Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan


sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningktkan derajat kesehatan
masyarakat. Untuk itu peranan puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana
pelayanan pengobatan dan rehabilitative saja tetapi juga lebih ditingkatkan kepada
upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi kesehatan menjadi salah satu
upaya kewajiban di Puskesmas. Promosi kesehatan di Puskesmas merupakan upaya
puskesmas dalam memberdayakan pengunjung dan masyarakat baik didalam
maupun diluar puskesmas agar perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
mengenali masalah kesehatan, mencegah dan menanggulanginya. Promosi kesehatan
juga menjadikan lingkungan puskesmas menjadi aman, nyaman, bersih dan sehat
dalam mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Sejalan dengan visi puskesmas Tirta jaya yaitu Masyarakat sehat puskesmas
maju , maka upaya promosi kesehatan di puskesmas di lakukan agar masyarakat
wilayah binaan puskesmas mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
sebagai bentuk pemecahan masalah- maslah kesehatan yang dihadapinya secara
mandiri. Disamping itu, petugas puskesmas diharapkan mampu menjadi teladan bagi
pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS Program kesehatan di
Indonesia merupakan bagian terpenting dalam pembangunan masyarakat Indonesia
dan merupakan salah satu tujuan nasional dengan target meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal yang tercermin dari tingginya angka harapan
hidup serta menurunnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Sasaran
pemerintah bukan hanya kepada masyarakat secara umum saja, anak usia sekolah
dasarpun menjadi sasaran penting melalui program peningkatan kesehatan
dilaksanakan juga pada sasaran anak usia sekolah.
Secara operasional upaya promosi kesehatan di puskesmas di lakukan agar
masyarakat mampu berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk
pemecahan masalah-masalah kesehatan yang di hadapinya. Baik masalah
kesehatan yang di derita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Di
samping itu, petugas kesehatan puskesmas di harapkan mampu menjadi teladan bagi
pasien, keluarga, dan masyarakat.

1
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang bersumber daya
masyarakat sehingga tercapai Indonesia sehat.
b. Tujuan Khusus
 Mengidentifikasi masalah promosi kesehatan di puskesmas Tirta Jaya
 Menetapkan prioritas masalah promosi kesehatan di puskesmas Tirta Jaya.
 Penentukan Plan of Action dari masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas.
C. Manfaat Penulisan
 Dengan penulisan laporan ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak puskesmas dalam memecahkan permasalahan pada program promosi
kesehatan.
 Bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa
dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui puskesmas.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Geografi
Puskesmas Tirta Jaya terletak sebelah Timur dengan ibukota Pelaihari,
secara geografis Kecamatan Bajuin terletak di antara 114°30’20” BT-115°
23’31” BT dan 3°30’33” LS – 4°11’38”LS, dengan luas wilayah 71,00 km2
atau 7100 ht. Keadaan alam, dalam arti tinggi rendahnya terhadap
permukaan laut dan jarak dari pantai sangat berpengaruh terhadap
temperatur udara. Temperatur maksimum di Kecamatan Bajuin pada tahun
2014 berkisar antara 31,30C sampai 37,30C, temperatur minimum berkisar
antara 21,50C sampai 23,50C dan rata-rata temperatur udara tiap bulan
berkisar antara 25,00C sampai 28,50C. Keadaan alam Kecamatan Bajuin
berupa daerah bergunung, hutan lebat, dataran rendah, berbukit dan secara
adminitratif terbagi menjadi 09 Desa di kecamatan Bajuin . Untuk Wilayah
kerja Puskesmas Tirta Jaya ada 7 Desa yaitu :
1’ Desa Pamalongan
2. Desa Galam
3. Desa Tirta Jaya
4. Desa Kunyit
5. Desa Ketapang
6. Desa Bajuin
7. Desa Sei. Bakar
Desa yang paling luas ialah Desa Sei. Bakar dengan luas 17.50 km2,
sedangkan Desa yang paling kecil luasnya ialah Desa Kunyit dengan luas
4.00 Km2.
B. Keadaan Penduduk
Berdasarkan registrasi penduduk Tahun 2015 jumlah penduduk Wilayah
kerja Puskesmas Tirta Jaya dari tujuh Desa .

