Fathur Rabbani
Fathur Rabbani
Sufi
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Pen c e r a h a n
Sufi
FORUM
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional RI
PENCERAHAN SUFI
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Cetakan, 2016
xii, 830 halaman, 11 x 17 cm
ISBN : 978-602-310-300-3
Penerbit Forum
Jalan Permadi No. 1606 Nyutran RT.61, RW.19
MGII No. 1606 Wirogunan Mergangsan Yogyakarta
P E N G A N TA R P E N E R B I T
vi
Syekh Abdul Qadir Jaelani
vii
Pencerahan Sufi
viii
Syekh Abdul Qadir Jaelani
yang lain, seperti Nabi Dawud, Ibrahim, Musa, Yusuf, Isa, dan
lain-lain. Demikian juga perkataan para sahabat, seperti Abu
Bakr as Siddiq, `Ali Ibn Abi Talib, Siti A`isyah dan lain-lain, juga
menyitir peristiwa yang dialami oleh para Sufi sebelumnya,
seperti al-Hasan al-Basri, Ibrahim Ibn Adham, Abu Yazid al-
Bistami, Ibrahim al-Khawwas, Sufyan as-Sawil, dan kaum saleh
yang lain. Dengan demikian buku ini pun menjadi semakin
penting untuk dibaca, karena di dalamnya berisi tentang
petuah-petuah yang dapat mengantarkan seseorang kepada
makrifat Allah; menyingkap rahasia Ilahi dan selanjutnya luruh
dalam kecintaan hanya pada-Nya. Jika hati telah makrifat
mengenal Allah, mencintai-Nya dan dekat kepada-Nya, maka
dia tidak akan terikat oleh apa pun kecuali perintah syariat.
Seseorang yang mencintai Allah dan benar dalam mencintai-
Nya, maka dia akan menyerahkan diri, harta dan segala
miliknya kepada Allah. Berbagai arah akan tertutup dan hanya
tinggal tersisa satu arah saja dalam dirinya, yaitu Allah ‘Azza
wa Jalla.
Ceramah-ceramah dalam buku al-Jilani edisi terjemahan
ini, tidak di susun berdasarkan urutan ceramah dalam naskah
aslinya yang berbahasa Arab, namun berdasarkan pada
susunan waktu hari, tanggal, dan tahun ceramah beliau
secara kronologis, yang juga tercantum dalam naskah aslinya
tersebut. Hal ini karena untuk mempermudah pembaca
dalam rangka memahami dan menelusuri ceramah-ceramah
beliau. Ada beberapa hari, tanggal dan tahun ceramah yang
sengaja diganti dalam edisi terjemahan ini, karena menurut
hemat penerjemah maupun penyunting setelah melakukan
analisa perhitungan kalender mengenai hari, tanggal, dan
ix
Pencerahan Sufi
Penerbit FORUM
x
PENGANTAR PENERBIT - v
PROLOG - 1
JANGAN BERDUSTA - 7
MENCINTAI ALLAH - 11
JANGAN MERENDAH PADA ORANG KAYA KARENA
KEKAYAANNYA - 19
MENGAKUI NIKMAT-NIKMAT ALLAH - 35
AMARAH YANG TERPUJI DAN TERCELA - 43
MELAKSANAKAN PERINTAH DAN MENJAUHI LARANGAN - 49
MELIHAT ALLAH PADA HART KIAMAT - 53
LARANGAN TAKABUR - 57
TAKUT PADA ALLAH - 61
IKHLAS BERAMAL DEMI ALLAH - 65
MENGINGAT AKHIRAT - 77
KEUTAMANAN LA ILAHA ILLA ALLAH - 87
Pencerahan Sufi
SABAR - 369
STOP RIYA’ - 373
UJIAN PETAKA BAGI ORANG MUKMIN - 377
JANGAN MERASA TERBEBANI - 381
JANGAN MEMINTA SELAIN ALLAH - 393
PRIORITASKAN AKHIRAT ATAS DUNIA - 405
LARANGAN BERSIKAP MUNAFIK - 415
EMPATI PADA DIRI - 425
AMALKAN ALQURAN - 433
JANGAN PERHATIKAN REZEKI - 439
MELAWAN HAWA NAFSU DAN SETAN - 449
TAKUT PADA ALLAH - 459
JANGAN BICARA TANPA AKSI - 465
JANGAN PANDANG MANUSIA - 477
MENGELUARKAN CINTA DUNIA DARI DALAM HATI - 481
MENJERNIHKAN HATI - 497
TIDAK MENGINTERVENSI ALLAH DALAM PENGURUSAN HIDUP - 505
ZUHUD MENINGGALKAN DUNIA - 515
TIDAK MENGADU PADA MAKHLUK - 523
HINDARI RIYA’ - 529
MENGABAIKAN APA YANG TIDAK BERARTI - 543
BISIKAN-BISIKAN DALAM D IRI MANUSIA - 559
TAUHID - 591
EPILOG - 795
xiii
P R O LO G
2
Syekh Abdul Qadir Jaelani
3
Pencerahan Sufi
4
Syekh Abdul Qadir Jaelani
5
Pencerahan Sufi
6
J A N G A N B E R D U S TA
(Pengajian Jumat pagi, 7 Jumadil Akhir 545 H di
Madrasah)
9
Pencerahan Sufi
10
M E N C I N TA I A L L A H
(Pengajian 9 Jumadil Akhir 545 H. di Ribat)
12
Syekh Abdul Qadir Jaelani
13
Pencerahan Sufi
14
Syekh Abdul Qadir Jaelani
15
Pencerahan Sufi
16
Syekh Abdul Qadir Jaelani
17
Pencerahan Sufi
18
J A N G A N M E R E N D A H PA D A O R A N G
K AYA K A R E N A K E K AYA A N N YA
(Pengajian 11 Jumadil Akhir 545 H di Madrasah)
20
Syekh Abdul Qadir Jaelani
21
Pencerahan Sufi
22
Syekh Abdul Qadir Jaelani
23
Pencerahan Sufi
24
Syekh Abdul Qadir Jaelani
26
Syekh Abdul Qadir Jaelani
27
Pencerahan Sufi
28
Syekh Abdul Qadir Jaelani
29
Pencerahan Sufi
30
Syekh Abdul Qadir Jaelani
31
Pencerahan Sufi
32
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Kau juga, hai orang kaya! Jika kau mengharap kebaikan dunia
dan Akhirat, maka santunilah kaum fakir dengan sebagian
hartamu. Nabi Saw bersabda:
“Manusia adalah anak-anak tanggungan Allah, dan
manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka
yang paling berguna bagi anak-anak tanggungan-Nya.”
34
M E N G A K U I N I K M AT- N I K M AT A L L A H
(Pengajian pagi, 16 Jumadil Akhir 545 H. di Ribat)
36
Syekh Abdul Qadir Jaelani
37
Pencerahan Sufi
38
Syekh Abdul Qadir Jaelani
39
Pencerahan Sufi
40
Syekh Abdul Qadir Jaelani
41
A M A R A H YA N G T E R P U J I
DAN TERCELA
(Pengajian sore, 18 Jumadil Akhir 545 H. di Madrasah)
44
Syekh Abdul Qadir Jaelani
45
Pencerahan Sufi
46
Syekh Abdul Qadir Jaelani
47
Pencerahan Sufi
52
M E L I H AT A L L A H PA D A H A R T
K I A M AT
(Pengajian Ahad pagi, 23 Jumadil Akhir 545 H.
Di Ribat)
54
Syekh Abdul Qadir Jaelani
55
L A R A N G A N TA K A B U R
(Tanpa keterangan tempat dan waktu)
59
Pencerahan Sufi
60
TA K U T PA D A A L L A H
(Tanpa keterangan tempat dan waktu)
62
Syekh Abdul Qadir Jaelani
63
IKHLAS BERAMAL DEMI ALLAH
(Pengajian Selasa sore, 2 Rajab 545 H. Di Madrasah)
66
Syekh Abdul Qadir Jaelani
67
Pencerahan Sufi
68
Syekh Abdul Qadir Jaelani
69
Pencerahan Sufi
70
Syekh Abdul Qadir Jaelani
71
Pencerahan Sufi
72
Syekh Abdul Qadir Jaelani
73
Pencerahan Sufi
75
M E N G I N G AT A K H I R AT
(Pengajian Jumat pagi, 5 Rajab 545 H. Di Madrasah)
78
Syekh Abdul Qadir Jaelani
80
Syekh Abdul Qadir Jaelani
81
Pencerahan Sufi
‘Azza wa Jalla. Karena itu carilah Dia, sebab Dia sajalah yang
bisa mengenyangkanmu. Jika engkau memperoleh-Nya, maka
engkau akan mendapatkan kekayaan dunia sekaligus Akhirat.
Hai orang yang lalai! Inginkanlah yang menginginkanmu,
carilah yang mencarimu, dan sibukkanlah dirimu dengan
orang yang merindukanmu. Tidak pernahkah kaudengar
firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-
Nya” (Q.S.5:54).
82
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Firman-Nya lagi:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri, dan Jika kamu berbuat jahat, maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (Q.S. 17: 7).
