Anda di halaman 1dari 17

PBL 1 BLOK 8

Tutorial PBL Skenario 1


A 23-years-old male claimed to the dentist about his jaw joint pain while
opening his mouth. The dentist asked several questions related to his problem. Some
examinations with basic examination technique and continued with supporting
examinations should be held to ensure the diagnosis.
Klarifikasi istilah:
1. Pemeriksaan penunnjang?
 Pemeriksaan penunjang disebut juga dengan pemeriksaan diagnostic yaitu
pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit
pada pasien serta tingkat keparahannya.
 Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
setelah pemeriksaan fisik pada pasien untuk menukung diagnosis yang
akan dilakukan.
2. Teknik pemeriksaan dasar?
Pemeriksaan awal yang dilakukan seorang dokter untuk melakukan diagnosis.
3. Diagnosis?
 Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti atau
memeriksa gejala-gejala dari penyakit tersebut.
 Diagnosis penentuan suatu kondisi kesehatan yang dialami oleh pasien
sebagai dasar pengambilan keputusan medis untuk prognosis dan
pengobatan.

Klarifikasi masalah:
1. Apa saja langkah-langkah dalam menentukan diagnosis?
Melakukan pemeriksaan
a. Subjektif
Mengetahui masalah dari pasien, dengan cara melakukan anamnesis.
Anamnesis adalah percakapan professional terencana antara dokter dan
pasien dalam rangka menyusun riwayat penyakit, ini dapat membantu
dokter dalam mendiagnosis.
LO:
Pemeriksaan subjektif(anamnesis) metodenya dengan pengukuran tekanan
darah jantung respirasi, suhu dan BMI(indeks gizi)
- Meliputi pemeriksaan fisik, intraoral, dan ekstraoral
Fisik : postur, warna rambut kaki dan tangan, kebersihan pribadi, inspeksi,
palpasi, auskultasi

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis,


yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental
Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan
anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sebelum melakukan anamnesis lebih
lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur,
jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis,


yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental
Four)
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan
anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

1. Tahapan anamnesis:
 PerkenalanMenggunakan bahasa umum
 Mencatat data pasien
 Mendengarkan keluhan pasien (CC)
 Tanya jawab terstruktur: Riwayat keluhan (PI), medical history,
dental history, family history, Social History
2. Jenis jenis anamnesis:
 Autoanamnesis  informasi didapatkan dari pasien scr langsung.
 Alloanamnesis  informasi didapatkan oleh pihak lain.
3. Teknik anamnesis:
 Reseptive  melihat, mendegar, mencatat, reaksi emosional pasien
dan reaksi dokter.
 Manipulative  memacu pasien untuk bercerita, mengarahkan
cerita pasien, memformulasikan pertanyaan, memperjelas jawaban,
membuat rangkuman dari pernyataan pasien.
b. Pemeriksaan objektif
 Pemeriksaan fisik: pemeriksaan terhadap berbagai temuan yang telah
dikumpulkan baik melalu anamnesis atau pemeriksaan lain untuk
menegakkan suatu penyakit.
LO:
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak, yaitu kaki. Pemeriksaan
secara sistematis tersebut disebut teknik head to toe. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti tes neurologi.
 Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan yang dilakukan untuk
menentukan Langkah penanganan yang tepat serta memantau
keberhasilan terapi pada pasien.

