Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luka laserasi adalah luka terbuka yang umumnya disebabkan oleh

benda tumpul, dari pada benda tajam, yang menyebabkan robeknya jaringan atau

disintegritas jaringan. Luka laserasi merupakan luka yang cukup banyak

kejadiannya, terjadi akibat trauma rumah tangga dan trauma kecelakaan. Tepi

luka sering tidak teratur dan bergerigi. Laserasi paling sering mempengaruhi

kulit, termasuk lemak subkutan, tendon, otot, atau tulang. Luka laserasi sering

terkontaminasi dengan bakteri dan serpihan-serpihan dari apapun objek akibat

memotong (Gross, 2004).

Luka terbuka sering terjadi baik karena trauma kecelakaan, maupun

trauma oleh benda-benda tajam karena kelalaian. Luka karena kelalaian yang

biasa terjadi pada rumah tangga umumnya dibiarkan sembuh dengan sendirinya,

atau sekalipun diobati, hanya sekedar menutup luka. Justru hal ini yang

menyebabkan luka menjadi rentan terkena infeksi. Luka sendiri memiliki tahapan

agar dapat sembuh dengan sempurna. Faktor-faktor seperti infeksi dapat

menghambat kecepatan penyembuhan luka, sehingga diperlukan penanganan

yang tepat dan cepat untuk mengobati luka tanpa harus berobat ke rumah sakit.

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan dinamis yang

menghasilkan pemulihan kontinuitas anatomis dan fungsi jaringan akibat

terjadinya luka. Penyembuhan luka akut normal adalah terjadi respon dimana

dibentuk kembali titik keseimbangan antara pembentukan dan remodeling

1
jaringan parut. Ini adalah respon tipikal yang dialami manusia setelah terjadi

trauma (Diegelmann, 2004).

Penyembuhan luka melibatkan serangkaian kompleks interaksi antara

berbagai jenis sel, mediator sitokin, dan matriks ekstraseluler. Fase penyembuhan

luka normal mencakup hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap

fase penyembuhan luka berbeda, meskipun proses penyembuhan luka bersifat

kontinu, tampak tumpang tindih antar tiap tahapan prosesnya (MacKay, 2003).

Laporan ini diambil berdasarkan kasus dari seorang pasien yang

mengalami luka terbuka, berjenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun, dimana

pasien merupakan salah satu dari pasien yang berada di wilayah Puskesmas

Tawangsari, Kabupaten Mojokerto. Mengingat terdapatnya kasus ini di daerah

Puskesmas Tawangsari Kabupaten Mojokerto maka perlu di cermati mengenai

permasalahan hingga tingginya prevalensi luka terbuka. Permasalahan ini seperti

masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang luka terbuka oleh karena itu

penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk

kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. Rumusan masalah

Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada An. V beserta keluarga dengan

memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya keluarga?

2
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui cara memberikan pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada An. V beserta

keluarga dengan memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi, dan

sosial budaya keluarga.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pasien sesuai dengan yang ditetapkan puskesmas.

b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.

c. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM.

d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.

e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan.

f.Mengidentifikasi perilaku pasien disertai dengan penyakitnya.

g. Menganalisis dan membahas permasalahan luka terbuka yang dialami pasien.

h. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya serta memberi

saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan dan dokter muda

a. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dokter muda tentang penyakit serta

kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa dengan

pasien.

3
c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan pasien

d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien.

2. Bagi pasien dan keluarganya

Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya

mengenai penyakitnya dan penanganan agar tidak menyebabkan komplikasi

yang berat.

3. Bagi institusi kesehatan / puskesmas

Sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien

tuberkulosis sehingga bias dicari solusi yang tepat dan efisien.

4
BAB II

HASIL PEMERIKSAAN FISIK

A. Identitas Penderita

Nama : An. V

Umur : 11 tahun

BB : 42 kg

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Jatisumber ds. Watesumpak Trowulan

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 20 Agustus 2020 dan 23 Agustus 2020

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama : Luka pada jari kelingking kaki kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Ibu pasien mengatakan anaknya pada saat bersepeda dan ingin meletakkan

sepeda di sebelah motor ayahnya ternyata jari kelingking kaki kiri masuk kedalam

knalpot motor ayahnya kemudian saat menarik kaki terdapat luka terbuka pada

bagian jari kelingking. Selanjutnya ibu pasien segera membawa anaknya ke

Puskesmas Tawangsari untuk melakukan perawatan terhadap luka terbuka yang di

alami anaknya.

