Anda di halaman 1dari 13

Lanjut ke konten

viva de alchemystry

Cari

General Chemistry for Senior High


School Students
Tag: Tata Nama Senyawa Kimia

Ikatan Kimia dan Tata Nama


Senyawa Kimia
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari tentang pembentukan beberapa jenis ikatan kimia, seperti
ikatan ionik, ikatan kovalen, serta ikatan kovelen koordinasi. Selain itu, kita juga akan mempelajari
cara penulisan rumus dan tata nama berbagai senyawa kimia.

Natrium termasuk logam yang cukup reaktif. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan konduktor
listrik yang baik. Umumnya natrium disimpan di dalam minyak untuk mencegahnya bereaksi dengan
air yang berasal dari udara. Jika sepotong logam natrium yang baru dipotong dilelehkan, kemudian
diletakkan ke dalam gelas beaker yang terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna hijau kekuningan,
sesuatu yang sangat menakjubkan akan terjadi. Natrium yang meleleh mulai bercahaya dengan
cahaya putih yang semakin lama semakin terang. Sementara, gas klorin akan teraduk dan warna
gas mulai menghilang. Dalam beberapa menit, reaksi selesai dan akan diperoleh garam meja atau
NaCl yang terendapkan di dalam gelas beaker.

Proses pembentukan garam meja adalah sesuatu yang sangat menakjubkan. Dua zat yang memiliki
sifat yang berbeda dan berbahaya dapat bereaksi secara kimiawi menghasilkan senyawa baru yang
berperan penting dalam kehidupan.

Natrium adalah logam alkali (IA). Logam natrium memiliki satu elektron valensi dan jumlah seluruh
elektronnya adalah 11, sebab nomor atomnya adalah 11. Klorin adalah unsur pada golongan
halogen (VIIA)  pada tabel periodik. Unsur ini memiliki tujuh elektron valensi dan jumlah seluruh
elektronnya adalah 17.

Gas mulia adalah unsur golongan VIIIA pada tabel periodik yang sangat tidak reaktif, karena tingkat
energi valensinya (tingkat energi terluar atau kulit terluar) terisi penuh oleh elektron ( memiliki
delapan elektron valensi, kecuali gas helium yang hanya memiliki dua elektron valensi). Meniru
konfigurasi elektron gas mulia adalah tenaga pendorong alami dalam reaksi kimia, sebab dengan
cara itulah unsur menjadi stabil atau “sempurna”. Unsur gas mulia tidak akan kehilangan,
mendapatkan, atau berbagi elektron.

Unsur-unsur lain di golongan A pada tabel periodik mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron
valensi untuk mengisi tingkat energi valensinya agar mencapai keadaan “sempurna”. Pada
umumnya, proses ini melibatkan pengisian kulit terluar agar memiliki delapan elektron valensi
(dikenal dengan istilah aturan oktet), yaitu unsur akan mendapatkan, kehilangan, atau berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan/oktet.
Natrium memiliki satu elektron valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan bersifat stabil ketika
memiliki delapan elektron valensi. Ada dua kemungkinan bagi natrium untuk menjadi stabil. Unsur
ini dapat memperoleh tujuh elektron untuk memenuhi kulit M atau dapat kehilangan satu elektron
pada kulit M, sehingga kulit L (yang terisi penuh oleh delapan elektron) menjadi kulit terluar. Pada
umumnya, kehilangan atau mendapatkan satu, dua, bahkan kadang-kadang tiga elektron dapat
terjadi. Unsur tidak akan kehilangan atau mendapatkan lebih dari tiga elektron. Dengan demikian,
untuk mencapai kestabilan, natrium kehilangan satu elektron pada kulit M. Pada keadaan ini,
natrium memiliki 11 proton dan 10 elektron. Atom natrium yang pada awalnya bersifat netral,
sekarang memiliki satu muatan positif , sehingga menjadi ion (atom yang bermuatan karena
kehilangan atau memperoleh elektron). Ion yang bermuatan positif karena kehilangan elektron
disebut kation.

11 Na  :   2  .  8  .  1

11 Na+ :   2  .  8

Ion natrium (Na+) memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan neon (10Ne), sehingga
merupakan isoelektron dengan neon. Terdapat perbedaan satu elektron antara atom natrium dan
ion natrium. Selain itu, reaktivitas kimianya berbeda dan  ukurannya pun berbeda. Kation lebih kecil
bila dibandingkan dengan atom netral. Hal ini akibat hilangnya satu elektron saat atom natrium
berubah menjadi ion natrium.

