Disusun oleh
Charina Indhy Btari
1965050073
Pembimbing
dr Catharina Dian Sp.A
Tabel 2.1 Negara dengan jumlah terbesar kelahiran bayi prematur menurut WHO
tahun 2018.1
No Negara Jumlah (jiwa)
1 India 3.519.100
2 China 1.172.300
3 Nigeria 773.600
4 Pakistan 748.100
5 Indonesia 675.700
6 Amerika 517.400
7 Bangladesh 424.100
8 Filipina 348.900
9 Republik Kongo 341.400
10 Brazil 279.300
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir < 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi). Bayi dengan berat lahir
normal/cukup memiliki berat lahir 2500-4000 gram. Sedangkan Bayi Berat Lahir
Lebih lahir dengan berat lahir > 4000 gram. Bayi Kurang Bulan (BKB) lahir
dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari). Bayi Cukup Bulan (BCB)
dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293) hari, dan Bayi
Lebih Bulan (BLB) dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).
Selain klasifikasi ini, penilaian apakah berat badan bayi lahir sesuai untuk usia
kehamilannya juga penting untuk dinilai dan diklasifikasikan. Bayi kecil untuk
masa kehamilan disebut juga “Small for gestational age/SGA” adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut grafik
Lubchenco.Sedangkan bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga “Large for
gestational age/LGA” dilahirkan dengan berat lahir >10 persentil menurut grafik
Lubchenco.Penting bagi kita untuk mengetahui klasifikasi berat badan pada bayi
baru lahir, karena pada kelahiran preterm, sering didapatkan bayi dengan berat
lahir rendah.3,4
Bayi prematur (bayi kurang bulan/BKB) dapat diklasifikasikan kembali
berdasarkan usia kehamilannya. Extremely preterm ketika kelahiran terjadi pada
usia kehamilan < 28 minggu. Very preterm pada 28 hingga <32 minggu, dan
moderate to late preterm pada usia kehamilan 32 hingga < 37 minggu.1
2.6.2 Hipotermia
Bayi prematur (BKB) memiliki resiko tinggi untuk mengalami hipotermia
akibat pengaturan suhu yang belum sempurna. Hipotermia akan meningkatkan
konsumsi oksigen dan meningkatkan risiko terjadinya RDS dan infeksi. Keadaan
ini harus dihindari. Inkubator dan penghangat radian dapat digunakan sehingga
bayi hanya menggunakan sedikit energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
Bayi prematur memiliki resiko hipotermia karena luas permukaan tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan massa tubuh, jumlah lemak subkutan yang
sedikit, dan tingginya kehilangan air dan panas yang tidak terasa (IWL-insensible
water loss), peningkatan hilangnya panas, dan produksi panas berkurang akibat
lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.2,3
2.6.7 Anemia
Pada setiap bayi pada semua usia kehamilan, konsentrasi hemoglobin
menurun dari kadar tinggi yang semula sesuai untuk kehidupan janin. Pada bayi
preterm penurunan konsentrasi ini lebih kuat atau lebih terlihat dan dieksaserbasi
dengan melakukan beberapa kali tes darah. Anemia dini bukanlah akibat dari
defisiensi hematinik dan tidak dapat dicegah dengan menggunakan suplemen zat
besi.2
Bayi prematur dengan berat lahir < 1,0 kg hampir semuanya akan
membutuhkan transfusi sel darah merah selama minggu-minggu pertama
kehidupan. Penurunan sel darah merah yang terjadi pada neonatus prematur ini
disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis seperti hilangnya darah untuk
keperluan pengujian laboratorium. Hb dapat turun pada angka 8 g/dl pada bayi
dengan berat lahir 1,0-1,5 kg, dan 7 g/dl pada bayi dengan berat lahir <1kg.
Eritrosit pada neonatus juga memiliki masa hidup yang lebih pendek
dibandingkan orang dewasa. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat penurunan
kadar eritropoietin plasma (EPO). Terapi yang dapat diberikan adalah dengan
transfusi PRC sesuai dengan berat badan dan pemberian eritropoietin
rekombinan.6,7
Termoregulasi
Pemeliharaan lingkungan suhu sekitar bayi sangat penting untuk
meminimalkan stres dan mengoptimalkan pertumbuhan semua bayi baru lahir,
terutama bayi prematur. Lingkungan termal netral didefinisikan sebagai suhu
lingkungan di mana neonatus mempertahankan suhu normal dan mengkonsumsi
oksigen minimal untuk metabolisme.10
Gunakan penghangat bercahaya dengan probe kulit untuk mengatur suhu
yang diinginkan (secara umum, suhu tubuh normal 36,5º-37,5ºC [97,7º-99,5ºF]).