5
3. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

b. Riwayat hipertensi : disangkal

c. Riwayat asma : disangkal

d. Riwayat alergi obat : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat hipertensi : disangkal

b. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

c. Riwayat asma : disangkal

d. Riwayat alerg iobat : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

a. Pasien rutin berolahraga kegiatan sekolah dan bermain.

b. Pasien membantu ibu dan bapak dirumah.

c. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang anak dari Tn. S, pasien masih bersekolah. Pasien memiliki 1

orang saudara kandung, berumur 4 tahun. Saat ini pasien tinggal bersama orang

tua dan saudaranya. Semenjak sakit, pasien lebih banyak istirahat. Penghasilan

keluarga pasien saat ini didapat dari ayah pasien. Penghasilan perbulan yang

didapat yaitu rata-rata Rp 1.500.000 – 2.000.000.

6
6. Riwayat Gizi

Pasien dalam sehari makan 3 kali, dengan nasi dan lauk pauk seperti sayur,

tempe, tahu, ayam dan ikan. Semenjak sakit nafsu makan pasien sedikit

menurun.

7. Anamnesis Sistem Tubuh

a. Kulit : Warna kulit sawo matang

b. Kepala : Sakit kepala (-) pusing (-) rambut tidak rontok, benjolan (-)

c. Mata : Penglihatan kabur (-)

d. Hidung : Simetris, deviasi (-)

e. Telinga : Pendengaran normal

f. Mulut : Bibir pucat (-), nafsu makan baik

g. Tenggorok : nyeri telan (-) pembesaran tonsil (-)

h. Pernafasan :

1) Irama : Teratur

2) Jenis : Dyspneu (-) Kussmaul (-)

3) Suara : Vesikuler (+/+) wheezing (-/-) ronki (-/-)

4) Sesak : (-)

i. Kardiovaskuler:

1) Irama : S1 S2 tunggal reguler

2) Bunyi : Normal, murmur (-), gallop (-)

3) CRT < 2 detik

4) Akral hangat

j. Gastrointestinal:

1) Nafsu makan : Baik

2) Porsi makan : Porsi yang disediakan habis

7
3) Minum : Baik

4) Jenis minuman : Air mineral

5) Mulut : Bersih, bau (-), lembab

k. Genitourinaria:

1) Kebersihan : Bersih

2) Urine : 2-3x sehari, warna kuning, bau khas urine

l. Neuropsikiatri:

1) Neurologik : Tidak ada kejang

2) Psikiatrik : Tidak ada cemas dan stress

m. Muskuloskeletal dan intergument :

1) Pergerakan sendi : Bebas tidak terbatas

2) Kekuatan otot : Dalam batas normal

3) Kulit : Lembab

4) Warna kulit : Ikterus (-) sianosis (-) kemerahan (-)

5) Turgor : Baik

6) Edema : Tidak ada

n. Ekstrimitas : Dalam batas normal

C. Pemeriksaan Fisik

a.Keadaan umum

1) Keadaan : baik

2) Kesadaran : compos mentis ( E4 V5 M6)

b. Tanda vital

1) Tensi : 100/80 mmHg

2) Nadi : 76 x/menit ,reguler, simetris

3) RR : 20 x/menit

8
4) Suhu : 36,6oC

c. Status gizi (WHO growth chart) :

BB : 42 kg

TB : 120 cm

d. Kulit :

Warna : Sawo matang, ikterus (-) sianosis (-)

e. Kepala :

1) Bentuk : Normocephali

2) Atrofi (-)

3) Rambut tidak mudah dicabut

4) Atrofi m. temporalis (-)

f. Mata :

1) Konjungtiva : Anemis (-/-)

2) Sklera : Ikterik (-/-)

3) Pupil : Isokor (3mm/3mm)

4) Reflek kornea : (+/+)

g. Hidung :

1) Bentuk : Normal, deviasi (-)

2) Epitaksis : (-)

3) Pernafasan cuping hidung : (-)

h. Mulut :

1) Bibir : Pucat (+)

2) Lidah : Bersih

9
3) Tepi lidah : Hiperemis (-)

i. Telinga :

1) Sekret (-)

2) Pendengaran tidak berkurang

3) Cuping telinga dalam batas normal

j. Tenggorok :

1) Hiperemis (-)

2) Pembesaran tonsil (-)

k. Leher :

1) Trakea di tengah

2) Pembesaran tiroid (-)

3) Pembesaran KGB (-)

4) Lesi (-)

l. Thorax :

