Case Inship Kejang Demam Kompleks
Case Inship Kejang Demam Kompleks
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis kejang demam kompleks pada anak
2. Mengetahui penanganan kejang demam kompleks pada anak
c. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin :
- Leukosit : 15.200 mm3
- Eritrosit : 4.53 x 106 mm3
- Hb : 11.8 g/dl
- Ht : 33.8 %
- Trombosit : 275.000 mm3
Kimia darah :
2
- GDS : 141 mg/dl
3. Assesment
A. DEFINISI
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on
Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejamg
demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kiurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang Demam Kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada
8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di
antara 2 bangkita kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
mengalami kejang demam.
B. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi
dapat menyebabkan kejang.
C. PATOFISIOLOGI
3
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan
perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sitem kardiovaskuler. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat
pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C
sedangkan pada anak denagn ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 0C
atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
4
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejangt
lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi ”matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan antomis di otak hingga terjadi epilepsi.
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat
faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Resiko rekurensi
meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga
epilepsi.
E. DIAGNOSIS
1. GAMBARAN KLINIS
Serangan kejang demam berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral dan
dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
5
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang
dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa
jamsampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang
menetap.
2. ANAMNESIS
1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat.
2. Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.
3. Singkirkan penyebab kejang lainnya.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningits, terutama pada pasien kejang pertama.
Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam
fokal.
Foto X-Ray kepala atau pencitraan seperti Computed Tomography Scan (CT-Scan)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti: 1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
F. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang disertai demam seperti Meningitis atau Ensefalitis.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata laksana penghentian
kejang (lihat bagan). Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam, berupa:
1. Antipiretik
6
Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah demam meningkat. Berikan
parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap
4-6 jam
2. Antikejang
Beri diazepam oral 0,3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5
mg/kgBB/hari setiap 12 jam saat demam. Efek samping diazepam oral adalah letargi,
mengantuk, dan ataksia.
3. Pengobatan jangka panjang
Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang demam
kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalh fenobarbital 3-5
mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari.
KEJANG
7
(hati-hati Depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke ruang rawat intensif
Keterangan:
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan nerdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor lainnya
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur denagn cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
H. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50%, umumnya
terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.
3. Plan :
Diagnosis : pasien masuk dengan diagnosis kejang demam kompleks karena dari hasil
anamnesis didapatkan riwayat kejang yang didahului demam sebanyak 3 kali dan
lama kejang ± 15 menit. Penanganan yang dilakukan :
- O2 kanul 1 lpm
- IVFD Dextrose 5% 12 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/24 jam/IV
- Parasetamol drips 10 cc/6 jam/IV
- Ambroxol sirup 3x1 cth
- Diazepam puyer 3x1 pulv
- Makan dan minum sedikit (hati-hati aspirasi)
Pendidikan
8
Kita menjelaskan terapi, prognosis dan komplikasi yang kemungkinan terjadi pada
penyakit ini.
Konsultasi
Dijelaskan adanya indikasi rawat inap dan konsultasi dengan dokter spesialis anak
untuk penanganan lebih lanjut.
Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasaran yang lebih memadai
Peserta Pendamping