3
Tabel.
Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Tirta Jaya
Kecamatan Bajuin Tahun 2015

Jumlah Penduduk
Laki - Laki Perempuan Jumlah
No Nama Desa
1 Pamalongan 944 855 1.799
2 Galam 639 637 1.276
3 Tirta Jaya 1.186 1.118 2.304
4 Kunyit 576 562 1.138
5 Ketapang 546 540 1.086
6 Bajuin 938 906 1.844
7 Sei. Bakar 728 716 1.444
Jumlah 5.557 5.334 10.891

Puskesmas Tirta Jaya dari 7 ( tujuh ) desa wilayah kerja sebesar 10,891 jiwa ,
terdiri dari laki-laki 5.557 jiwa ( 51,02 ) dan perempuan 5.334 jiwa ( 48,98 ).
Distribusi penduduk menurut kecamatan dari 7 ( desa ) wilayah kerja
Puskesmas Tirta Jaya dengan jumlah penduduk terbanyak adalah desa Tirta
Jaya 2.304 jiwa ( 21,15 % ), sedangkan penduduk yang terkecil yaitu desa
Ketapang dan desa Pamalongan yaitu masing – masing 1.086 jiwa ( 9,97
% ) .Kepadatan penduduk di Kecamatan Bajuin wilayah kerja Puskesmas
Tirta Jaya dari 7 ) tujuh ) desa pada tahun 2014 berjumlah 10.716 Jiwa dan
tahun 2015 yaitu 10.891 jiwa , maka percepatan penduduk yaitu 1.75 jiwa
( 1,60 % ). Dari tahun ketahun di Kecamatan Bajuin selalu peningkatan pada
Tahun 2013 berjumlah 10.282 jiwa dan Tahun 2014 berjumlah 10.716 jiwa
dan Tahun 2015 berjumlah 10.891 jiwa dengan percepatan penduduk yaitu
175 jiwa ( 1.60 % ) Kecamatan Bajuin cenderung mengalami peningkatan,
seiring dengan perkembangan daerah menuju daerah industri dan pertanian
serta perternakan.
C. Pendidikan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama
dalam keberhasilan pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas
diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal baik dari institusi
negeri maupun swasta. Tingkat pendidikan di Kecamatan Bajuin dapat
dirinci sebagai berikut tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,4 %,
tidak/belum tamat SD sebesar 40 .30%, SD/MI sebesar 42.17%, sedangkan
SLTP/sederajat sebesar 45.82%, SLTA/sederajat sebesar 13.21% dan
Akademi dan Sarjana sebesar 2.30 %. ( Data 2014 )
D. Keadaan Ekonomi

4
Perekonomian Kecamatan Bajuin dalam tahun 2013 tumbuh sebesar 8.14%
(angka estimasi). Pertumbuhan tersebut lebih meningkat dibandingkan
tahun 2012 yang mencapai 10,24%. Selama kurun waktu 2012–2014
pertumbuhan ekonomi Kecamatan Bajuin mengalami fluktuasi
pertumbuhan.PDRB per-kapita tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar
17.415.076 rupiah,
sedangkan jika dilihat atas dasar harga konstan sebesar 8.302.870 rupiah.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Tanah Laut selama
periode 2010-2012 tumbuh rata-rata sebesar 12,08%, sedangkan
pertumbuhan rata-rata PDRB atas dasar harga konstan dalam periode yang
sama hanya sebesar 3,96%. (Semantara Tanah Laut Dalam Angka 2014).
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi
sebagai :
a. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
c. Pusat pelayanan kesehatan masyarakt primer
d. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Wilayah kerja puskesmas Tirta Jaya meliputi wilayah kerja petani, buruh,
peternak dan lain-lain, yaitu satu wilayah Desa atau beberapa
desa/kelurahan di satu wilayah Desa ada minimal satu unit puskesmas
pembantu dan polindes . Dasar pertimbangan untuk membangun dan
menentukan wilayah kerja puskesmas antara lain faktor luas wilayah,
kondisi geografis, dan kepadatan penduduk. Tahun 2015 jumlah
puskesmas pembantu 2 ( dua ) buah dan 6 ( enam ) buah polindes, 1
( satu ) buah Poskesdes dan 1 unit klinik bersalin yang ada di Puskesmas
Tirta Jaya . Untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap
puskesmas pembantu dan polindes ,
salah satu indikator yang digunakan yaitu rasio puskesmas per 100.000
penduduk. .Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, puskesmas dibantu satu atau beberapa puskesmas pembantu.
Berikut adalah jumlah puskesmas pembantu / Bidan Desa dan Puskesmas
keliling di Pusling tahun 2015.
Dalam peraturan presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam
rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia

5
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta
terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan
termasuk diantaranya kelompok tenaga kesehatan, yang terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, dan kebidanan, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, dan
tenaga kesehatan lainnya.

