Setelah akhir kuliah diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Pusat Listrik
Tenaga leieiD )PLTD(.
VII - 1
(hanya sekitar 1,8 kali). Hal ini disebabkan karena proses pembilasan ruang bakar
silinder mesin diesel 2-langkah tidak sebersih diesel 4-langkah sehingga proses
pembakarannya tidak sesempurna seperti pada mesin diesel 4-langkah. Karena proses
pembakaran ini, maka efisiensi mesin diesel 2-langkah tidak bisa sebaik efisiensi mesin
diesel 4-langkah. Pemakaian bahan bakarnya lebih boros.
KM: Katup Masuk; KB: Katup Buang; P: Pengabut Bahan Bakar; K: Karter (berisi minyak pelumas dan udara)
Gambar 7.1 Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah
LM: Lubang Masuk; LB: Lubang Buang; P: Pengabut Bahan Bakar; K: Karter (berisi minyak pelumas dan udara)
Mesin Diesel 2-langkah lebih cocok digunakan pada keperluan yang memerlukan
penghematan ruangan, seperti pada lokomotif kereta api atau pada kapal laut.
VII - 2
a. KM dibuka dan KB ditutup.
b. Torak bergerak ke bawah, lalu udara bersih masuk ke silinder melalui KM.
2. Langkah 2 (Langkah Kompresi)
a. KM dan KB ditutup.
b. Torak bergerak ke atas, lalu udara bersih dalam silinder dimampatkan.
c. Pada akhir langkah kompresi, bahan bakar disemprotkan dan meledak.
3. Langkah 3 (Langkah Tenaga):
a. KM dan KB ditutup.
b. Torak bergerak ke bawah dengan dorongan gas yang diledakkan.
4. Langkah 4 (Langkah Buang):
a. KM ditutup dan KB dibuka.
b. Torak bergerak ke atas, lalu gas hasil pembakaran dibuang melalui KB.
Mesin ini disebut sebagai Mesin Diesel 4-langkah karena dalam setiap 4 langkah terjadi
satu kali langkah bertenaga dengan dorongan gas hasil pembakaran/ledakan.
VII - 3
7.2 Pengaruh Jumlah Putaran
Untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, umumnya digunakan mesin diesel 4-
langkah karena masalah ruangan tidak menjadi soal dan yang lebih penting ialah
pemakaian bahan bakarnya lebih hemat. Karena frekuensi yang harus dihasilkan
generator harus konstan 50 Hertz atau 60 Hertz, maka putaran mesin diesel harus
konstan. Di pasaran, terdapat unit pembangkit diesel dengan putaran (untuk frekuensi
50 Hertz) dari 300 putaran per menit sampai dengan 1.500 putaran per menit (ppm).
Untuk daya yang sama, makin tinggi nilai ppm nya, makin kecil dimensi unit
pembangkitnya dan harganya per kW terpasang juga lebih murah. Tetapi karena
banyaknya bagian yang bergerak pada mesin Diesel, makin tinggi nilai ppm mesin
Diesel, makin sering mesin Diesel tersebut mengalami gangguan. Oleh karena itu, untuk
unit pembangkit diesel yang harus beroperasi kontinu lebih baik digunakan pembangkit
yang mempunyai nilai ppm rendah. Sedangkan untuk unit pembangkit cadangan, dapat
digunakan unit dengan nilai ppm yang tinggi.
Dengan memperhatikan buku petunjuk pabrik, mesin-mesin diesel yang
mempunyai nilai ppm rendah, sampai dengan 500 ppm, dapat menggunakan bahan
bakar minyak (BBM) dengan kualitas No. 2 dan No. 3 yang harganya relative lebih
murah daripada bahan BBM kualitas No. 1 BBM untuk mesin diesel yang tersedia di
Indonesia disediakan oleh PERTAMINA, yaitu :
Kualitas No. 1 : High Speed Diesel Oil, biasa disingkat HSD
Kualitas No. 2 : Intermediate Diesel Oil, biasa disingkat IDO
Kualitas No. 3 : Marine Fuel Oil, biasa disingkat MFO
Mesin Diesel dengan nilai ppm di atas 500 ppm, harus menggunakan HSD.