Klor memiliki tujuh elektron valensi. Untuk memenuhi aturan oktet, unsur ini dapat kehilangan tujuh
elektron pada kulit M atau mendapatkan satu elektron pada kulit M. Oleh karene suatu unsur tidak
dapat memperoleh atau kehilangan lebih dari tiga elektron, klor harus mendapatkan satu elektron
untuk memenuhi valensi pada kulit M. Pada keadaan ini, klor memiliki 17 proton dan dan 18
elektron, sehingga klor menjadi ion dengan satu muatan negatif (Cl–). Atom klorin netral berubah
menjadi ion klorida. Ion dengan muatan negatif karena mendapatkan elektron disebut anion.

17 Cl  :   2  .  8  .  7

17 Cl– :   2  .  8  .  8

Anion klorida adalah isoelektron dengan argon (18Ar). Anion klorida juga sedikit lebih besar dari atom
klor netral. Secara umum, kation lebih kecil dari atomnya dan anion sedikit lebih besar dari atomnya.

Natrium dapat mencapai delapan elektron valensi (kestabilan) dengan melepaskan satu elektron.
Sementara, klor dapat memenuhi aturan oktet dengan mendapatkan satu elektron. Jika keduanya
berada di dalam satu bejana, jumlah elektron natrium yang hilang akan sama dengan jumlah
elektron yang diperoleh oleh klor. Pada keadaan ini, satu elektron dipindahkan dari natrium menuju
klor. Perpindahan elektron menghasilkan ion yaitu kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan
negatif). Muatan yang berlawanan akan saling tarik-menarik. Kation Na + menarik anion Cl– dan
membentuk senyawa NaCl atau garam meja.

Proses ini merupakan contoh dari ikatan ionik, yaitu ikatan kimia (gaya tarik-menarik yang kuat
yang tetap menyatukan dua unsur kimia) yang berasal dari gaya tarik elektrostatik (gaya tarik-
menarik dari muatan-muatan yang berlawanan) antara kation dan anion. Senyawa yang
memiliki ikatan ionik sering disebut garam. Pada natrium klorida (NaCl), susunan antara ion
Na+ dan Cl– membentuk pola yang berulang dan teratur (disebut struktur kristalin). Jenis garam
yang berbeda memiliki struktur kristalin yang berbeda. Kation dan anion dapat memiliki lebih dari
satu muatan positif atau negatif bila kehilangan atau mendapatkan lebih dari satu elektron. Dengan
demikian, mungkin dapat terbentuk berbagai jenis garam dengan rumus kimia yang bervariasi.
Proses dasar yang terjadi ketika natrium klorida terbentuk juga terjadi ketika garam-garam lainnya
terbentuk. Unsur logam akan kehilangan elektron membentuk kation dan unsur nonlogam akan
mendapatkan elektron membentuk anion. Gaya tarik-menarik antara muatan positif dan negatif
menyatukan partikel-partikel dan menghasilkan senyawa ionik.

Secara umum, muatan ion yang dimiliki suatu unsur dapat ditentukan berdasarkan pada letak unsur
tersebut pada tabel periodik. Semua logam alkali (unsur IA) kehilangan satu elektron untuk
membentuk kation dengan muatan +1. Logam alkali tanah (unsur IIA) kehilangan dua elektronnya
untuk membentuk kation +2. Aluminium yang merupakan anggota pada golongan IIIA kehilangan
tiga elektronnya untuk membentuk kation +3.

Dengan alasan yang sama, semua halogen (unsur VIIA) memiliki tujuh elektron valensi. Semua
halogen mendapatkan satu elektron untuk memenuhi kulit valensi sehingga
membentuk anion dengan satu muatan negatif. Unsur VIA mendapatkan dua elektron untuk
membentuk anion dengan muatan -2 dan unsur VA mendapatkan tiga elektron untuk
membentuk anion dengan muatan -3.

Berikut ini adalah tabel beberapa kation monoatom (satu atom) umum dan beberapa anion
monoatom umum yang sering digunakan para ahli kimia.