Isolet yang dipanaskan dan dilembabkan sangat ideal untuk bayi dengan berat
lahir sangat rendah (extremely low birth weight/ELBW). Bungkus / lembaran
plastik food grade juga bisa sangat membantu segera setelah lahir untuk
mengontrol kelembapan dan mencegah kehilangan panas pada bayi ELBW. Suhu
lingkungan harus dijaga paling tidak 25ºC (77º F).10
Perawatan kulit
Bayi prematur memiliki kulit yang imatur, stratum korneum yang
berkurang atau tidak ada, penurunan kekompakan antar lapisan kulit, peningkatan
fiksasi air, dan edema jaringan. Integritas kulit yang belum matang menyebabkan
mudah cedera, penyerapan transdermal obat dan bahan lain yang bersentuhan
dengan kulit, dan peningkatan risiko infeksi.
National Association of Neonatal Nurses (NANN) dan Association of
Women's Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) merekomendasikan
area perawatan kulit bayi baru lahir berikut ini, yang didasarkan pada penelitian
klinis dan laboratorium:
Mandi: Gunakan hanya air dan tidak ada sabun untuk bayi yang beratnya
kurang dari 1000 g. Kurangi frekuensi penggunaan pembersih. Gunakan
hanya pembersih ber-pH netral.
Disinfektan (misalnya povidone-iodine, chlorhexidine): Segera hapus
semua agen ini setelah prosedur untuk mengurangi absorpsi transdermal.
Penggunaan alkohol isopropil tidak dianjurkan karena relatif tidak efektif
sebagai disinfektan dan dapat membuat kulit kering. Luka bakar akibat
alkohol dan kulit pecah-pecah bisa terjadi.
Perekat: Minimalkan penggunaan perekat. Gunakan elektroda hidrogel.
Hindari pelarut atau agen pengikat.
Kehilangan air transepidermal: Tempatkan bayi yang lahir pada usia
gestasi 30 minggu di lingkungan dengan kelembaban tinggi (> 70%).
Solusi topikal: Selau tinjau kembali bahan dari larutan topikal yang
ditempatkan pada kulit bayi prematur. Penyerapan transdermal dapat
terjadi.
Bayi yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
disebut dengan bayi kurang bulan (BKB)/ bayi prematur yang kemudian
dikategorikan lagi menjadi extremely preterm, very preterm, dan moderate to late
preterm. Sebanyak 12% bayi terlahir prematur di negara dengan pendapatan
rendah dan 9% pada negara-negara dengan pendapatan yang lebih tinggi.
Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima bayi prematur terbanyak setelah
India, China, Nigeria, dan Pakistan. Bayi prematur seringkali mengalami berat
lahir rendah (BBLR). Penyebab dari kelahiran prematur bersifat multifaktoral,
tetapi infeksi dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi pada ibu
juga menjadi pemicu.
Berbagai masalah dapat terjadi pada bayi preterm (BKB). Masalah
tersebut adalah sindrom distress pernapasan, hipotermia, masalah fungsi ginjal,
keseimbangan cairan-elektrolit, kelainan jantung (PDA), anemia hingga
enterokolitis nekrotikans. Pemeriksaan fisik lengkap dan penialian kematangan
bayi dengan skoring ballard sangat penting untuk dilakukan pada evaluasi awal
bayi prematur. Tatalaksana pada bayi prematur meliputi perawatan di bagian
khusus (SCBU/NICU), manajemen pernapasan yang baik, termoregulasi,
perawatan kulit, manajemen cairan dan elektrolit serta nutrisi yang baik.
Prognosis sangat bergantung pada usia kelahiran bayi, berat badan, penyulit yang
ada, serta fasilitas dan perawatan yang diberikan. Diagnosis kelainan yang dapat
terjadi, management bayi prematur yang baik, dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Preterm birth. World Health Organization. 2018:1-5.
2. Meadow R, Newell S. Lecture Notes Pediatrika. 7th Edition. Erlangga
Medical Series; 2005.
3. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar
Neonatologi Ed 1.pdf. 2008:11-30.
4. Garna H, Nataprawira HM. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi Kelima. Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin;
2014.
5. Benitz WE. Patent Ductus Arteriosus in Preterm Infants. Am Acad Pediatr.
2016;137(1):1-6. doi:10.1542/peds.2015-3730
6. Strauss RG. Anemia of Prematurity : Pathophysiology & Treatment. Blood
Rev. 2010;24(6):221-225. doi:10.1016/j.blre.2010.08.001.Anaemia
7. Hasanbegovic E, Cengic N. Evaluation and Treatment of Anemia in
Premature Infants. Med Arch. 2016;70(6):408-412.
doi:10.5455/medarh.2016.70.408-412
8. Gregory KE, DeForge CE, Natale KM, Philips M, Mater LJ Van.
Necrotizing Enterocolitis in the Premature Infant : Neonatal Nursing
Assessment, Disease Pathogenesis, and Clinical Presentation Katherine.
Adv Neonatal Care. 2011;11(3):155-166.
doi:10.1097/ANC.0b013e31821baaf4.Necrotizing
9. Springer SC. Necrotizing Enterocolitis. Medscape. 2017:1-40.
10. Furdon SA, Nimavat DJ. Prematurity. Medscape. 2017:1-24.