Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

Tujuan Instruksional Umum

Setelah akhir kuliah diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Pusat Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah akhir kuliah diharapkan mahasiswa dapat:


1. menjelaskan proses pembangkitan tenaga listrik pada PLTP,
2. menyebutkan macam-macam PLTP dan menjelaskan prinsip kerjanya,
3. menyebutkan dan menjelaskan peralatan utama pada PLTP.

6.1 Pendahuluan
Pada prinsipnya bumi merupakan pecahan dari matahari, karena hal inilah maka bumi
mempunyai inti yang panas sekali berbentuk cair dan padat. Karena panasnya, semua batuan
disekitarnya berubah menjadi cair. Cairan yang bersuhu tinggi inilah yang disebut magma,
yang umumnya ada di perut gunung. Magma inilah yang menyebabkan adanya energi panas
dari dalam bumi yang menyembur keluar permukaan bumi, berupa sumber-sumber uap dan
air panas.
Bumi pada dasarnya terdiri dari beberapa lapisan, dan lapisan-lapisan bumi ini tidak
semuanya mempunyai temperatur yang tinggi seperti inti bumi yang panas. Lapisan kulit
bumi terdiri atas lapisan kulit yang mempunyai tebal 30 – 40 km di laut. Lapisan berikutnya
disebut mantel, yang terdiri atas batu-batuan yang tebalnya kira-kira 3000 km, dan berbatasan
dengan inti cair yang tebalnya mencapai 2000 km. Lapisan terakhir ialah inti yang keras yang
0
mempunyai diameter 2600 km, temperaturnya mencapai 5000 C sedang temperatur
mantelnya mencapai 1000 0C, untuk jelasnya lihat Gambar 6.1 Isi bumi terdiri atas inti,
mantel dan lapisan kulit.
Panasnya inti disebabkan oleh dua hal, yaitu: pertama oleh tekanan-tekanan yang luar
biasa besarnya karena gravitasi bumi, dan kedua karena bumi banyak mengandung bahan
radio aktif. Bahan radioaktif ini membangkitkan sejumlah panas yang tinggi. Panas akan
keluar dengan sendirinya, tetapi ditahan oleh mantel yang mengelilinginya. Walaupun panas

VI - 1
tertahan oleh mantel bumi, namun permukaan bumi masih mempunyai sejumlah panas.
Besarnya panas ini menurut para ahli rata-rata berjumlah 400 kcal/m2 setahunnya, dan jika
dirubah ke dalam energi listrik maka akan menghasilkan energi yang cukup besar dalam
setahunnya.

Gambar 6.1 Isi bumi terdiri atas inti, mantel dan lapisan kulit bumi

6.2 Energi Panas Bumi


Menurut perkiraan arus energi terbesar terdapat di lautan, dengan perkiraan 1%
jumlah energi dapat dimanfaatkan dengan efisiensi 25%, dan faktor kapasitas kira-kira 50%,
maka menghasilkan energi sebesar 200 GW, atau 200.000 MW, ini merupakan potensi yang
cukup menjanjikan. Sumber-sumber air panas maupun sumber uap panas yang sering timbul
di permukaan merupakan batu-batu yang meleleh atau magma yang terkena panas dari inti
bumi. Gambar 6.2 memperlihatkan secara skematis terjadinya sumber uap, yang biasanya
disebut fumarole dan geyser, serta sumber air panas.

Gambar 6.2 Skema terjadinya sumber air panas dan sumber uap

VI - 2
Magma yang terletak dalam lapisan mantel, memanasi suatu lapisan batu padat.
Di atas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu batu yang mempunyai banyak
lubang kecil. Bila lapisan batu ini berisi air yang berasal dari air tanah, atau resapan air hujan,
atau resapan air danau misalnya, maka air itu turut dipanaskan oleh lapisan batu yang panas.
Bila panasnya tinggi maka terbentuk air panas, bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan batu
yang berpori. Bilamana di atas lapisan batu berpori terdapat lagi lapisan batu padat, maka
lapisan batu berpori akan berfungsi seperti boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan
berusaha keluar, dalam hal ini ke atas, yaitu ke arah permukaan bumi. Hal ini akan terjadi bila
ada celah-celah atau pecahan-pecahan batu padat. Demikian terjadinya sumber air panas dan
sumber uap.
Di Indonesia banyak terdapat sumber-sumber energi panas bumi antara lain di Jawa
Barat, berupa air panas di Cipanas, untuk pemandian. Gejala panas bumi biasanya tampak di
permukaan bumi dengan tampaknya mata air panas, fumarola, geyser dan sulfatora.
Pengambilan uap alam yang bersuhu dan bertekanan tinggi ini dapat dilakukan dengan
pengeboran khususnya untuk pembangkit listrik. Untuk mengetahui potensi panas bumi
digunakan data geologi, geofisika dan geokimia. Dari data-data ini dapat diberikan parameter
yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi panas bumi di suatu daerah, maka
terciptalah rumus-rumus, tetapi masih ada kelemahannya, karena hanya memperkirakan garis
besarnya saja.
a) Rumus metode Perry