Beberapa Kation Monoatom Umum

Golongan Unsur Nama Ion Simbol Ion

IA Litium Kation Litium Li+

Natrium Kation Natrium Na+

Kalium Kation Kalium K+

IIA Berilium Kation Berilium Be2+

Magnesium Kation Magnesium Mg2+

Kalsium Kation Kalsium Ca2+


Stronsium Kation Stronsium Sr2+

Barium Kation Barium Ba2+

IB Perak Kation Perak Ag+

IIB Seng Kation Seng Zn2+

IIIA Aluminium Kation Aluminium Al3+

Beberapa Anion Monoatom Umum

Golongan Unsur Nama Ion Simbol Ion

VA Nitrogen Anion Nitrida N3-

Fosfor Anion Fosfida P3-

VIA Oksigen Anion Oksida O2-

Belerang Anion Sulfida S2-

VIIA Fluorin Anion Fluorida F–

Klorin Anion Klorida Cl–


Bromin Anion Bromida Br–

Iodin Anion Iodida I–

Hilanganya sejumlah elektron dari anggota unsur logam transisi (unsur golongan B) lebih sukar
ditentukan. Faktanya, banyak dari unsur ini kehilangan sejumlah elektron yang bervariasi, sehingga
dapat membentuk dua atau lebih kation dengan muatan yang berbeda. Muatan listrik yang dimiliki
ataom disebut dengan bilangan oksidasi. Banyak dari ion transisi (unsur golongan B)
memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa
logam transisi umum dengan bilangan oksidasi yang bervariasi.

Beberapa Logam Umum yang Memiliki Lebih dari Satu Bilangan Oksidasi

Golongan Unsur Nama Ion Simbol Ion

VIB Kromium Krom (II) atau Kromo Cr2+

Krom (III) atau Kromi Cr3+

VIIB Mangan Mangan (II) atau Mn2+


Mangano

Mangan (III) atau Mn3+


Mangani

VIIIB Besi Besi (II) atau Fero Fe2+

Besi (III) atau Feri Fe3+

Kobalt Kobalt (II) atau Kobalto Co2+


Kobalt (III) atau Co3+
Kobaltik

IB Tembaga Tembaga (I) atau Cupro Cu+

Tembaga (II) atau Cupri Cu2+

IIB Raksa Merkuri (I) atau Hg22+


Merkuro

Merkuri (II) atau Hg2+


Merkuri

IVA Timah Timah (II) atau Stano Sn2+

Timah (IV) atau Stani Sn4+

Timbal Timbal (II) atau Pb2+


Plumbum

Timbal (IV) atau Pb4+


Plumbik

Kation-kation tersebut dapat memiliki lebih dari satu nama. Cara pemberian nama
suatu kation adalah dengan menggunakan nama logam dan diikuti oleh muatan ion yang dituliskan
dengan angka Romawi di dalam tanda kurung. Cara lama pemberian nama suatu kation adalah
menggunakan akhiran –o dan –i. Logam dengan bilangan oksidasi rendah diberi akhiran –o.
Sementara, logam dengan bilangan oksidasi tinggi diberi akhiran –i.
Ion tidak selalu monoatom yang tersusun atas hanya satu atom. Ion dapat juga
berupa poliatom yang tersusun oleh sekelompok atom. Berikut ini adalah beberapa
ion poliatom penting yang disajikan dalam bentuk tabel.

Beberapa Ion Poliatom Penting

Nama Ion Simbol Ion Nama Ion Simbol Ion

Sulfat SO42- Hidrogen Fosfat HPO42-

Sulfit SO32- Dihidrogen Fosfat H2PO4–

Nitrat NO3– Bikarbonat HCO3–

Nitrit NO2– Bisulfat HSO4–

Hipoklorit ClO– Merkuri (I) Hg22+

Klorit ClO2– Amonia NH4+

Klorat ClO3– Fosfat PO43-

Perklorat ClO4– Fosfit PO33-

Asetat CH3COO– Permanganat MnO4–

Kromat CrO42- Sianida CN–


Dikromat Cr2O72- Sianat OCN–

Arsenat AsO43- Tiosianat SCN–

Oksalat C2O42- Arsenit AsO33-

Tiosulfat S2O32- Peroksida O22-

Hidroksida OH– Karbonat CO32-

Ketika suatu senyawa ionik terbentuk, kation dan anion saling menarik menghasilkan garam. Hal


yang penting untuk diingat adalah bahwa senyawanya harus netral, yaitu memiliki jumlah muatan
positif dan negatif yang sama.

Sebagai contoh, saat logam magnesium direaksikan dengan cairan bromin, akan terbentuk
senyawa ionik. Rumus kimia atau formula kimia dari senyawa yang dihasilkan dapat ditentukan
melalui konfigurasi elektron masing-masing unsur.

