Dasar Hukum
TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 jo TAP MPR No. V/MPR/1973 dan TAP MPR No.
IX/MPR/1978
Pasal 1 ayat (3) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2011)
Pengertian Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat lembaga yang berwenang untuk membatasi
tingkah laku manusia di masyarakat agar tingkah lakunya dapat terkontrol. Hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Hukum mempunyai tugas
untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Jadi, hukum adalah peraturan atau
ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sanksi bagi pelanggarnya.
Tujuan Hukum
Mempunyai sifat universal, seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
Macam-Macam Hukum
Menurut sumbernya:
Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.
Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian
Negara.
Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.
Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.
Menurut bentuknya:
Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan
Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
Menurut tempat berlakunya:
Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia
internasional.
Menurut waktu berlakunya:
Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam suatu daerah tertentu.
Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.
Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.
Menurut cara mempertahankannya:
Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.
Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara
melaksanakan hukum material
Menurut sifatnya:
Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan
mutlak.
Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.
Menurut wujudnya:
Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.
Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang
tertentu atau lebih. Disebut juga hak.
Menurut isinya:
Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang
lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat
kelengkapannya ata hubungan antara negara dengan warga negara.
BPUPKI
Tanggal 1 Maret 1945, Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya BPUPKI
(Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai). Pada tanggal 29 April 1945 anggota BPUPKI dipilih. Anggota
BPUPKI beranggotakan 63 orang, dengan ketua Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan wakil ketua
Icibangase dari Negara Jepang dan sekretarisnya, R.P. Soeroso. Anggota BPUPKI setelah itu
ditambahkan 7 orang. Anggota BPUPKI resmi diumukan pada tanggal 28 Mei 1945 dan
upacaranya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta. Sidang Pertama Tanggal
28 Mei - 01 Juni 1945 (Pidato M. Yamin, Soepomo, dan Soekarno tentang Dasar Negara).
Sidang Kedua Tanggal 10 – 16 Juli 1945
1. 10 Juli 1945 Panitia Kecil BPUPKI berhasil merumuskan dasar negara dan membahas
perumusan UUD 45.
2. 11 Juli 1945 Panitia perancang UUD sepakat menjadikan Piagam Jakarta sebagai
Pembukaan UUD 45.
3. 14 Juli 1945, Panitia Kecil BPUPKI, dipimpin Supomo melaporkan hasil Panitia Perancang
UUD yang terdiri dari pernyataan kemerdekaan, pembukaan UUD, dan batang tubuh.
PPKI
Pada tanggal 9 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh Jepang. Kemudian Jepang
membentuk PPKI (Dokuritsu Zyunbi Iinkai) oleh Jendral Terauchi untuk melanjutkan hasil kerja
BPUPKI. PPKI dibentuk dengan beranggotakan 21 orang yang setelah itu ditambahkan 6 orang
anggota lagi dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Tugas PPKI pada awalnya adalah untuk
mempersiapkan kemerdekaan yang telah dijanjikan Jepang pada tanggal 24 Agustus 1945.
Agar tidak terkesan bahwa PPKI adakah bentukan Jepang, maka Ir. Soekarno
menambahkan 6 anggota baru yang membuat PPKI beranggotakan 27 orang. Sidang PPKI yang
pertama diadakan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang membahas tentang penetapan konstitusi
negara, presiden, wakil presiden, dan lembaga-lembaga yang akan membantu presiden.
Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan
pembahasan untuk mencari penyelesaian masalah kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang terdapat dalam Jakarta Charter. Hal
ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Hasil Sidang Pertama PPKI:
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945
2. Memilih presiden dan wakil presiden (Soekarno dan Moh. Hatta)
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.
Pancasila sebagai Dasar Nilai dalam Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa; melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab; memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok, lapisan tertentu.
Sila Persatuan Indonesia; mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang
lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-
sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu
integrasi.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan; mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi
berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian
sampai penerapan massal.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; keadilan sosial juga menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak
boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengertian Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dapat
dikembangkan haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan harus menyertakan nilai-nilai Pancasila
sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan
iptek.
Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri.