83
Pencerahan Sufi
84
Syekh Abdul Qadir Jaelani
85
K E U TA M A N A N L A I L A H A I L L A A L L A H
(Pengajian Ahad pagi, 7 Rajab 545 H. Di Ribat)
88
Syekh Abdul Qadir Jaelani
89
Pencerahan Sufi
90
Syekh Abdul Qadir Jaelani
91
Pencerahan Sufi
92
Syekh Abdul Qadir Jaelani
96
M E N C I N TA I PA R A WA L I
DA N K AU M S A L E H
(Pengajian Jumat pagi, 12 Rajab 545 H. Di Ribat)
98
Syekh Abdul Qadir Jaelani
99
Pencerahan Sufi
100
Syekh Abdul Qadir Jaelani
101
Pencerahan Sufi
Sabdanya lagi:
“Tidak ada sedekah, selagi keluarga (zu rahim) masih
membutuhkan.”
102
BELA JAR AGAMA
(Pengajian Ahad pagi, 14 Rajab 545 H. Di Ribat)
104
Syekh Abdul Qadir Jaelani
105
Pencerahan Sufi
106
Syekh Abdul Qadir Jaelani
107
Pencerahan Sufi
108
Syekh Abdul Qadir Jaelani
110
B E R P E G A N G A N PA D A TA L I YA N G
K U AT
(Pengajian pagi, 16 Rajab 545 H. Di Madrasah)
113
Pencerahan Sufi
115
Pencerahan Sufi
116
Syekh Abdul Qadir Jaelani
117
Pencerahan Sufi
118
C I N TA D E M I A L L A H
(Pengajian pagi, 19 Rajab 545 H. Di Madrasah)
120
Syekh Abdul Qadir Jaelani
121
Pencerahan Sufi
122
Syekh Abdul Qadir Jaelani
123
Pencerahan Sufi
124
Syekh Abdul Qadir Jaelani
125
Pencerahan Sufi
126
Syekh Abdul Qadir Jaelani
127
Pencerahan Sufi
128
NAFSU AMARAH
(Pengajian Ahad pagi, 21 Rajab 545 H. Di Madrasah)
130
Syekh Abdul Qadir Jaelani
131
Pencerahan Sufi
Firman-Nya lagi:
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolong-mu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S.
47:7).
132
Syekh Abdul Qadir Jaelani
133
Pencerahan Sufi
134
Syekh Abdul Qadir Jaelani
lebar, namun tidak dimasuki siapa pun. Apa yang harus aku
lakukan pada kalian. Berapa banyak sudah kata aku ucapkan,
namun tetap saja kalian tidak mau mendengarku, padahal
aku hanya meng-inginkan kebaikan kalian semata, bukan
demi kepentinganku. Aku tidak takut atau mengharap pada
kalian. Aku pun tidak membeda-bedakan antara gedung
mewah dan gubuk reot, antara yang kekal dan yang mati,
antara yang kaya dan yang miskin, antara raja dan rakyat,
maupun masalah yang ada di tangan selain kalian. Ketika aku
mengeluarkan kecintaan duniawi dari hatiku, maka semuanya
menjadi benar bagiku. Bagaimana tauhidmu bisa benar, jika
masih ada kecintaan duniawi di hatimu. Tidakkah kau dengar
sabda Nabi:
“Kecintaan pada dunia adalah pangkal segala dosa.”
136
Syekh Abdul Qadir Jaelani
138
Syekh Abdul Qadir Jaelani
139
DUNIA ADALAH PENJARA
ORANG MUKMIN
(Pengajian Selasa sore, 23 Rajab 545 H. Di Madrasah)
142
Syekh Abdul Qadir Jaelani
143
Pencerahan Sufi
144
Syekh Abdul Qadir Jaelani
146
Syekh Abdul Qadir Jaelani
147
Pencerahan Sufi
148
M E N G I K U T I J E J A K R A S U L L A H S AW.
(Pengajian Ahad pagi, 28 Rajah 545 H, tanpa
keterangan tempat)
150
Syekh Abdul Qadir Jaelani
151
Pencerahan Sufi
152
C I N TA A L L A H
(Tanpa keterangan waktu dan tempat pengajian)
156
Syekh Abdul Qadir Jaelani
157
M E M B E N C I M A K H L U K S A AT
D A R U R AT
(Pengajian Selasa, 1 Sya `ban 545 H, di Madrasah)
160
Syekh Abdul Qadir Jaelani
161
Pencerahan Sufi
163
Pencerahan Sufi
Firman-Nya lagi
“Aku berada di sisi orang-orang yang hatinya terpecah
demi Aku.”
164
Syekh Abdul Qadir Jaelani
165
AMAL SALEH
(Pengajian Selasa sore, 8 Sya `ban 545 H, di Madrasah)
169
Pencerahan Sufi
170
Syekh Abdul Qadir Jaelani
171
Pencerahan Sufi
172
Syekh Abdul Qadir Jaelani
173
Pencerahan Sufi
174
Syekh Abdul Qadir Jaelani
175
B E R M U R A H M E M B E R I O R A N G YA N G
M E M I N TA - M I N TA
(Pengajian Jumat, 11 Sya`ban 545 H, di Madrasah)
178
Syekh Abdul Qadir Jaelani
179
Pencerahan Sufi
180
Syekh Abdul Qadir Jaelani
181
Pencerahan Sufi
182
Syekh Abdul Qadir Jaelani
183
Pencerahan Sufi
184
Syekh Abdul Qadir Jaelani
185
Pencerahan Sufi
187
Pencerahan Sufi
188
Syekh Abdul Qadir Jaelani
189
Pencerahan Sufi
190
Syekh Abdul Qadir Jaelani
191
Pencerahan Sufi
194
Syekh Abdul Qadir Jaelani
195
Pencerahan Sufi
197
Pencerahan Sufi
198
MENGOSONGKAN DIRI DARI
P R O B L E M AT I K A D U N I A
(Pengajian Jumat pagi, 18 Sya `ban 545 H,
di Madrasah)
200
Syekh Abdul Qadir Jaelani
202
Syekh Abdul Qadir Jaelani
204
Syekh Abdul Qadir Jaelani
205
Pencerahan Sufi
206
J A N G A N B E R S A N D A R PA D A D U N I A
(Pengajian Ahad, 20 Sya`ban 545 H, tanpa keterangan
tempat)
210
Syekh Abdul Qadir Jaelani
211
Pencerahan Sufi
214
Syekh Abdul Qadir Jaelani
217
Pencerahan Sufi
218
Syekh Abdul Qadir Jaelani
219
Pencerahan Sufi
sedikit pun juga tanpa mengharap apa pun dari kalian. Bagiku,
penduduk bumi hanyalah seperti kutu dan semut kecil. Aku
memandang mudarat dan manfaat sebagai rekayasa yang
berasal dari Allah, bukan dari kalian. Bagiku, mamluk dan para
raja juga sama saja dengan kalian.
Tiadakanlah nafsu diri kalian dan orang lain dengan syara’,
jangan dengan landasan hawa nafsu dan tabiat. Turutilah apa
yang didiamkan oleh syara’ dalam kediamannya, dan turutilah
apa yang dibicarakan oleh syara’ dalam bicaranya.
Wahai pemuda! Jangan nafikan orang selainmu karena
dorongan hawa nafsumu, akan tetapi nafikanlah ia dengan
imanmu. Iman adalah penafi, keyakinan adalah penghapus,
dan Tuhan ‘azza wa Jalla adalah penolong yang akan
memenangkan dan memuliakanmu. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang
dapat mengalahkan kamu” (Q.S. 3: 160).
“Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu” (Q. S. 47: 7)
220
Syekh Abdul Qadir Jaelani
221
Pencerahan Sufi
222
Syekh Abdul Qadir Jaelani
225
MEMANDANG MANUSIA DENGAN
M ATA TA K B U T U H
(Pengajian,Jumat pagi, 3 Ramadan 545 H, di
Madrasah)
228
Syekh Abdul Qadir Jaelani
229
Pencerahan Sufi
230
Syekh Abdul Qadir Jaelani
231
Pencerahan Sufi
232
Syekh Abdul Qadir Jaelani
233
Pencerahan Sufi
234
Syekh Abdul Qadir Jaelani
235
Pencerahan Sufi
236
Syekh Abdul Qadir Jaelani
237
Pencerahan Sufi
238
UJIAN DAN COBAAN
(Pengajian Selasa sore, 7 Ramadan 545 H,
di Madrasah)
240
Syekh Abdul Qadir Jaelani
242
Syekh Abdul Qadir Jaelani
243
Pencerahan Sufi
245
Pencerahan Sufi
248
M E R E N U N G K A N H A R T K I A M AT
(Pengajian Jumat pagi, 10 Ramadan 545 H,
di Madrasah)
250
Syekh Abdul Qadir Jaelani
252
Syekh Abdul Qadir Jaelani
254
Syekh Abdul Qadir Jaelani
255
Pencerahan Sufi
256
Syekh Abdul Qadir Jaelani
257
Pencerahan Sufi
258
Syekh Abdul Qadir Jaelani
259
Pencerahan Sufi
260
Syekh Abdul Qadir Jaelani
261
Pencerahan Sufi
263
Pencerahan Sufi
265
Pencerahan Sufi
267
RIDHA MENERIMA QADHA
(Pengajian Jumat pagi, 17 Ramadan 545 H, di
Madrasah)
271
Pencerahan Sufi
272
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Musa menjawab:
“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, juga untuk
pemukul dahan-dahan kayu supaya daunnya berguguran
untuk makanan kambingku, dan banyak lagi keperluanku
yang lain dengan tongkat in?” (Q.S. 20: 18).
