dilakukan pelunakan serviks khususnya setelah
penggunaan misoprostol 400 μg
sublingual 1-3 jam sebelum pemasangan. Kram dapat diminimalkan
dengan pemberian OAINS satu jam sebelum pemasangan.

 Menoragia: Perdarahan menstruasi umumnya bertambah dengan


penggunaan AKDR tembaga. Karena dapat menyebabkan defiensi
besi, maka diberikan suplementasi besi dan konsentrasi Hb atau Ht
diperiksa setiap tahun.

 Pada 20 hari pertama pemasangan AKDR. Infeksi pada penggunaan


AKDR dapat disebabkan oleh Actinomyces israelii yang merupakan
bakteri gram positif dan termasuk bakteri flora normal vagina.Infeksi
AKDR dapat bersifat asimtomatik,. Berikut empat pilihan
penatalaksanaan infeksi pada pengguna AKDR asimtomatik:
1. Observasi
2. Terapi antibiotik oral luas dengan AKDR tetap di tempat
3. Pengangkatan AKDR
4. Pengangkatan AKDR diikuti dengan terapi antibiotik

Temuan awal berupa demam, nyeri abdomen, dan perdarahan atau


duh vagina abnormal merupakan indikasi untuk pengangkatan AKDR
dan terapi antimikroba spektrum gram-positif, khususnya penicillin.

F. Kehamilan dengan AKDR


Sampai sekitar usia kehamilan 14 minggu, benang AKDR dapat
terlihat melalui serviks, dan jika terlihat, harus diangkat. Tindakan ini
menurunkan komplikasi selanjutnya seperti abortus dini, sepsis, dan kelahiran
preterm. Angka abortus 54% jika AKDR tertinggal di tempatnya
dibandingkan dengan angka 25% jika langsung diangkat. Beberapa praktisi
menggunakan sonografi untuk pengangkatan AKDR yang benangnya tidak
dapat dilihat, usaha memindahkan dan menentukan lokasi pada yang tidak
terlihat dapat menyebabkan abortus. Setelah viabilitas janin tercapai, tidak
jelas diketahui apakah lebih baik mengangkat AKDR yang benangnya terlihat
atau meninggalkannya di tempat. Tidak ada bukti bahwa malformasi janin
bertambah jika AKDR tetap di tempatnnya.
Wanita hamil dengan AKDR dalam rahim yang menunjukan bukti
infeksi pelvik apapun ditangani dengan terapi antimikroba intensif dan harus
diberikan pilihan terminasi kehamilan dini. Pada wanita-wanita yang
melahirkan dengan AKDR tetap di tempatnya, AKDR harus diidentifikasi dan
diambil saat persalinan.

G. Kontraindikasi
- Hamil atau curiga hamil
- Kelainan uterus yang menyebabkan distorsi rongga uterus
- Adanya inflamasi akut pada pelvis
- Endometritis pascapartum atau abortus terinfeksi pada 3 bulan
terakhir
- Neoplasia uterus atau serviks
- Adanya perdarahan pada genital yang tidak diketahui etiologinya
- AKDR yang dipasang sebelumnya belum dilepas
- Adanya riwayat kehamilan ektopik
- Alergi tembaga

H. Pemasangan
Pemasangan mendekati akhir menstruasi normal, jika serviks biasanya
lebih lunak dan agak lebih berdilatasi, dapat lebih mudah, dan sekaligus dapat
menyingkirkan kehamilan dini. Rekomendasi telah dibuat untuk menunggu
sekurang-kurangnya 6 sampai 8 minggu setelah pelahiran untuk mengurangi
angka ekspulsi dan menurunkan risiko perforasi. Setelah keguguran atau
abortus dini, AKDR dapat dipasang segera mungkin.

KONTRASEPSI LAKTASI

Metode Amenorea Laktasi (MAL) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
cukup efektif. Syaratnya adalah ibu menyusui secara eksklusif selama 6 bulan
(menyusui > 8 kali sehari dan bayi mendapat asupan yang cukup kuat). Ibu belum
mendapat haid, dan dilakukan dalam 6 bulan pasca persalinan.