12 Mg  :  2  .  8  .  2

35 Br  :  2  .  8  .  18  .  7

Magnesium, merupakan unsur logam alkali tanah (golongan IIA), memiliki dua elektron valensi,
sehingga dapat kehilangan elektronnya membentuk suatu kation bermuatan +2.

12 Mg2+ :   2  .  8

Bromin adalah halogen (golongan VIIA) yang mempunyai tujuh elektron valensi, sehingga dapat
memperoleh satu elektron untuk melengkapi keadaan oktet (delapan elektron valensi) dan
membentuk anion bromide dengna muatan -1.

35 Br– :  2  .  8  .  18  .  8

Senyawa yang terbentuk harus netral, yang berarti jumlah muatan positif dan negatifnya harus
sama. Dengan demikian, secara keseluruhan, muatannya nol. Ion magnesium mempunyai muatan
+2. Dengan demikian, ion ini memerlukan dua ion bromida yang masing-masing memiliki satu
muatan negatif untuk “mengimbangi” muatan +2 dari ion magnesium. Jadi, rumus senyawa yang
dihasilkan adalah MgBr2.

Pada saat menuliskan nama senyawa garam, tulislah terlebih dahulu nama logamnya dan
kemudian nama nonlogamnya. Sebagai contoh, senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara litium
dan belerang, Li2S. Pertama kali, tulislah nama logammya, yaitu litium. Kemudian, tulislah nama
nonlogamnya, dengan menambah akhiran –ida sehingga belerang (sulfur) menjadi sulfida.

Li2S  :  Litium Sulfida

Senyawa-senyawa ion yang melibatkan ion-ion poliatom juga mengikuti aturan dasar yang sama.
Nama logam ditulis terlebih dahulu, kemudian diikuti nama nonlogamnya (anion poliatom tidak perlu
diberi akhiran –ida).

(NH4)2CO3 :  Amonium Karbonat

K3PO4 :  Kalium Fosfat

Apabila logam yang terlibat merupakan logam transisi dengan lebih dari satu bilangan oksidasi,
terdapat dua cara penamaan yang benar. Sebagai contoh, kation Fe 3+ dengan anion CN– dapat
membentuk senyawa Fe(CN)3.  Metode yang lebih disukai adalah menggunakan nama logam yang
diikuti dengan muatan ion yang ditulis dengan angka Romawi dan diletakkan dalam tanda kurung :
Besi (III). Namun, metode penamaan lama masih digunakan, yaitu dengan menggunakan akhiran –
o (bilangan oksidasi rendah) dan –i (bilangan oksidasi tinggi). Oleh karena ion Fe3+ memiliki bilangan
oksidasi lebih tinggi dari Fe2+, ion tersebut diberi nama ion ferri.

Fe(CN)3 :  Besi (III) Sianida

Fe(CN)3 :  Ferri Sianida

Tidak semua ikatan kimia terbentuk melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-atom juga
dapat mencapai kestabilan melalui mekanisme pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan
yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen. Senyawa kovelen adalah senyawa yang
hanya memiliki ikatan kovelen.

Sebagai contoh, atom hidrogen memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan
(isoelektronik dengan helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron tambahan. Saat dua atom
hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi peristiwa serah-terima elektron. Yang akan terjadi
adalah kedua atom akan menggunakan elektronnya secara bersama-sama. Kedua elektron (satu
dari masing-masing hidrogen) menjadi milik kedua atom tersebut. Dengan demikian, molekul
H2 terbentuk melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia yang berasal dari penggunaan
bersama satu atau lebih pasangan elektron antara dua atom. Ikatan kovalen terjadi di antara dua
unsur nonlogam.

Ikatan kovalen dapat dinyatakan dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan kovelen,
dimana elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau sepasang dot antara dua
atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan bersama (lone pair) digambarkan sebagai
pasangan dot pada atom bersangkutan. Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian elektron
pada kulit terluar (kulit valensi) yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali hidrogen dengan
dua elektron valensi (duplet).

Atom-atom dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua atom
menggunakan sepasang elektron bersama. Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi saat dua atom
menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara, ikatan rangkap
tiga terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan elektron bersama.
Senyawa ionik memiliki sifat yang berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada suhu kamar,
umumnya berbentuk padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi, serta bersifat elektrolit.
Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. Selain
itu, senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh yang relatif rendah bila dibandingkan dengan
senyawa ionik serta cenderung bersifat nonelektrolit.

Ketika atom klorin berikatan secara kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan elektron akan
digunakan bersama secara seimbang. Kerapatan elektron yang mengandung ikatan kovalen terletak
di tengah-tengah di antara kedua atom. Setiap atom menarik kedua elektron yang berikatan secara
sama. Ikatan seperti ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen nonpolar.