Allah lalu berfirman:
“Lempar tongkat itu, hai Musa!’ Maka Musa
melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu
(menjadi) ular yang nyata” (Q. S. 26: 32).
Allah berfirman:
“Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan
mengembalikannya kepada keadaannya semula” (Q.S.
20: 21).
273
Pencerahan Sufi
274
Syekh Abdul Qadir Jaelani
276
Syekh Abdul Qadir Jaelani
278
Syekh Abdul Qadir Jaelani
279
M U R A Q A B A H PA D A A L L A H
(Pengajian Ahad pagi, tanggal 19 Ramadan 545 H,
di Ribat)
282
Syekh Abdul Qadir Jaelani
283
Pencerahan Sufi
284
Syekh Abdul Qadir Jaelani
286
Syekh Abdul Qadir Jaelani
287
Pencerahan Sufi
288
Syekh Abdul Qadir Jaelani
289
Pencerahan Sufi
290
KEJUJURAN
(Pengajian Jumat pagi, 24 Ramadan 545 H,
di Madrasah)
292
Syekh Abdul Qadir Jaelani
293
Pencerahan Sufi
294
Syekh Abdul Qadir Jaelani
295
Pencerahan Sufi
296
Syekh Abdul Qadir Jaelani
297
BERAMAL DENGAN IKHLAS
(Pengajian Jumat pagi, 1 Syawwal 545 H,
di Madrasah)
300
Syekh Abdul Qadir Jaelani
301
Pencerahan Sufi
302
J A N G A N M E M B A N TA H A L L A H
(Pengajian Ahad pagi, 3 Syawwal 545 H. bertempat
di Ribai)
304
Syekh Abdul Qadir Jaelani
306
Syekh Abdul Qadir Jaelani
307
Pencerahan Sufi
308
Syekh Abdul Qadir Jaelani
310
Syekh Abdul Qadir Jaelani
311
Pencerahan Sufi
313
Pencerahan Sufi
314
Syekh Abdul Qadir Jaelani
315
Pencerahan Sufi
316
K E FA K I R A N
(Pengajian Selasa, 5 Syawwal 545 H. di Madrasah)
318
Syekh Abdul Qadir Jaelani
319
Pencerahan Sufi
tanpa realisasi amal praktis, dan amal praktis pun tidak akan
diterima tanpa ketulusan dan merunut Sunnah.
Sumbanglah kaum fakir dengan sedikit harta kekayaan
kalian. Janganlah kau usir pengemis yang meminta-minta,
padahal engkau mampu memberinya sesuatu, banyak atau
sedikit saja. Turutilah jejak al-Haqq ‘Azza wa Jalla yang begitu
suka memberi dan syukurilah Dia bagaimana Dia anugerahi
kalian kemampuan dan kapabilitas untuk memberi. Sungguh
celakalah kalian! Pengemis adalah hadiah Allah ‘Azza wa Jalla
sementara engkau mampu memberinya, lalu bagaimana
engkau tolak dan kembalikan hadiah itu pada Sang Pemberi
hadiah. Di hadapanku kalian menyimak dan menangis. Namun,
jika seorang fakir datang meminta dan hatimu berkeras hati
(tak tersentuh penderitaannya), maka itu menunjukkan bahwa
tangisan dan simakanmu tidak tulus ikhlas demi Allah ‘Azza
wa Jalla.
Bagiku, mendengar harus dimulai dari nurani, lalu
hati, kemudian diaktualisasikan anggota badan dalam amal
kebajikan. Jika engkau menghadapku, masuk sajalah, tetapi
lucuti dulu ilmu, amal, dan lisanmu. Engkau harus melupakan
sejenak harta dan keluargamu. Berdirilah di hadapanku
dengan hati telanjang, lepas dari apa pun selain al-Haqq ‘Azza
wa Jalla, hingga Dia berkenan menutupimu dengan kedekatan,
kemurahan dan anugerah-Nya. Jika engkau kerjakan instruksi
ini saat masuk menghadapku, maka engkau telah menjadi bak
burung yang memakan kacang-kacangan pada pagi hari dan
pergi dengan perut kenyang.
Cahaya hati berasal dari Cahaya al-Haqq ‘azza wa Jalla.
Karena itulah Rasulullah Saw bersabda:
320
Syekh Abdul Qadir Jaelani
321
Pencerahan Sufi
324
Syekh Abdul Qadir Jaelani
325
Pencerahan Sufi
326
J A N G A N A N G A N K A N K E K AYA A N
(Pengajian Jumat pagi, 8 Syawwal 545 H. di Madrasah
Ma `murah)
328
Syekh Abdul Qadir Jaelani
329
Pencerahan Sufi
330
Syekh Abdul Qadir Jaelani
331
Pencerahan Sufi
332
Syekh Abdul Qadir Jaelani
334
Syekh Abdul Qadir Jaelani
335
Pencerahan Sufi
336
Syekh Abdul Qadir Jaelani
337
Pencerahan Sufi
338
Syekh Abdul Qadir Jaelani
339
Pencerahan Sufi
340
TA U B AT
(Pengajian Ahad pagi, 10 Syawwal 545 H di Ri6at)
342
Syekh Abdul Qadir Jaelani
343
Pencerahan Sufi
344
Syekh Abdul Qadir Jaelani
345
Pencerahan Sufi
346
Syekh Abdul Qadir Jaelani
347
Pencerahan Sufi
Jika hal ini telah sempurna, maka dunia dan Akhirat akan
datang melayanimu tanpa lelah dan sakit. Ketuklah pintu al-
Haqq ‘Azza wa Jalla dan tetaplah berdiri di pintu-Nya. Jika kau
berdiri tegak di sana, maka segala benak pikiran, akan terpapar
jelas di hadapanmu, sehingga kauketahui pikiran nafsu, rayuan
hawa pikiran hati, godaan iblis dan pikiran malaikat. Akan
dikatakan kepadamu bahwa ini adalah pikiran yang benar
dan ini adalah pikiran yang salah. Engkau akan mengetahui
masing-masing dengan tanda yang sudah kaukenali. Jika
engkau sudah mencapai maqam ini, maka tampaklah
pikiran al-Haqq ‘Azza wa Jalla yang akan mengajarimu tata
krama, mengokohkanmu, mendirikan dan mendudukkanmu,
menggerakkan dan mendiamkanmu, serta memerintah dan
melarangmu.
Wahai manusia! Janganlah kalian mencari-cari tambahan,
juga kekurangan, serta kedahuluan dan keterlambatan. Takdir
Allah telah melingkupi setiap orang dengan garis demarkasi
yang jelas. Tidak ada seorang pun kecuali ia memiliki buku
dan sejarah privat yang khusus baginya. Nabi Saw bersabda:
“Tuhanmu telah mengisi dari karakter, rezeki, dan ajal
hingga telah kering pena oleh apa yang telah ada.”
Allah telah mengisi ketentuan-Nya atas segala sesuatu
jauh sebelumnya, bahkan muncul kemudian hukum yang
dibungkus dengan perintah, larangan, dan kewajiban,
sehingga tidak ada lagi seorang pun yang boleh memprotes
ketentuan atas apa yang telah ditentukan jauh sebelumnya.
Allah berfirman:
348
Syekh Abdul Qadir Jaelani
349
Pencerahan Sufi
350
S E B A B - S E B A B K E C I N TA A N A L L A H
PA D A S E O R A N G H A M B A
(Pengajian Selasa malam, 12 Syawwal 545 H.
di Madrasah)
352
Syekh Abdul Qadir Jaelani
353
Pencerahan Sufi
354
Syekh Abdul Qadir Jaelani
355
Pencerahan Sufi
356
Syekh Abdul Qadir Jaelani
359
Pencerahan Sufi
360
Syekh Abdul Qadir Jaelani
361
Pencerahan Sufi
362
N A S I H AT S E O R A N G M U K M I N PA D A
S A U D A R A N YA
(Pengajian Jumat, 15 Syawwa1545 H. di Madrasah)
364
Syekh Abdul Qadir Jaelani
365
Pencerahan Sufi
366
Syekh Abdul Qadir Jaelani
367
Pencerahan Sufi
368
SABAR
(Pengajian Ahad, 17 Syawwal 545 H di Ribat)
370
Syekh Abdul Qadir Jaelani
371
Pencerahan Sufi
372
S T O P R I YA’
(Pengajian Selasa sore, 19 Syawwal 545 H. di
Madrasah)
374
Syekh Abdul Qadir Jaelani
375
Pencerahan Sufi
376
U J I A N P E TA K A B A G I O R A N G
MUKMIN
(Pengajian Jumat pagi, 22 Syawwal 545 H. di
Madrasah)
378
Syekh Abdul Qadir Jaelani
379
Pencerahan Sufi
380
JANGAN MERASA TERBEBANI
(Pengajian Ahad pagi, 24 Syawwa1545 H, tanpa
keterangan tempat)
382
Syekh Abdul Qadir Jaelani
383
Pencerahan Sufi
384
Syekh Abdul Qadir Jaelani
385
Pencerahan Sufi
386
Syekh Abdul Qadir Jaelani
388
Syekh Abdul Qadir Jaelani
389
Pencerahan Sufi
390
Syekh Abdul Qadir Jaelani
391
Pencerahan Sufi
392
J A N G A N M E M I N TA S E L A I N A L L A H
(Pengajian Ahad pagi, 2 Zi al-Qa`dah 545 H, di RibaT)
394
Syekh Abdul Qadir Jaelani
395
Pencerahan Sufi
396
Syekh Abdul Qadir Jaelani
397
Pencerahan Sufi
398
Syekh Abdul Qadir Jaelani
399
Pencerahan Sufi
400
Syekh Abdul Qadir Jaelani
401
Pencerahan Sufi
402
Syekh Abdul Qadir Jaelani
403
P R I O R I TA S K A N A K H I R AT
ATA S D U N I A
(Pengajian Selasa Sore, 4 Zi al-Qa`dah 545 H.