Pentingnya Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kedua, menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang
berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak.
Ketiga, nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan diberbagai daerah digantikan
dengan gaya hidup global seperti; sikap bersahaja digantikan gaya hidup mewah,
konsumenrisme, solidaritas sosial digantikan semangat individualistis, musyawarah mufakat
digantikan voting.
Pengertian Paradigma
Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber
nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian
sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan,
perubahan serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan,
reformasi maupun dalam pendidikan.
Reformasi sebagai Paradigma Pembangunan
Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD “melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia” merupakan tujuan negara hukum formal, ada pun rumusan
“memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” merupakan tujuan negara
hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Adapun tujuan
umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi
bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-
nilai Pancasila karena nilai-nilai Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia
sebagai subyek pendukung Pancasila sekaligus sebagai subyek pendukung negara.
Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri
rokhani (jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk
sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk
Tuhan YME.
Saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah diperjuangkan sejak tahun
1998. Bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform) tatanan kehidupan yang berdaulat, aman,
adil, dan sejahtera. Namun, dalam mencapai terwujudnya reformasi bangsa Indonesia harus
mengalami berbagai dampak, baik dampak sosial, politik, ekonomi, terutama kemanusiaan.
Meskipun demikian ada satu yang tersisa dari keterpurukan bangsa Indonesia, yaitu keyakinan
akan nilai yang dimilikinya, yaitu nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa indonesia
yaitu nilai-nilai Pancasila.
Jadi reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia adalah menata kehidupan bangsa dan
negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan
membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sangat tepat sebagai
paradigma( acuan, kerangka ) dan tolak ukur gerakan reformasi di Indonesia.
Pemahaman Kampus
Kampus dari bahasa Latin; campus yang berarti “lapangan luas"”, “tegal”. Dalam
pengertian modern, kampus berarti sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan
kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Bisa pula berarti sebuah cabang
daripada universitas sendiri. Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia, kampus adalah daerah
lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan
belajar mengajar dan administrasi berlangsung.
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi.
(Pasal 1 (6) UU No. 12 Tahun 2012). Pendidikan Tinggi berasaskan: kebenaran ilmiah;
penalaran; kejujuran; keadilan; manfaat; kebajikan; tanggung jawab; kebhinnekaan; dan
keterjangkauan.
Sivitas Akademika
Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas dosen dan mahasiswa.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi.
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia. Sivitas Akademika merupakan komunitas yang memiliki tradisi
ilmiah dengan mengembangkan budaya akademik.
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pasal
2 UU No. 12 Tahun 2012
Berfungsi:
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing,
dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan
nilai Humaniora.
Pasal 4 UU No. 12 Tahun 2012
Bertujuan:
berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk
memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa;
dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan umat
manusia; dan
terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang
bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pasal 4 UU No. 12 Tahun 2012
Budaya Akademik
Akademik berasal dari academia, yaitu sekolah yang diadakan Plato (Pranarka, 1983:37-
375). Istilah akademi yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar, sebagai tempat
dilakukannya kegiatan mengembangkan intelektual, mencakup pengertian kegiatan intelektual
yang bersifat refleksif, kritis, dan sistematis; merupakan seluruh sistem nilai, gagasan, norma,
tindakan, dan karya yang bersumber dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sesuai dengan asas
Pendidikan Tinggi. (Pasal 11 ayat 2 UU No. 12 Tahun 2012)
Budaya Akademik menurut Suhadi (1998);
Kritis, senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya
diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
Kreatif, senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang
baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
Obyektif, kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatu
kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
Analitis, suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan
suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
Konstruktif, harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas
kemanfaatan bagi masyarakat.
Dinamis, ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus.
Dialogis, dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus
memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta
mendiskusikannya.
Menerima kritik, sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik
senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus menghargai
prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.
Bebas dari prasangka, budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus
mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
Menghargai waktu, senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin,
terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi.
Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok
budaya akademik.
Berorientasi ke masa depan, mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan
dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional.
Kesejawatan atau kemitraan, harus memiliki persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu
kerja sama yang baik.