Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari bermu‟amalah antara satu
dengan yang lainnya. Mu‟amalah sesama manusia senantiasa mengalami perkembangan
dan perubahan sesuai kemajuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu aturan Allah
yang terdapat dalam al-Qur‟an tidak mungkin menjangkau seluruh segi pergaulan yang
berubah itu. Itulah sebabnya ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan hal ini hanya
bersifat prinsip dalam mu‟amalat dan dalam bentuk umum yang mengatur secara garis
besar. Aturan yang lebih khusus datang dari Nabi. Hubungan manusia satu dengan
manusia berkaitan dengan harta diatur agama islam salah satunya dalam jual beli. Jual
beli yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang seharusnya kita mengerti dan kita
pahami. Jual beli seperti apakah yang dibenarkan oleh syara‟ dan jual beli manakah yang
tidak diperbolehkan.

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatastentang perdagangan atau jual beli yang sebagian telah
dipaparkan,maka beberapa pertanyaan yangperlunya untuk di jawab agar tidakada
keraguan lagi
1. Apakah Pengertian Jual beli ?
2. Apa saja Landasan hukum jual beli?
3. Apa saja rukun dan syarat jual beli ?
4. Apa saja yang terlarang dalam jual beli?
5. Khiyar dan jual beli As-salam atau As-shalaf?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengerti pengertian jual beli
2. Mengetahui landsan hukum jual beli
3. Mengetahui rukun dan syarat jual beli
4. Mengetahui macam-macam jual beli yang terlarang
5. Mengetahui Jual beli Khiyar dan Assalam/Asshalaf

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).
Kata lain dari jual beli adalah al-ba‟i, asy-syira‟, al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya,
antara lain :
1. Menurut ulama Hanafiyah: 1)
Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus
(yang dibolehkan)”. Yang dimaksud ulama hanafiyah dengan kata-kata tersebut
adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan
harga dari penjual dan pembeli
2. Menurut Imam Nawawi2) dalam Al-Majmu‟ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.”
3. Menurut Ibnu Qudamah3) dalam kitab Al-mugni „ :
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”
Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar
menukar harta yang sifatnya tidak haus dimiliki seperti sewa menyewa.

Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual
(yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang
membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu
dibayar dengan mata uang yang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat
dari perak (dirham).

B. Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli


Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini di syariatkan berdasarkan Al-
Qur‟an, Hadist Nabi, dan Ijma‟ Yakni :
1. Al Qur‟an, yang mana Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2: 198 :

1)
Alaudin Al-Kasyani, Badai‟ Ash-Shanai‟fi Tartib Asy-Syarai‟. Juz V, Hlm. 133
2)
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj. Juz II, hlm. 2
3)
Ibnu Qudamah, Al-Mugni. Juz III, hlm. 559

2
ٍ ‫ل َْي َس عَل َْي ُك ْم ُج َناحٌ أ َ ْن تَبْ َت ُغوا ف َْضل ًا ِم ْن َر ِب ّ ُك ْم ۚ ف َِإ َذا أَف َْض ُت ْم ِم ْن َع َرف‬
‫َات فَا ْذ ُك ُروا‬
‫ام ۖ َوا ْذ ُك ُرو ُه ك ََما َه َدا ك ُْم َوإِ ْن ُك ْن ُت ْم ِم ْن ق َْبلِ ِه لَ ِم َن‬ َ َّ
ِ ‫اّلل ِع ْن َد ال َْم ْش َع ِر الْ َح َر‬
َّ
‫الضا لِّي َن‬

Terjemah Arti: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

2. Al Qur‟an, yang mana Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2: 275 :

َّ ‫ُوم الَّ ِذي َي َت َخ َّب ُط ُه‬ ْ


‫ان ِم َن ال َْم ِّس‬
ُ ‫الش ْي َط‬ ُ ‫ون إِلا ك ََما َيق‬
َ ‫ُوم‬
ُ ‫الربَا ل َا َيق‬ َ ‫الَّ ِذي َن َيأكُل‬
ِّ ‫ُون‬

َ َ ِ‫ذَ ل‬
ِّ ‫اّلل الْبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا ف ََم ْن َجا َء ُه‬ ِّ ‫ك ِبأن َّ ُه ْم قَا لُوا إِنَّ َما الْبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
ُ َّ ‫الربَا َوأ َح َّل‬ َ

