Anda di halaman 1dari 3

HILANGNYA AKAL SEHAT, HILANGNYA ADAB TERHADAP PEMIMPIN

Salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk Alloh SWT lainnya adalah akal. Alloh SWT
memberikan manusia akal, sehingga membuat manusia mampu membedakan mana yang baik dan
buruk, mana yang benar dan salah. Di dalam Al Qur’an kata akal ditemukan dalam bentuk kata
kerjanya ya’qilun dan ta’qilun, masing-masing muncul dalam Al Qur’an sebanyak 22 kali dan 24 kali.
Pengulangan ini menunjukan pentingnya penggunaan akal dalam Islam.
Salah satu fungsi akal yang penting bagi manusia adalah sebagai alat untuk memperoleh
pengetahuan yang benar, memilah-milah segala pengetahuan yang didapat, menyimpan
pengetahuan yang benar, membuang pengetahuan yang salah, dan mengarsipkan segala
pengetahuan yang telah dipilah tersebut dalam memori manusia. Dari pengetahuan tersebutlah
manusia kemudian mengenali dirinya, lalu mengenali lingkungannya, memahami dan menjalankan
agamanya, hingga berujung kepada mengenal Alloh SWT.
Seseorang yang sehat akalnya berarti seseorang yang mampu melihat sebuah permasalahan
dengan baik sehingga dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan dalam Islam,
maupun bertindak sesuai dengan aturan hukum yang ada. Akal yang sehat juga berarti bahwa kita
mampu memilah mana pengetahuan yang benar dan mana pengetahuan yang salah, melalui proses
berpikir dan menalar, memperbandingkan antara satu informasi dengan informasi yang lain,
sehingga diperoleh pengetahuan atau informasi yang benar atau shahih.
Terdapat beberapa sebab yang membuat akal kita menjadi tidak sehat, salah satu diantaranya
adalah hawa nafsu kita sendiri. Hawa nafsu tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk, seperti
yang sering kita lihat dan rasakan, hawa nafsu sering muncul dalam bentuk keinginan dan hasrat
yang mengebu-gebu, keinginan yang lebih bersifat emosionil dibandingkan rasionil (sesuai dengan
pertimbangan akal).
Istilah akal sehat saat ini semakin populer, bahkan menjadi slogan kelompok tertentu untuk
menunjukan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang rasionil dalam memandang dan
menilai suatu permasalahan. Benarkah demikian?
Pada dasarnya kita dapat melihat bagaimana seseorang menggunakan akalnya atau tidak melalui
segala perkataan dan perbuatannya. Mari sekarang kita lihat bagaimana kelompok yang mengklaim
menggunakan akalnya ini berucap dan bertindak. Kelompok yang mengklaim menggunakan akal
sehat ini adalah kelompok yang paling bernafsu dalam meraih kekuasaan di negeri ini.
Para pengklaim akal sehat ini, dimana di dalamnya banyak juga saudara-saudara muslim kita,
menjadikan seorang atheis seperti Rocky Gerung sebagai salah satu panutannya, yang mengaku
paling memiliki akal yang sehat, akan tetapi untuk mengenal Tuhan pun dia tidak mampu, yang
menyatakan bahwa Al Qur’an adalah fiksi. Na’udzubillahi min dzalik, dari sini mungkin sudah terlihat
bahwa sebenarnya akal sehat kelompok ini sudah hilang. Dimanakah akalmu wahai saudara
muslimku???
Berikutnya, salah satu tolak ukurnya dapat dilihat dengan bagaimana mereka berucap dan
bertindak sesuai dengan apa yang disyari’atkan dalam Islam.
Dari segi ucapan, di tingkat arus bawah, para pengklaim akal sehat ini sering mengumbar kata-
kata umpatan dan hinaan, bahkan tidak jarang umpatan dan hinaan tersebut diarahkan kepada para
ulama yang berbeda pilihan politik dengan mereka, salah satunya kepada KH. Ma’ruf Amin, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Mereka juga dengan ringannya menggunakan kata
panggilan hewan kepada manusia, bahkan kepada saudara muslimnya, seperti panggilan “cebong”
dan “kampret”, padahal Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan kepada umatnya
untuk memanggil seseorang dnegan panggilan yang baik, karena itulah adab dalam Islam. Mereka
juga dengan sangat ringan memanggil orang yang berseberangan pendapat dengannya dengan
sebutan “dungu”, sebuah hinaan yang dianggap sebagai sesuatu wajar, karena mereka mengikuti
perilaku seorang atheis, bukan mengikuti adab Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam, dimanakah
akalmu wahai saudara muslimku???
Para pengklaim akal sehat ini juga dengan mudahnya menyebarkan kabar bohong di masyarakat,
khususnya kabar bohong yang bisa mereka gunakan untuk mendukung kepentingan politiknya.
Mereka, khususnya yang beragama Islam, sudah lagi tidak mengindahkan tuntunan dalam Islam,
mereka meninggalkan tabayyun, menuruti hawa nafsunya daripada akalnya. Beberapa kali kabar
bohong yang mereka sebarkan tersebut terungkap, beberapa kasus kabar bohong yang sempat
menyita perhatian publik diantaranya kasus hoax Ratna Sarumpaet dan kasus hoax 7 kontainer surat
suara tercoblos. Dimanakah akalmu wahai saudara muslimku???
Sebagai kelompok oposisi pemerintah, para pengklaim akal sehat ini juga sering menunjukan
bahwa mereka pengkritik pemerintah. Tentu saja hal ini adalah benar, karena dalam konteks negara
demokrasi, tugas oposisi adalah mengkritik dan memberikan alternatif solusi bagi pemerintah, akan
tetapi apakah caranya sudah dilakukan dengan benar? Dalam sistem politik dan pemerintahan kita,
fungsi pengawasan terhadap pemerintah ada di lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Melalui DPR inilah seharusnya oposisi menjalankan fungsinya mengkritik dan memberikan
alternatif solusi bagi kebijakan pemerintah yang dianggap salah. Faktanya, justru kritik dilempar di
ruang-ruang publik dengan tendensi menghasut dan memprovokasi publik dan memunculkan
perasaan kebencian dan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah, menciptakan ghibah dan
sangka buruk secara massif, di satu sisi tugas dan kewajibannya di DPR tidak dijalankan. Bukankah
setiap kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah seharusnya diketahui dan mendapatkan
persetujuan dari DPR? Lalu dimanakah akal sehat para politisi oposisi ini???
Tentu saja fenomena kehilangan akal sehat ini tidak hanya terjadi di kalangan para pengklaim
akal sehat saja, tetapi juga di kalangan pendukung fanatik pemerintah hari ini. Dan dari kedua belah
kelompok tersebut, umat muslim ada di dalam keduanya. Oleh karena itu pertanyaan dimanakah
akalmu wahai saudara muslimku? Tidak hanya kami sampaikan kepada para pengklaim akal sehat
yang ternyata lebih tidak sehat akalnya jika dilihat dari perkataan dan perilakunya, tetapi juga
kepada kelompok yang fanatik mendukung pemerintah, sehingga fanatismenya tersebut
menyebabkan hilangnya akal sehat. Karena salah satu tugas kita sebagai sesama muslim adalah
saling mengingatkan dalam kebaikan, bukan saling membenarkan dalam kesalahan.