BAB III

HASIL KEGIATAN

6
A. PROMOSI KESEHATAN

Program promosi kesehatan mengutamakan terciptanya perilaku masyarakat


untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan melalui upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan yang sudah terjadi melalui upaya kuratif dan rehabilitatif.

Tujuan dari promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan pengembangan upaya
kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang
kondusif untuk mendukung perubahan perilaku masyarakat berperilaku hidup
bersih dan sehat.

Konsep dan metode yang digunakan adalah metode komunikasi dan media atau
sarana informasi. Sarana informasi juga perlu ditetapkan atau dipilih untuk
mengikuti metode yang telah ditetapkan. Metode komunikasi yang digunakan
adalah ceramah, tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling dan bimbingan
belajar.

Sedangkan metode sarana komunikasi yang dipakai adalah leaflet, poster, gambar
dan lain-lain. Juga digunakan slide berupa laptop dan LCD proyektor dan DVD
player dengan menggunakan layar dapat digulung.

Penyebaran informasi melalui media cetak biasanya menggunakan poster, stiker,


brosur serta gambar-gambar yang dipasang di tempat-tempat umum yang
strategis misalnya Balai Desa, di pasar, dan di Puskesmas.

a. Mengembangkan Budaya PHBS di Tatanan Rumah Tangga

PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota keluarga agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan di masyarakat.

PHBS di tatanan Rumah Tangga meliputi:

a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


b) Memberi bayi ASI eksklusif
c) Menimbang bayi dan Balita setiap bulan
d) Menggunakan air bersih
e) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f) Menggunakan jamban sehat
g) Memberantas jentik dirumah

7
h) Makan buah dan sayur
i) Melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari
j) Tidak merokok di dalam rumah

Hasil Survei PHBS Tahun 2015 ( Terlampir )

b. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)

UKBM di Puskesmas tirta jaya meliputi:

a) Posyandu Balita
Puskesmas tirta jaya memiliki 13 Posyandu Balita yang tersebar di 7
wilayah kerja puskesmas tirta jaya. Jumlah kader aktif posyandu
yaitu 70 kader.
b) Posyandu Lansia
Puskesmas tirta jaya memiliki 4 posyandu lansia
c) Polindes
Jumlah polindes diwilayah puskesmas Tirta Jaya ada 7 polindes.
d) Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan :

a. Penyuluhan Masalah KIA


b. Penyuluhan Masalah P2M
c. Panyuluhan Masalah Kesling
d. Penyuluhan Masalah Gizi
e. Penyuluhan Masalah Gigi dan Mulut
f. Penyuluhan ASI Eksklusif
g. Penyuluhan Masalah Jiwa
h. Penyuluhan ke Sekolah :
- SMA(Masalah AIDS dan NAPZA)
- SMP(Masalah PHBS, AIDS, NAPZA)
- SD(Masalah PHBS)

B. Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayananantenatal


sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal
1 kali pada trimester pertama (usia 0-12 minggu),1 kali pada trimester kedua (usia
12-24 minggu), dan 2 kali pada trimesterketiga (usia kehamilan 24-36 minggu).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