Mesin Diesel dengan nilai ppm rendah, sampai dengan 500 ppm, memakai MFO
dimana harus dipanaskan terlebih dahulu agar tercapai viskositas yang cukup rendah.
Apabila menggunakan IDO, maka tidak diperlukan pemanas terlebih dahulu.
Gas dapat juga digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel, tetapi mesin Diesel
seperti ini harus didesain khusus. Ada juga mesin Diesel yang didesain untuk dapat
menggunakan bahan bakar minyak maupun gas. Umumya apabila digunakan gas
VII - 4
(BBG), maka daya keluar dari mesin Diesel lebih rendah dibanding dengan apabila
menggunakan BBM (kira-kira 80%).
Daya keluaran dari poros mesin diesel 4-langkah dinyatakan oleh persamaan
(7.1):
n
P = S.A.I.BMEP x x k. [Daya Kuda] (7.1)
2 atau 1
keterangan :
P = Daya yang keluar dari poros mesin Diesel [Daya Kuda]
S = Jumlah silinder
A = Luas permukaan torak [cm2]
I = Langkah torak [meter]
BMEP = Brake Mean Effective Pressure = Tekanan rata-rata [kg/cm2]
n = Jumlah putaran poros per detik [ppd]
2 = Pembagi n untuk mesin Diesel 4-langkah
1 = Pembagi n untuk mesin Diesel 2-langkah
k = Konstanta satuan = 1/75, mengingat bahwa 1
Daya Kuda = 75 kgm/detik
Dengan memperhitungkan efisien generator yang diputar oleh mesin diesel dan
mengingat bahwa 1 Daya Kuda = 736 Watt, maka apabila daya keluar mesin Diesel
diketahui, selanjutnya dapat dihitung daya keluar dari generator yang diputar mesin
Diesel.
Dalam pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan mesin Diesel, putaran
mesin Diesel harus konstan agar frekuensi yang didapat dari generator selalu konstan 50
Hz atau 60 Hz sehingga untuk pengaturan daya keluar dari generator (dengan mengacu
kepada persamaan (7.1)), yang dapat diatur hanya nilai BMEP. Pengaturan nilai BMEP
ini dilakukan dengan mengatur pemberian bahan bakar yang harus diikuti oleh
pengaturan pemberian udara. Hal ini disebabkan bahan bakar memerlukan udara untuk
pembakaran.
Terlalu banyak udara atau terlalu sedikit udara untuk pembakaran menyebabkan
pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin Diesel menjadi tidak efisien.
VII - 5
Gambar 7.3a PLTD Sungai Raya Pontianak Gambar 7.3b Kurva efisiensi unit
(Kalimantan Barat) 4x8 MW di mana pondasi Pembangkit Diesel.
mesin berada di atas permukaan tanah dan
jumlah silinder 16 dalam susunan V
VII - 6
Dari segi pemeliharaan dan perbaikan, unit pembangkit Diesel tergolong unit
yang banyak menimbulkan masalah, khususnya yang menyangkut mesin Dieselnya. Hal
ini disebabkan karena banyaknya bagian-bagian yang bergerak dan bergesek satu sama
lain sehingga menjadi aus dan memerlukan penggantian secara periodik. Untuk itu,
diperlukan manajemen pemeliharaan beserta penyediaan suku cadang yang teratur.
Pendinginan mesin Diesel meliputi pendinginan silinder dan pendinginan minyak
pelumas. Keduanya menggunakan penukar panas (heat exchanger) yang menggunakan
air atau udara (radiator). Minyak pelumas untuk mesin Diesel mempunyai syarat lain
dibandingkan yang untuk turbin. Hal ini disebabkan pada mesin Diesel, minyak
pelumas selain melumasi bantalan, juga melumasi cincin toorak (piston ring) dan
membersihkan dinding silinder terhadap sisa permbakaran. Jadi, harus mempunyai sifat
detergen.
