Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang memberi kesempatan kepada penyusun makalah ini,
sehingga dapat tersusun dengan baik sesuai dengan yang diharapkan nantinya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang mikrosko dan
metode mikrobiologi. Makalah ini tersusun masih banyak kekurangan dari segi
manapun, oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan teman-teman yang memberi sumber materi penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen pengajar yang telah banyak
memberi kesempatan dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amiin.....

Penyusun

Kelompok XIV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...................................................................................
I.2 Rumusan Masalah...............................................................................
I.3 Tujuan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Mikroskop dan mikroskopik…………………………………………
II.2 Reagen pewarnaan mikroorganisme…………………………………
II.3 Pewarnaan sederhana…………………………………………………
II.4 Pewarnaan negative………………………………………………….
II.5 Pewarnaan diferensia , pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,
spora dan san fagel………………………………………………….

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan ............................................................................
III.2 Saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengamati benda-benda
kecil yang tidak kasat mata atau mikroorganisme yang mikroskopis.
Mikroskop sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Adapun bagian-bagian mikroskop yang terdiri dari dari
lensa okuler, lensa objektif, lengan mikroskop, dan lain-lain yang akan
dibahas pada praktikum ini.
Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroba yang tak kasat mata, mikroba yang mencakup bermacam-macam
kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel tunggal maupun
kelompok sel bakteri, alga, protozoa, fungi mikroskopik bahkan virus.
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista
bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies
multisel tidak terlihat mata telanjang..
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme  yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali
bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Mikroorganisme yang hidup di alam memiliki morfologi, struktur dan sifat-
sifat yang khas, begitu juga dengan bakteri. Salah satu untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasikan ialah dengan
metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan. (Margaret F W 1989).

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian mikroskop dan mikroskopik?
2. Bagaiman reager pewarnaan mikroorganisme?
3. Bagaimana pewarnaan sederhana?
4. Bagaiman pewarnaan negatif?
5. Bagaimana pewarnaan diferensia , pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,
spora dan san fagel?
1.3 Tujuan
1. mengetahui mikroskop dan mikroskopik
2. mengetahui reager pewarnaan mikroorganisme
3. mengetahui pewarnaan sederhana
4. mengetahui pewarnaan negatif
5. mengetahui pewarnaan diferensia , pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,
spora dan san fagel

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Mikroskop dan mikroskopik
1. Mikroskop
Mikroskop adalah suatu alat yang berada didalam laboratorium
yang memberikan bayangan dari benda yang diperbesar hingga
ukuran tertentu hingga dapat dilihat dengan mata. (cindy : 2009).
. Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat
dengan mata. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek,
dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook dan Marcello Malphgi
yang mengadakan penelitian melalui lensa yang sederhana. Lalu
Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu
menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan
berbagai makhluk kecil lainnya.
Mikroskop yang umum digunakan dalam mikrobiologi
biasanya dilengkapi dengan tiga lensa objektif, masing-masing lensa
memberikan derajat pembesaran yang berlainan, yang terpancang
pada turret yaitu suatu alas (platform) yang dapat diputar untuk
menggerakkan masing-masing objektif sehingga letaknya segaris
dengan kondensor. Pembesaran total yang dapat dicapai dengan
salah satu objektif manapun ditentukan dengan mengalikan daya
pembesaran lensa objektif dengan daya pembesaran lensa mata,
yang biasanya 10 kali.
Mikroskopi merupakan keahlian dalam menggunakan
mikroskop, atau teknik yang digunakan  untuk menghasilkan detail
struktur gambar dari obyek kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang.

a. Mikroskop dan komponen-komponennya


Mikroskop terdiri atas kaki mikroskop yang dibuat berat dan
kokoh agar mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga
sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor.
Fungsi lensa-lensa tersebut yaitu :
a. Lensa okuler fungsinya memperbesar benda yang dibentuk oleh
lensa okuler. Letak lensa ini yaitu, dekat dengan mata.
b. Lensa obyektif fungsinya untuk menentukan bayangan objektif
serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa
objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x. Letak dari lensa
ini yaitu, dekat dengan benda yang diamati (dekat dengan
obyek).
c. Kondensor fungsinya sebagai lensa tambahan yang berfungsi
untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop.
Letak dari lensa ini yaitu dibawah meja preparat diatas
diafragma.
      Pada mikroskop modern terdapat alat penerang di bagian
dasar mikroskop berfungsi untuk menerangi preparat. Pada
mikroskop yang tanpa alat penerangan mempunyai cermin datar dan
cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermi berfungsi untuk
mengarahkan cahay yang berasal dari sumber cahaya luar ke dalam
kondensor. (Tim Dosen Pembina. 2012 : 2)

b. Komponen-komponen mikroskop
1. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat
lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak,
dan diperbesar dari lensa objektif 

2. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati,
lensa ini  membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di
mana lensa ini di atur oleh revolver untuk menentukan
perbesaran lensa objektif. 

3. Tabung mikroskop (Tubus), tabung ini berfungsi untuk


mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa
okuler. 
4. Makrometer (Pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk
menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. 