1) Pulmo:

a) Inspeksi : Lesi (-) sikatrik (-) pernafasan simetris

b) Palpasi : Pernafasan simetris, tidak ada yang tertinggal

c) Perkusi : Sonor kedua lapang paru

d) Auskultasi : Vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)

2) Cor :

a) Inspeksi : Ictus cordis terlihat

b) Palpasi : Ictus cordis teraba

c) Perkusi :

i. Batas kiri atas : Parasternal sinistra II

ii. Batas kanan atas : Parasternal dextra II

10
iii. Batas kiri bawah : Midclavicular line IV

iv. Batas kiri atas : Midclavicular line IV

d) Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, suara tambahan (-)

m. Abdomen :

1) Inspeksi : Lesi (-) jejas (-)

2) Auskultasi : Bising usus normal

3) Palpasi : Soefl, nyeri tekan regio abdomen (-)

4) Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

n. Ekstrimitas:

1) Akral hangat

2) Edema (-)

o. Sistem genitalia: Tidak dilakukan

p. Pemeriksaan neurologik

1) Fungsi luhur : Dalam batas normal

2) Fungsi vegetatif : Dalam batas normal

3) Fungsi sensorik : Dalam batas normal

4) Fungsi motorik: Dalam batas normal

q. Pemeriksaan psikis

1) Penampilan : Sesuai usia, penampilan rapi

2) Kesadaran : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

3) Afek : Appropriate

4) Psikomotor : Normoaktif

5) Proses berpikir :

a) Bentuk : Realistik

11
b) Arus : Koheren

c) Isi : Tidak ada waham, halusinasi, ilusi

D. Pemeriksaan Penunjang

BTA : (+) Uric Acid : 6,2 mg/dL

GDP : 88 mg/dl GD2JPP : 111 mg/dl

E. Resume

Pasien datang ke puskesmas Tawangsari dengan keluhan luka terbuka pada

jari kelingking kaki kiri setelah ingin meletakkan sepeda di sebelah motor ayahnya

ternyata jari kelingking kaki kiri masuk kedalam knalpot motor ayahnya kemudian

saat menarik kaki terdapat luka terbuka pada bagian jari kelingking. Pasien juga

mengatakan terasa sakit.

Pada pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda vital

ditemukan nadi 80x/ menit, suhu 36,6oC, pernafasan 20 x/ menit. BB 42 kg dan TB

120 cm.

1. Diagnosis biofisik: vulnus Laserasi

2. Diagnosis psikologis: Afek emosi dalam batas normal

F. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan penderita adalah :

1. Non medikamentosa

a. Kepatuhan pasien dalam meminum obat.

b. Istirahat yang cukup dan minum vitamin.

c. Asupan gizi yang baik dengan mengkonsumsi banyak protein, sayur dan

buah-buahan.

12
d. Olahraga untuk meningkatkan kebugaran tubuh.

e. Menjaga kebersihan lingkungan.

f. Konseling pasien untuk rajin minum obat.

2. Medikamentosa

Asam mefenamat

Vitamin 1x1

13
BAB III

PENGELOLAAN PASIEN

(PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management

Medikamentosa

Asam mefenamat

Vitamin 1x1

Non medikamentosa

1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

a. Memberikan Konseling mengenai penyakit luka terbuka pada pasien.

b. Konseling mengenai penularan kuman pada luka terbuka.

c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin dan minum obat yang

rutin

d. Konseling tentang menjaga kebersihan lingkungan rumah.

2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan konseling mengenai luka terbuka pada pasien dan

keluarganya.

b. Memberikan edukasi pada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan

pasien untuk minum obat.

14
c. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dan dukungan untuk

kontrol luka terhadap perbaikan kondisi pasien.

3. Prevensi bebas penyakit untuk keluarga lainnya

Pada prinsipnya pencegahan komplikasi penyakit luka terbuka dapat dilakukan

dengan cara melakukan pencegahan seperti melakukan desinfeksi (cuci tangan,

kebersihan rumah yang ketat, ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup) dan

kebersihan lingkungan.

15
BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga

1. Struktur Keluarga

Keluarga Tn. S merupakan keluarga patriakal dimana yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah Tn. S sebagai kepala keluarga.

2. Bentuk Keluarga

Alamat lengkap : Dsn. Jatisumber ds. Watesumpak Trowulan.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family.

Sumber informasi : Informasi dari Ny. M

An. V adalah anak ke 1 dari 2 bersaudara. Orangtua An. V Masih hidup

keduanya. An. V hidup dengan orang tua dan 1 saudaranya. Dalam satu rumah

tinggal 4 orang anggota keluarga, yaitu kedua orang tua dan 2 orang anak.