2. Apa saja Teknik pemeriksaan fisik?


a. Pemeriksaan ekstraoral:
 Inspeksi merupakan pemeriksaan langsung dengan indra mata dan
dilakukan secra sistematis. Struktur bagian yang diperiksa harus
dibersihkan, tidak tertutup pakaian, kosmetik, saliva, gigi tiruan,
obturator, kacamata, dsb. Hal yang perlu diperiksa adalah warna,
ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan dan ciri permukaan
jaringan. Inspeksi dibagi menjadi 2:
1. inspeksi umum  pemeriksaan dengan melihat perubahan yang
terjadi secara umum.
2. inspeksi local  dilihat dr perubahan perubahan local sampai hal
yang terkecil.
Sesuai dengan scenario : dilihat apakah ada pembengkaka, deformasi,
deviasi pada dagu, dan kondisi gigi geligi. Pembengkakan bisa terjadi
karena adanya infeksi bakteri atau inflamasi sendi.
 Diaskopi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
 Probing
 Aspirasi
 Assesmen dan fungsi
 Analisis fungsional:
a. Pergerakan aktif  pasien diminta untuk meletakkan kuku jari
telunjuk dan tengah diantara I atas dan bawah.
b. Pergarakan yang dibatasi: dokter meletakkan 1 tangan pada dagu
pasien dan pada vertex.
b. Pemeriksaan intraoral
 Dijaringan lunak mulut: palatum, lidah, gingiva, orofaring, mukosa
bibir, mukosa bukal.
 Jaringan keras: gigi geligi menggunakan teknik perkusi, sondasi,
probing, tes mobilitas, tes vitalitas (tes termal, tes dingin, tes panas, tes
kavitas, tes jarum miller, tes elektrik).

LO:
Ekstraoral :
-bentuk kepala dan muka(wajah), bekas luka disekitar kepala dan muka,
simetri pipi dan bibir
-pemeriksaan kelenjar limfa dengan Teknik palpasi

Intraoral :
-perkusi (mengetuk gigi) berfungsi untuk mendeteksi gigi sensitive atau gigi
goyah,
-sondasi atau probing mengetahui adanya karies atau mengukur kedalaman
karies ,
-melakukan pengukuran plak indeks (OHI), pengkurusan karies indeks (D-
MFT),
-termis untuk melihat sensitifitas terhadapat perubahan thermal atau suhu,
-tes vitalitas untuk merasngsang respon pulpa dengan menggunakan arus
listrik
^. tes thermal, kavitas, tes jarum miller, dan tes elektris
-druk mengetahui pasien untuk mengetahui apakah pasien mempunyai
periodontitis saat mengigit tungkai sonde secara perlahan
- pemeriksaan mukosa : adanya perubahan warna, inflamasi dan ulserasi
-pemeriksaan apakah terdapat anomaly pada pasien
-tes mobilitas atau deprisibilitas untuk mengetahui apakah gigi terikat kuat
atau longgar pada alveolusnya

3. Sebutkan tahapan dalam pemeriksaan fisik?


a. Pengamatan penampilan dan Kesehatan umum pasien
b. Pemeriksaan ekstraoral daerah kepala dan leher
c. Pemeriksaan intraoral

4. Instrument apa saja yang digunakan saat pemeriksaan fisik?


Stetoskop, sonde, tensimeter, thermometer, timbangan, kaca mulut, pinset,
ekskavator, probe.

5. Apa pentingnya pemeriksaan fisik dalam mendiagnosis suatu penyakit?


-Pemeriksaan fisik perlu disiapkan dengan baik untuk meminimalisir potensi
kesalahan dan temuan yang kurang lengkap. Hal ini bisa berdampak pada
kesalahan diagnosis dan perencanaan perawatan.
-Kenapa Pemeriksaan Fisik Dilakukan? Tujuannya melihat bagian tubuh dan
menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal.

6. Apa saja macam-macam pemeriksaan penunjang?


Pemeriksaan penunjang:
a. pemeriksaan dengan rontgen photo: memperlihatkan efek penyakit pada
gigi dan rahang, sifatnya individualis yang disesuaikan kondisi pasien.
Berdasarkan letak filmnya ada ekstraoral (oblique lateral, skul dan
maksilofacial, cephalometric, tomografi, panoramic) dan intraoral
(periapical, bitewing, oklusal).
b. Pemeriksaan bakteriologis: pemeriksaan tambahan untuk menentukkan
diagnosis yang tepat.
c. Biopsy: pemeriksaan secara mikroskopis dari suatu jaringan yang diambil
dari tubuh untuk memperoleh diagnose yang tepat.
d. Ct scan: untuk melihat sendi
e. MRI: menggunakan magnet untuk melihat gambaran detile dari sendi dan
jaringan disekitarnya
f. Artoskopi: digunakan untuk memeriksa sendi dengan mengguakan tabung
kecil yang dimasukkan di ruang sendi dalam tubuh dan diletakkan kamera
untuk melihat pergerakkan sendi.
g. Pemeriksaan laboratorium