َ ‫اّلل و َمن عاد فَأُو لَ ِئ‬ َ


‫اب‬
ُ ‫ك أ ْص َح‬
َ َ َ ْ َ ِ َّ ‫َم ْو ِع َظ ٌة ِم ْن َر ِب ّ ِه فَا نْ َت َنى فَل َ ُه َما َسل ََف َوأ ْم ُرهُ إِلَى‬

‫ون‬
َ ‫يها َخا لِ ُد‬ ِ ‫ال َّن‬
َ ِ‫ار ُه ْم ف‬
Terjemah Arti: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri,
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu karena mereka berkata
(berpendapat) bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
3. Sunnah Nabi, yang mengatakan:
Ketika islam menekankan untuk kerja, lalu pekerjaan apakah yang paling utama?
Terhadap pertanyaan itu ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa

3
َ
‫أي‬ُّ : ‫ِل‬َ ‫اّلل عَل َْي ِه َو َسل َّ َم ُسئ‬ ُ َّ ‫اّلل َع ْن ُه (أ َّن ال َّنبِيَ َصلَّى‬ُ َّ َ‫َع ْن ِرفَا َع َة بْ ِن َرافِ ٍع َرضِ ي‬
‫ َوك ُ ُّل ب َ ْي ٍع َم ْب ُر ْو ٍر) َر َوا ُه الْبَ ّز َُر َو َص َّح َح ُه‬،ِ‫ ِب َي ِده‬.‫الر ُج ِل‬ َ ‫الْ َكسب أ‬
َّ ‫ َع َم ُل‬: ‫َال‬
َ ‫ب؟ق‬ ُ ‫ي‬
َ ‫ط‬
ْ ِ ْ
‫الْ َحا كِم‬

”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau
menjawab, ‟Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur.”
(HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa‟ah Ibn Rafi‟)
Maksud mabrur dalam hadist di atas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha
tipu-menipu dan merugikan orang lain.
4. Ijma‟
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu,
harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur‟an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah
(boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah, misalnya dalam jual
beli barang yang hukum menggunakan barang yang diperjual-belikan itu sunnah seperti
minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang
menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun
melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk
menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai
dengan ketentuan pemerintah.
Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan
syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur penipuan.
Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan itu hukumnya
makruh seperti rokok.

4
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus
dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara‟ (hukum Islam).
Jjumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu :
1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).
2. Ada sighat (lafal ijab qabul).
3. Ada barang yang dibeli (ma‟qud alaih)
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar
barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan
jumhur ulama diatas sebagai berikut :
1. Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
a. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
b. Baliqh, jual belinya anak kecil yang belum baliqh dihukumi tidak sah. Akan
tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik atau buru),
dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang harganya murah
seperti : Permen, Kue, Kerupuk.
c. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta
milik orang yang sangat bodoh(idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah
( Q.S. An-Nisa‟(4): 5):

َ
َ ‫ار ُزقُو ُه ْم ِف‬
‫يها‬ ْ ‫اما َو‬ ُ َّ ‫السف ََها َء أ ْم َوا لَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل‬
ً ‫اّلل لَ ُك ْم ِق َي‬ ُّ ‫َول َا ت ُ ْؤتُوا‬

‫َوا ك ُْسو ُه ْم َوقُولُوا َل ُه ْم ق َْول ًا َم ْع ُروفًا‬


Terjemah Arti: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
2. Sigat atau Ucapan Ijab dan Kabul.

5
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara
penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus
diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak
pembeli).
Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :
a. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
b. Kabul harus sesuai dengan ijab.
c. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.
3. Barang yang Diperjual-belikan
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan,
antara lain :
a. Barang yang diperjual-belikan itu halal.
b. Barang itu ada manfaatnya.
c. Barang itu ada ditempat, atau tidakada tapi ada ditempat lain.
d. Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
e. Barang itu hendaklah diketahuioleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas,
baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
4. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini
berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :
a. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
b Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli,
walaupun secara hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
c. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar
barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang.

D. Hal-Hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli


Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi
sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun
dan syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelum ini).

6
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun
atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak
disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang (fasid). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.

Berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al-Juhaili meringkasnya
sebagai berikut 4):
1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli di kategorikan sah apabila dilakukan oleh
orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang dipandang tidak sah jual
belinya sebagai berikut :
a. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
b. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.
Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk mengetahui perihal
tentang jual beli.
c. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan
barang yang baik.
d. Jual beli terpaksa
Terlarang dikarenakan tidak adanya unsur kerelaan antara penjual atau pun
pembeli dalam akad.
e. Jual beli fudhul
Adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
f. Jual beli yang terhalang
Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
g. Jual beli malja‟
Adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari
perbuatan zalim.
2. Terlarang Sebab Shigat

4)
Ibid, hlm. 500-515

7
Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak
sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :
a. Jual beli Mu‟athah
Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang
maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab kabul.
b. Jual beli melalui surat atau melalui utusan
Dikarenakan kabul yang melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah,
sperti surat tidak sampai ke tangan orang yang dimaksudkan.
c. Jual beli dengan isyarat atau tulisan
Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat
dibaca), maka akad tidak sah.
d. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad
Terlarang karena tidak memenuhi syarat in‟iqad (terjadinya akad).
e. Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
f. Jual beli munjiz
Adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang
akan datang.

3. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan)


Ma‟qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad,
yang biasa disebut mabi ’ (barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah
yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antara lain :
a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada
b. Jual beli yang tidak dapat diserahkan
Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan ikan yang ada di dalam air
tidak berdasarkan ketetapan syara‟.
c. Jual beli gharar
Adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar).
d. Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis
Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
e. Jual beli air
f. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul )

8
Terlarang karenakan akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.
g. Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad (gaib), tidak dapat dilihat
h. Jual beli sesuatu sebelum di pegang
i. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan
Apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi
belum matang, akadnya fasid.
4. Terlarang Sebab Syara’
Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara‟ nya diantaranya adalah :
a. Jual beli riba
b. Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan
Contohnya jual beli khamar, anjing, bangkai.
c. Jual beli barang dari hasil pencegatan barang
Yakni mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju tempat yang di tuju
sehingga orang yang mencegat barang itu mendapatkan keuntungan.
d. Jual beli waktu adzan jum‟at
Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan transaksi jual beli dapat
mengganggukan aktifitas kewajibannya sebagai muslim dalam mengerjakan
shalat jum‟at.
e. Jual beli anggur untuk dijadikan khamar
f. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
g. Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.

E. Khiyar
1. Pengertian
Menurut Ulama Fiqh 5), khiyar adalah “Suatu keadaan yang menyebabkan
orang yang akad (aqid) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni
menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, „aib
atau ru‟yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta‟yin.”

Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan
jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal.

5)
Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa adillatuhu, juz IV, hlm. 250

9
2. Macam-macam khiyar yang kita kenal :
a. Khiyar syarat
Pengertian
Menurut Ulama fiqh5), Khiyar syarat adalah “Suatu keadaan yang
membolehkan salah seorang yang akad atau masing-masing yang akad atau
selain kedua pihak yang akad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan
akad selama waktu yang diientukan.”
Contohnya : si penjual berkata kepada si pembeli, “Saya jual barang ini
kepadamu seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar selama tiga hari
tiga malam.”
khiyar masyru’ (disyariatkan) dan khiyar rusak
1) khiyar masyru’ (disyariatkan)
adalah khiyar yang ditetapkan batasan waktunya. Contohnya : si penjual
berkata kepada si pembeli, “Saya jual barang ini kepadamu seharga
Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar selama tiga hari tiga malam.”
2) khiyar rusak
khiyar rusak yaitu khiyar yang batasan waktunya tidak diketahui atau rusak,
dan perbuatan ini mengandung unsur jahalah (ketidak jelasan.
Contohnya : “Saya beli barang ini dengan syarat saya khiyar selamanya.”
Batasan khiyar masyru’
Adapun batas khiyar itu adalah tidak boleh lebih dari tiga hari. Dan beberapa
dari para ulama berpendapat bahwa 6 ) khiyar yang melebihi tiga hari
membatalkan jual beli, sedangkan bila kurang dari tiga hari adalah rukhshah
(keringan) bagi penjual.
b. Khiyar ’Aib
Pengertian Khiyar ‟aib yaitu hak memilih antara meneruskan jual beli atau
membatalkannya yang disebabkan karena adanya cacat pada barang yang
dijual.7

6)
Al-Kasani, Op.Cit., juz V, hlm. 174
7
Imam Ahmad bin Husain, Fathu al-Qorib al-Mujib, (Surabaya: al-Hidayah), hal. 30.

10
b. Khiyar majlis
Pengertian
Menurut Ulama fiqh8), “Hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk
membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan kedua pihak belum
berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad.”