3. Pola Interaksi Keluarga

Tn. S Ny.
M

An. V An. F

Gambar 4.1 Pola Interaksi Keluarga 16


Keterangan :
: Hubungan baik

------ : Hubungan tidak baik

Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan baik, interaksi antara suami
istri, ayah dengan anak, serta anak dengan ibu dan sebaliknya berjalan dengan
baik dalam suatu harmoni hubungan keluarga yang baik pula.

4. Perilaku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler)


Pertanyaan sirkuler untuk mendapatkan permasalahan keluarga:
1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya?
Jawab: Membawanya ke puskesmas terdekat, yaitu Puskesmas Tawangsari.
2. Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab: Seluruh anggota keluarga membantu pasien bila butuh bantuan,
termasuk mengantar penderita ke Puskesmas.
3. Jika butuh dirawat inap, ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab: Dibutuhkan ijin dari orang tua pasien.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab: Anggota keluarga yang dekat dengan pasien adalah orang tuanya.
5. Selanjutnya siapa?
Jawab: Selanjutnya adalah saudaranya.
6. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab: Tidak ada, karena semua anggota keluarga sangat menyayangi An. V
dan sering berkomunikasi dengan pasien.
7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab: Tidak ada.
8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab: Tidak ada.

Kesimpulan : Keluarga pasien An. V selalu mendukung hal-hal yang positif.


Hubungan antara An. V dan keluarganya baik dan dekat.

B. Penyakit Karena Faktor Genetik


Dari informasi ibu An. V diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga
atau family terdekat yang menderita luka terbuka.

17
Gambar 4.2 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

C. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Fisiologis Keluarga (A.P.G.A.R. Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R

SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.

A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga

dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara

keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.

Untuk penilaian tiap aspek APGAR dinilai menggunakan 10 pertanyaan

yang mana apabila menjawab Ya mendapat skor 2, Kadang-kadang skor 1, dan

Tidak skor 0, apabila nilai pernyataan keluarga >15 maka kesimpulan skor 2, bila

18
nilai pernyataan keluarga 10-15 maka kesimpulan skor 1, bila nilai pernyataan

keluarga <10 maka kesimpulan skor 0.

a. Adaptation
Yaitu kualitas penerimaan anggota keluarga dalam menerima kenyataan
bahwa pasien mengalami kondisi luka terbuka.
Tabel 4.1 A.P.G.A.R (Adaptation)
No Pernyataan anggota keluarga Ya Kadang- Tidak
terhadap keadaan, sikap, dan kadang
perilaku An. V
1 Ikhlas menerima kondisi An. V +
2 Memotivasi / membujuk An. V +
untuk lebih sering makan
makanan bergizi
3 Memotivasi An. V dalam hal +
mengatur frekuensi makan
4 Memotivasi An. V untuk lebih +
sering melakukan aktivitas fisik
5 Mengingatkan An. V untuk rutin +
kosumsi obat
6 Memotivasi An. V bila +
waktunya kontrol ke yankes
7 Bersedia mengantar An. V untuk +
kontrol ke yankes
8 Tidak menerima keluhan setelah +
An. V diberikan edukasi
9 Tidak menerima keluhan bila +
An. V bosan minum obat
10 Tidak menerima keluhan saat +
An. V malas beraktivitas fisik.

b. Partnership
Yaitu kualitas kerja sama antara anggota keluarga dalam mengatasi setiap
masalah kondisi An. V

Tabel 4.2 A.P.G.A.R


(Partnership)
No Pernyataan harmonisasi Ya Kadang- Tidak
(kesepakatan bersama) antar kadang
anggota keluarga terhadap sikap
dan perilaku An. V

19
1 Keluarga sepakat atas beban +
akibat An. V sakit luka terbuka,
2 Kesepakatan bila An. V tetap di +
kondisi susah untuk makan
3 Kesepakatan bila An. V tidak +
bisa mengatur frekuensi makan.
4 Kesepakatan bila An. V tidak +
rajin beraktifitas fisik
5 Kesepakatan bila An. V tidak +
rutin minum obat
6 Kesepakatan bila An. V malas +
kontrol ke yankes
7 Kesepakatan bila An. V tidak +
kontrol ke yankes
8 Kesepakatan bila An. V +
mengeluhakan keadannya
9 Kesepakatan bila An. V bosan +
minum obat
10 Kesepakatan bila An. V malas +
beraktivitas fisik