5. Mikrometer (Pemutar halus), pengatur ini berfungsi untuk


menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan
bentuknya lebih kecil daripada makrometer. 

6. Revolver, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa


objektif dengan cara memutarnya. 

7. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan
cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan
cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat
di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar
digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan
jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung karena
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya. 

8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya


yang masuk. 

9. Kondensor, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya


yang masuk, alat ini dapat putar dan di naik turunkan. 

10. Meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek


yang akan di amati. 

11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang
melapisi objek agar tidak mudah bergeser.

12. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada


mikroskop. 

13. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang


mikroskop. 
14. Sendi inklinasi (Pengatur sudut), untuk mengatur sudut atau
tegaknya mikroskop (sulistyaindriani : 2010).

c.Macam-macam mikroskop
1. Mikroskop cahaya

Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1.000


kali dari ukuran asli spesimen. Pada perbesaran yang lebih tinggi,
detail tambahan tidak lagi dapat dilihat dengan jelas. Adapun
teknik-teknik yang digunakan oleh mikroskop cahaya yaitu : 
- Medan terang (spesimen tak diwarnai) 
- Medan terang (spesimen diwarnai) 
- Fase-kontras 
- Diferensiasi-interferensi-kontras (nomarski) 
- Fluoresensi 
- Konfokus 
2. Mikoskop elektron

 
Mikroskop elektron adalah jenis mikroskop yan menggunakan
sinar partikel elektron untuk menerangi spesimen dan
menghasilkan gambar yang diperbesar. Mikroskop elektron
dibagi menjadi dua, yaitu : 
- Mikroskopi elektron payar (SEM), memfokuskan seberkas
elektron melalui spesimen atau pada permukaannya. Dengan
resolusi berbanding terbalik dengan panjang gelombang
radiasi. 
- Mikroskopi elektron transmisi (TEM), mengarahkan berkas
elektron melalui irisan spesimen yang sangat tipis, mirip
dengan cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui
obyek (slide).

II.2 Reager pewarnaan mikroorganisme


Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel
tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram
pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut.
Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti
Mycoplasma sp. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna
(Waluyo, 2004)
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan
bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur
dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna
yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui.
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu
pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang
baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah
garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan
negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna
dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan
basa. Langkah-langkah utama teknik pewarnaan pembuatan olesan
bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis, fiksasi dapat
dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti
sabun, formalin, fenol dan aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari
1 zat warna.

II.3 Pewarnaan sederhana


Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat
warna tunggal yang bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi sel
bakteri. Pada pewarnaan ini, zat warna yang digunakan salah satunya
adalah gentiana violet ( Pelczar, 2007)
Pada pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam zat
warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan
sekelilingnya. Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air
fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana,
merupakan pewarna yang paling umum digunakan Prosedur pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan
untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikroorganisme
bakteri. Pada bakteri dikenal bentuk yang bulat ( coccus), batang
(basil), dan dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan
bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai
(stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus),
bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay 1994).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana,
yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna
saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan
dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang
cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh
zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik),
ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
Prinsip dasar dari pewarnaan sederhana adalah adanya ikatan ion
antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari
pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna
asam dan pewarna basa. Pewarnaan asam merupakan pewarnaan yang
menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk
melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan
positif adalah metilen biru dan air furksin. Sedangkan Pewarnaan basa
atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri
tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi danukuran sel.

II.4 Pewarnaan negative


Pewarnaan negatif atau pengecetan negatif adalah pewarnaan yang
dilakukan bukan pada mikrobanya melainkan pewarnaan tersebut
ditunjukan pada latar belakang dari sel-sel mikroba menjadi gelap, zat
warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan
sekitarnya, sehingga bakteri tampak transparan dengan latar belakang
hitam. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri
tetapi latar belakngnya menjadi hitam gelap. Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak
mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan
kimia, maka terjadi penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Pada
pewarnaan negatif, lingkungan yang berwarna hitam disebabkan oleh
pewarna yang digunakan adalah nigrosin atau tinta cina yang memiliki
warna dasar hitam. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel
bakteri cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang
bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu
dinding sel menjadi tidak berwarna. (Alcamo,1996)
Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan
nigrosin, asam pikrat dan eosin. Teknik ini berguna untuk menentukan
moffologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka
terjadi penyusutan dan salah satu bentuk agar penentuan sel dapat
diperoleh denagan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin
atau tinta cina (Hadiotomo,1990).
Selain itu, disebutkan juga pustaka bahwa bakteri merupakan
organisme mikroseluler yang pada dinding selnya mengandung ion
negatif, zat warna (nigrosin) yang bermuatan negatif tidak akan
mewarnai sel tetapi yang terwarnai adalah lingkungan luarnya saja
(entjang,2003)

II.5 Pewarnaan diferensia : pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,


spora dan flagel

Pewarnaan differensial
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat
berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal
identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada
membran sel bakteri. (Manurung, 2010). Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan


menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu,
pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang
tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan
beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari
kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial
(berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum
sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan
biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat


warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif
akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci
dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarn
aan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara
dinding sel  dan membran sitoplasma organisme gram positif,
sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel.
Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi
peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting


untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat
yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif yaitu:
1. Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

a. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal


atau monolayer.
b. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),
peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
c. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
d. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti
ungu kristal.
e. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
g. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
h. Tidak peka terhadap streptomisin
i. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
                    