LO:
Pemeriksaan apa saja yang masuk dalam pemeriksaan penunjang?
-pemeriksaan radiologi(rontgen)
Untuk mengambarkan kondisi organ atau jaringan tubuh
-pemeriksaan biopsy
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sedikit jaringan pada bagian
tubuh tertentu biasanya pasien mengalami gejala tertentu yang mengarah pada
kanker atau kondisi medis lain yang menyebabkan perubahan pada jaringan
-pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan dari cairan tubuh manusia dilakukan fiksasi dan pemberian
pigmen dengan pembacaan menggunakan mikroskop
-pemeriksaan mikrobiologi
-pemeriksaan darah
Digunakan untuk menedeteksi penyakit tertentu seperti anemia atau adanya
infeksi
-pemeriksaan urine
Digunakan untuk mengetahui kondisi kesehtan fungsi ginjal atau apakah
pasien tersebut sedang mengomsumsi obat tertentu
-pemeriksaan EKG
Digunakan untuk memantau kerja jantung khususnya irama detak jantung
-pemeriksaan MRI
Memanfaatkan gelombang magnet dan radio untuk mengambarkan kondisi
organ dan jaringan
-pemeriksaan Floroskopi
Untuk menghasilkan serangkaian gambaran menyerupai video
-pemeriksaan CT-SCAN
Memanfaatkan sinar rontgen dengan sinar khusu untuk mengambarkan
jaringan atau oragn dalam tubuh
-pemeriksaan USG (ultrasonografi)
Memanfaatkan gelombang suara untuk mengetahui kondisi organ dan jaringan
-pemeriksaan endoskopi
Untuk mengetahui kondisi saluran pencernaan
-Pemeriksaan tinja
-pemeriksaan ecokardiografi (USG jantung)

7. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan pada pasien berdasarkan


scenario tersebut?
a. Pemeriksaan radiologi untuk memeriksa proc. condilaris mandibula.
b. Artoskopi: untuk memeriksa tmd.

8. Apa saja teknik pemeriksaan yang akan dilakukan sesuai kasus dalam
scenario?
a. Inspeksi  dilakukan untuk melihat ekspresi wajah penderita seperti
asimetris wajah dan deviasi rahang, Gerakan fungsional rahang yang
mampu dilakukkan penderita, local dan arah dislokasi, serta pembukaan
dan penutupan mulut secara maksimal.
b. Palpasi  mengetahui jenis, arah, posisi dislokasi, serta abnormalitas sisi
pergerakan condilus, palpasi dilakukan didaaerah sendir dengan jai
telunjuk saat rahang membuka dan menutup serta dilubang telinga dengan
jari kelingking.
c. Auskultasi  dapat dilakukan dengan atau tanpa stetoskop yaitu untuk
mendengarkan bunyi abnormal yang spesifik pada persendiaan termasuk
clicking (trjd pada awal pembukaan mulut) dan krepitasi fragmen fraktur.
9. Apa akibatnya jika dokter tidak melakukan teknik dasar pemeriksaan?
Mengakibatkan kesalahan pada saat mendiagnosis dan terapi yang diberikan
kepada pasien
10. Apa saja yang terjadi jika terjadi kesalahan diagnosis?
Bisa terjadi kesalahan pemilihan dari perawatan.