Waktu yang tepat untuk mulai menggunakan kontrasepsi :

Metode kontrasepsi yang langsung dapat digunakan adalah : spermisida, kondom, dan
koitus interuptus.

Klien menyusui : dapat menggunakan metode MAL. Jika klien menginginkan


metode lain selain MAL atau usia bayi telah mencapai usia 6 bulan, klien dapat
memilih metode lain untuk digunakan dengan mempertimbangkan efek kontrasepsi
terhadap laktasi dan kesehatan bayi. Contohnya adalah tidak memberikan kontrasepsi
kombinasi pada ibu yang menyusui karena mengandung estrogen yang dapat
mempengaruhi produksi ASI dan akan berpengaruh pada pertumbuhan normal bayi
pada 6-8 minggu pasca persalinan.

Klien tidak menyusui : kontrasepsi harus dimulai pada waktu atau sebelum
hubungan seskual pertama pasca persalinan. Pemberian kontrasepsi juga harus
mempertimbangkan faktor kesehatan ibu. Misanya : kontrasepsi kombinasi jangan
dimulai sebelum 3 minggu pasca persalinan karena masalah pembekuan darah masih
terdapat pada 2-3 minggu pasca persalinan.

Hal yang harus diperhatikan agar efektivitas MAL optimal :

 Ibu harus menyusui secara penuh.


 Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan (belum dianggap haid)
 Bayi menghisap payudara secara langsung
 Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
 Kolostrum diberikan kepada bayi
 Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara
 Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
 Hindari jarak antara menyusui lebih dari 4 jam.

KONTRASEPSI MANTAP

Definisi
Kontrasepsi mantap ialah setiap tindakan pada kedua saluran bibit wanita atau
bibit pria yang mengakibatkan pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat
keturunan lagi, atas permintaan suami atau istri yang bersangkutan.
Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii perempuan
atau kedua
vas deferens laki-laki, yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau
tidak menyebabkan kehamilan lagi.
Syarat - syarat
Syarat-syarat untuk menjadi akseptor kontap meliputi syarat sukarela, syarat bahagia,
dan syarat medik.
Syarat sukarela dipenuhi apabila pada konseling telah dibicarakan hal-hal berikut.
1. Pertama, bahwa pada saat ini selain kontap masih ada kontrasepsi lainnya
yang dapat digunakan untuk menjarangkan kehamilan, tetapi mereka tetap
memilih kontap untuk menciptakan keluarga kecil.
2. Kedua, telah dijeiaskan bahwa kontap merupakan tindakan bedah dan setiap
tindakan bedah selalu ada risikonya, walaupun dalam hal ini kecil, tetapi
mereka yakin akan kemampuan dokter yang melaksanakannya, dan faktor
risiko dianggap oleh mereka hanya sebagai faktor kebetulan saja.
3. Ketiga, bahwa kontap adalah kontrasepsi permanen dan tidak dapat
dipulihkan kembali, oleh karena itu mereka sulit untuk mempunyai keturunan
lagi, tetapi mereka dengan sadar memang tidak ingin untuk menambah jumlah
anak lagi untuk selamanya.
4. Keempat, bahwa mereka telah diberi kesempatan untuk mempertimbangkan
maksud pilihan kontrasepsinya, tetapi tetap memilih kontap ini sebagai
kontrasepsi bagi mereka.
Setelah keempat syarat sukarela tersebut dipenuhi belum berarti mereka dapat
segera dilakukan kontap. Nilai ukur untuk dikatakan bahwa keluarga tersebut adalah
keluarga bahagia pun harus dipenuhi pula. Nilai ukur ini dapat diketahui pada saat
konseling dengan wawancara tertentu, antara lain diketahui bahwa suami-istri ini
terikat dalam perkawinan yang sah, harmonis, dan telah mempunyai sekurang-
kurangnya 2 orang anak hidup, dengan umur anak terkecil 2 tahun dan umur istri
sekurang-kurangnya 25 tahun. Ditetapkannya umur anak terkecil disebabkan angka
kematian anak di Indonesia masih tinggi, dan ditetapkannya umur istri disebabkan
pada beberapa daerah tertentu angka perceraian iuga masih tinggi.
Setelah syarat bahagia ini dipenuhi, syarat medik kemudian dipertimbangkan,
termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan laboratorik. Mengenai hal ini secara
khusus akan dijelaskan pada awal kontap minilap dan kontap laparoskopik.
Sterilisasi
Dahulu sterilisasi dilakukan dengan jalan laparotomi atau pembedahan
vaginal. Sekarang,
dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan ini diselenggarakan secara lebih ringan dan
tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Akhir-akhir ini sterilisasi telah menjadi bagian yang penting dalam program
keluarga berencana di banyak negara di dunia. Di Indonesia sejak tahun 1974 telah
berdiri perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap
Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan sterilisasi atau kontrasepsi manrap
secara sukarela, tetapi secara resmi sterilisasi tidak termasuk ke dalam program
nasional keluarga berencana di Indonesia.
Keuntungan sterilisasi ialah
 Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang- ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengamhi libido seksualis
 Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient's failure)
Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat
dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap. Tidak dilakukan
pemotongan tuba.

Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat
bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya
diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah
benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain.
Angka kegagalan berkisar antara 0 - 0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap;
ujung proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersamasama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di daerah
ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat
suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil
di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4 -
5 cm; tuba dicari dan serelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. ujung tuba
yang proksimal akan terranam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung
tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong
tembakau. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0.

Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini
diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yan glain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada
perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan dari caraini antara lain ialah sangat
kecilnya
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%

VASEKTOMI

Vasektomi adalah kontrasepsi operatif minor pada pria dengan mengeksisi


bilateral vas deferens. Prosedur vasektomi ini sangat aman, sederhana dan efektif.
Dimana memakan waktu operasi yang singkat dan hanya menggunakan anastesi
lokal.
Pada dasarnya spermatozoa yang dihasilkan di testis akan dikosongkan ke
dalam epididimis melanjutkan melalui duktus (vas) deferens yang berjalan ke
cranialis sepanjang dinding posterior testis. Kemudian dari skrotum menuju ke
dalam cavitas pelvikum melalui suatu terowongan sempit, canalis linguinalis.
Duktus vas deferens adalah pipa penghubung yang mengalirkan sel benih sperma
yang diproduksi dari testis menuju kelenjar prostat (diluar kantong zakar). Didalam
prostat, sel benih lalu direndam oleh media yang dihasilkan prostat ; cairan seminal
dan getah prostat. Dimana komposisi dari cairan seminal dan getah prostat (95%)
dan sel benih / spermatozoa (5%). Rata-rata ejakulasi mengeluarkan 5 cc air mani,
yang mengandung sel benih hanya sekitar 0,15 cc saja. Dan ketiga campuran ini
yang disebut sperma.
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami istri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya. Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu.

Keuntungan vasektomi :

 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental

 Tidak mengganggu libido seksualitas

 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit Teknik vasektomi

Pada sterilisasi pria untuk kepentingan keluarga berencana (KB), duktus deferens
diikat lalu dipotong untuk mencegah spermatozoa keluar dari testis dan epididimis
menuju duktus ejakulatoris dan kemudian uretra.

Adapun tekniknya berupa:

1. Kulit skrotum di daerah operasi dilakukan antiseptik, kemudian dilakukan


anestesi lokal dengan lidokain. Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan
jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan disekitar vas deferens.
2. Tentukan lokasi Vas deferens, dipegang sedekat mungkin di bawah kulit
skrotum.
3. Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di dekat tempat
vas deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan, vas
dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat.

Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya. Setelah operasi,
peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan pasangannya
setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12 kali hubungan
demi pengamanan.
Komplikasi vasektomi dapat berupa infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit,
terjadinya hematom oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya
granuloma. Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal
mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferens,
koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-23 .Volume 1. Jakarta,


Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006

2000. Ilmu Bedah Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai