Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

DAMPAK KELAHIRAN PRETERM


PADA BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh
Charina Indhy Btari
1965050073

Pembimbing
dr Catharina Dian Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK IMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 7 SEPTEMBER 2020 – 3 OKTOBER 2020
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap tahun, diperkirakan 15 juta bayi terlahir dalam keadaan prematur,


yakni lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dan jumlah angka ini semakin
meningkat. Hal ini berarti bahwa lebih dari 1 diantara 10 bayi terlahir dalam
keadaan prematur. Beberapa dari mereka yang berhasil bertahan hidup dapat
mengalami kecacatan dalam hidupnya, mencakup ketidakmampuan dalam proses
belajar, melihat (visual) dan mendengar.1
Lebih dari 1 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi
kelahiran prematur. Kelahiran preterm merupakan penyebab utama kematian bayi
baru lahir (bayi dalam usia empat minggu pertama kehidupannya) dan berada
diperingkat kedua penyebab kematian setelah pneumonia pada anak dibawah usia
lima tahun.1
Angka bayi yang berhasil hidup tidak sama di seluruh dunia. Pada daerah
dengan tingkat pendapatan yang rendah misalnya, setengah bayi terlahir pada usia
kehamilan 32 minggu (dua bulan lebih awal) meninggal karena kemungkinan
kurangnya perawatan yang bersifat cost-effective, seperti kehangatan, pendukung
ASI, dan pelayanan dasar terhadap infeksi dan kesulitan bernapas. Sedangkan
pada negara dengan pendapatan yang tinggi, hampir semua bayi prematur berhasil
bertahan hidup.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan Preterm


Kehamilan cukup bulan/aterm adalah kehamilan dengan usia 37-40
minggu kandungan. Sedangkan kehamilan preterm adalah kehamilan yang kurang
dari 37 minggu.2 Bayi yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu disebut dengan bayi kurang bulan (BKB)/ bayi prematur. Terdapat sub-
kategori bayi prematur, yakni extremely preterm, very preterm, dan moderate to
late preterm.1 Penentuan umur kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal
sampai setelah persalinan. Pada masa antenatal ditentukan dengan cara sederhana
yaitu dengan menghitung Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-
kejadian selama kehamilan yang penting.3

2.2 Epidemiologi Bayi Kurang Bulan (BKB)/ Prematur


Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan,
tetapi kelahiran prematur benar-benar menjadi masalah yang global. Di negara-
negara dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah, rata-rata, 12% bayi terlahir
prematur dibandingkan dengan sebesar 9% di negara-negara dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi. India, China, dan Nigeria adalah tiga negara
terbanyak kelahiran prematur menurut WHO dengan jumlah bayi prematur adalah
3.519.100, 1.172.300, dan 773.600 secara berturut-turut. Indonesia sendiri
menempati urutan nomor lima dengan jumlah bayi prematur 675.700.1

Tabel 2.1 Negara dengan jumlah terbesar kelahiran bayi prematur menurut WHO
tahun 2018.1
No Negara Jumlah (jiwa)
1 India 3.519.100
2 China 1.172.300
3 Nigeria 773.600
4 Pakistan 748.100
5 Indonesia 675.700
6 Amerika 517.400
7 Bangladesh 424.100
8 Filipina 348.900
9 Republik Kongo 341.400
10 Brazil 279.300

2.3 Klasifikasi bayi baru lahir dan bayi prematur (BKB)


Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan
(KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Dengan cara yang sama, berdasarkan
umur kehamilan saja, bayi-bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan,
cukup bulan, atau lebih bulan. Bayi yang lahir prematur masuk dalam kategori
bayi kurang bulan (BKB). 3,4

Tabel 2.1 Klasifikasi Bayi baru lahir


Klasifikasi menurut berat lahir Klasifikasi menurut masa
gestasi/usia kehamilan
Bayi Berat Lahir Rendah Bayi Kurang Bulan (BKB)
Bayi Berat Lahir Cukup/Normal Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi Berat Lahir Lebih Bayi Lebih Bulan (BLB)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir < 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi). Bayi dengan berat lahir
normal/cukup memiliki berat lahir 2500-4000 gram. Sedangkan Bayi Berat Lahir
Lebih lahir dengan berat lahir > 4000 gram. Bayi Kurang Bulan (BKB) lahir
dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari). Bayi Cukup Bulan (BCB)
dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293) hari, dan Bayi
Lebih Bulan (BLB) dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).
Selain klasifikasi ini, penilaian apakah berat badan bayi lahir sesuai untuk usia
kehamilannya juga penting untuk dinilai dan diklasifikasikan. Bayi kecil untuk
masa kehamilan disebut juga “Small for gestational age/SGA” adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut grafik
Lubchenco.Sedangkan bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga “Large for
gestational age/LGA” dilahirkan dengan berat lahir >10 persentil menurut grafik
Lubchenco.Penting bagi kita untuk mengetahui klasifikasi berat badan pada bayi
baru lahir, karena pada kelahiran preterm, sering didapatkan bayi dengan berat
lahir rendah.3,4
Bayi prematur (bayi kurang bulan/BKB) dapat diklasifikasikan kembali
berdasarkan usia kehamilannya. Extremely preterm ketika kelahiran terjadi pada
usia kehamilan < 28 minggu. Very preterm pada 28 hingga <32 minggu, dan
moderate to late preterm pada usia kehamilan 32 hingga < 37 minggu.1

Tabel 2.1 Subkategori kelahiran bayi prematur (BKB)1


Sub-categories of preterm birth Age of gestational
extremely preterm < 28 weeks
very preterm 28 to < 32 weeks
moderate to late preterm 32 to < 37 weeks

2.4 Etiologi Kelahiran Prematur


Kelahiran prematur dapat terjadi akibat berbagai alasan. Sebagian besar
kelahiran bayi prematur terjadi secara spontan, tetapi beberapa diantaranya karena
induksi kehamilan yang lebih awal atau kelahiran dengan SC, apakah untuk
indikasi medis atau non-medis.1
Penyebab yang sering terjadi pada kelahiran prematur mencakup
kehamilan mulipel, infeksi dan kondisi kronis, seperti diabetes dan tekanan darah
tinggi; namun, seringkali penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Terdapat juga
pengaruh genetik. Pemahaman yang baik terhadap penyebab dan mekanisme
dapat mengembangkan solusi untuk mencegah kelahiran prematur.1
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya adalah :1
a. Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum
sebelumya, riwayat kelahiran prematur, malnutrisi, kelainan uterus,
hidroamnion, penyakit jantung/penyakit jantung lainnya, hipertensi, umur
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak kehamilan yang
telalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan (pekerjaan yang melelahkan atau
merokok).
b. Fakor Janin
Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidroamnion, ketuban pecah dini.
c. Keadaan Sosio Ekonomi
Keadaan sosio ekonomi yang rendah.

2.5 Kelahiran preterm dan berat badan lahir rendah


Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.
Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 hingga 41 minggu) adalah 3200 gram.
Secara umum, bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat lebih (≥3800 gram)
lebih beresiko untuk mengalami masalah.3
Tidak semua bayi baru lahir (BBL) yang memiliki berat lahir kurang dari
2500 gram merupakan bayi kurang bulan (BKB). Demikian pula, tidak semua
bayi baru lahir dengan berat lebih dari 2500 gram lahir aterm. Sebanyak sepertiga
bayi berat lahir rendah sebenarnya adalah bayi aterm.3
Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan
kecukupan pertumbuhan intrauterin. Hubungan antara berat lahir dan atau umur
kehamilan juga sangat membantu dalam meramalkan masalah klinis BBL,
sehingga American Academy of Pediatrics, Committe on Fetus and Newborn
menyarankan agar semua bayi lahir diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir
dan kecukupan usia kehamilannya.3 Grafik pertumbuhan terhadap usia kehamilan
digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai untuk usia
kehamilannya atau tidak.3

2.6 Masalah pada bayi yang lahir prematur


Masalah-masalah utama yang diakibatkan oleh imaturitas adalah :2
 Sindrom distress pernapasan (defisiensi surfaktan)
 Apnea berulang
 Pengaturan suhu yang kurang baik
 Masalah pada fungsi ginjal, keseimbangan cairan dan elektrolit
 Nutrisi
 Duktus arteriosus paten (patent ductus arteriosus/PDA)
 Perdarahan intraventrikel dan kerusakan SSP lainnya
 Ikterus
 Anemia
 Enterokolitis nekrotikans

2.6.1 Sindrom distress pernapasan (Respiratory distress syndrome/RDS) dan


Displasia bronkopulmonal (bronchopulonary dysplasia/BPD)
RDS, yang juga dikenal sebagai penyakit membran hialin, biasanya
dikaitkan dengan bayi preterm dan merupakan masalah yang serius. Surfaktan
pada paru dapat menurunkan tegangan permukaan gas inspirasi dan cairan yang
melapisi saluran napas. Tanpa surfakta, alveoli tidak dapat mengembang dan
cenderung untuk mengempis. Belum matangnya struktur paru-paru dan dinding
dada dan pernapasan yang buruk dapat memperberat masalah. Hasil akhirnya
adalah atelektasis yang mengganggu pertukaran udara. Peningkatan usaha untuk
bernapas, jika tidak dapat dipertahankan, akan menyebabkan retensi karbon
dioksidan dan seringkali menyebabkan apnea. Tanda-tanda distres pernapasan
adalah takipnea (>60x/menit), retraksi interkostal, retraksi subkostal, grunting,
napas cuping hidung, dan sianosis.2,3
RDS akan mengalami resolusi setelah 3-7 hari seiring dengan peningkatan
produksi surfaktan. Penatalaksanaannya adalah dengan mempertahankan hidup
bayi dan menghindari cedera selama periode ini. Cara utama dari penatalaksanaan
tersebut adalah mengendalikan ventilasi udara. Terapi penggantian surfaktan
diberikan melalui tabung endotrakeal segera setelah kelahiran sehingga dapat
menurunkan mortalitas, mengurangi risiko pneumotoraks, dan mengurangi
kerusakan paru. Monitoring harus dilakukan secara cermat. Bagian penting dari
terapi adalah keadaan gas darah yang stabil; kadar oksigen yang rendah dapat
merusak; dan kadar oksigen yang tinggi dapat menyebabkan retinopati pada
prematuritas (retinopathy of prematurity); kadar karbon dioksida yang tinggi
merupakan predisposisi terjadinya perdarahan otakl sedangkan kadar karbon
dioksida yang rendah meningkatkan risiko iskemia otak.2
Penyakit paru kronis terjadi pada beberapa bayi preterm yang telah
diberikan ventilasi akibat RDS yang berat, BPD diakibatkan kerusakan paru oleh
konsentrasi oksigen yang tinggi dan tekanan udara positif yang tinggi. Terapi
steroid akan sangat menolong, namun sebagian kecil bayi dengan BPD
membutuhkan terapi oksigen yang lebih lama.2

2.6.2 Hipotermia
Bayi prematur (BKB) memiliki resiko tinggi untuk mengalami hipotermia
akibat pengaturan suhu yang belum sempurna. Hipotermia akan meningkatkan
konsumsi oksigen dan meningkatkan risiko terjadinya RDS dan infeksi. Keadaan
ini harus dihindari. Inkubator dan penghangat radian dapat digunakan sehingga
bayi hanya menggunakan sedikit energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
Bayi prematur memiliki resiko hipotermia karena luas permukaan tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan massa tubuh, jumlah lemak subkutan yang
sedikit, dan tingginya kehilangan air dan panas yang tidak terasa (IWL-insensible
water loss), peningkatan hilangnya panas, dan produksi panas berkurang akibat
lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.2,3

2.6.3 Fungsi ginjal dan Keseimbangan cairan dan elektrolit


Pada bayi yang lahir kurang dari 37 minggu, bayi sering belum mampu
mengekskresikan solute load besar, akumulasi asam anorganik dengan asidosis
metabolik.3 Fungsi ginjal relatif buruk pada bayi preterm. Jika ditambah dengan
kehilangan cairan yang besar tetapi tidak terasa melalui permukaan kulit yang
permeabilitasnya tinggi, hal ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan gangguan
elektrolit.2 Pada bayi BKB sering terjadi gangguan elektrolit seperti hipokalsemia,
hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia, atau glukosuria ginjal.3

2.6.4 Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi


Bayi kurang bulan (BKB) memiliki refleks isap dan telan yang buruk,
terutama sebelum 34 minggu. Motilitas usus menurun dan pengosongan lambung
tertunda. Pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak kurang. Sering
terjadi defisiensi enzim laktase pada brush border usus dan meningkatnya risiko
EKN (Enterokolitis Nekrotikans).3
Jika bayi preterm yang baru lahir ingin menyamai kecepatan pertumbuhan
sewaktu janin, mereka membutuhkan nutrisi yang cukup tinggi. Jika bayi dalam
keadaan sehat, susu dapat diberikan. Kemampuan menghisap dan menelan
terbentuk pada usia kehamilan sekitar 34 minggu. Seringkali makanan volume
kecil dapat diberikan dengan selang lambung. Susu terbaik adalah air susu ibu
(ASI). ASI dapat ditoleransi dengan lebih baik, mendukung pematangan usus, dan
mengurangi risiko enterokolitis nekrotikans. Pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah, harus ditambahkan protein dna kalori selain ASI. Untuk bayi kecil
yang sedang sakit, seringkali diberikan penambahan nutrisi pada orangtuanya.2

Tabel 2.1 Nutrisi Bayi Preterm2


Energi 120 kalori/kg/hari
Air 150-180cc/kg/hari
Protein 3,5 g/kg/hari
Lemak 6 g/kg/hari
Glukosa 12g/kg/hari

2.6.5 Duktus arteriosus paten (Paten Ductus Arteriosus/PDA)


Pada bayi cukup bulan, duktus arteriosus biasanya menyempit setelah lahir
dan menjadi tertutup secara fungsional pada usia 72 jam. Namun, pada bayi
prematur, penutupan tertunda, tetap terbuka pada usia 4 hari pada sekitar 10%
bayi yang lahir pada usia 30 hingga 37 minggu, 80% pada bayi yang lahir pada
usia kehamilan 25-28 minggu, dan 90% pada bayi yang lahir < 24 minggu. 5
Duktus arteriosus pada bayi preterm seringkali gagal menutup, apalagi jika bayi
menderita RDS. Pirau kiri ke kanan pada jantung dapat menyebabkan gagal
jantung. PDA dapat ditutup dengan memberikan inhibitor prostaglandin sintesis
(misalnya indometasin secara dini), namun kadang-kadang membutuhkan
pembedahan.2

2.6.6 Perdarahan intraventrikel dan bentuk kerusakan otak lain


Pada BKB sering terjadi defisiensi faktor pembekuan yang terkait dengan
vitamin K. Hal ini terjadi karena imaturitas dari hepar. Defisiensi faktor
pembekuan terkait vitamin K dapat menyebabkan perdarahan pada sistem saraf
pusat.3
Pada dinding ventrikel lateral bayi preterm terdapat pembuluh-pembuluh
kapiler yang rentan, di mana mudah terjadi perdarahan selama hipoksia atau RDS.
Perdarahan, yang dapat diketahui dari USG kranial, dapat lokal atau meluas
hingga ventrikel atau jaringan serebral. Semakin luas perdarahan, semakin besar
kecenderungan kerusakan otak atau hidrosefalus. Diperkirakan beberapa tingkat
perdarahan terjadi pada 40% bayi dengan berat sangat rendah, walaupun hal ini
dapat menyebabkan kerusakan serius hanya pada sebagian kecil kasus. Di dalam
otak bayi preterm, jaringan saraf periventrikel rentan terhadap cedera iskemik
(leukomalasia periventrikular), yang dapat berakibat lanjut pada displegia spastik.2

2.6.7 Anemia
Pada setiap bayi pada semua usia kehamilan, konsentrasi hemoglobin
menurun dari kadar tinggi yang semula sesuai untuk kehidupan janin. Pada bayi
preterm penurunan konsentrasi ini lebih kuat atau lebih terlihat dan dieksaserbasi
dengan melakukan beberapa kali tes darah. Anemia dini bukanlah akibat dari
defisiensi hematinik dan tidak dapat dicegah dengan menggunakan suplemen zat
besi.2
Bayi prematur dengan berat lahir < 1,0 kg hampir semuanya akan
membutuhkan transfusi sel darah merah selama minggu-minggu pertama
kehidupan. Penurunan sel darah merah yang terjadi pada neonatus prematur ini
disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis seperti hilangnya darah untuk
keperluan pengujian laboratorium. Hb dapat turun pada angka 8 g/dl pada bayi
dengan berat lahir 1,0-1,5 kg, dan 7 g/dl pada bayi dengan berat lahir <1kg.
Eritrosit pada neonatus juga memiliki masa hidup yang lebih pendek
dibandingkan orang dewasa. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat penurunan
kadar eritropoietin plasma (EPO). Terapi yang dapat diberikan adalah dengan
transfusi PRC sesuai dengan berat badan dan pemberian eritropoietin
rekombinan.6,7

2.6.8 Enterokolitis Nekrotikans (EKN)


EKN ditandai dengan kerusakan bervariasi pada saluran usus yang
ditandai dengan kerusakan mukosa usus hingga nekrosis keseluruhan tebal usus
dan perforasi. EKN adalah kegawatdaruratan bedah yang paling sering ditemukan
pada bayi prematur yang dirawat di NICU. EKN berhubungan erat dengan sepsis
berat, perforasi intestinal dan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Angka
kejadian EKN dapat mencapai 15% dari semua bayi yang dirawat di NICU.
Tindakan pembedahan seringkali diperlukan pada 20-40% bayi. Tindakan
pembedahan dapat berupa laparatomi eksplorasi, reseksi usus dan ostomi.
Mortalitas EKN dapat mencapai sekitar 20%. Etiologinya tidak diketahui, tetapi
imaturitas, infeksi, iskemia usus, dan pemberian susu enteral berperan pada
patogenesis penyakit ini.2 Tatalaksana yang dapat diberikan adalah
pengistirahatan saluran cerna, dekompresi gaster, pemberian antibiotik sangat.
Tindakan-tindakan ini dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi
yang mengalami EKN.8,9
Tabel 2.2 Perbandingan Masalah-Masalah BBL KMK dan Imatur3

2.7 Pemeriksaan fisik pada bayi kurang bulan (BKB)/Prematur


2.7.1 Penilaian umur kehamilan dengan pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan
tenang dan beristirahat. Bayi normal dan sebagian bayi SMK BKB tanpa
gangguan lain dapat diperiksa secara akurat pada jam-jam pertama kehidupan, dan
bagi sebagian lain baru pada hari kedua atau ketiga. Selain itu bayi dengan depresi
napas, asfiksia, mengalami kerusakan neurologis, atau berada dalam keadaan
sakit, sulit diperiksa secara akurat kapan saja penilaian dilakukan. Dilema
penilaian neurologis ini menyebabkan beberapa peneliti lebih mempercayai
kriteria fisik daripada kriteria neurologis dalam menilai umur kehamilan secara
klinis pada BBLR. Tetapi penilaian neurologis sebagai alat untuk menentukan
umur kehamilan seringkali tidak praktis saat dibutuhkan.
2.7.2 Penilaian Umur kehamilan berdasarkan temuan fisik dan neurologis
Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan
temuan neurologis dan ciri fisik. Perubahan-perubahan seiring dengan progress
kehamilan dibobot dalam angka sesuai dengan penampakannya. Umur kehamilan
kemudian ditentukan oleh gabungan nilai ciri fisik eksterna dan tanda-tanda
fisiologis. Ballard et al menciptakan suatu versi pendek sistem Dubowitz. Pada
prosedur ini penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi
yang tenang dan beristirahat sehingga dapat lebih diandalkan selama beberapa jam
pertama kehidupan.
Gambar 2.3 Skor Ballard sistem Dubowitz3

Seringkali tidak tersedia waktu yang cukup untuk menyelesaikan


pemeriksaan Dubowitz maupun Ballard. Maka sering dilakukan penilaian bayi
baru lahir secara cepat menggunakan empat sifat fisik tertentu untuk mendapatkan
perkiraan “kasar” umur kehamilan. Hal ini mempermudah antisipasi masalah-
masalah klinis akut yang akan diderita seseorang dan meningkatkan perawatan
segera. Parameter-parameter fisik ini meliputi lipatan telapak kaki, genitalia
eksterna, jumlah jaringan payudara, dan daun telinga (bentuk dan kekakuannya).
Meskipun penilaian ini tidak menyingkirkan kebutuhan untuk melakukan
penilaian umur kehamilan yang menyeluruh saat bayi sudah lebih stabil, penilaian
ini akan mempermudah perawatan klinis segera setelah persalinan.3

2.8 Tatalaksana Bayi Prematur


Bayi preterm yang kurang sehat dirawat di unit neonatal atau Bagian
Perawatan Khusus Bayi (SCBU – Special Care Baby Unit). Persyaratan
pendaftaran bagi unit ini harus dilakukan secara ketat agar sesedikit mungkin
terjadi pemisahan antara bayi dengan ibunya. Orang tua harus diberikan
kebebasan untuk menemui bayi mereka saat berada dalam SCBU dan semua
usaha perawatan bayi sedapat mungkin harus melibatkan orang tua. Rumah sakit
yang tidak dapat memberikan perawatan intensif jangka panjang sering merujuk
pasien bayinya ke rumah sakit regional lain yang memiliki unit dengan fasilitas
lebih lengkap. Pemindahan bayi cukup aman jika dilakukan oleh tenaga yang
terampil.2 Stabilisasi di ruang bersalin dengan manajemen pernapasan dan termal
yang cepat sangat penting untuk hasil langsung dan jangka panjang bayi prematur,
terutama bayi yang sangat prematur.10

Prinsip manajemen pernapasan adalah sebagai berikut:10


 Pertahankan volume paru yang memadai atau volume paru yang optimal.
Pada bayi dengan gangguan pernapasan, langkah ini dapat dilakukan
dengan continuous positive airway pressure (CPAP) yang diberikan
melalui hidung, dengan nasal mask, atau dengan menggunakan selang
endotrakeal saat ventilasi dan / atau surfaktan diberikan.
 Hindari hiperoksia dan hipoksia dengan segera memasang oksimeter
denyut dan menjaga saturasi oksigen (SaO 2) antara 90% dan 95% dengan
menggunakan campuran oksigen. Batas bawah alarm oksimeter denyut
harus disetel lebih dekat ke batas saturasi bawah, dan batas atas alarm
tidak boleh lebih dari 95%.
 Cegah/minimalkan barotrauma atau volutrauma dengan menggunakan
ventilator. Hiperkapnia permisif pada protokol individual dapat
menyebabkan hasil pernapasan yang lebih baik. Volume tidal normal
adalah 4-7 mL / kg.
 Gunakan surfaktan lebih awal (usia <2 jam) bila diindikasikan.
Penggunaan rutin surfaktan profilaksis hanya untuk prematuritas tidak
dianjurkan.

Termoregulasi
Pemeliharaan lingkungan suhu sekitar bayi sangat penting untuk
meminimalkan stres dan mengoptimalkan pertumbuhan semua bayi baru lahir,
terutama bayi prematur. Lingkungan termal netral didefinisikan sebagai suhu
lingkungan di mana neonatus mempertahankan suhu normal dan mengkonsumsi
oksigen minimal untuk metabolisme.10
Gunakan penghangat bercahaya dengan probe kulit untuk mengatur suhu
yang diinginkan (secara umum, suhu tubuh normal 36,5º-37,5ºC [97,7º-99,5ºF]).
Isolet yang dipanaskan dan dilembabkan sangat ideal untuk bayi dengan berat
lahir sangat rendah (extremely low birth weight/ELBW). Bungkus / lembaran
plastik food grade juga bisa sangat membantu segera setelah lahir untuk
mengontrol kelembapan dan mencegah kehilangan panas pada bayi ELBW. Suhu
lingkungan harus dijaga paling tidak 25ºC (77º F).10

Perawatan kulit
Bayi prematur memiliki kulit yang imatur, stratum korneum yang
berkurang atau tidak ada, penurunan kekompakan antar lapisan kulit, peningkatan
fiksasi air, dan edema jaringan. Integritas kulit yang belum matang menyebabkan
mudah cedera, penyerapan transdermal obat dan bahan lain yang bersentuhan
dengan kulit, dan peningkatan risiko infeksi.
National Association of Neonatal Nurses (NANN) dan Association of
Women's Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) merekomendasikan
area perawatan kulit bayi baru lahir berikut ini, yang didasarkan pada penelitian
klinis dan laboratorium:
 Mandi: Gunakan hanya air dan tidak ada sabun untuk bayi yang beratnya
kurang dari 1000 g. Kurangi frekuensi penggunaan pembersih. Gunakan
hanya pembersih ber-pH netral.
 Disinfektan (misalnya povidone-iodine, chlorhexidine): Segera hapus
semua agen ini setelah prosedur untuk mengurangi absorpsi transdermal.
Penggunaan alkohol isopropil tidak dianjurkan karena relatif tidak efektif
sebagai disinfektan dan dapat membuat kulit kering. Luka bakar akibat
alkohol dan kulit pecah-pecah bisa terjadi.
 Perekat: Minimalkan penggunaan perekat. Gunakan elektroda hidrogel.
Hindari pelarut atau agen pengikat.
 Kehilangan air transepidermal: Tempatkan bayi yang lahir pada usia
gestasi 30 minggu di lingkungan dengan kelembaban tinggi (> 70%).
 Solusi topikal: Selau tinjau kembali bahan dari larutan topikal yang
ditempatkan pada kulit bayi prematur. Penyerapan transdermal dapat
terjadi.

Manajemen cairan dan elektrolit


Bayi prematur memerlukan pemantauan intensif terhadap cairan dan kadar
elektrolitnya karena peningkatan kehilangan air transdermal, fungsi ginjal yang
belum matang, dan masalah lingkungan lainnya (misalnya, pemanasan radiasi,
fototerapi, ventilasi mekanis). Derajat prematuritas menentukan manajemen cairan
awal. Berikut ini adalah prinsip umum penatalaksanaan cairan dan elektrolit saat
merawat bayi prematur:
 Cairan awal harus berupa larutan glukosa dan air
 Kalsium dapat ditambahkan dalam cairan awal
 Nutrisi parenteral total harus dimulai sedini mungkin, terutama untuk bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (ELBW).
Derajat prematuritas dan masalah medis khusus bayi menentukan terapi cairan
awal. Namun, prinsip umum berikut berlaku untuk semua bayi prematur:
 Cairan awal harus berupa larutan glukosa dan air. Bayi yang lebih dewasa
dapat dimulai dengan 60-80 mL / kg / hari. Bayi yang paling belum
dewasa mungkin membutuhkan hingga 100-150 mL / kg / hari.
 Aspek perawatan lingkungan (misalnya, pemanasan radiasi, fototerapi, dan
lingkungan yang tidak lembab) meningkatkan kehilangan air yang tidak
dapat disadari/IWL dan kebutuhan akan cairan. Ventilasi mekanis,
penggunaan isolet berdinding ganda, dan penyediaan kelembapan
mengurangi kehilangan air yang tidak dapat disadari.
 Laju infus glukosa (GIR) biasanya dimulai pada 4-6 mg / kg / menit.
Secara umum, untuk mendapatkan laju ini, larutan dekstrosa 10% dalam
air (D10W) harus digunakan pada awal terapi
 Elektrolit tidak boleh diberikan sampai usia 24 jam, ketika keluaran urin
sudah memadai. Kadar elektrolit dan kalsium harus dipantau pada usia 12-
24 jam tergantung pada derajat prematuritas dan masalah medis lainnya.
 Kebutuhan natrium basal adalah 2-3 mEq / kg / hari, kalium 1-2 mEq / kg /
hari, dan kalsium 600 mg / kg / hari (sebagai kalsium glukonat).
Kehilangan urin, yang dapat meningkat pada sebagian besar bayi yang
belum dewasa dan pada mereka yang terpapar diuretik, menentukan
kebutuhan natrium tambahan.
 Hyponatremia dan penambahan berat badan harus diobati dengan
mengurangi pemberian cairan. Pemantauan kehilangan elektrolit urin
terkadang membantu dalam terapi penggantian.
 Berat bayi harus difollowup setiap 24 jam. Hasil pemantauan laboratorium
dan perubahan berat menggambarkan perubahan dalam cairan dan
elektrolit pendukung.

2.9 Komplikasi & Prognosis


Sebagai akibat peningkatan penggunaan ventilasi mekanik dan perawatan
pendukung, tingkat mortalitas bayi preterm menurun tajam dan masih semakin
menurun. Tingkat keberhasilan hidup bagi bayi dengan berat lahir kurang dari
1500 g yang tidak memiliki malformasi berat saat ini lebih dari 80%. Peningkatan
ketahan hidup ini masih harus dievaluasi secara menyeluruh dalam hal kualitas
tetapi kecacatan serius terjadi tidak lebih dari 6-10%. Angka ketahan hidup
menurun dengan signifikan pada usia kehamilan dibawah 26 minggu.2
BAB III
KESIMPULAN

Bayi yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
disebut dengan bayi kurang bulan (BKB)/ bayi prematur yang kemudian
dikategorikan lagi menjadi extremely preterm, very preterm, dan moderate to late
preterm. Sebanyak 12% bayi terlahir prematur di negara dengan pendapatan
rendah dan 9% pada negara-negara dengan pendapatan yang lebih tinggi.
Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima bayi prematur terbanyak setelah
India, China, Nigeria, dan Pakistan. Bayi prematur seringkali mengalami berat
lahir rendah (BBLR). Penyebab dari kelahiran prematur bersifat multifaktoral,
tetapi infeksi dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi pada ibu
juga menjadi pemicu.
Berbagai masalah dapat terjadi pada bayi preterm (BKB). Masalah
tersebut adalah sindrom distress pernapasan, hipotermia, masalah fungsi ginjal,
keseimbangan cairan-elektrolit, kelainan jantung (PDA), anemia hingga
enterokolitis nekrotikans. Pemeriksaan fisik lengkap dan penialian kematangan
bayi dengan skoring ballard sangat penting untuk dilakukan pada evaluasi awal
bayi prematur. Tatalaksana pada bayi prematur meliputi perawatan di bagian
khusus (SCBU/NICU), manajemen pernapasan yang baik, termoregulasi,
perawatan kulit, manajemen cairan dan elektrolit serta nutrisi yang baik.
Prognosis sangat bergantung pada usia kelahiran bayi, berat badan, penyulit yang
ada, serta fasilitas dan perawatan yang diberikan. Diagnosis kelainan yang dapat
terjadi, management bayi prematur yang baik, dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Preterm birth. World Health Organization. 2018:1-5.
2. Meadow R, Newell S. Lecture Notes Pediatrika. 7th Edition. Erlangga
Medical Series; 2005.
3. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar
Neonatologi Ed 1.pdf. 2008:11-30.
4. Garna H, Nataprawira HM. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi Kelima. Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin;
2014.
5. Benitz WE. Patent Ductus Arteriosus in Preterm Infants. Am Acad Pediatr.
2016;137(1):1-6. doi:10.1542/peds.2015-3730
6. Strauss RG. Anemia of Prematurity : Pathophysiology & Treatment. Blood
Rev. 2010;24(6):221-225. doi:10.1016/j.blre.2010.08.001.Anaemia
7. Hasanbegovic E, Cengic N. Evaluation and Treatment of Anemia in
Premature Infants. Med Arch. 2016;70(6):408-412.
doi:10.5455/medarh.2016.70.408-412
8. Gregory KE, DeForge CE, Natale KM, Philips M, Mater LJ Van.
Necrotizing Enterocolitis in the Premature Infant : Neonatal Nursing
Assessment, Disease Pathogenesis, and Clinical Presentation Katherine.
Adv Neonatal Care. 2011;11(3):155-166.
doi:10.1097/ANC.0b013e31821baaf4.Necrotizing
9. Springer SC. Necrotizing Enterocolitis. Medscape. 2017:1-40.
10. Furdon SA, Nimavat DJ. Prematurity. Medscape. 2017:1-24.

Anda mungkin juga menyukai