E = D X Dt X P [kCal/det] ............................................................. (6.1)

keterangan:
E = energi
D = debit [L/det]
Dt = perbedaan suhu air panas dan air dingin
P = panas jenis [kCal/kg]
b) Rumus metode Bandwell

E = M (h1 – h2) [kWh] .................................................................. (6.2)

keterangan:
E = energi

VI - 3
M = massa uap panas bumi yang terdiri dari cairan dan uap suatu
waduk [kg]
h1 = entalphy uap pada uap panas mula-mula [BTU/lb]
h2 = entalphy uap pada uap panas setelah dingin [BTU/lb]
note: satuan suhu dalam derajat fahrenheit [0F]

6.3 Macam-macam PLTP


a. PLTP dengan uap basah
Sangat mudah dan menguntungkan apabila dalam pemanfaatan sumber daya
panas bumi, yang keluar dari perut bumi adalah langsung berbentuk uap kering. Pada
umumnya sumber daya panas bumi yang keluar dari perut bumi merupakan uap basah
yang mengandung sejumlah air, yang harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum uap
tersebut masuk ke dalam turbin.
Yang paling banyak didapat adalah air panas bertekanan (uap basah) yang
setelah mencapai permukaan, mencetus dan memisah menjadi 20% uap dan 80% air.
Dalam separator , air dan uap dipisahkan. Airnya diinjeksikan kembali ke dalam tanah,
untuk sebanyak mungkin menjaga keseimbangan jumlah air yang tersedia dalam
tanah. Gambar 6.3 memperlihatkan skema PLTP dengan uap panas.

Gambar 6.3 Skema PLTP dengan uap panas

b. PLTP dengan Air Panas


Sumber panas bumi yang lain yang ada dipermukaan bumi adalah air panas,
atau lebih tepat air asin panas (disebut brine) yang suhunys tidak seberapa tinggi, dan

VI - 4
mengandung banyak mineral. Persoalannya adalah, jika air ini disalurkan langsung
melalui pipa, dikhawatirkan campuran mineral yang ikut arus naik ke atas akan dapat
memperkecil diameter pipa bahkan dapat menjadi buntu. Hal ini dapat mengganggu
proses pembangkitan energi listrik. Untuk mencegah air panas yang melalui pipa ini
mencetus, maka dipergunakan sistem biner (binary system) seperti gambar 6.4.

Gambar 6.4 Skema PLTP dengan air panas (sistem biner)

c. PLTP dengan Batuan Panas


Telah dikemukakan bahwa sumber energi panas bumi sebagian besar
berbentuk air panas dan hanya sebagian kecil saja yang berbentuk uap kering. Dalam
kaitan ini dapat dikatakan juga lebih banyak energi panas bumi dalam bentuk batu
panas yang kering. Panas dari batuan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber uap yang
selanjutnya akan dapat menghasilkan energi listrik, setelah melalui sistem pembangkit
(perhatikan gambar 6.5). Cara ini masih merupakan gagasan dan belum ada suatu
proyek pelaksanaan.

VI - 5
Gambar 6.5 Skema PLTP dengan batuan panas

6.4 Prinsip Kerja PLTP

PLTP sesungguhya adalah sebuah PLTU, hanya saja uapnya didapat dari perut bumi.
Oleh karena itu, PLTP umumnya terletak di pegunungan dan dekat dengan gunung berapi.
Pada gambar 6.6a, uap masuk di bagian tengah kemudian mengalir ke kiri dan ke kanan
(aliran ganda). Uap didapat dari suatu kantong uap dalam perut bumi. Kantong uap ini
terbentuk dalam tanah diatas suatu lapisan batuan yang keras dan ada di atas magma. Di atas
lapisan batuan yang keras ini, terdapat rongga yang mendapat air dari lapisan humus di bawah
hutan yang menahan air hujan. Dalam rongga ini air menjadi uap sehingga rongga menjadi
berisi uap (menyerupai ketel uap). Dari atas tanah dilakukan pengeboran ke arah rongga yang
berisi uap sehingga uap menyembur ke atas permukaan bumi. Semburan uap kemudian
diarahkan (dialirkan) ke turbin uap penggerak generator. Setelah menggerakkan turbin uap,
kemudian uap diembunkan dalam kondensor, dan setelah mengembun menjadi air,
disuntikkan kembali ke perut bumi menuju rongga uap tersebut di atas sehingga didapat siklus
uap dan air yang tertutup.