8
terhadap ibu hamil dan ataujanin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dinikomplikasi kehamilan.Pelayanan antenatal diupayakan agar
memenuhi standar kualitas 7 T,yaitu:
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran Tinggi badan;
b) Pengukuran Tekanan darah;
c) Pengukuran Tinggi puncak rahim (fundus uteri);
d) Penentuan status imunisasi Tetanus dan pemberian imunisasi tetanustoksoid
sesuai status imunisasi
e) Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
f) Pelaksanaan Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dankonseling
termasukkeluarga berencana)
g) Pelayanan Tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah(Hb),
dan pemeriksaan golongan darah (bila belumpernah dilakukan sebelumnya)
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali dibandingkan jumlah sasaran ibu
hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4
adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan dibandingkan sasaran ibu
hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga
kesehatan. Pada Tahun 2015 cakupan pelayanan Ibu Hamil K1 Murni sebanyak 204
( 93,1 % ) dengan sasaran 219 bumil, dan K4 sebanyak 193 ( 88,1 % ) dengan
sasaran 219 bumil. Pada Tahun 2014 Cakupan pelayanan ibu hamil K1 sebanyak 212
atau 98,2 % dengan target bumil 216 sasaran dan K4 Sebanyak 199 bumil atau
sebesar 92,1 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan
tetapi target ditentukan lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2014 . walaupun
tinggi tapi tidak mencapai target yang diharapkan . Sedangkan K4 yang terendah
Desa Tirtajaya target 46 pencapaian 37 ( 80,4 % ) dan yang tertinggi Desa
Pamalongan sasaran 36 pencapaian 33 ( 91,6 % ),
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Puskesmas Tirta Jaya untuk
semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada
masyarakat termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal . Dari segi
sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan pelayanan bunil akan dilengkapi
kebutuhannya sesuai pelayanan standart yang ada di Bidan Desa . Demikian pula
dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti posyandu

9
yang beroperasi 13 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tirta Jaya. Dan semua desa
sudah dilengkapi tenaga bidan yeng bertempat tinggal di Desa dari 7 ( tujuh ) Desa.

C. Keluarga Berencana ( KB )

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah


kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS)
yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Keberhasilan program KB dapat diukur
dengan melihat cakupan KB aktif KB baru. Cakupan KB aktif menggambarkan
proporsi PUS yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah
PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru
menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS.Cakupan pelayanan KB
Puskesmas Tirta Jaya Tahun 2015 cakupan pelayanan KB yaitu KB baru 136 Aseptor,
KB baru- lama ( Aktif ) ditambah lain-lain ( Sistem kalinder ) berjumlah 1,274
Aseptor ( 68,8 % ) dibandingkan 2014 sebesar 1439 atau 79,02% berarti adanya
penurunan cakupan peserta KB di karenakan adanya pencatatan dan pelaporan
peserta Aktif maupun ganti metode yang ada di desa kurang tercatat dengan baik
sehingga tidak terlaporkan ke pengelola KB Puskesmas. Gambaran Alat / Metode
KONTRASEPSI MKPJ dan NON MKPJ

D. Immunisasi

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk


terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) antara lain :
difteri, tetanus, hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan
polio. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular yaitu bayi, anak usia sekolah,WUS, dan ibu hamil.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan Lima Imunisasi Dasar (LIL) yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak.
Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan
imunisasi yang mendapat perhatian lebih. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian
balita. Pada tahun 2015 cakupan Imunisasi Bayi Lengkap 172 Bayi dengan sasaran
181 Bayi ( 95 % ) Pada Tahun 2014 sebesar ( 94,1 % ), dengan sasaran 203

10
E. GIZI

Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi
ketika kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar
Hb ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan komponen Hb terutama zat besi (Fe).Sebagian besar anemia yang
ditemukan di Indonesia adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan
karena kekurangan zat besi. Dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia
gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini
diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil (antenatal care).Secara
keseluruhan pada tahun 2015 Fe1 pencapaian 215 bumil dengan sasaran 187
( 114,9 % ) dan Fe3 berjumlah 198 dengan sasaran 187 bumil ( 105,8 % ) pada
Tahun 2014 di Puskesmas Tirta Jaya, cakupan pemberian Fe1 secara proyeksi 98,6
% dan secaraa riil 118,5 % dan Fe3 secara proyeksi sebesar 93.5 untuk secara riil
112,4 %.
Pemberian Capsul VIT.A dosis tinggi pada bayi 6-11 bulan pada tahun 2015 yaitu
100 bayi dengan sasaran 97 bayi ( 103 % riil ) dibandingkan tahun sebelumnya
tahun 2014 pencapaian 102 bayi dengan sasaran 102 ( 100 % ) berarti sesuai
dengan pencatatan dan pelaporan, dibandingkan tahun 2015 adanya kelebihan
pemberian Vit A bayi yaitu ada bayi kemungkinan bayi bayi tersebuat dari luar
wilayah Puskesmas Tirtajaya, dan kemungkinan bayi yang ada melebihi target.
Pemberian Capsul Vit.A dosis tinggi pada balita 12-59 bulan pada tahun 2015 yaitu
804 dengan sasaran 775 ( 103,7 % riil ) dibandingkan tahun 2014 Pada Balita 12-
59 bulan sebesar 1125 ( 100 % ) dengan target riil 1125 , berarti sasaran balita 12-
59 bulan masih cukup banyak yang tidak tercatat baik di bidan desa maupun
dipengelola program di tahun 2015.