Bagian-bagian mesin Diesel yang sering memerlukan penggantian adalah
bantalan, cincin torak, katup (setelah mengalami pemeliharaan berkali-kali), elemen
saringan minyak pelumas, perapat (seal) dan pengabut.
Dari segi lingkungan, unit pembangkit Diesel perlu mendapat perhatian mengenai
kebisingan, gas buang (kandungan CO2), dan masalah minyak pelumas bekas yang
sebaiknya dibakar. Jangan dibuang karena dapat mengotori lingkungan.
Ditinjau dari segi efisiensi pemakaian bahan bakar, unit pembangkit Diesel dapat
mencapai 40%.
VII - 7
Usaha menaikkan nilai BMEP ini dilakukan dengan jalan menambah bahan bakar dan
menambah jumlah (berat) udara pembakaran yang akan diledakkan dalam silinder.
Penambahan bahan bakar diatur oleh pompa pluyer yang menginjeksikan bahan bakar
ke dalam silinder melalui pengabut, lihat Gambar 7.3c Gerak ini diatur oleh fuel rack
yang digerakkan oleh governor.
Agar pembakaran berlangsung dengan baik, penambahan bahan bakar perlu
diikuti dengan penambahan udara pembakaran. Penambahan udara pembakaran
dilakukan oleh kompresor yang digerakkan oleh turbin gas, sedangkan turbin gas
penggerak kompresor ini digerakkan oleh gas buang dari mesin diesel. Pasangan
kompresor dan turbin gas ini disebut turbochanger. Udara bersih yang telah melalui
turbochanger kemudian dialirkan melalui pendingin udara yang disebut intercooler dan
selanjutnya menuju silinder untuk dimampatkan oleh torak dan dicampur dengan bahan
bakar yang telah dikabutkan oleh pengabut, lihat Gambar 7.3d. Campuran ini kemudian
meledak pada akhir langkah kompresi dan menghasilkan daya dorong torak pada
langkah tenaga. Penggunaan turbochanger bersama intercooler dimaksudkan untuk
mendapatkan berat udara yang sebesar mungkin untuk volume silinder tertentu,
sehingga bisa membakar (meledakkan) bahan bakar sebanyak mungkin sehingga
didapat gas hasil pembakaran dengan tekanan yang setinggi mungkin, yang berarti
dicapai nilai BMEP yang setinggi mungkin. Tekanan gas hasil pembakaran yang
mendorong torak (piston) tidak konstan besarnya, nilai maksimum terjadi sewaktu torak
ada pada posisi paling atas (titik mati atas), kemudian menurun dengan menurunnya
torak dalam silinder menurut hukum ekspansi adiabatis. Nilai rata-rata dari tekanan gas
pembakaran ini yang diukur pada poros mesin Diesel melalui sistem rem (brake) disebut
brake mean effective pressure (BMEP) mesin Diesel tersebut.
Sebagai contoh dari brosur mesin diesel merk Angle Belgian Company (ABC)
didapat :
1) Daya nominal unit pembangkit 514 kW, 50 Hertz
2) Tipe mesin 6D x C600-100. Putaran 600 ppm
3) BMEP = 12,5 bar. Jumlah silinder 6, in line (sebaris)
VII - 8
Gambar 7.3c Prinsip kerja pompa pengatur injeksi BBM
VII - 9
Gambar 7.3e Gambar potongan dan rotor turbocharger buatan MAN.
Sebelah kiri adalah kompresor sedang sebelah kanan adalah turbin gas.