VI - 6
Gambar 6.6a Rotor turbin PLTP Kamojang 55 MW
Tekanan uap yang didapat dari perut bumi umumnya hanya berkisar pada 20 kg/cm2,
sedangkan tekanan uap pada PLTU konvensional dapat mencapai 100 kg/cm2. Hal ini
menyebabkan turbin uap PLTP mempunyai dimensi yang relative besar dibandingkan turbin
uap PLTU konvensional. Selain itu, uap dari perut bumi kebanyakan mempunyai kandungan
belerang yang relative tinggi sehingga hal ini perlu diperhitungkan pada material turbin.
Karena jumlah kandungan uap dalam suatu rongga uap (seperti tersebut di atas)
jumlahnya terbatas, maka daya PLTP yang dibangun harus disesuaikan dengan perkiraan
kandungan uap nya. Di lain pihak, peralatan sebuah PLTP diperkirakan mempunyai umur
ekonomis sekitar 20 tahun. Oleh karena itu, PLTP harus dibangun dengan daya terpasang
sedemikian sehingga pemakaian uapnya tidak menghabiskan kandungan uap yang tersedia
dalam waktu kurang dari 20 tahun. Sebagai contoh : PLTP Kamojang milik PLN di Jawa
Barat mempunyai daya terpasang 150 MW, di Derajat Jawa Barat 55 MW.
Operasi PLTP lebih sederhana daripada operasi PLTU karena pada PLTP tidak ada
ketel uap. Biaya operasinya lebih kecil dibanding biaya operasi PLTU karena tidak ada
pembelian bahan bakar. Tetapi biaya investasinya lebih tinggi karena penemuan kantong uap
dalam perut bumi memerlukan biaya eksplorasi dan pengeboran tanah yang tidak kecil.
Seringkali pengeboran dan penyediaan uap dilakukan oleh perusahaan pertambangan,
misalnya PERTAMINA, kamudian uap dibeli oleh perusahaan listrik, misalnya PLN. Dalam

VI - 7
hal demikian, perusahaan listrik harus memperhitungkan biaya uap sebagai biaya operasi
yang belum tentu lebih murah daripada biaya bahan bakar PLTU.
Masalah lingkungan PLTP yang memerlukan perhatian adalah masalah kebisingan dan
masalah uap yang mengandung belerang yang dalam udara dapat menghasilkan gas H2S yang
baunya busuk. Bahan ikutan pada uap yang berasal dari perut bumi ini dapat juga diproses
untuk dipisahkan sehingga PLTP dapat mempunyai produk sampingan seperti belerang.
Seperti terlihat pada gambar 6.6b, pelestarian hutan daerah kantong uap diperlukan agar
kantong uap selalu mendapat air tanah sehingga tidak cepat habis uapnya.

TU: Turbin Uap; Kd: Kondensor kontak langsung; Kt: Katup; G: Generator; P: Pompa
Gambar 6.6b Skema sirkuit uap dan air pada PLTP

Contoh PLTP komersial pertama di Indonesia yaitu: PLTP Kamojang

Indonesia memiliki sumber daya panasbumi terbesar di dunia. Hingga saat ini telah
diketahui 251 lokasi panas bumi dengan total potensi sebesar 27.000 MW. Energi panas bumi
memiliki keunggulan yaitu bersih dan sustainable. Akan tetapi, tidak seperti kebanyakan
sumber energi lainnya, sumber energi panas bumi tidak dapat ditransportasikan, sehingga
harus dikembangkan di tempat dekat sumber panas bumi yang pada umumnya berada di
daerah perbukitan dan terpencil.

VI - 8
Gambar 6.7 Diagram alir PLTP kawah Kamojang di Garut, Jawa Barat. Daya terpasang
30 MW dan merupakan PLTP komersial pertama di Indonesia. Beroperasi tahun 1982/1983.