LO: pemeriksaan dasar dan lanjutan

Langkah-langkah menentukan diagnosa


1. Klasifikasi dan analisis data
Klasifikasi atau memfokuskan data adalah mengelompokkan data-data pasien dari
keadaan tertentu dimana pasien mengalami permasalahan kesehatan.
2. Interpretasi data
a. Menentukan kelebihan pasien
b. Menentukan masalah pasien / menyimpulkan
c. Menentukan masalah pasien yang pernah dialami
d. Penentuan keputusan
3. Validasi data
Dokter memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan bersama pasien dan
keluarga atau masayarakat.
4. Merumuskan diagnosa keperawatan Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan
pada identifikasi masalah dan kemungkinan penyebab

Yang Harus disiapkan Sebelum Bertemu Dokter Gigi

Berkunjung ke dokter gigi acapkali menakutkan, terutama bagi anak kecil. Namun
sebenarnya Anda tidak perlu khawatir. Karena kalaupun harus dilakukan tindakan
seperti cabut gigi, dokter gigi akan melakukan bius lokal sehingga tidak akan terasa
sakit.
Saat pemeriksaan, biasanya dokter akan melakukan:

 Menanyakan keluhan yang dirasakan.


 Menanyakan kebiasaan makan, atau kebiasaan seperti merokok dan minum
alkohol.
 Menanyakan kebiasaan Anda dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
 Mengecek kesahatan gigi, gusi, dan mulut secara keseluruhan.
 Melakukan tindakan sesuai keluhan.
 Memberikan obat-obatan sesuai diagnosis dan kebutuhan pasien, terkait
masalah pada gigi, gusi, dan mulut.

Jika terdapat kondisi yang tidak dapat ditangani oleh dokter gigi umum, rujukan
mungkin diberikan agar masalah gigi dan mulut Anda bisa ditangani oleh dokter gigi
spesialis. Namun jika sebelum kunjungan ke dokter gigi Anda sudah memiliki tujuan
tertentu, misalnya ingin membuat gigi palsu, veneer, atau memasang kawat gigi, Anda
bisa saja langsung mendatangi dokter gigi spesialis sesuai bidang yang dibutuhkan.
Pemeriksaan Ekstraoral – Sendi
Temporomandibular

Sendi temporomandibular (temporomandibular joint/TMJ) merupakan komponen


penting dari sistem mastikasi yang bertanggung jawab dalam proses mastikasi,
penelanan, dan berbicara. Sendi temporomandibular terdiri atas fossa glenoidalis os
temporalis, discus articularis, dan proc. condylaris os mandibularis. Pergerakan TMJ
difasilitasi oleh otot-otot mastikasi. Seorang dokter gigi akan sangat sering menemui
permasalahan pada TMJ berupa nyeri yang penyebabnya beragam mulai dari oklusi
yang kurang baik, mobilitas gigi geligi, bruxism, hingga gangguan sistemik seperti
arthritis. Untuk itu, perlu diketahui cara-cara pemeriksaan TMJ untuk mendukung
diagnosis

Pemeriksaan sendi temporomandibular

Pertama kali, perlu diketahui terlebih dahulu tanda awal adanya permasalahan TMJ,
yakni:

 Kliking dan krepitasi


 Sensitivitas pada regio condylus dan otot-otot mastikasi
 Gangguan fungsi (mis. hipermobilitas TMJ, keterbatasan bukaan, deviasi)
 Adanya kelainan yang tampak dalam radiografi

Selanjutnya, keluhan yang dialami oleh pasien dikonfirmasi melalui pemeriksaan


objektif pada TMJ

Inspeksi

 Perhatikan apakah ada pembengkakan, deformasi, deviasi dagu, dan atrisi gigi
 Adanya pembengkakan dapat menjadi suatu tanda inflamasi akibat penyakit
sendi. Pastikan pembengkakan berasal dari TMJ, bukan dari struktur sekitarnya mis.
kelenjar parotis
 Deviasi dagu dan asimetri bisa jadi merupakan hasil dari penyakit sendi tahap
lanjut
 Atrisi gigi geligi akan menyebabkan perubahan oklusi sehingga berdampak
pada kerusakan TMJ

Analisis fungsional

Pergerakan aktif (range of motion)

 Ukur jarak interinsisal maksimal pada saat membuka mulut. Jarak normal
berkisar 36-38 mm namun dapat bervariasi mulai dari 30-67 mm tergantung usia dan
jenis kelamin. Cara mudah= minta pasien untuk meletakkan buku jari telunjuk dan
jari tengah di antara insisifus atas dan bawah