Pada unit PLTD, karena frekuensi yang dihasilkan generator nilainya harus
konstan, maka putarannya juga harus konstan. Mengacu pada Persamaan (7.1) maka
pengaturan daya hanya bisa dilakukan dengan mengatur banyaknya bahan bakar yang
disemprotkan ke dalam oleh pompa plunyer (Gambar 7.3c). Jika dalam pengaturan
daya ini dilakukan penambahan bahan bakar dengan cara menarik fuel rack tekanan
sehingga langkah efektif dari pompa plunyer bertambah, maka dengan bertambahnya
bahan bakar yang disemprotkan ke dalam silinder tekanan gas hasil pembakaran naik
dan daya yang dihasilkan mesin Diesel naik. Kenaikan tekanan gas pembakaran ini akan
diikuti dengan kenaikan tekanan gas buang yang selanjutnya menyebabkan
turbocharger yang digerakkan oleh gas buang akan naik kecepatan putarannya sehingga
tekanan udara (jadi juga berat udara) yang dihasilkan turbocharger juga akan naik. Hal
ini diperlukan untuk mengimbangi penambahan bahan bakar yang dibakar (diledakkan)
dalam silinder. Perubahan jumlah bahan bakar yang disemprotkan ke dalam silinder
yang kemudian diikuti dengan perubahan tekanan (berat) udara pembakaran yang
dihasilkan oleh turbocharger, tidak berlangsung proporsional. Hal ini menyebabkan
karakteristik efisiensi terhadap beban unit pembangkit nilainya tidak konstan seperti
VII - 10
ditunjukkan oleh Gambar 7.b. Efisiensi unit pembangkit tergantung kepada efisiensi
pembakaran yang terjadi dalam silinder. Sedangkan proses pembakaran dalam silinder
akan paling efisien jika perbandingan berat bahan bakar dan berat udara mencapai
angka tertentu sehingga seluruh bahan bakar terbakar (meledak) habis dengan tepat,
tidak terjadi kekurangan atau kelebihan udara. Kondisi ini tercapai pada titik efisien
maksimum.
Memperbesar kemampuan mesin Diesel dengan cara memperbesar dimensinya
dilakukan dengan memperbesar diameter silinder serta mempebanyak jumlah silinder
yang disusun dalam susunan V (lihat gambar 7.3f, susunan V ini bisa mencapai 16
silinder.
VII - 11
Mesin diesel bisa juga menggunakan bahan bakar gas. Apabila digunakan bahan
bakar gas, pengabut dan pompa bahan bakarnya perlu diganti.
Pada umumnya apabila dipakai gas alam, daya yang dihasilkan mesin Diesel
turun, dibandingkan apabila memakai BBM, bisa sampai menjadi 80% tergantung nilai
kalori dari gas yang dipakai. Mesin Diesel bisa pula didesain untuk menggunakan BBM
dan gas (dual fuel).
VII - 12
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan yang lebih
baik dimasa mendatang.
d. Sebagai dasar acuan manejemen untuk menilai tingkat keberhasilan
unit organisasi maupun personil yang menanganinya.
VII - 13
a. Spesifikasi unit PLTD meliputi merk, type no. seri dan daya
terpasang
b. Jumlah produksi energi listrik bruto
c. Jumlah pemakaian sendiri energi listrik
d. Jumlah pemakaian bahan bakar perperiode
e. Jumlah pemakaian minyak pelumas perperiode
f. Jumlah / daya mampu unit pembangkit
g. Beban puncak perperiode
h. Jumlah gangguan perperiode
i. Jumlah jam keluar secara operasi
j. Jam yang tersedia untuk operasi
k. Jumlah jam operasi pembangkit
l. Jumlah biaya pemeliharaan perperiode
m. Jumlah jam keluar untuk pemeliharaan secara rutin (preventif)
n. Daftar rencana pemeliharaan
o. Dari data-data operasi tersebut dapat diketahui / dihitung
mengenai
p. Efisiensi
q. Keandalan
VII - 14
Keandalan merupakan suatu indikator tingkat kemampuan, kelancaran,
ketahanan maupun keamanan suatu SPD dalam operasinya untuk memproduksi tenaga
listrik (KWH) sesuai keperluan / target yang telah direncanakan.