c. Growth
Menunjukkan tingkat kesabaran anggota keluarga An. V dalam menghadapi
kondisi yang terjadi pada An. V
Tabel 4.3 A.P.G.A.R (Growth)
No Pernyataan kedewasaan / Ya Kadang- Tidak
kesabaran anggota keluarga kadang
terhadap sikap dan perilaku
An. V
1 Tidak terganggu atas beban +
akibat An. V sakit luka terbuka
2 Memahami kondisi yang dialami
An. V +
3 Memahami saat An. V tidak bisa +
mengatur frekuensi makan
4 Memahami saat An. V tidak +
rajin beraktifitas fisik
5 Memahami saat An. V tidak +
rutin minum obat
6 Memahami saat An. V malas +
kontrol ke yankes
7 Memahami saat An. V tidak +
kontrol ke yankes
8 Memahami saat An. V mengeluh +
karena makanan dibatasi
9 Memahami saat An. V bosan +
minum obat

20
10 Memahami saat An. V menolak +
anjuran beraktifitas fisik

d. Affection
Yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam berinteraksi antara anggota
keluarga dalam menghadapi perilaku An. V
Tabel 4.4 A.P.G.A.R (Affection)
No Pernyataan anggota keluarga Ya Kadang- Tidak
terhadap sikap dan perilaku An. V kadang
1 Sering menghibur atas keluhan +
akibat An. V sakit luka terbuka
2 Sering menasihati bila An. V tidak
mampu mengurangi konsumsi +
kacang, jeroan
3 Sering menasihati bila An. V tidak +
mengatur frekuensi makan
4 Sering mengingatkan dan +
mendorong bila An. V tidak rajin
beraktivitas fisik
5 Sering mengingatkan bila An. V +
tidak rajin minum obat
6 Sering mengingatkan bila An. V +
malas kontrol ke yankes
7 Sering mengingatkan bila An. V +
waktunya kontrol ke yankes
8 Sering menasihati bila An. V +
mengeluh karena makanan
dibatasi
9 Sering mengingatkan bila An. V +
bosan minum obat
10 Sering memotivasi dan +
mendorong saat An. V malas
beraktivitas fisik

e. Resolve
Yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan anggota keluarga An. V dalam
mengambil bagian pada setiap kesempatan untuk menghadapi setiap masalah
keluarga.

Tabel 4.5 A.P.G.A.R (Resolve)

No Pernyataan anggota keluarga Ya Kadang Tidak


tentang kebersamaan dalam kadang
membantu mengatasi kondisi

21
An. V
1 Saling membantu dalam +
mengatasi beban akibat An. V
sakit luka terbuka
2 Saling mengingatkan bila An.
V tidak mampu mengurangi +
konsumsi makanan kacang,
jeroan
3 Saling mengingatkan bila An. +
V tidak mengatur frekuensi
makan
4 Saling mengingatkan dan +
mendorong bila An. V tidak
rajin beraktivitas fisik
5 Saling mengingatkan bila An. +
V rajin minum obat
6 Saling mengingatkan bila An. +
V malas kontrol ke yankes
7 Saling mengingatkan bila An. +
V waktunya kontrol ke yankes
8 Saling menasihati bila An. V +
mengeluh karena makanan
dibatasi
9 Saling mengingatkan bila An. +
V bosan minum obat
10 Saling mendorong saat An. V +
malas beraktivitas fisik

An. V mendapatkan kebersamaan dalam keluarga yang cukup baik.

Tabel 4.6 APGAR Score An. V

Score
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Adaptation Bagaimana dukungan Saya puas bahwa saya 
dari keluarga apabila dapat kembali ke keluarga
ada salah seorang saya bila saya menghadapi
anggota keluarga masalah
mengalami masalah,
terutama untuk masalah
kesehatan. Adakah
saling keterbukaan di
dalam keluarga tersebut

22
(Notoatmodjo, 2003).
Komunikasi yang Saya puas dengan cara
terjalin antara anggota keluarga saya membahas
keluarga. Apakah pada dan membagi masalah
saat salah satu anggota dengan saya
keluarga memiliki
Partnershi
masalah, terutama 
p
untuk masalah
kesehatan, didiskusikan
bersama bagaimana
pemecahannya
(Notoatmodjo, 2003).
Apakah keluarga Saya puas dengan cara
tersebut dapat keluarga saya menerima
memenuhi kebutuhan- dan mendukung keinginan
Growth 
kebutuhannya saya untuk melakukan
(Notoatmodjo,2003). kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Hubungan kasih sayang Saya puas dengan cara
dan interaksi antar keluarga saya
anggota keluarga mengekspresikan kasih
Affection 
(Notoatmodjo, 2003). sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Kepuasan di dalam Saya puas dengan cara
keluarga akan waktu keluarga saya dan saya
dan kebersamaan yang membagi waktu bersama-
diluangkan oleh sama
Resolve 
masing-masing anggota
keluarga bagi
keluarganya
(Notoatmodjo, 2003).
Total Score 10