di Madrasah)
406
Syekh Abdul Qadir Jaelani
407
Pencerahan Sufi
408
Syekh Abdul Qadir Jaelani
411
Pencerahan Sufi
412
Syekh Abdul Qadir Jaelani
414
LARANGAN BERSIKAP MUNAFIK
(Pengajian Jumat Pagi, 7 Zi al-Qa`dah 545 H. di
Madrasah)
416
Syekh Abdul Qadir Jaelani
417
Pencerahan Sufi
418
Syekh Abdul Qadir Jaelani
421
Pencerahan Sufi
422
Syekh Abdul Qadir Jaelani
423
Pencerahan Sufi
424
E M PAT I PA D A D I R I
(Pengajian Ahad, 9 Zi al-Qa `dah 545 H. di Ribat)
427
Pencerahan Sufi
diam, terlepas dan terputus dari segala hal yang baru (al-
muhdasat).
Tidak ada yang bersikap santun pada para syekh kecuali
orang yang telah berkhidmat melayani mereka dan mengetahui
sebagian ahwal (kondisi kesufian) mereka bersama Allah ‘Azza
wa Jalla. Komunitas syekh menganggap pujian dan cacian
layaknya musim panas dan dingin, serta siang dan malam.
Keduanya sama-sama mereka pandang (bersumber) dari Allah
‘Azza wa Jalla, sebab tidak ada yang mampu mendatangkan
keduanya selain Allah ‘Azza wa Jalla. Manakala kondisi ini
telah terwujud dalam diri mereka, maka mereka pun tidak
menganggap para pemuji dan tidak memerangi para pencela.
la tidak memusingkan mereka. Kecintaan pada makhluk dan
kebencian pada mereka telah lepas dari hati mereka. Mereka
tidak mencintai, namun juga tidak membenci, bahkan malah
mengasihi.
Apa manfaat ilmu tanpa kejujuran (sidq) bagimu? Allah
justru akan menyesatkanmu lantaran ilmu. Engkau belajar,
salat, dan puasa demi manusia, dengan tujuan agar mereka
mendekat padamu, menyumbangkan harta kekayaan mereka
kepadamu, dan memuja-pujamu di rumah-rumah dan majelis
mereka. Taruhlah engkau telah (berhasil) memperoleh semua
ini dari mereka, maka jika maut, azab, penderitaan, dan
prahara datang kepadamu, maka engkau akan terpisah juga
dengan mereka, dan mereka pun tidak akan berguna apa-apa
bagimu. Kekayaan yang engkau peroleh pun lalu dimakan
oleh orang lain, sementara siksa dan perhitungan akan engkau
tanggung sendiri. Sungguh kasihan dirimu! Engkau termasuk
orang yang berada dalam api panas di dunia, dan akan masuk
ke sana juga kelak di Akhirat. Ibadah adalah profesi (sunah),
428
Syekh Abdul Qadir Jaelani
429
Pencerahan Sufi
430
Syekh Abdul Qadir Jaelani
431
Pencerahan Sufi
432
A M A L K A N A LQ U R A N
(Pengajian Selasa Sore, 11 Zi al-Qa`dah 545 H. di
Madrasah)
434
Syekh Abdul Qadir Jaelani
435
Pencerahan Sufi
436
Syekh Abdul Qadir Jaelani
437
J A N G A N P E R H AT I K A N R E Z E K I
(Pengajian Jumat pagi, 14 Zi al-Qa`dah 545 H. di
Madrasah)
440
Syekh Abdul Qadir Jaelani
441
Pencerahan Sufi
442
Syekh Abdul Qadir Jaelani
443
Pencerahan Sufi
444
Syekh Abdul Qadir Jaelani
445
Pencerahan Sufi
447
Pencerahan Sufi
448
M E L AWA N H AWA N A F S U D A N
S E TA N
(Pengajian Ahad pagi, 16 Zi al-Qa `dah 545 H. di Ribat)
450
Syekh Abdul Qadir Jaelani
453
Pencerahan Sufi
455
Pencerahan Sufi
456
Syekh Abdul Qadir Jaelani
457
Pencerahan Sufi
458
TA K U T PA D A A L L A H
(Pengajian Selasa sore, 18 Zi al-Qa `dah 545 H. di
Madrasah)
460
Syekh Abdul Qadir Jaelani
461
Pencerahan Sufi
462
Syekh Abdul Qadir Jaelani
463
Pencerahan Sufi
464
J A N G A N B I C A R A TA N PA A K S I
(Pengajian Jumat pagi, 21 Zi al-Qa`dah 545H. di
Madrasah)
466
Syekh Abdul Qadir Jaelani
467
Pencerahan Sufi
468
Syekh Abdul Qadir Jaelani
469
Pencerahan Sufi
472
Syekh Abdul Qadir Jaelani
473
Pencerahan Sufi
474
Syekh Abdul Qadir Jaelani
475
Pencerahan Sufi
476
J A N G A N PA N D A N G M A N U S I A
(Pengajian Selasa sore, 25 Zi al-Qa`dah 545 H. di
Madrasah)
478
Syekh Abdul Qadir Jaelani
480
M E N G E L U A R K A N C I N TA D U N I A
D A R I D A L A M H AT I
(Pengajian pagi akhir 22 al-Qa `dah 545 H. di Ribat)
482
Syekh Abdul Qadir Jaelani
484
Syekh Abdul Qadir Jaelani
485
Pencerahan Sufi
486
Syekh Abdul Qadir Jaelani
487
Pencerahan Sufi
488
Syekh Abdul Qadir Jaelani
489
Pencerahan Sufi
490
Syekh Abdul Qadir Jaelani
492
Syekh Abdul Qadir Jaelani
493
Pencerahan Sufi
494
Syekh Abdul Qadir Jaelani
495
M E N J E R N I H K A N H AT I
(Pengajian Jumat pagi, 12 Zi al-Hijjah 545 H. di
Madrasah)
499
Pencerahan Sufi
500
Syekh Abdul Qadir Jaelani
501
Pencerahan Sufi
502
Syekh Abdul Qadir Jaelani
503
TIDAK MENGINTERVENSI ALLAH
DALAM PENGURUSAN HIDUP
(Pengajian Ahad pagi, 14 Zi al-Hijjah 545 H. di Ribat)
506
Syekh Abdul Qadir Jaelani
510
Syekh Abdul Qadir Jaelani
512
Syekh Abdul Qadir Jaelani
514
ZUHUD MENINGGALKAN DUNIA
Pengajian 19 Zi al-Hijjah 545 H,
tanpa keterangan tempat)
516
Syekh Abdul Qadir Jaelani
517
Pencerahan Sufi
519
Pencerahan Sufi
Siapa pun yang tidak mengikuti Nabi Saw, dan tidak pula
membawa syariat (Sunnah) beliau di tangannya dan Kitab
yang diturunkan kepadanya di tangan yang lain, serta tidak
mencapai al-Haqq ‘Azza wa Jalla dalam perjalanannya, maka ia
sangat binasa, dan sangat tersesat. Keduanya adalah petunjuk
jalan menuju al-Haqq ‘Azza wa Jalla. Al-quran menunjukkan
jalan menuju al-Haqq ‘Azza wa Jalla dan Sunnah menunjukkan
jalan menuju Rasul-Nya Saw.
Ya Allah, jauhkanlah ( jarak) antara kami dan nafsu kami.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa
Neraka” (Q.S. 2: 201).
521
T I D A K M E N G A D U PA D A M A K H L U K
(Pengajian 21 Z al-Hijjah 545H. di RMat)
524
Syekh Abdul Qadir Jaelani
maka tidak ada amal baginya. Bicara atau diam, engkau tetap
saja berdosa, karena engkau tidak meluruskan niatmu. Diam
dan bicaramu tanpa (landasan) Sunnah. Ketika kondisi berubah
dan rezeki susah, kalian juga ikut berubah hanya demi sesuap
makan. Ketika menghancurkan kehormatan (seseorang), maka
kalian mengingkari setiap nikmat hanya demi menghilangkan
kenikmatan seseorang seolah kalian adalah para penakluk
yang menguasai urusannya.
Siapakah engkau ini sebenarnya, hai anak Adam? Engkau
hanyalah makhluk yang tercipta dari air nista. Merendahlah
pada Tuhanmu dan hinakan diri di hadapan-Nya. Engkau
tidaklah mulia di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla, juga di hadapan
hamba-hamba-Nya yang saleh, jika engkau tidak memiliki
ketakwaan. Dunia adalah hikmah (kebijakan), dan Akhirat
seisinya adalah qudrah (kekuasaan).