VII - 15
Namun terkadang meskipun efesiensi dari pembangkit tersebut
menunjukkan hasil yang kurang baik tetap juga dioperasikan, hal ini dibuat
demikan karena ada pertimbangan lain misalnya :
a. Untuk menghindari pemadaman karena daya cadangan tidak ada, sedangkan
unit lain ada yang sedang mengalami pemeliharaan.
b. Untuk mengembangkan suatu daerah seperti listrik pedesaan yang unitnya
terbatas
c. Untuk menjaga keandalan sistem bila ada acara - acara penting contoh seperti
misalnya PLTD Senayan untuk mensuplai energi listrik kantor DPR bila ada
acara penting / sidang.
VII - 16
7.7.2 Faktor Produktivitas (Out put Factor)
Faktor produktivitas adalah hasil perbandingan / pembagian antara produksi
tenaga/energi listrik bruto (KWh) yang dibangkitkan generator dalam kurun waktu
tertentu (perperiode) dengan, kapasitas / daya terpasang dan jam kerjanya.
Jadi faktor produktivitas merupakan kemampuan memproduksi tenaga
listrik dari suatu SPD dalam periode tertentu dengan daya yang tersedia.
Data hasil produksi diambil dari catatan - catatan operasi atau dari laporan -
laporan hasil operasi yang dihasilkan oleh generator dan dijumlah dalam periode
tertentu.
Faktor produktivitas secara normal antara 65 - 85 % dalam waktu operasi 1
tahun.
KWh Produksi bruto
Faktor = --------------------------------------- x 100 %
(Out put Factor )
Produktivitas Kapasitas terpasang x jam kerja per periode
Atau
Jumlah MWH bruto dibangkitkan
Faktor = ------------------------------------------------------ x
(Out put Factor ) Daya
Produktivitas 100 % terpasang SPD (MW) x jam pelayanan
BERAPAKAH PRESENTASENYA
UNIT KETERANGAN
No FAKTOR FAKTOR FAKTOR OAF FOF
PRODUTIVITAS KETERSEDIAAN KAPASITAS
VII - 17
7.7.3 Faktor Beban (Load Faktor)
Faktor beban merupakan tolok ukur pemanfaatan daya pada saat beban
tertinggi / beban puncak (peak load) dalam memproduksi tenaga listrik (KWh)
semaksimal mungkin.
Jadi faktor beban merupakan nilai atau angka perbandingan / pembagian
antara produksi tenaga listrik (KWh) seluruh (bruto) dan beban tertinggi selama
periode kali jam selama per priode (1 tahun / 8760 jam).
VII - 18
Pemakaian bahan bakar perlu mendapat perhatian serius , mengingat biaya
operasi yang terbesar ± 60 % adalah pemakaian bahan bakar, maka bila suatu SPD
angka pemakaian bahan bakar spesifik tersebut terlalu besar melebihi standard
SPD tersebut perlu perbaikan / pemeliharaan khusus.
PLTD
1 Bakal 230 - 260 230 - 280 240 - 300
100 kW
2 PLTD Kecil
250 kW 230 - 250 230 - 250 240 - 290
500 kW 220 - 240 220 - 250 230 - 260
1000 kW 210 - 230 210 - 240 220 - 240
200 - 220 200 - 220 210 - 240
PLTD
3 Sedang
2500 kW 195 - 215 195 - 210 200 - 220
4000 kW 195 - 210 195 - 205 200 - 215
6000 kW 190 - 205 190 - 900 195 - 210
8000 kW 190 - 205 190 - 200 195 - 210
PLTD
4 Besar
12.000 kW 185 - 200 180 - 200 190 - 210
VII - 19
7.7.5 Konsumsi Minyak Pelumas Spesifik (Specific Lub Oil Consumption )
1 PLTD Bakal
Kelas 100 kW 0,1 - 0,2
2 PLTD Kecil
Kelas 250 kW 0,3 - 0,7
501 kW 0,5 - 1,0
751 kW 1 - 1,5
1000 kW 1,5 - 2,5
3 PLTD Sedang
2500 kW 2,5 - 4,5
4000 kW 6 - 11
6000 kW 6 - 12,5
8000 kW 7 - 20
4 PLTD Besar
12.000 kW 8 - 25
Sumber : SPLN :
1989
VII - 20
Pemakaian minyak pelumas spesifik merupakan nilai perbandingan atau
pembagian antara pemakaian minyak pelumas sebenarnya selama operasi dan hasil
produksi tenaga listrik bruto secara keseluruhan yang dihasilkan oleh generator
dalam satuan liter / KWh
Besarnya pemakaian minyak pelumas dapat kita lihat seperti pada SPL \ 79 :
1987.