F. Penyakit Diare

Diare merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.
Penyakit diare sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan, yaitu
penggunaan air untuk keperluan sehari-hari yang tidak memenuhi syarat, sarana
jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengendalian diare dilakukan melalui
peningkatan upaya pencegahan kasus diare di masyarakat dan tatalaksana kasus
diare di fasilitas pelayanan kesehatan. Tatalaksana kasus diare pun dikembangkan
termasuk penggunaan zink sebagai obat diare. Pada Tahun 2015 jumlah kasus diare
yang ditangani sebanyak 199 penderita ( 64,4 % ).

11
G. Penyakit Malaria
Pada tahun 2015 Puskesmas Tirta Jaya penderita positif malaria sebanyak 6 orang
H. Penyakit DBD
Pada tahun 2015 adanya peningkatan kasus 46 penderita kurang lebih 219 %
dibandingkan pada Tahun 2014 di Puskesmas Tirta Jaya kasus DBD sebanyak 21
kasus.
I. Penyakit rabies
Rabies adalah penyakit infeksi sistem syaraf pusat acut pada manusia dan hewan
berdarah panas yang disebabkan oleh virus Rabies dan merupakan zoonosis
penting karena hingga kini belum ditemukan obatnya, jika gejala penyakit Rabies
telah timbul, maka Rabies akan selalu menyebabkan kematian pada hampir semua
penderita Rabies baik manusia maupun hewan, kucing dan kera. Pada Tahun 2015
kasus Rabies di Puskesmas Tirta Jaya Tidak ada
J. KESEHATAN LINGKUNGAN

Upaya Penyehatan Lingkungan adalah program yang lebih mengarah pada upaya
hygiene dan sanitasi di lingkungan rumah tangga maupun lingkungan komunal
dalam rangka mengupayakan meminimalkan, menekan atau menghilangkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan masyarakat. Kegiatan pokok
dari program ini adalah penyehatan air, hygiene dan sanitasi makanan dan
minuman, penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah, penyehatan
lingkungan permukiman dan jamban keluarga, pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum, pengamanan tempat pengelolaan pestisida, dan pengendalian vektor.

Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan di Puskesmas adalah:

a. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaan Tempat-tempat Umum (TTU).


b. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaaan tempat pengelolaan makanan
(TPM).
c. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaan tempat pengelolaan pestisida (TP2
Pestisida).
d. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaan rumah.
e. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaan Jamban Keluarga.
f. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaan sarana air bersih.
g. Pendataan, pengawasan dan pemeriksaaan tempat pembuangan sampah dan
saluran pembuangan air limbah.
h. Pengendalian vector

K. UPAYA PENGOBATAN

12
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan rawat jalan baik secara
langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan
gangguan kesehatan sedang hingga berat.Dalam program ini Puskesmas
melaksanakan pelayanan (pengobatan) terdiri dari beberapa tempat. Baik di
Puskesmas sendiri maupun di tempat pelayanan lain, seperti Puskesmas Pembantu
(PUSTU) dan bidan desa.Perekapan laporan dilaksanakan pada akhir bulan, yang
mana hasil laporan dari tempat pelayanan kesehatan di jadikan satu. Pelaporan
data di Puskesmas dilakukan melalui program SIMPUS. Laporan yang disampaikan
ke Dinas Kabupaten adalah merupakan laporan seluruh unit pelayanan kesehatan
yang ada di Puskesmas.

L. Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Pada Siswa SD dan Setingkat

Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada anak usia sekolah. Upaya

kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan

terhadap murid SD/MI kelas I. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan

bisa mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu untuk

pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) seperti menggosok gigi

dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,

kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gigi. Kegiatan

penjaringan kesehatan ini terdiri dari :

a. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut,kulit, dan kuku)

b. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri

c. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)

d. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

e. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan

f. Pengukuran kebugaran jasmani

g. Deteksi dini masalah mental emosional

Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1yang

memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung presentase SD / sederajat yang

13
melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD / sederajat yang menjadi

sasaran penjaringan.

Cakupan SD / sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa

kelas I pada tahun 2015 sebanyak 217 dengan sasaran 237 ( 91,5 % ) dan untul

SLTP 141 Siswa ( 100 % ) pada tahun 2014 sebesar 210 siswa atau 90,9 % dengan

sasaran 231 siswa , cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2014, pelaksanaan

juga dilaksanakan pada anak SLTP sederajat.

M. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Tirta Jaya melalui Poliklinik Gigi

dari 10 besar kunjungan pada tahun 2015 yang tertinggi yaitu Gangguan

pertumbuhan gigi dan erupsi pada Tahun 2014 yang terbanyak adalah pulpitis 289

pasein, Dari hasil penjaringan jumlah SD/sederajat yang diperika pada tahun 2015

sebanyak 73 siswa.

N. Pelayanan Kesehatan Remaja

Remaja sehat menjadi aset bangsa yang sangat berharga bagi kelangsungan

pembangunan di masa mendatang, dengan demikian status kesehatan remaja

merupakan hal yang perlu dipelihara dan ditingkatkan generasi penerus bangsa

yang sehat, tangguh, tentunya diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan dan

membina kesehatan remaja yang melibatkan semua pihak termasuk orang tua,

masyarakat, dan pemerintah. Sejak tahun 2003, Departemen kesehatan telah

mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut dengan. Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) dan sangat strategis untuk delaksanakan kerena

dapat memenuhi kebutuhan dan hak remaja untuk mendapatkan kesehatan remaja

yang optimal, mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan

serta ikut dalam setiap langkah kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi. data kegiatan :

1. Laki – laki dengan umur 10 – 14 tahun berjumlah 137 siswa dan umur 15 –

19 tahun berjumlah 54 siswa

14
2. Perempuan dengan umur 10 – 14 tahun berjumlah 141 siswa dan umur 15 –

19 tahun berjumlah 70 siswa .

3. Siswa datang ke Puskesmas 20 siswa yang melalui rujukan 20 siswa

4. Dilakukan tindakan medis 402 siswa dan dilakukan konseling 402 siswa.

Masalah kasus pada kunjungan remaja dan melalui penjaringan didapatkan :

1. Gangguan haid berjumlah 15 siswa

2. Nyeri perut berjumlah 3 siswa

3. Gannguan refraksi berjumlah 5 siswa

4. Maslah tumbang berjumlah 0 siswa

5. Lain-lain ( sebutkan ) seks diluar nikah berjumlah 6 siswa

O. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut

Poksila pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang sifatnya

promotif,preventif dan kuratif disaat kegiatan di masyarakat dalam suatu kelompok

pada usia pralansia dan lansia dalam meningkatkan derajat kesehatan dan

meningkatkan harapan hidup khususnya bidang kesehatan baik penyakit menular

maupun non menular yang disebut penyakit tidak menular ( PTM ). Poksila di

wilayah kerja Puskesmas Tirta Jaya :

a. Poksila Sejehtera 1 di Desa Tirta Jaya

b. Poksila Sejehtera 2 di Desa Tirta Jaya

c. Poksila Sejahtera 3 di Desa Tirta Jaya

d. Poksila Seroja di Desa Bajuin

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut 45 tahun pra Lansia 60 tahun keatas

merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, maka diperlukan

pelayanan terpadu disetiap pos pelayanan yaitu kegiatan penyuluhan dan

pengobatan kepada peserta lansia tersebut, kebanyakan lansia mengalami penyakit

Degeneratif yaitu penyakit tidak menular dan gangguan tubuh lainnya.

P. Kunjungan Rumah ( Perkesmas )

15
Pengobatan rawat jalan melalui perawatan rujuk balik dari Rumah Sakit khususnya

dengan penyakit resiko tinggi, maka petugas dapat melalukan kunjungan rumah

dengan perawatan berkala sesuai dengan resiko penyakit yang diderita pasein, baik

penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang perlu perawatan khusus

untuk menekan resiko keparahan penyakit pasein.