23
Kriteria :

Skor < 5 : Ada permasalahan dalam keluarga yang memerlukan intervensi

Skore 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan intervensi

Skor 8 – 10 : Fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan

intervensi

Total poin dari APGAR keluarga An. V adalah 10. Hal ini menunjukkan

bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. V dan keluarganya dalam

keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

2. Fungsi Patologis Keluarga (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga An. V dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut:
Tabel 4.7 SCREEM

SUMBER PATOLOGI KETERANGAN


Social Interaksi sosial yang +
baik antar anggota
keluarga juga dengan
tetangga dalam
masyarakat kurang baik
karena keluarga pasien
lebih banyak
menghabiskan waktu di
dalam rumah.
Cultural Kepuasan atau -
kebanggaan terhadap
budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari
baik dalam keluarga
maupun di lingkungan,

24
banyak tradisi budaya
yang masih diikuti.
Menggunakan bahasa
jawa, tata krama dan
kesopanan.
Religion Pemahaman agama -
cukup. Penerapan
ajaran agama baik, hal
ini dapat dilihat dari
keluarga sering
beribadah Bersama di
rumah.
Economic Ekonomi keluarga ini +
tergolong menengah
kebawah, untuk
memenuhi kebutuhan
primer sudah bisa
terpenuhi, meskipun
belum mampu
mencukupi kebutuhan
sekunder rencana
ekonomi tidak
memadai, diperlukan
skala prioritas untuk
memenuhi kebutuhan
hidup.
Education Pendidikan anggota -
keluarga cukup
memadai yaitu lulusan
SMA. Pendidikan dan
pengetahuan orang tua
cukup.
Medical Dalam mencari -
pelayanan kesehatan
keluarga ini biasanya

25
menggunakan
puskesmas dan hal ini
mudah dijangkau
karena letaknya dekat.

Kesimpulan :

Pasien dan keluarga mempunyai masalah dalam fungsi patologis yang meliputi:

edukasi (pendidikan pasien dan keluarga kurang). Edukasi berpengaruh dalam

menghadapi penyakit.

D. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik / sanitasi rumah

Keluarga ini tinggal Dsn. Jatisumber ds. Watesumpak Trowulan Kab.

Mojokerto dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya yang cukup bersih.

Rumah pasien berdekatan dengan rumah tetangga lainnya. Rumah ini terdiri dari

4 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan dapur. Ventilasi dan penerangan

rumah cukup. Siang harinya pintu dan jendela ruang tamu dibuka lebar supaya

ada sinar matahari yang masuk ke rumah dan sirkulasi udaranya pun baik. Ruang

tamu cukup bersih. Rumah memiliki wc, sumber air yang dimiliki di rumah

adalah air sumur yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

memasak, mandi dan mencuci baju. Secara keseluruhan kebersihan rumah

tergolong cukup.

2. Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya

a. Lingkungan Sosial
An. V tetap bermain dengan tetangga sekitar di sebelah rumahnya. Dalam

masyarakat, pasien dan keluarganya hanya sebagai anggota masyarakat biasa,

26
tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Pasien dan

keluarganya tidak terlalu aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat.

b. Lingkungan Ekonomi
Semenjak sakit, pasien istirahat dari pekerjaannya sebagai buruh di

restoran. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari kakak pasien yang

bekerja swasta, dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp 1.500.000 –

2.000.000. Pendapatan itu digunakan untuk menghidupi seluruh anggota

keluarga. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran

membayar listrik dan seluruh keperluan lainnya ditanggung oleh kakak pasien.

Untuk kebutuhan primer seperti makanan sehari-hari sudah tercukupi, dimana

setiap harinya mampu untuk membeli lauk yang diinginkan. Kalau ada

keluarga yang sakit biasanya berobat ke posyandu atau puskesmas.

E. Faktor Perilaku Keluarga


An. V merupakan seorang anak dari 2 bersaudara tepatnya anak pertama.

Dimana semenjak sakit ini, aktivitas pasien menurun. Hubungan pasien dengan

keluarga cukup baik. Setiap hari An. V rutin bersekolah dan menurut keluarga

pasien sudah teratur untuk minum obat. Namun nafsu makan pasien masih

kurang baik.