Hai manusia! Waspadalah selalu dalam mewakili al-Haqq
‘Azza wa Jalla, karena engkau tidak memiliki maklumat dan
pengalaman apa-apa. Pakailah akal dan buka mata hati kalian.
Jika salah seorang dari kalian kedatangan serombongan
(tamu) di rumahnya, maka janganlah ia memulai bicara, akan
tetapi tempatkan perkataannya sebagai jawaban, dan jangan
pula bertanya tentang hal-hal yang bukan kompetensinya.
Tauhid adalah kewajiban. Mencari yang halal adalah
kewajiban. Mencari ilmu primer adalah kewajiban. Ikhlas
dalam beramal adalah kewajiban. Meninggalkan imbalan
atas amal adalah kewajiban. Jauhilah orang-orang fasik dan
munafik, dekatilah orang-orang saleh dan kaum siddiqin.
Jikalau engkau hadapi sebuah persoalan yang musykil dan tak
bisa engkau bedakan antara yang saleh dan munafik, maka
bangunlah malam dan kerjakan salat dua rakaat, lalu berdoalah:
526
Syekh Abdul Qadir Jaelani
527
Pencerahan Sufi
528
H I N D A R I R I YA’
(Pengajian Jumat, 9 Rajab 546 H, tanpa keterangan
tempat)
531
Pencerahan Sufi
yang terbesar adalah iblis dan yang paling kecil adalah orang
fasik. Akan kuperangi setiap orang sesat yang menyesatkan.
Aku akan menyeru kepada batin, dan tetap meminta
pertolongan (Allah) dalam hal ini, sebab tidak ada daya upaya
dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha tinggi lagi Maha
agung. Kemunafikan telah mengakar kokoh di hatimu. Oleh
karena itu engkau harus berserah diri (Islam) dan bertaubat,
serta menghindari sifat riya’. Jika kondisi penyeruanku ini
berasal dari Allah, maka ia akan bertambah besar, meruah,
dan menguat. Dengan kedua kakinya ia berdiri menantang
dan dengan kedua sayapnya ia terbang melintasi atap-atap
rumah manusia, menerobos masuk ke dalamnya, dan mereka
melihatnya dengan mata kepala dan hati mereka. Jika memang
ia berasal dari nafsu, hawa tabiat, Setan, dan kebatilanku, maka
mati dan jauhlah ia, sebentar lagi ia akan mengecil, meleleh,
berbalik, terpisah, dan terputus, sebab al-Haqq ‘Azza wa Jalla
tidak akan menyokong seorang pembohong, memenangkan
seorang munafik, juga tidak memberi seorang pengingkar,
dan tidak menambahi seorang yang tidak bersyukur. Siapa
pun yang berbicara dengan bumbu kemunafikan, maka ia
tidak akan memperoleh apa-apa, bahkan kemunafikannya
malah akan menjadi blunder yang menyebabkan kebakaran
agamanya.
Hai para muria! Aku sudah berbicara, namun kalian malah
lari dan tidak melaksanakannya. Namaku di seluruh negeri bisu.
Aku menjadi orang gila, bisu, dan terasing, namun hal itu tidak
benar bagiku dan takdir mengeluarkanku kembali ke tengah-
tengah kalian. Takdir mengeluarkanku dan mendudukkanku
di atas kursi ini. Karena itu jangan berbohong, sebab engkau
tidak memiliki dua hati, tetapi hanya satu, sehingga jika
532
Syekh Abdul Qadir Jaelani
533
Pencerahan Sufi
534
Syekh Abdul Qadir Jaelani
535
Pencerahan Sufi
536
Syekh Abdul Qadir Jaelani
537
Pencerahan Sufi
538
Syekh Abdul Qadir Jaelani
539
Pencerahan Sufi
540
Syekh Abdul Qadir Jaelani
541
M E N G A B A I K A N A PA YA N G T I D A K
BERARTI
(Pengajian Selasa sore, 13 Rajab 546H, tanpa
keterangan temp at)
544
Syekh Abdul Qadir Jaelani
545
Pencerahan Sufi
546
Syekh Abdul Qadir Jaelani
547
Pencerahan Sufi
548
Syekh Abdul Qadir Jaelani
549
Pencerahan Sufi
550
Syekh Abdul Qadir Jaelani
551
Pencerahan Sufi
552
Syekh Abdul Qadir Jaelani
554
Syekh Abdul Qadir Jaelani
556
Syekh Abdul Qadir Jaelani
557
BISIKAN-BISIKAN DALAM
DIRI MANUSIA
(Pengajian 20 Rajab 546 H, di Madrasah)
560
Syekh Abdul Qadir Jaelani
561
Pencerahan Sufi
562
Syekh Abdul Qadir Jaelani
564
Syekh Abdul Qadir Jaelani
565
Pencerahan Sufi
566
Syekh Abdul Qadir Jaelani
567
Pencerahan Sufi
568
Syekh Abdul Qadir Jaelani
569
Pencerahan Sufi
571
Pencerahan Sufi
572
Syekh Abdul Qadir Jaelani
574
Syekh Abdul Qadir Jaelani
576
Syekh Abdul Qadir Jaelani
578
Syekh Abdul Qadir Jaelani
579
Pencerahan Sufi
580
Syekh Abdul Qadir Jaelani
583
Pencerahan Sufi
584
Syekh Abdul Qadir Jaelani
585
Pencerahan Sufi
586
Syekh Abdul Qadir Jaelani
588
Syekh Abdul Qadir Jaelani
589
Pencerahan Sufi
590
TA U H I D
(Pengajian Jumat pagi, akhir Rajab 546 H, di
Madrasah)
592
Syekh Abdul Qadir Jaelani
593
Pencerahan Sufi
594
Syekh Abdul Qadir Jaelani
padahal masalah ini hanya bisa disebut sah dengan dua aspek.
Pertama, mujahadah, pengekangan nafsu, serta pemikulan
beban yang sangat berat dan melelahkan. Ini adalah metode
yang paling biasa di kalangan kaum saleh. Sementara yang
kedua, adalah anugerah tanpa harus bersusah payah. Hal
ini sangat jarang terjadi. Dia menganugerahkan makrifat
dan mahabbah-Nya pada seorang manusia tanpa prosedur
yang keras, melainkan Dia mengambilnya dari keluarga
dan menampakkan kekuasaan-Nya padanya; atau Dia
mengangkatnya dari lembah perampokan, lalu menaikkannya
ke gubuk peribadatan, kemudian Dia mengeluarkan makhluk
dari dalam hatinya dan membukakan pintu kedekatan-
Nya padanya, atau Dia mengangkatnya dari kegilaan
sampai mencukupkan pada level terendah penganugerahan
pemahaman, hukum, dan kemuliaan, sehingga setiap apa
yang ia lihat dan dengar menjadi pelajaran baginya. Kemudian
ia pun tidak berbuat sesuatu kecuali yang sudah ditetapkan-
Nya padanya dengan perintah hidayah, ‘inayah, dan kifayah
(pencukupan) yang tidak pernah terputus darinya. la menjadi
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ‘Azza wa Jalla pada
Nabi Yusuf As:
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih” (Q.S. 12: 24).
595
Pencerahan Sufi
596
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Syekh menuturkan):
Aku tidak pernah duduk bersama siapa pun. Kalaupun
duduk, aku hanya bersama dua atau tiga orang yang menurut
padaku. Bertemanlah dengan kaum saleh. Termasuk ciri-
ciri mereka adalah jika mereka memandang seseorang
597
Pencerahan Sufi
598
Syekh Abdul Qadir Jaelani
599
Pencerahan Sufi
600
Syekh Abdul Qadir Jaelani
601
Pencerahan Sufi
602
Syekh Abdul Qadir Jaelani
603
Pencerahan Sufi
604
Syekh Abdul Qadir Jaelani
605
Pencerahan Sufi
606
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Syekh menuturkan):
Barangsiapa yang kezuhudannya meninggalkan
manusia telah benar, maka telah benar pula hasrat kecintaan
manusia padanya dan pengambilan manfaat mereka pada
penuturannya, serta penglihatan padanya. Jika engkau
607
Pencerahan Sufi
608
Syekh Abdul Qadir Jaelani
609
Pencerahan Sufi
611
Pencerahan Sufi
612
Syekh Abdul Qadir Jaelani
613
Pencerahan Sufi
616
Syekh Abdul Qadir Jaelani
617
Pencerahan Sufi
618
Syekh Abdul Qadir Jaelani
619
Pencerahan Sufi
620
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Ketika Nabi Yusuf As. telah berhasil keluar dari sumur dan
penjara, serta bersabar menghadapi segala penderitaan, maka
ia pun menjadi kokoh dan semua tunduk di bawah tangannya.
Kemudian ia berkata kepada saudara-saudaranya:
“Bawalah keluargamu semuanya kepadaku” (Q.S. 12:
93).