 Kemudian pasien diminta untuk menutup mulut


 Setelah itu, pasien diminta mendeviasikan mandibula ke kanan dan kiri serta
melakukan gerakan protrusi
 Perhatikan apakah ada gangguan pergerakan

Pergerakan yang dibatasi

 Operator meletakkan satu tangan pada dagu pasien dan satunya pada vertex.
Operator meminta pasien membuka mulut sementara tangan pasien menekan
mandibula untuk melawan gerakan membuka. Ini untuk mengidentifikasi kekuatan m.
pterygoideus lateralis

Pasien diminta untuk menggigit bantalan karet sekencang mungkin. Ini untuk
mengidentifikasi kekuatan m. temporalis, m.masseter, dan m. pterygoideus medialis
 Operator meletakkan satu tangan pada dagu dan tangan lainnya pada regio
temporal. Pasien diminta untuk melakukan gerakan deviasi mandibula melawan
gerakan tangan operator ke kiri dan kanan. Ini untuk mengidentifikasi kekuatan m.
pterygoideus medialis satu sisi

Palpasi

 Palpasi TMJ dilakukan pada saat proses membuka dan menutup  mulut
 Pada gerakan membuka mulut, palpasi dilakukan tepat di bawah os
zygomaticus, di anterior dari proc. condylaris mandibulae

Pada gerakan menutup mulut, palpasi dilakukan melalui anterior tragus di dalam
meatus acusticus externus. Rasakan apakah ada gerakan dari arah anterior yang
merupakan aspek posterior condylus
 Lakukan pula palpasi pada otot-otot pengunyahan dengan cara meraba melalui
origo menuju insersionya
 Musculus temporalis diraba bilateral mulai dari ototnya pada regio temporal
hingga tendon pada proc. coronoideus. Saat meraba, pasien diminta sedikit membuka
mulut
 Musculus masseter dapat diraba di bawah arcus zygomaticus hingga angulus
mandibulae
 Tanyakan pada pasien apakah ada nyeri saat operator melakukan perabaan
pada otot mastikasi

Auskultasi

 Letakkan stetoskop pada anterior meatus, kemudian minta pasien untuk


melakukan gerakan membuka menutup mulut serta gerakan protrusif mandibula
 Dengarkan apakah terdapat suara “klik” atau krepitasi pada saat gerakan
tersebut.

Pemeriksaan Intraoral – Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi
rongga mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan pada gigi diantaranya adalah :

Perkusi

Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri
terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid
metalic)

Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain
menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan
ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan
membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya
kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan
vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-bukolingual mahkota.
Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan
kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang memberikan respon
nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan kelainan di periapikal
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi yang dipukul bukan hanya
satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio sebelahnya. Ketika melakukan tes
perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit
(Grossman, dkk, 1995).

Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Pada gigi
yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic sound)
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai
dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring
dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang
menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound)
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul
(dull sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan
menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro, 2004)

Sondasi

Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan


sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau
tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau
kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas
yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital (Tarigan,
1994).

Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan


menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke
dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi
pasien yang sakit (Grossman, dkk, 1995).

Tes mobilitas – depresibilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di


sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya.
Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya
dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan
kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.
Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama
sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi
dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat
ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah.
Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal
dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994).

Tes vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan,
yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

 Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
(Grossman, dkk, 1995).

 Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin
dilakukan dengan cara sebagai berikut.

o Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan


menggunakan cotton roll maupun rubber da
o Mengeringkan gigi yang akan dites.
o Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
o Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
o Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam
yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon
atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat
terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).

 Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan


vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes
panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan
panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling
sering digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di atas
bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila
tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang
tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya
respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital
(Walton dan Torabinejad, 2008).
 Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi
gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul
rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil
vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
 Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies
atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller
hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan
gigi masih vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
 Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya
menggunakan Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT
pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum
alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes
ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak
boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang
menggunakan alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan,
geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik,
keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa
faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar
gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995).