Pemakaian minyak pelumas spesifik (Specific lub oil consumption) atau
disingkat SLC dapat ditulis menjadi :
Total
Unit Daya Daya Terpasang SFC SLC
Merek Mesin
No
Terpasang Mampu / Mampu
VII - 21
7.7.6 Efisiensi Thermal (Thermal Efficiency)
Efisiensi thermal merupakan tolok ukur pemanfaatan energi yang diberikan
oleh bahan bakar yang diproses pada mesin pembangkit (PLTD) menjadi energi
yang dapat dihasilkan oleh generator dalam bentuk energi/tenaga listrik (KWh )
bruto.
Efisiensi thermal merupakan perbandingan antara tenaga/energi listrik
(KWh) yang dibangkitkan oleh generator secara keseluruhan per tahun / per
periode terhadap jumlah energi panas yang di gunakan oleh PLTD dalam
membangkitkan energi listrik tersebut per periode.
Jumlah energi thermal/panas yang digunakan oleh PLTD dalam
membangkitkan energi listrik merupakan jumlah pemakaian bahan bakar dan nilai
kalor(panas) yang dikandung oleh bahan bakar tersebut. Nilai kalor yang
dikandung boleh bahan bakar dinyatakan dalam satuan (KCal) .
Jadi jumlah energi panas diperoleh dari pemakaian bahan bakar sebenarnya
kali nilai kalor jenisdari bahan bakarnya. Efesiensi thermal dinyatakan dalam
prosentase dan dinotasikan dengan notasi : ηth
VII - 22
Adapun penyebab nilai efisiensi thermal rendah disebabkan adanya loses-
loses (kerugian-kerugian) panas akibat pembuangan panas , proses dan gesekan
mekanik.
ENGINE AND
STATION
EXHAUST
AUXILIARIES 3 %
GAS 34 %
STATION OUT
PUT
HEAAT IN FUEL 41,2 %
100 %
VII - 23
Dengan adanya kerugian - kerugian tersebut maka produksi tenaga listrik
oleh alternator / generator sekitar 41,2 %.
Dari diagram neraca panas kita dapat mengevaluasi bagian -bagian
kerugian panas yang perlu pemeliharaan khusus untuk menghindari kerugian
panas yang nilainya besar.
VII - 24
f. Umur dari SPD.
Gambar 7.5 Jam Operasi, Gangguan dan Pemeliharaan PLTD dalam 1 tahun
Keterangan :
JSO = Jam Siap Operasi
JO = Jam Operasi
JSB = Jam Stand By
GDD = Gangguan Dari Dalam
GDL = Gangguan Dan Luar
HAR = Pemeliharaan Preventif dan Korektif
VII - 25
Faktor waktu pemeliharaan adalah nilai perbandingan atau pembagian
antara jumlah realisasi waktu yang digunakan untuk semua macam pemeliharaan
terhadap SPD dan waktu pemeliharaan yang telah direncanakan dalam suatu
periode kali 100 %.
VII - 26
b. Kenumgkinan unjuk kerja menurun karena seringnya terjadi kerusakan /
gangguan pada SPD
Untuk rencana pemeliharaan bersama ini terlampir contoh formulir jadual
pemeliharaan.
7.8 Keandalan
Keandalan merupakan suatu indikator tingkat kemampuan, kelancaran,
ketahanan maupun keamanan suatu SPD dalam operasinya untuk memproduksi tenaga
listrik (KWh) sesuai keperluan / target yang telah direncanakan.