621
Pencerahan Sufi
622
Syekh Abdul Qadir Jaelani
623
Pencerahan Sufi
(Syekh menuturkan):
Hai para pezuhud dan ahli ibadah! Ikhlaslah menjalani
hal kalian, dan jangan, sekali lagi jangan ikuti (hawa nafsu
dan Setan). Engkau memang telah membaguskan puasa
dan salatmu, juga kekasaran makanan dan pakaianmu, akan
tetapi semua itu tanpa fiat dan keikhlasan, melainkan malah
disertai nafsu dan hawa kecenderungan. Celakalah! Amalan
kaum saleh berada di belakang itu semua. Mereka beramal
dengan segenap hati mereka. Mereka berputar bersama
626
Syekh Abdul Qadir Jaelani
627
Pencerahan Sufi
628
Syekh Abdul Qadir Jaelani
629
Pencerahan Sufi
630
Syekh Abdul Qadir Jaelani
631
Pencerahan Sufi
632
Syekh Abdul Qadir Jaelani
633
Pencerahan Sufi
634
Syekh Abdul Qadir Jaelani
635
Pencerahan Sufi
pada Allah ‘Azza wa Jalla. Iman adalah bukti atas klaim. Orang-
orang Mukmin takut pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan segenap
hati mereka dan mengharap hanya pada-Nya, tanpa selain-
Nya. Mereka memenuhi kebutuhan mereka bersama-Nya,
tanpa selain-Nya. Mereka kembali ke pintu-Nya, tanpa pintu
selainNya. Dengan jejak-jejak pengaruh-Nya, bagaimana
kalian bisa tidak mengenal Tuhan kalian ‘Azza wa Jalla .
Barangsiapa yang mengenal dunia, pastilah ia akan segera
meninggalkannya. Barangsiapa yang telah mengenal Akhirat,
dan melihatnya sebagai ciptaan yang diadakan setelah tiada,
maka ia akan meninggalkannya, untuk kemudian mengejar
Sang Penciptanya. Dunia dan Akhirat pun menjadi kecil dalam
pandangan kedua mata hatinya, dan sebaliknya al-Haqq ‘Azza
wa Jalla menjadi begitu besar dalam mata nuraninya. Maka
ia tak ragu lagi untuk mencari-Nya tanpa selain-Nya. Jadilah
manusia laksana butir-butir debu lembut di hadapan-Nya.
Mereka dilihatnya laksana anak-anak yang sedang bermain
debu. Dilihatnya juga para raja yang sedang berkuasa sebagai
orang-orang yang dilengserkan, orang-orang kaya sebagai
orang-orang yang terpedaya. Dilihatnya juga orang-orang
yang bersibuk dengan selain Tuhan mereka sebagai orang-
orang yang terhalang.
Aku amati kalian tengah mempermainkan Kitab Allah
‘Azza sva Jalla dan Sunnah Rasul-Nya, serta penuturan kaum
saleh. Kalian mempermainkannya lantaran kebodohan kalian.
Jikalau kalian mau mengikuti Alkitab dan Sunnah, niscaya
akan kalian lihat keajaiban-keajaiban. Mereka (kaum saleh)
senantiasa bersabar bersama-Nya dalam menjalani apa
yang dikehendaki-Nya, sampai Dia memberi mereka apa
yang mereka inginkan. Kefakiran dan bala cobaan tanpa
636
Syekh Abdul Qadir Jaelani
637
Pencerahan Sufi
638
Syekh Abdul Qadir Jaelani
639
Pencerahan Sufi
Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan setelah ayat ini, hai
pencari dinar dan dirham! Keduanya hanyalah suatu benda,
dan berada dalam genggaman kekuasaan Allah ‘Azza wa
Jalla, maka jangan engkau meminta keduanya pada makhluk
(manusia). Jangan pula engkau memintanya dengan lisan
syirikmu yang menyekutukan Allah dengan mereka serta
persandaran dirimu pada sarana-sarana.
Ya Allah, Sang Maha Pencipta makhluk manusia, hai
Sang Pemilik sarana, loloskanlah kami dari belenggu syirik
(penyekutuan-Mu) dengan makhluk dan sarana-sarana-Mu.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa
Neraka” (Q. S. 2: 201).
(Syekh menuturkan):
Wahai hamba-hamba Allah! Kalian sedang berada di
rumah hikmah yang meniscayakan adanya medium. Mintalah
seorang dokter kepada Sesembahan kalian yang akan
menyembuhkan penyakit-penyakit hati kalian; seorang ahli
pengobatan yang dapat mengobati kalian; seorang petunjuk
jalan yang dapat mengarahkan dan menuntun tangan kalian.
Mendekatlah kalian pada orang-orang yang mendekati-Nya,
bersopan santun dengan-Nya, menjadi pengawal kedekatan-
Nya, dan penjaga pintu-Nya.
Kalian telah melayani nafsu kalian dan menuruti
hawa kecenderungan serta tabiat kalian dengan suka cita.
Akan kuperbaiki akhlak dan kekurangajaran kalian dalam
(melaksanakan) agama Allah ‘Azza wa Jalla. Jangan dengarkan
orang-orang yang melemahkan diri kalian, juga menistakan
640
Syekh Abdul Qadir Jaelani
641
Pencerahan Sufi
642
Syekh Abdul Qadir Jaelani
643
Pencerahan Sufi
644
Syekh Abdul Qadir Jaelani
645
Pencerahan Sufi
laki tua dengan raut muka bagus masuk dari arah pintu. Aku
menyapanya, “Siapa Anda?” Ia menjawab, “Aku malaikat maut!”
Aku katakan padanya, “Aku telah meminta pada Allah ‘Azza wa
Jalla, agar Dia sendiri yang menangani pencabutan ruhku, dan
bukan Anda yang mencabutnya!” la pun menyahut, “Mengapa
Anda meminta demikian? Apa dosaku? Aku hanyalah hamba
suruhan yang diperintahkan untuk bersikap lembut dengan
suatu kaum dan bersikap kasar dengan kaum lainnya.” la
lantas memelukku dan menangis, sehingga aku pun ikut turut
menangis bersamanya. Kemudian aku terbangun sambil tetap
menangis.
Ahmad Ibn Hanbal ra. menuturkan, “Kemuliaanlah bagi
hati yang terbakar oleh cinta dunia, telah mengisi dadanya
dengan Al-quran.” Perbanyaklah persaudaraan dengan kaum
saleh yang berdiri, rukuk, dan sujud, pelaku amar makruf nahi
mungkar,
yang tangan mereka terbelenggu dari bekerja karena
sikap wara , dan yang himmah cita mereka hanya mencari
Tuhan ‘Azza wa Jalla. Dermakanlah harta kekayaan kalian pada
mereka, sebab sesungguhnya kelak mereka memegang daulat
kerajaan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Seseorang bertanya, “Mana yang lebih dahsyat, bara takut
atau bara rindu?” (Syekh) menjawab, “Bara takut bagi murid
(yang menginginkan Allah), sementara bara rindu bagi murad
(yang diinginkan Allah). Ini adalah satu hal dan itu adalah hal
yang lain. Bara mana yang ada padamu, hai penanya?”
Hai orang-orang yang bersandar pada sarana, pemberi
manfaat kalian hanya satu; penimpa mudarat kalian juga satu;
penguasa kalian hanya satu; sultan kalian hanya satu, dan
Tuhan kalian hanya satu. Tidakkah kalian dengar Dia berfirman:
646
Syekh Abdul Qadir Jaelani
647
Pencerahan Sufi
648
Syekh Abdul Qadir Jaelani
itu tetap berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika imannya sudah
menguat sedemikian rupa, maka seyogianya ia makan dari
hasil tawakalnya dan tetap memandangnya sebagai berasal
dari Allah ‘Azza wa Jalla tanpa berubah dari pandangan
awalnya. Meskipun misalnya, ia harus duduk di Sungai Tigris
selama seribu tahun, hatinya akan tetap terkait dengan Allah
‘Azza wa Jalla.
Mintalah nasihat, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan
mengasihimu. Dengan wajah bagaimana engkau mau
bertemu dengan-Nya, bila kau menentang qadha dan qadar-
Nya. Jangan menentang dan membantah. Rugilah orang
yang menentang Tuhannya demi makhluk, karena Allah dapat
menciptakan makhluk baru untuk kemudian menyiksanya,
bahkan Dia juga menghapusnya dari daftar nubuat,
mematikannya selama seratus tahun, mengasingkannya, lalu
menghidupkan dan mengembalikannya lagi.
Jadikanlah istigfar sebagai habitat lisanmu, pengakuan
sebagai habitat hatimu, dan tenang sebagai habitat nuranimu.
Zikir diawali dengan lisan (bibir), kemudian merasuk ke hati,
hingga meronalah cinta dan kerinduan yang kemudian
mengalir kembali ke lisan.
Aku telah menemani para syekh, dan tak kulihat satu gigi
putih pun di antara mereka. Mereka makan makanan yang
baik dan tidak memberiku satu suapan pun. Berlaku sopanlah.
Biarkan selainmu kenyang dan laparlah kau, muliakan selainmu
dan rendahkan dirimu, kayakan selainmu dan fakirkan dirimu.
Sesungguhnya aku mendidik, menempa, dan mengajari
kalian untuk (menghadapi) hari itu. Aku pastikan bahwa
kalian tidak memegang manfaat atas diriku, atau sebaliknya
kuasa memberi mudarat pada diriku, kalian juga tidak bisa
651
Pencerahan Sufi
652
Syekh Abdul Qadir Jaelani
653
Pencerahan Sufi
654
Syekh Abdul Qadir Jaelani
656
Syekh Abdul Qadir Jaelani
657
Pencerahan Sufi
658
Syekh Abdul Qadir Jaelani
659
Pencerahan Sufi
661
Pencerahan Sufi
662
Syekh Abdul Qadir Jaelani
663
Pencerahan Sufi
664
Syekh Abdul Qadir Jaelani
665
Pencerahan Sufi
668
Syekh Abdul Qadir Jaelani
669
Pencerahan Sufi
671
Pencerahan Sufi
672
Syekh Abdul Qadir Jaelani
673
Pencerahan Sufi
674
Syekh Abdul Qadir Jaelani
ambil itu! Hai fulan ambil ini!” Mereka adalah raja-raja bumi
dan langit di hadapan al-Haqq ‘Azza wa Jalla sebagai konsulat
dan perwakilan-Nya. Aku terus di depan pintu menunggu
mereka sambil mengamaii kalian, baik saat terjaga maupun
saat tidur. Demi kalian, aku rela menderita oleh tindakan keras
orang-orang negeri ini yang menyakitkan, aku bersabar di
bawah petaka mereka.