DASAR TEORI PEMERIKSAAN EKSTRAORAL


Pemeriksaan fisik merupakan suatu pemeriksaan terhadap berbagai temuan yang telah
dikumpulkan baik melalui anamnesis atau pemeriksaan lain untuk menegakkan
diagnosis suatu penyakit
Ada 3 tahapan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
1. Pengamatan penampilan dan kesehatan umum pasien
2. Pemeriksaan ekstraoral daerah kepala dan leher.
3. Pemeriksaan intraoral.
1. Pengamatan penampilan dan kesehatan umum pasien
Dilakukan sejak pasien masuk ke dalam ruangan.Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengamatan penampilan dan kesehatan umum pasien adalah :
a. Stature
h. Hair
b. Body type
i. Extremities
c. Symetry
j. Sexual characteristic
d. Mobility
k. Response
e. Posture
l. Function
f. Color
m. Personal hygienes
g. Skin
n. Odor
2. Pemeriksaan ekstraoral daerah kepala dan leher
a. Kepala dan Muka, meliputi :
Bentuk kepala dan muka, kulit kepala dan muka, bekas luka di kepala / muka,
pertumbuhan rambut, simetri pipi dan bibir
b. Kulit (warna, tekstur, turgor, suhu, sianosis, pucat dan lesi dermatologik.
c. Mata (celah mata, konjungtiva, sclera, pupil, ekterus)
d. Hidung (posisi septum, sekret hidung, nyeri sinus, sumbatan jalan nafas)
e. Telinga (meatus akustikus eksterna, kanalis, prosesus mastoideus, kelenjar
parotis,TMJ).
f. Leher (denyut carotis, musc. sternomastoideus, limfonodi servikalis,
submaxillaris, submandibularis, submental, kelenjar tiroid).
g. Lengan, Tangan dan Jari (artritis, tremor, cacat)
Teknik pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi
e. Auskultasi
b. Diaskopi
f. Probing
c. Palpasi
g. Aspirasi
d. Perkusi
h. Assesmen fungsi
A. Inspeksi
Teknik pemeriksaan langsung dengan indra mata dan dilakukan secara sistematis.
Struktur bagian yang diperiksa harus dibersihkan, tidak tertutup pakaian, kosmetik,
saliva, gigi tiruan, obturator, kaca mata, dsb. Hal yang perlu diperiksa: warna,
ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan dan ciri permukaan jaringanB.
Diaskopi
Pemeriksaan dengan menggunakan kaca tembus pandang / objek glass yang
ditekankan pada jaringan yang diperiksa. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan
lesi-lesi vaskuler atau non-vaskuler. Tekanan objek glass pada lesi yang banyak
pembuluh darah, menyebabkan area tersebut “pucat”.
C. Palpasi
Pemeriksaan dengan menggunakan indra peraba. Palpasi dilakukan dengan
menekan jaringan yang diperiksa ke arah tulang atau jaringan sekitar. Penekanan
dapat dilakukan dengan dua jari (bidigital) atau dua tangan (bimanual).
Pemeriksaan ini bertujuan memberi informasi tentang tekstur, ketebalan,
konsistensi, dan temperatur.
D. Perkusi
Pemeriksaan dengan mengetukkan jari atau instrumen ke arah jaringan. Perkusi
pada gigi-geligi memberikan informasi diagnostik tentang kondisi jaringan
periodontal.
E. Auskultasi
Tindakan mendengarkan bunyi baik secara langsung maupun melalui stetoskop
atau instrumen lainnya dari bagian tubuh. Di Kedokteran Gigi dilakukan untuk
pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ) atau oklusi .
F. Probing
Pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu, seperti ujung sonde untuk
identifikasi karies, kedalaman pocket periodontal menggunakan periodontal probe.
G. Aspirasi
Pengambilan cairan dari jaringan / organ tubuh dengan jarum khusus.
H. Assesmen fungsi
Misal assesmen fungsi kelenjar ludah dengan palpasi pada kelenjar saliva dan
menghitung curah saliva.

Anda mungkin juga menyukai