F. Pelayanan Kesehatan
1. Aspek Pelayanan

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah.

Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yaitu dari ayah pasien yang bekerja

27
menjadi karyawan swasta. Rumah yang dihuni keluarga ini sudah memadai

karena tidak ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Fasilitas

kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah puskesmas.

Tentang aspek pelayanan kesehatan, An. V masih menemui beberapa

kendala diantaranya :

a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien.

b. Kunjungan rumah belum optimal.

c. Kurangnya komunikasi petugas kesehatan dan orangtua pasien.

d. Kurangnya media informasi / promosi kesehatan.

2. Kepesertaan BPJS

Apabila keluarga memiliki masalah kesehatan, mereka lebih memilih berobat

ke bidan atau puskesmas, pasien memiliki BPJS. Posisi rumah pasien tidak terlalu

jauh dari puskesmas. Setiap sakit pasien pertama kali dibawa berobat ke

puskesmas.

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

28
Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang

terdapat dalam ‘bentuk keluarga’, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi

informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR). patologi lingkungan

keluarga (metoda SCREEM) maupun faktor-faktor resiko tentang faktor perilaku,

faktor lingkungan (fisik, sosial, dan ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka

dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan An. V dan keluarga

serta masyarakat sekitar yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum.

A. Temuan Masalah

1. Masalah aktif

a. An. V menderita luka terbuka.

b. Resiko komplikasi pada luka terbuka.

c. Pemahaman mengenai luka terbuka masih kurang.

2. Faktor perilaku

a. Kurangnya menjalankan PHBS.

b. Pasien masih kurang rutin kontrol ke puskesmas.

3. Faktor lingkungan

a. Lingkungan fisik

29
Sanitasi rumah baik.

b. Lingkungan sosial / budaya

1) Kondisi sosial ekonomi menengah.

2) Tingkat Pendidikan edukasi.

4. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurang optimalnya komunikasi antara tenaga kesehatan dengan keluarga

pasien karena kurangnya tingkat pemahaman keluarga pasien.

b. Kurangnya monitoring dan evaluasi tenaga kesehatan.

c. Kurang optimalnya kunjungan rumah.

5. Faktor genetik (tidak dijumpai)

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat luka terbuka sebelumnya.

B. Analisis

Teknik analisis menurut konsep Blum menyatakan derajat kesehatan

masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.

Faktor Genetik
Tidak ada Faktor Pelayanan
Faktor Perilaku
Kesehatan
 Kurang menjalankan
30
PHBS.  Kurang optimalnya
 Pasien masih kurang komunikasi dengan
rutin kontrol ke tenaga kesehatan.
puskesmas.
Pasien
An. V

Faktor Lingkungan
Gambar 5.1 Konsep Analisis Blum
 Kondisi sosial ekonomi
1. Faktor lingkungan menengah.
 Tingkat Pendidikan edukasi.
Kondisi sosial ekonomi keluarga An. V termasuk kelompok menengah, kondisi

masyarakat demikian bisa berpengaruh terhadap perilaku yang dinilai kurang

produktif, selain itu juga karena tingkat pendidikan masyarakat dan keluarga masih

kurang menyebabkan pemahaman mengenai luka terbuka menjadi kurang,

pemahaman keluarga yang kurang mengenai luka terbuka menyebabkan

penanganan menjadi tidak sesuai dan mampu meningkatkan terjadinya komplikasi

pada luka terbuka.

2. Faktor perilaku

Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan keluarga menyebabkan

kurangnya informasi terkait dengan ilmu kesehatan khususnya permasalahan luka

31
terbuka, yang mengakibatkan perilaku mengenai komplikasi luka terbuka kurang

terpenuhi.

3. Faktor pelayanan kesehatan

Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien

hanya terbatas pada saat kunjungan fasilitas kesehatan menyebabkan tujuan

pemberian informasi dan perubahan pola perilaku mengenai luka terbuka menjadi

kurang optimal, kunjungan rumah belum optimal, kurangnya komunikasi tenaga

kesehatan dan pasien yang kurang karena keterbatasan pada waktu pelayanan

kesehatan menyebabkan pemberian informasi menjadi tidak maksimal, kurangnya

media informasi / promosi kesehatan yang secara spesifik belum terlalu digalakkan

sehingga masyarakat masih belum terlalu paham mengenai permasalahan luka

terbuka dan komplikasinya.