Sirkulasi gelap dan terang aku lewati dengan mendung
dan kesedihan, serta dengan berpikir dan tafakur. Setiap aku
melangkahkan kaki, setiap itu pula aku terpental mundur.
Ibrahim Ibn Adham pernah kebingungan sewaktu
berdoa. la pejamkan kedua matanya dan ia simak baik-baik
instruksi Allah ‘Azza wa Jalla, “Hai Ibrahim, katakan,`Ya Allah,
ridhakanlah aku menerima qadha-Mu, sabarkanlah aku
menghadapi cobaanMu, anugerahilah aku kesyukuran atas
nikmat-nikmat-Mu. Aku memohon kepadamu kesempurnaan
nikmat-Mu, kelanggengan kesehatan anugerah-Mu, dan
ketetapan mahabbah-Mu.”
Nabi kita Saw juga pernah mendapat bisikan di hatinya.
Ketika itu hatinya sedang tidak cocok dengan keluarganya.
Beliau lantas keluar ke Gua 1-Iira’, yang merupakan sebidang
tanah Tur Sina (sebagai tempat penerimaan wahyu Allah,
bukan dalam arti sebenarnya). Tiba-tiba berhembus sepoi
aroma wahyu. Di dalam gua tersebut ada seorang ahli
ibadah bernama Abu Kisyah. Beliau pun langsung bergerak
menghampiri tempat ahli ibadah tersebut dan beribadah
menyembah Tuhannya. Selagi tenggelam dalam beribadah
itulah, ia bermimpi melihat sesuatu seperti fajar pagi yang
menyingsing. Tiba-tiba muncul suara memanggil, “Hai
Muhammad, hai Muhammad!” la lari menghindari suara
675
Pencerahan Sufi
676
Syekh Abdul Qadir Jaelani
677
Pencerahan Sufi
678
Syekh Abdul Qadir Jaelani
680
Syekh Abdul Qadir Jaelani
681
Pencerahan Sufi
683
Pencerahan Sufi
684
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Pertanyaan):
“Nafsu bersifat khianat, lalu bagaimana aku bisa
menerima fatwanya?”
Syekh menjawab, “Lawanlah ia sampai mati, kemudian
hidupkan kembali sebagai sosok lain yang ahli agama, berilmu,
dan tenang. Gantunglah pintu syahwat dan kelezatannya.
Kurunglah ia dari syahwatnya, sehingga ketika ia sudah kurus-
kering, syahwatnya akan kembali ke nuranimu dan jadilah ia
hati dengan proses mujahadah. Kaum (saleh) menanti-nanti
datangnya malam dan tidurnya seluruh keluarga, sebab
mereka tetap diwajibkan untuk memikul beban tanggungan
keluarga dan sarana dengan tetap menjaga ketenangan hati
mereka bersama Tuhan mereka ‘Azza wa Jalla, sementara fisik
mereka bergerak aktif dalam wilayah sarana.
Jika engkau adalah seorang muttaqi (orang yang
bertakwa) sebelum tertimpa cobaan, maka pada saat tertimpa
bencana, jangan kaukembalikan kecuali pada Allah. Engkau
akan melihat bahwa tidak ada yang kuasa menyingkap
bencana selain Dia. Engkau akan melihat juga kebaikan dan
keburukan keluar dari sisi-Nya, begitu pula mudarat dan
manfaat, hormat dan hina, serta kaya dan fakir.
685
Pencerahan Sufi
(Pertanyaan):
“Apakah makna pernyataan seorang (saleh), `Jika tidak
ada gunanya bagimu mengawasinya, maka tidak akan berguna
bagimu juga menasihatinya?”’
Syekh menjawab, “Kaum (saleh) telah meniadakan diri
di dunia dan Akhirat dari mata dan hati mereka, sehingga
mereka pun telah melihat Tuhan mereka. Jika mereka
memperhatikanmu, maka mereka akan memberi manfaat
padamu sebagaimana ketika al-Maul memandang tanah
kering, maka Dia pun akan segera menyuburkannya dan
menanaminya berbagai tumbuhan, bahkan ketika berkenan
memperhatikan seorang Yahudi atau Nasrani, maka Allah pun
memberi hidayah pada keduanya.
“Mengapa kami melihat Anda selalu memeluk kayu ini,
padahal ia hanyalah pommel (pegangan melingkar) pada
kursi?”
Syekh menjawab, “Sebab ia begitu dekat denganku. Ia
banyak melihat hal, namun ia kemudian tidak menggembar-
gemborkan diri dan partner. Karena itulah aku selalu
memeluknya.”
(Pertanyaan):
“Jadi kami ini lebih dekat dengan hati Anda?”
Syekh menjawab, “Hai anak-anakku! Kalian akan demikian
(dekat dengan hatiku), jika kalian bertakwa kepada Allah Ta
ala, lalu kalian juga ber-muraqabah (merasa diawasi-Nya),
menakuti dan mencari-Nya. Maka, aku akan menjadi khadam
(pelayan) sekaligus pencinta kalian.”
686
Syekh Abdul Qadir Jaelani
689
Pencerahan Sufi
690
Syekh Abdul Qadir Jaelani
691
Pencerahan Sufi
692
Syekh Abdul Qadir Jaelani
693
Pencerahan Sufi
695
Pencerahan Sufi
696
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Jadi, kail ada dalam dirimu, bukan pada bicaramu. Jika sudah
kau pasang arah dalam hatimu, lalu keputusan menentukan
698
Syekh Abdul Qadir Jaelani
699
Pencerahan Sufi
700
Syekh Abdul Qadir Jaelani
‘Azza wa Jalla?
Tatkala Nabi Yusuf As. bersama perempuan itu (Zulaykha),
datanglah gairah kecintaan (Allah) padanya dan ia pun
langsung lari terbirit-birit menjauhi Zulaykha (sebagaimana
firman Allah ‘azza wa Jalla) :
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba kami yang terpilih” (Q.S. 12:
24).
703
Pencerahan Sufi
704
Syekh Abdul Qadir Jaelani
bagaimana jika masih ada dua langkah lagi antara engkau dan
aku.
Engkau pemalas dan bodoh, betapa sering engkau
menggemukkan dunia yang juga merupakan makhluk
sepertimu, untuk kemudian engkau makan. Engkau
menggemukkannya dengan jabatan dan harta yang
berlimpah-ruah, untuk kemudian engkau makan. Jikalau
kami melihat ada kebaikan pada dunia, pastilah kami sudah
berlomba mendapatkannya.
“Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua
urusan” (Q. S. 42: 53).
706
Syekh Abdul Qadir Jaelani
707
Pencerahan Sufi
708
Syekh Abdul Qadir Jaelani
709
Pencerahan Sufi
710
Syekh Abdul Qadir Jaelani
713
Pencerahan Sufi
715
Pencerahan Sufi
716
Syekh Abdul Qadir Jaelani
717
Pencerahan Sufi
(Pertanyaan):
“Kapan kelapangan menjadi kesempitan dan senda gurau
menjadi keseriusan?”
Syekh menjawab, “Jika Dia melapangkanmu, maka engkau
akan bergembira. Dispensasi hukummu (rukhsah) berubah
kembali menjadi hukum pokok (`azimah), dan hukum pokok
ini lalu menjadi guide (penunjuk jalan). Kemudian jika segenap
dirimu telah menjadi ‘azimah, maka Dia akan memasukkanmu
ke dalam rumah keutamaan dan keintiman. Jadilah engkau
tanpa rukhsah, juga ‘azimah, melainkan hanya tindakan abstrak
(fi`l mujarrad). Perumpamaanmu seperti orang yang tergelar
di hadapan piring, dan mencicipi makanannya. Lalu dikatakan
lagi padanya, “Masuklah ke rumah lain, dan makanlah apa
yang disuguhkan di sana!” Rukhsah diperuntukkan bagi orang
yang masih minus, sementara `azimah diperuntukkan bagi
yang sudah sempurna imannya dan malaikat-malaikat yang
telah melebur bersama-Nya.
Aku tidak pernah duduk di bumi kecuali dengan
berkhalwat. Sekarang, aku termasuk orang yang tidak malu
untuk menye-butkan hal diri-Nya, sebab aku sudah tidak
melihat siapa-siapa lagi.