Tingkat keandalan suatu SPD biasanya tergantung dari :
a. Daya mampu yang tersedia
b. Fluktuasi dan kondisi beban
c. Alat pengaman (proteksi)
d. Tingkat keterampilan pelaksana
e. Kondisi lingkungan maupun jaringan
f. Mutu pemeliharaan
Untuk mendukung keandalan yang optimal maka perlu melaksanakan
pemeliharaan terhadap SPD sesuai petunjuk dari pabrik (instruction book). Semakin
tinggi tingkat pemeliharaan dan perhatian terhadap SPD tersebut, semakin tinggi pula
keandalannya.
lndikator keandalan suatu SPD ada beberapa faktor diantaranya :
a. Faktor jumlah gangguan (outage faktor)
b. Faktor keluar (force outage faktor)
c. Faktor ketersediaan operasi (operating/availability).
VII - 27
Jumlah gangguan merupakan komulatip dari gangguan - gangguan yang telah
terjadi dalam periode tertentu.
Ukuran sering tidaknya unit pembangkit mengalami gangguan dinyatakan
dengan Force Outage Rate disingkat FOR dan secara matematis ditulis sbb :
VII - 28
Gambar 7.6 Jam Operasi, Gangguan dan Pemeliharaan PLTD dalam 1 tahun
Keterangan :
JSO = Jam Siap Operasi
JO = Jam Operasi
JSB = Jam Stand By
GDL = Gangguan Dari Luar
GDD = Gangguan Dari dalam
HAR = Pemeliharaan rutin (Preventif) maupun Korektif (penyempurnaan)
VII - 29
Jam keluar suatu pembangkit juga karena adanya pemeliharaan terencana
dikenal dengan Planned Outage factor disingkat POF, secara matematika
dirumuskan sbb :
VII - 30
Tabel 7.5 Contoh Data Singkat Suatu PLTD
Contoh Soal
1. Mengapa secara teoritis, mesin diesel 2-langkah dengan dimensi dan jumlah putaran
per detik yang sama dibandingkan dengan mesin diesel 4-langkah, dapat menghasilkan
daya 2 kali lebih besar ?.
Jawabannya: Hal ini disebabkan karena pada mesin diesel 2-langkah terdapat 1 kali langkah
tenaga untuk setiap 2 langkah atau setiap 1 putaran, Sedangkan pada mesin diesel 4-
langkah, langkah tenaga terjadi 1 kali setiap 4 langkah atau setiap 2 putaran.
2. Dibandingkan dengan unit pusat listrik lainnya, apa keuntungan unit PLTD dan apa
kekurangannya ?
Jawabannya:Keunggulannya bisa ditempatkan di mana saja, kekurangannya dayanya kecil,
maksimum yang ada di pasaran sekitar 12,5 MW per unit dan harga bahan bakar
minyaknya mahal.
VII - 31
Rangkuman
Unit PLTD yang terbesar di pasaran sekitar 12,5 MW, oleh karena itu jika untuk melayani
beban di atas 100 MW, PLTD tidak ekonomis karena unitnya menjadi banyak.
Unit pembangkit Diesel sebaiknya dioperasikan dengan beban konstan yang menghasilkan
efisiensi maksimum, yaitu pada kira-kira beban 80%.
Bagian-bagian mesin Diesel yang sering memerlukan penggantian adalah bantalan, cincin
torak, katup (setelah mengalami pemeliharaan berkali-kali), elemen saringan minyak pelumas,
perapat (seal) dan pengabut.
Dari segi lingkungan, unit pembangkit Diesel perlu mendapat perhatian mengenai kebisingan,
gas buang (kandungan CO2), dan masalah minyak pelumas bekas yang sebaiknya dibakar,
jangan dibuang karena dapat mengotori lingkungan.
Ditinjau dari segi efisiensi pemakaian bahan bakar, unit pembangkit Diesel dapat mencapai
40%.
Indikator kinerja pengusahaan PLTD/SPD dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:
a. Indikator kinerja efesiensi dan
b. Indikator kinerja keandalan
VII - 32
Soal-soal Latiham
VII - 33