Adab Terhadap Pemimpin Dalam Islam


Sikap mengkritik pemerintahan dalam koridor yang tidak benar dengan tujuan untuk menghasut
dan menciptakan perasaan benci dan tidak percaya di kalangan masyarakat terhadap pemerintah ini,
menyebabkan kita, khususnya sebagian kaum muslimin yang terhasut oleh kelompok oposisi ini
menjadi kehilangan adab terhadap pemimpin. Hilangnya adab terhadap pemimpin ini adalah salah
satu dampak hilangnya akal sehat kita dalam memandang dan menyikapi sebuah permasalahan.
Islam melalui Al Qur’an dan As Sunnah telah memberikan kepada kita kaum muslim bagaimana
adab kita seharusnya kepada seorang pemimpin, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Wajib mentaati pemimpin, kecuali jika pemimpin tersebut memerintahkan perbuatan maksiat.
Hal ini berdasarkan kepada perintah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam:

ِ ‫صيَّ ٍة فَإِ ْن أَ َم َر بِ َم ْع‬


َ‫صيَّ ٍة فَال َس ْم َع َوال طَا َعة‬ ِ ‫كرهَ إِال أَ ْن ي ُْؤ َم َر بِ َم ْع‬
َ ‫َعلَى ْال َمرْ ِء ْال ُم ْسلِ ِم ال َّس ْم ُع َوالطَّا َعةُ فِ ْي َما أَ َحبَّ َو‬

Artinya: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Wajib atas seorang muslim untuk
MENDENGAR & TAAT (kepada Pemimpin) pada apa-apa yang ia sukai atau ia benci, KECUALI bila
Pemimpin itu menyuruh untuk berbuat maksiat.” (HR.Bukhari no.2955, no.7144).

2. Melakukan protes kepada pemimpin dengan kata-kata yang baik

‫ فَقُواَل لَهُ قَوْ اًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر أَوْ يَ ْخش َٰى‬. ‫ْاذهَبَا إِلَ ٰى فِرْ عَوْ نَ إِنَّهُ طَغ َٰى‬
Artinya: Alloh SWT berfirman, “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan KATA-KATA LEMAH
LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat & takut.” (QS. Thaahaa: 43-44)

3. Islam melarang kita kaum muslim untuk menghina pemimpin

‫ حديث حسن‬:‫ رواه الترمذي وقال‬.ُ‫َم ْن أَهَانَ الس ُّْلطَانَ أَهَانَهُ هللا‬

Artinya: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang menghina seorang
pemimpin, maka Allah akan menghinakannya.” ( HR.Tirmidzi No. 2224)

4. Islam melarang memerangi pemimpin yang menegakan sholat

Ibnu ‘Umar berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َم ْن خَ لَ َع يَدًا ِم ْن طَا َع ٍة لَقِ َى هَّللا َ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة الَ ُح َّجةَ لَهُ َو َم ْن َماتَ َولَي‬
ً‫ْس فِى ُعنُقِ ِه بَ ْي َعةٌ َماتَ ِميتَةً َجا ِهلِيَّة‬

Artinya: “Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin, maka ia pasti
bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa yang
mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.”
(HR. Muslim no. 1851).

‫صلُّ َو‬ ِ ‫إِنَّهُ َسيَ ُكونُ َعلَ ْي ُك ْم أَئِ َّمةٌ تَع‬


َ ‫ْرفُونَ َوتُ ْن ِكرُون اَل َما‬

Artinya: Ditanyakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rosulullah, Bolehkah kami
memerangi pemimpin?” Rasulullah menjawab, “TIDAK SELAMA MEREKA MENEGAKKAN SHOLAT.”
(HR. Muslim & HR.Tirmidzi).

Beberapa adab kita terhadap kaum muslimin terhadap para pemimpinnya, termasuk presiden
sebagai pemimpin pemerintahan dan negara, sudah seharusnya dijaga. Jika ternyata pemimpin
dianggap salah atau dzalim, maka ada cara dan mekanisme yang bisa ditempuh. Saat ini cara dan
mekanisme yang ada sudah tidak lagi ditempuh, sebagian dari kita menegur pemimpin melalui aksi-
aksi hasutan terhadap publik, menyebarkan fitnah dan ujaran kebencian, menyebarkan sebuatan
dan hinaan yang merendahkan pemimpin. Dalam kondisi inilah kita sebenarnya telah keluar dari
nilai-nilai Islam, sebagian dari kita sudah layaknya kaum khawarij yang mendambakan dan merebut
kekuasaan yang sah dengan bungkus-bungkus agama.
Kita tidak akan pernah mendapatkan pemimpin yang baik dengan cara-cara yang tidak baik,
karena pemimpin adalah cerminan dari umatnya. Akhirul kalam, semoga ini menjadi pengingat bagi
diri kita semua, untuk tetap menjaga akal tetap sehat, tidak hanya sekedar klaim berakal sehat, akan
tetapi perilaku dan perbuatan justru menunjukan hilangnya akal sehat karena nafsu, menjaga segala
perkataan dan perbuatan kita sebagai kaum muslim agar tetap berada dalam nilai-nilai Islam,
sehingga siapapun nantinya pemimpin kita, dapat mereresentasikan nilai-nilai Islam yang kita
terapkan dalam kehidupan kita masing-masing sebagai umat mayotitas di negeri ini. Semoga selalu
diberkahi segalanya, semuanya, selamanya, aamiin ya robbal ‘alaamiin.

Anda mungkin juga menyukai