Sementara, apa yang akan terjadi bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak sama?
Kedua inti yang bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan menarik pasangan
elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya adalah pasangan elektron cenderung
ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang lebih elektronegatif. Ikatan semacam ini dikenal
dengan istilah ikatan kovalen polar.

Sifat yang digunakan untuk membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen


nonpolar adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan (kemampuan) suatu
atom untuk menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin besar nilai elektronegativitas,
semakin besar pula kekuatan atom untuk menarik pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel
periodik, pada satu periode, elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu
golongan, akan turun dari atas ke bawah.

Ikatan kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam ikatan adalah sama atau
bila beda elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada ikatan sangat kecil. Sementara,
pada ikatan kovelen polar, atom yang menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih kuat akan
sedikit lebih bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi sedikit lebih bermuatan
positif. Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin
besar beda elektronegativitas, semakin polar pula ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan,
apabila beda elektronegativitas atom-atom sangat besar, maka yang akan terbentuk justru
adalah ikatan ionik. Dengan demikian, beda elektronegativitas merupakan salah satu cara untuk
meramalkan jenis ikatan yang akan terbentuk di antara dua unsur yang berikatan.

Perbedaan Elektronegativitas Jenis Ikatan yang Terbentuk

0,0 sampai 0,2 Kovalen nonpolar

0,3 sampai 1,4 Kovalen polar

> 1,5 Ionik


Ikatan kovalen koordinasi (datif) terjadi saat salah satu unsur menyumbangkan sepasang elektron
untuk digunakan secara bersama-sama dengan unsur lain yang membutuhkan elektron. Sebagai
contoh, reaksi antara molekul NH3 dan ion H+ membentuk ion NH4+. Molekul NH3 memiliki sepasang
elektron bebas yang digunakan bersama-sama dengan ion H+. Molekul NH3 mendonorkan elektron,
sedangkan ion H+ menerima elektron. Kedua elektron digunakan bersama-sama.

Pada dasarnya senyawa kovalen memiliki aturan tata nama yang tidak berbeda jauh dari senyawa
ionik. Tulislah nama unsur pertama, kemudian diikuti dengan nama unsur kedua yang diberi
akhiran –ida.

HCl  :  Hidrogen Klorida

SiC  :  Silikon Karbida

Apabila masing-masing unsur terdiri lebih dari satu atom, prefik yang menunjukkan jumlah atom
digunakan. Prefik yang sering digunakan dalam penamaan senyawa kovelen dapat dilihat pada
tabel berikut.

Prefik Jumlah Atom Prefik Jumlah Atom

Mono- 1 Heksa- 6

Di- 2 Hepta- 7

Tri- 3 Okta- 8

Tetra- 4 Nona- 9

Penta- 5 Deka- 10

CO  :  Monokarbon Monoksida atau Karbon Monoksida

CO2 :  Monokarbon Dioksida atau Karbon Dioksida

Catatan : awalan mono- pada unsur pertama dapat dihilangkan

SO2 :  Sulfur Dioksida

SO3 :  Sulfur Trioksida


N2O4 :  Dinitrogen Tetraoksida

Senyawa kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H) tidak menggunakan tata nama di atas,
tetapi menggunakan nama trivial yang telah dikenal sejak dahulu.

B2H6 :  Diborana                            PH3 :  Fosfina

CH4 :  Metana                               H2O  :  Air

SiH4 :  Silana                                 H2S  :  Hidrogen Sulfida

NH3 :  Amonia

Referensi:

Andy. 2009. Pre-College Chemistry.

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.

 Andy Adom
 1 November 2009
 Alkali
 Anion
 Aturan Duplet
 Aturan Oktet
 Bilangan Oksidasi
 Chemistry for Grade X Students
 Elektrostatik
 Gas Mulia
 Halogen
 Ikatan Ionik
 Ikatan Kovalen
 Ion
 Kation
 Keelektronegatifan
 Kestabilan
 Koordinasi (Datif)
 Kristal
 Logam
 Molekul
 Netral
 Nonlogam
 Nonpolar
 Polar
 Polianion
 Polikation
 Prefik
 Reaktif
 Struktur Lewis
 Tata Nama Senyawa Kimia
Blog di WordPress.com. Tema: Franklin oleh Michael Burrows.
Tutup dan terima
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini,
Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie

Anda mungkin juga menyukai