C. Pembahasan

Dalam mengatasi masalah An. V dengan status sebagai pasien luka

terbuka yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Dsn. Jatisumber ds.

Watesumpak Trowulan, Kabupaten Mojokerto dapat ditempuh dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Proses Penyembuhan Luka

Menurut Sotani (2009), dalam proses penyembuhan luka dapat

diklasifikasikan menjadi penyembuhan primer dimana luka diusahakan bertaut,

biasanya dengan bantuan jahitan dan penyembuhan sekunder dimana penyembuhan

luka tanpa ada bantuan dari luar (mengandalkan antibodi).

32
a. Proses Inflamasi Pembuluh darah terputus, menyebabkan pendarahan dan tubuh

berusaha ntuk menghentikannya (sejak terjadi luka sampai hari ke – lima) dengan

karakteristik dari proses ini adalah: hari ke 0-5, respon segera setelah terjadi injuri

pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah, dan memiliki ciri-ciri tumor,

rubor, dolor, color, functio laesa. Selanjutnya dalam fase awal terjadi haemostasis,

pada fase akhir terjadi fagositosis dan lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi

infeksi.

b. Proses Proliferasi Terjadi proliferasi fibroplast (menautkan tepi luka) dengan

karakteristik dari proses ini adalah: terjadi pada hari 3 – 14, disebut juga dengan fase

granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka-luka nampak merah

segar, mengkilat, jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblasts, sel inflamasi,

pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Epitelisasi terjadi pada 24

jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka dan secara

umum pada luka insisi, epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama.

c. Proses Maturasi Proses ini berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2

tahun dengan terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta

peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength), dilanjutkan terbentuk jaringan parut

(scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya serta terdapat

pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang

mengalami perbaikan.

BAB VI

33
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Pasien datang ke Puskesmas Tawangsari dengan keluhan Luka pada jari kelingking

kaki kiri. Pasien di diagnosis dengan vulnus laserasi.

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungksi faktor keluarga dan lingkungannya :

a. Faktor keluarga : Keluarga An. V termasuk keluarga patriakal, berbentuk nuclear

family, dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik.

b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit luka terbuka yang diderita.

c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota keluarga

khususnya penerimaan anggota keluarga dan analisis patologi lingkungan metode

SCREEM An. V baik-baik saja.

d. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal keluarga pasien belum memenuhi

syarat snaitasi sepenuhnya. Lingkungan sosial ekonomi keluarga An. V termasuk

lingkungan kelas menengah.

4. Hasil analisis faktor resiko

34
Faktor resiko dari pasien (An. V) sebagai penderita luka terbuka adalah sebagai

berikut:

a. Kurang menjalankan PHBS.

b. Terpapar setiap hari oleh debu dan polusi.

c. Kurangnya pengetahuan tentang komplikasi luka terbuka.

d. Pelayanan kesehatan dari puskesmas belum merambah secara merata, seperti

pemahaman tentang luka terbuka.

B. Saran

1. Untuk masalah medis dilakukan langkah sebagai berikut:

a. Preventif:

 Mencegah komplikasi dengan rutin kotrol.

 Mengkonsumsi makanan sehat, tinggi protein dan rendah karbohidrat.

 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

b. Promotif: edukasi mengenai penyakit dengan mengoptimalkan

penyuluhan dan menyediakan fasilitas konseling.

c. Kuratif: medikamentosa dan non medikamentosa.

d. Rehabilitatif: meyakinkan pasien, bahwa fungsi anggota tubuh mampu

menjalankan kehidupannya dengan sehat.

2. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit, dilakukan langkah sebagai

berikut:

a. Promotif: memberikan pengertian/edukasi kepada penderita dan anggota

keluarga mengenai penyakit luka terbuka.

35
36
DAFTAR PUSTAKA

Diegelmann, R.F., Evans, M,C. Wound Healing: An Overview of Acute, Fibrotic and

Delayed Heaaling, Frontiers in Bioscience. 2004; 9:283-289

Schremi, S., Szeimies, R., Pranti, L, Landthaler, M., Babilas, P. Wound healing in the

21st Century. J Am Acad Dermatol. 2010; 63 (5): 866-881

Griffin, R. S., & Gross, A. M. (2004). Chilhood bullying: current empirical findings

and future directions for research. Aggression and Violent Behavior. (9) 379-400.

Ferreira, M.C., Tuma, P., Carvalho, V.F.Kamamoto, F Complex Wounds. Clinics,

2006; 61:571-578.

37

Anda mungkin juga menyukai