BAB IV

SUMBER DAYA KESEHATAN

A. TENAGA KESEHATAN

16
Informasi mengenai tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan
pengadaan tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan dalam memperoleh
data ketenagaan yang mutakhir antara lain disebabkan oleh sifat dari data
ketenagaan yang selalu berubah dengan cepat dan terus menerus.Salah satu unsur
yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga
kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan dimasyarakat. Jumlah
SDM kesehatan yang ada di Puskesmas.
Pada tahun 2015 terdapat tenaga tehnis kesehatan 37 orang yang bertugas di
Puskesmas Tirta Jaya dan jaringannya pelayanan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Tirta Jaya dengan Rasio tenaga kesehatan di puskesmas Tirta Jaya
dapat dilihat dalam grafik berikut :

Ka.Sub.TU dan Staf TU 3

Dokter Umum 2

Dokter Gigi 1

Penyuluh Kesehatan 1

Perawat Puskesmas 7
Perawat Pustu 2
Bidan Puskesmas 6
Bidan Desa
7
Perawat Gigi 1
Sanitarian JUML
2 AH
Pranata Laboratorium 1
Nutrisionest/Gizi 1

Asisten Apoteker 1

Administrasi PTT 1

Kebersihan PTT 1

Jumlah
37
0 5 10 15 20 25 30 35 40

17
B. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Tirta Jaya yang merupakan tempat pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya mempunyai sarana kesehatan masyarakat sebagai berikut :
a. Puskesmas Induk.
b. Puskesmas Pembantu ( Pustu )
Pustu terdapat 2 (dua) buah yang tersebar yaitu:

1. Pustu Ketapang
2. Pustu Pemalongan
c. Posyandu
Posyandu ada 13 (tiga belas) kelompok yang tersebar di 7 (tujuh) desa.

No Nama Posyandu Desa Keaktifan

1 Flamboyan Tirtajaya Aktif

2 Rahayu Tirtajaya Aktif

3 Mekarsari Galam Aktif

4 Anggrek Galam Aktif

5 Lestari Pemalongan Aktif

6 Melati Pemalongan Aktif

7 Mawar Kunyit Aktif

8 Dahlia Kunyit Aktif

9 Kasih Ibu Ketapang Aktif

10 Panti Asri Ketapang Aktif

11 Indah Bajuin Aktif

12 Lestari Sei Bakar Aktif

13 Melati Sei Bakar Aktif

d. Polindes
Terdapat 6 (enam) buah yang tersebar di 6 (enam) desa, nama dan keadaan
polindes dapat dilihat pada tabel berikut :

18
No Nama Polindes Keadaan

1 Poskesdes Pemalongan Baik

2 Poskesdes Kunyit Baik

3 Poskesdes Tirta Jaya Baik

4 Poskesdes Galam Baik

5 Poskesdes Bajuin Baik

6 Poskesdes Sei Bakar Baik

e. Sarana Non Medis

Sarana non medis yang ada di wilayah Puskesmas Tirta Jaya dapat dil;ihat pada
tabel-tabel dibawah ini :

No Jenis sarana Jumlah Asal Keterangan

1 Puskesmas 1 Inpres Baik

2 Pustu 2 APBD Baik

3 Rumah Dinas 4 APBD Baik

4 Poskesdes 6 APBD Baik

BAB V

19
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
 Kerja sama dengan lintas sektor di Puskesmas Tirta jaya sudah berjalan, namun
hasilnya belum maksimal.
 Adanya beberapa program yang belum dapat tercapai target.
 Adanya beberapa masalah promosi kesehatan di puskesmas Tirta Jaya
 Belum maksimalnya kerjasama lintas program sehingga hasil dari
kegiatan di puskesmas belum maksimal.

B. Saran

Dengan mengetahui hasil dari kegiatan seluruh upaya kesehatan sangat di


harapkan kedepannya dapat menetapkan prioritas masalah promosi
kesehatan di puskesmas Tirta Jaya serta dapat menentukan Plan of Action dari
masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas.

20

Anda mungkin juga menyukai