2.Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

a. Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau


multilayer.
b. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),
peptidoglikan terdapat didalam

c. lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat
kering, tidak mengandung asam tekoat.

d. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.

e. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar


misalnya kristal violet.

f. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.

g. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.

h. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat

i. Peka terhadap streptomisin

j. Toksin yang dibentuk Endotoksin

b. Pewarnaan Tahan Asam


Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak
dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun
jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui
proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan
diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun
seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA). Pewarnaan tahan asam Tipe pewarnaan diferensial lebih dari
satu pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan
kandungan dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid
kompleks yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.

Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa


keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium
tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang
paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009).

 Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)

c. Pewarnaan Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan
Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora
bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus
dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan
oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan
hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel
vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya
spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel
vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna
khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan
bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat
warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora
bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai
spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu
sendiri.Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat.Yang
mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri,
atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam
proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian
dimanfaatkan untuk di warnai menggunakan pewarna tertentu,
dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut pelczar
(1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat
kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan.
Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton

d. Pewarnan kapsul
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi
dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap
fagositosis ( baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas ) atau
perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul
merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh
komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang
bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran
kapsul. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan
juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu
spesies.
Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk
virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air.
Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa ( misalnya
dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino
(misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik),
polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus
antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B disentri).
Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau
modifikasi dari cara itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini
( metode Welch) meliputi pemberian larutan kristal ungu panas
disusul kemudian dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat.
Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna
berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan
simpai. Garam tembaga memberi pula warna pada latar belakang,
sehingga sel dan latar belakang akan tampak biru tua dan simpai
berwarna biru yang lebih muda. Pewarnaan ini menggunakan
larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika
pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga
juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap. 
 
e. Pewarnaan flagel
Flagel merupakan organel sel yang tidak dapat dilihat dengan
pewarnaan biasa. Untuk itu pewarnaan khusus atau dengan
mikroskop electron. Pewarnaan flagel dengan memberi suspense
koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk
presipitat tebal pada dinding sel dan flagel. Dikenal 4 jenis flagel :
a. Monotrikh, flagel tunggal pada salah satu ujung,
missal :  Vibrio sp.
b.   Lofotrikh, terdapat 1/lebih flagel disalah satu ujung
missal: Alcalingenes  sp
c.    Amfitrikh, terdapat 1/lebih flagel di kedua ujung,
missal: Alcalingenes sp
d.    Peritrikh, flagel terbesar diseluruh badan kuman,
misal: Pruteus vulganis
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1.) Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroba yang tak kasat mata, mikroba yang mencakup bermacam-
macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel bakteri, alga, protozoa, fungi mikroskopik
bahkan virus. Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan
2.)Mikroskop merupakan sebuah alat untuk melihat obyek atau benda-benda
yang terlalu kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Kata
mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata.
3.) Teknik perwarnaan bakteri yaitu Pewarnaan sederhana, Pewarnaan
Negatif, Pewarnaan Diferensial: pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,
spora dan san fagel

III. 2 Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar pembaca dapat
mengambil manfaat dan pengetahuan dari makalah ini serta dapat berbagai
macam tekhnik dalam pewarnaan mikroorganisme.
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih
lengkap tentang gagal jantung, pembaca dapat membaca dan mempelajari
buku – buku yang berhubungan dengan gagal jantung.
DAFTAR PUSTKA
Alcamo I.E. 1996. Farmingdale: Addison Wesley publi. Laboratory
fundanmentals of microbiology shing company.

Anonymous, 2009 . produksi tanaman anggrek tahun. 2005-2009. Badan statistik.


Indonesia

cindy.2009. pengertian mikroskop. http://justcindyz/wordpress.com

Entjang, Indan, 2003. Mikrobiologi dan parasitologi untuk akademi perawat dan
sekolah tenaga kesehatan yang sederajat. PT. CITRA ADITIA BAKTI.
Bandung

Hadioeotomo. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam praktek. Gramedia.jakarta.

Indriani, Sulistya. 2010. Bagian-bagian mikroskopdan fungsinya. Diunduh dari


http://sulistyaindriani.wordpress.com/2010/07/12/bagian-bagian mikroskop
dan fungsinya

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga


Grafindo Persada.
Margareth F W. 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Pelczar, MJ., Chan, E.C.S, 2007. Dasar-dasar mikrobiologi jilid ke-1.
Hadioetomo, R.S., Imas, Tdari ., Tjitrosmo,S.S., Angka, S.L., penerjemah.
Jakarta: UI Press . Terjemahan dari : Element of microbiology

Tim dosen pembina. 2015. Petunjuk praktikum biologi umum. Jember: universitas
jember

Volk, W.A dan M.F Wheleer, 1998, mikrobiologi dasar , jil 2, ed 5, terjemahan S.
Adisoemarto,Erlangga, Jakarta.

Waluyo, Lid. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.

Anda mungkin juga menyukai