F. Jual Beli As-Salam


1. Pengertian
As-salam atau As-shalaf adalah pembayaran di muka dan penyerahan barang di
kemudian hari, yang terdefinisi oleh para fuqaha sebagai ”akad jual beli atas
sesuatu yang disebutkan kriterianya dalam akad, dan yang dijanjikan akan
diserahkan pada waktunya yang ditentukan nanti kepada pembeli, dengan bayaran
yang diserahkan pada saat transaksi”. Firman Allah Swt dalam surat al-baqarah
ayat 282 yang membolehkan transaksi ini :

ۚ ُ‫اي ْن ُت ْم ِب َد ْي ٍن إِل َ ٰى أ َ َج ٍل ُم َسم ًّى فَا ْك ُت ُبوه‬ َ


َ ‫َيا أ ُّي َها الَّ ِذي َن‬
َ ‫آم ُنوا إِذَا ت َ َد‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak
secara tunai umtuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”(Q.S
Al-Baqarah (2) :282)

2. Syarat sah transaksi model salam


a. Adanya kepastian sifat-sifat barang yang ditransaksikan.
b. Menyebut jenis dan macam barang yang ditransaksikan dengan akad salam.
c. Disebutkan ukuran barang yang ditransaksikan dengan akad salam itu.
d. Disebutkan waktu penyerahan barang.
e. Agar barang yang ditransakasikan salam itu biasanya tersedia pada waktu
penyerahan barang seperti yang ditetapkan, sehingga sapat diserahkan pada
waktunya.
f. Agar harga pembeliannya sudah diterima secara sempurna dan diketahui
jumlahnya pada saat akad/transaksi.

8
) Al-Juahaili, Op.Cit., juz IV, hlm. 250

11
g. Agar barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang tertentu, tapi hendaknya
ia bentuk semacam utang yang tertanggung.
Transaksi melalui hal seperti ini dibolehkan karena salah satu kemudahan
yang diberikan oleh syarat islam dan sikap toleransinya. karena juga dalam
muamalah ini terdapat kemudahan bagi manusia ini terdapat kemudahan bagi
manusia dan mewujudkan kemaslahatan mereka, sambil bersihnya hal itu dari riba
dan seluruh hal yang dilarang. Maka, segala puji bagi Allah atas segala kemudahan
yang dianugerahkan-Nya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat merusak nilai amalan
yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya tentang penulisan ini dilakukan untuk
memberikan informasi tentang pengertian, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual
beli, hal yang terlarang dalam jual beli, khiyar, dan jual beli As-salam. Agar terciptanya
lingkungan ekonomi perdagangan islam yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk itu penulis menyimpulkan bahwa jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat
kepentingan umum, juga menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan rakyat
terutama dalam bidang perekonomian. Karena manusia ini adalah makhluk sosial, jadi
diperlukan kegiatan jual beli ini juga seluk beluk mengenai jual beli islam ini sudah dapat
dilihat dalam bab-bab makalah ini.

B. Saran
Penulisan makalah ini menunjukkan hal yang berkaitan dengan apa-apa saja mengenai
hukum-hukum, tata cara pelaksanaan yang terkait tentang hubungan jual beli yang baik
antara penjual juga pembeli, sehingga dapat mendorong munculnya penulisan makalah
yang sejenis dalam pemberi informasi yang lebih baik lagi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan jual beli.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Syafe‟i MA, Prof., Dr., 2004, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung.
Wahbah Al-Juhaili, 1989, Al-fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Dar Al-Fikr.
Rambe, Nawawiah, Drs, 1994, Fiqih Islam, Duta Pahala, Jakarta.
Syamsuri, Drs, H., 2005, Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI, Erlangga,
Jakarta.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari‟ah (Fiqh Muammalah), (Jakarta: Kencana, Prenada Media,
2011).

14
MAKALAH
JUAL BELI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Fikih MI
Dosen pengampu : Masruri M.Ag.

Disusun oleh :
Nama : Mubarokah
Jurusan : PGMI
NIM : 1713002

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL (STIK KENDAL)


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

15
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada makalah ini.Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan makalah yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki
keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami
memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran
dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang
dapat dipetik dan diambil dari makalah ini.

Penulis

16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Jual Beli ........................................................................ 2
B. Landasan Atau Dasar Hukum Jual Beli .......................................... 2
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli ............................................................ 5
D. Hal-Hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli ....................................... 6
E. Khiyar .............................................................................................. 9
F. Jual Beli As-salam ........................................................................... 11

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 13
B. Kritik dan Saran ............................................................................. 13
C. Daftar Pustaka ................................................................................. 14

17
18

Anda mungkin juga menyukai