Keterangan gambar:

Receiving header (1), flow meter (2) separator (3) dan demister (4) main steam
valve/electric control valve/governor valve (5) turbine (6) generator (7), step-up transformer
(8), sistem penyaluran Jawa-Bali (9), condenser (10) dua buah cooling water pump (11),
cooling water (12) sistem ekstraksi gas terdiri atas first-stage dan second-stage (13). Di PLTP
Darajat terdiri dari ejector dan liquid ring vacuum pump, sumur reinjeksi (14). reservoir (15).
primary pump (16) after condenser dan intercondenser (17).

Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header (1), yang
berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terjadi
perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya melalui flow meter (2) dialirkan ke
separator (3) dan demister (4) untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air

VI - 9
yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan
pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbine.

Uap yang telah bersih dialirkan melalui main steam valve/electric control
valve/governor valve (5) menuju ke turbin (6). Di dalam turbin, uap tersebut berfungsi untuk
memutar double flow condensing yang dikopel dengan generator (7), pada kecepatan 3000
rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV, 3
fasa. Melalui step-up transformer (8), tegangannya dinaikkan hingga 150 kV, selanjutnya
dihubungkan secara paralel dengan sistem penyaluran Jawa-Bali (9).

Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari turbin harus
dalam kondisi vakum (0,10 bar), dengan mengkondensasikan uap dalam condenser (10)
kontak langsung yang dipasang di bawah turbine. Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi
atas condenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin
yang diinjeksikan lewat spray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal
oleh dua buah cooling water pump (11), lalu didinginkan dalam cooling water (12) sebelum
disirkulasikan kembali.

Untuk menjaga kevakuman kondensor, gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan
secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas ini mengandung: CO2 85-90% wt; H2S
3,5% wt; sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di Kamojang dan Gunung Salak, sistem
ekstraksi gas terdiri atas first-stage dan second-stage (13) sedangkan di Darajat terdiri dari
ejector dan liquid ring vacuum pump.

Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari
air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur
reinjeksi (14). Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan
mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5
forced draft fan. Proses ini terjadi di dalam cooling water.

Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam cooling water,
sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir (15). Reinjeksi dilakukan untuk
mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi ground subsidence, menjaga
tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari reservoir disirkulasikan lagi oleh
primary pump (16). Kemudian melalui after condenser dan intercondenser (17) dimasukkan
kembali ke dalam reservoir.

VI - 10
Contoh Soal

1. Apakah perbedaan antara PLTP dengan PLTU ?

Jawaban: PLTP sesungguhnya adalah sebuah PLTU, hanya saja uapnya didapat dari perut
bumi. Oleh karena itu, PLTP umumnya terletak di pegunungan dan dekat dengan
gunung berapi.
2. Sebutkan 3 macam alat bantu PLTP dan jelaskan fungsinya !
Jawaban: 1. Steam receiving header, berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami
gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi; 2. Separator dan
demister, berfungsi untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air yang
terbawa di dalamnya; 3. Governor , berfungsi mengndalikan/menjaga agar putaran
turbin konstan sehingga frekuensi tegangan keluaran generator juga konstan.

Rangkuman

Ada tiga macam PLTP, yaitu: PLTP dengan uap basah, PLTP dengan Air Panas, PLTP
dengan Batuan Panas.

Indonesia memiliki sumber daya panas bumi terbesar di dunia. Hingga saat ini telah diketahui
251 lokasi panas bumi dengan total potensi sebesar 27.000 MW. Energi panas bumi memiliki
keunggulan yaitu bersih dan sustainable. Akan tetapi, tidak seperti kebanyakan sumber energi
lainnya, sumber energi panas bumi tidak dapat ditransportasikan, sehingga harus
dikembangkan di tempat dekat sumber panas bumi yang pada umumnya berada di daerah
perbukitan dan terpencil.

Operasi PLTP lebih sederhana daripada operasi PLTU karena pada PLTP tidak ada ketel uap.
Biaya operasinya lebih kecil dibanding biaya operasi PLTU karena tidak ada pembelian bahan
bakar. Tetapi biaya investasinya lebih tinggi karena penemuan kantong uap dalam perut bumi
memerlukan biaya eksplorasi dan pengeboran tanah yang mahal.

Soal-soal Latihan

a. Jelaskan proses konversi energi menjadi energi listrik pada PLTP !


b. Sebutkan 3 macam PLTP dan jelaskan prinsip kerjanya !
c. Sebutkan 3 bagian utama pada PLTP dan jelaskan fungsinya !

VI - 11

Anda mungkin juga menyukai