Bersikap santunlah dalam dua posisi; meninggalkan
dunia dan mengambilnya. Jangan berkhalwat, sementara
engkau masih bodoh. Jangan lakukan itu sebelum engkau
718
Syekh Abdul Qadir Jaelani
719
Pencerahan Sufi
720
Syekh Abdul Qadir Jaelani
722
Syekh Abdul Qadir Jaelani
723
Pencerahan Sufi
724
Syekh Abdul Qadir Jaelani
725
Pencerahan Sufi
728
Syekh Abdul Qadir Jaelani
729
Pencerahan Sufi
730
Syekh Abdul Qadir Jaelani
732
Syekh Abdul Qadir Jaelani
733
Pencerahan Sufi
734
Syekh Abdul Qadir Jaelani
736
Syekh Abdul Qadir Jaelani
737
Pencerahan Sufi
738
Syekh Abdul Qadir Jaelani
739
Pencerahan Sufi
741
Pencerahan Sufi
742
Syekh Abdul Qadir Jaelani
743
Pencerahan Sufi
744
Syekh Abdul Qadir Jaelani
745
Pencerahan Sufi
746
Syekh Abdul Qadir Jaelani
747
Pencerahan Sufi
748
Syekh Abdul Qadir Jaelani
751
Pencerahan Sufi
752
Syekh Abdul Qadir Jaelani
753
Pencerahan Sufi
(Pertanyaan):
Apa makna sabda Nabi Saw:
“Allah tidak akan menerima doa yang disenandungkan.”
Syekh menjawab:
“Allah tidak menerima doa yang dibuat-buat dan
dibumbui kata-kata bersajak di dalamnya.” Nabi Saw bersabda:
“Aku dan orang-orang yang bertakwa dari umatku bebas
dari kepura puraan.”
Ada seorang Mukmin yang meminta dan berharap
untuk melihat daftar kemaksiatannya, akan tetapi ia tidak
menemukan satu kemaksiatan pun di sana. la telah menerima
bimbingan sejak
kecil dari kuttab (taman kanak-kanak), lalu dari
tempat belajar Al-quran, dan mihrab (tempat ibadah). la
755
Pencerahan Sufi
756
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Pertanyaan):
“Jika makanan bercampur-aduk (antara yang halal dan
yang haram), apakah ada implikasinya dalam sah tidaknya
puasa dan salat?”
757
Pencerahan Sufi
Syekh menjawab:
“Yang halal sudah jelas, dan yang haram juga jelas. Syara’
sudah jelas bagi kalian, begitu juga keputusan. Jika hatimu
bilang “Tidak!” maka ia berarti haram. Jika ia mengatakan, “Ya”,
maka ia berarti halal. Jika ia diam, tidak menyatakan “Ya” atau
“Tidak”, maka ia berarti syubhat. Lalu, jika engkau menafikan
kebiasaan-kebiasaan diri dan menyabarkan nafsumu, maka itu
berarti qana’ah.
Tahukah engkau, berapa banyak orang yang memiliki
laku ketaatan, puasa dan salat, akan tetapi Dia tidak
menganggapnya sama sekali, sebab yang diinginkan-Nya
darimu adalah hati yang bersih dari kotoran dan kebatilan.
Seorang pezuhud yang munafik, hanya lahiriahnya saja
yang bersih, tetapi batinnya kotor. Kepucatan ia biaskan
di kedua pipinya, namun kekhusyukan ia letakkan di kedua
pundaknya dengan makanan lezat di atasnya. Zuhudnya
hanya mencegah tangan, sementara batinnya mengemis.
Nafsunya menghasratkan pujian dan celaan, dan matanya
memperhatikan apa yang ada di tangan manusia.
Adapun orang arif, meski lahiriahnya tercemar oleh
sesuatu berupa bagian-bagian yang memang untuk dirinya
dan berkait dengan dirinya, sebagai cendekia raja yang seolah
menjadi guru privatnya dan petinggi pasukannya, akan tetapi
nuraninya tetap sehat, hatinya bersih, dan kehadirannya
terpandang. Gelombang ilmu terus mengombang-
ambingkannya, namun samudera dunia tetap tidak memenuhi
hatinya. Segala sesuatu yang ada di tujuh langit dan bumi,
serta seluruh eksistensi sudah lenyap sama sekali bagi hatinya.
758
Syekh Abdul Qadir Jaelani
759
Pencerahan Sufi
760
Syekh Abdul Qadir Jaelani
761
Pencerahan Sufi
762
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Pertanyaan):
Ada seorang ulama mengatakan, “Kami mempelajari
ilmu demi selain Allah, tetapi ia pun menolak kecuali hanya
untuk Allah”
Syekh-semoga Allah meridainya menjawab: “Ini adalah
pernyataan sesat bagi wali-wali Allah, sebab belajar demi
763
Pencerahan Sufi
764
Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Pertanyaan):
“Penyapihan nafsu diri merupakan pekerjaan berat,
(bagaimana aku harus melakukannya?)”
Syekh menjawab: “Bagaimana pun engkau harus
melakukannya, sebab penyapihan hanya susah bagi anak
kecil yang belum mengenal siapa-siapa selain hanya ibunya.
Adapun bagi orang yang sudah berakal dan sudah mengenal
makan dan minum (sendiri), berzuhud tanpa mengonsumsi
susu dan lepas dari penyusuan merupakan hal sepele layaknya
memasukkan benang ke lubang jarum.
Demi Allah, berlarilah menuju pintu (kedekatan),
semoga engkau bisa menjadi salah seorang di antara wali
kekasih Allah dan asfiya’-Nya (sahabat-sahabat dekat). Lalu
Dia berkenan mengurung nafsumu sampai hatimu benar-
benar suci bersih dari pengaruhnya, ingatan tentang nafsu
menjauh dari hatimu, rutuk penyesalannya atas kehilangan
dirimu terus-menerus menderanya, dan kecintaanmu pada al-
Malik menempati posisi kecintaan padanya, sehingga hatimu
pun kemudian dipenuhi oleh kecintaan pada Tuhanmu dan
keintiman dengan-Nya, serta terputuslah dirimu dari segala
media (alat). Selanjutnya nafsumu akan menjadi pelayan
sekaligus tameng yang melindungimu, juga sebagai pengawal
dan penjagamu. Ia telah dikebiri dari racun-racun jahatnya,
sehingga ia pun datang dengan bahasa seorang kekasih
(muhibb) dan mengatakan padanya, “Bagianmu ada di tempat
si fulan dan tempat si fulan binti fulan adalah bagianmu.”
Setiap detak waktu adalah pertambahan. Karena itu,
bosanlah hai penduduk Irak! Hai para warga kerajaan dunia
dan raja-rajanya, juga busana kebesaran dan gubernur-
765
Pencerahan Sufi
769
Pencerahan Sufi
770
Syekh Abdul Qadir Jaelani
juga lahir dan batinmu. Engkau akan meninggal pada hari ini
atau hari berikutnya, lalu Dia akan menghidupkanmu kembali
dan mengeluarkan segala kotoran dan kebusukan dari dalam
dirimu.
Jika seseorang memandang makhluk (sebagai aktor
pemberi mudarat dan manfaat), maka ia telah mati. Jika ia
hanya memandang al-Haqq ‘Azza wa Jalla, maka ia adalah hati
yang hidup. Lalu jika ia memandang makhluk, maka ia fakir,
hina, dan nista, serta tertelan oleh kebinasaan, sedangkan jika
ia memandang al-Haqq ‘Azza wa Jalla, maka ia hidup, segar,
dan meninggi derajatnya. la menghilang dari makhluk, juga
dari dirinya sendiri dan dari wujud (kemanusiaan)nya. Ia hidup
bila bersama al-Haqq ‘Azza wa Jalla dan mati bila bersama
makhluk.
Para guru yang benar-benar merupakan sosok guru yang
tulus, ketika ada seorang mud yang datang pada mereka,
maka mereka akan memerintahkannya untuk menafikan
segala (almahw); pertama, menafikan makhluk dan nafsu,
serta kedua, menafikan dunia dan Akhirat. Jika murid tersebut
benar-benar melakukannya secara sempurna, maka al-Haqq
akan membolak-balikkannya sekehendak-Nya.
Jika engkau ingin mencapai maqam ini, maka engkau
harus meninggalkan konsumsi yang haram dan syubhat. Jika
engkau telah melakukan hal ini, maka selanjutnya tinggalkan
konsumsi halal yang umum untuk semua, kemudian setelah
itu beralihlah meninggalkan konsumsi yang mubah, dan
terakhir meninggalkan yang halal mutlak, yaitu kehalalan
berdasarkan konsensus hukum dan ilmu, serta konsensus lahir
dan batin. Ia adalah sesuatu yang tidak akan masuk ke tangan
para pemilik, juga tidak di padang sahara, rimba belantara,
771
Pencerahan Sufi
772
Syekh Abdul Qadir Jaelani
773
Pencerahan Sufi
774
Syekh Abdul Qadir Jaelani
775
Pencerahan Sufi
776
Syekh Abdul Qadir Jaelani
777
Pencerahan Sufi
778
Syekh Abdul Qadir Jaelani
780
Syekh Abdul Qadir Jaelani
781
Pencerahan Sufi
783
Pencerahan Sufi
785
Pencerahan Sufi
787
Pencerahan Sufi
788
Syekh Abdul Qadir Jaelani
789
Pencerahan Sufi
790
Syekh Abdul Qadir Jaelani
791
Pencerahan Sufi
792
Syekh Abdul Qadir Jaelani
793
Pencerahan Sufi
794
E P I LO G
Mengenang Syekh `Abd al-Qadir al-jilani
796
Syekh Abdul Qadir Jaelani
797
Pencerahan Sufi
798