Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN 1
AKTIVITAS ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun Oleh:

Nama : Welan Danuarta


Nim : PO.62.20.1.19.438

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI PRODI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
KELAS REGULER V
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
AKTIVITAS

1.1 DEFINISI AKTIVITAS

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang


melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

1.2 FISIOLOGI AKTIVITAS


Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi:
a. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak
c. Tempat melekatnya otot dan tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
e. Tempat produksi sel darah.

Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian


dikelompokkan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang keras, tulang
ekstremitas dan tulang tak beraturan. Antara tulang yang satu dengan tulang
yang lain dihubungkan dengan sendi yang yang memungkinkan terjadinya
pergerakan. Tulang dan sendi membentuk rangka, sedangkan sistem otot
berfungsi sebagai:

a. Pergerakan
b. Membentuk postur
c. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi

Sistem persarafan berfungsi sebagai:

a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke


susuna saraf pusat
b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan kemudian memberikan
respons melalui saraf efferent
c. Saraf efferent menerima respond an diteruskan ke otot rangka.

Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan atau kontraksi yaitu:

a. Stimulasi saraf motorik


Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik yang
dikontrol oleh korteks serebri, cerebellum, batang otak, dan bangsal
ganglia.
Upper motor neuron merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps
pada bagian anterior horn medulla spinalis sedangkan lower motor neuron
merupakan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis menuju ke otot
rangka.
Signal listrik dan potensial aksi terjadi sepanjang mealin sepanjang akson
saraf motorik yang berjalan secara salutatory conduction. Impuls listrik
berjalan dari saraf motorik ke sel otot melalui sinaps dengan bantuan
neurotransmitter aserilkolin.
b. Transmisi neuromuscular
Aserilkolin dihasilkan dari vesikel pada akson terminal. Adanya
depolarisasi dan potensial aksi pada akson terminal merangsang ion
kalsium dari cairan ekstraseluler kemudian terjadi perpindahan ke
membran akson terminal.
Bersamaan dengan itu, molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang
selanjutnya akan ditangkap oleh reseptor maka terjadilah potensial aksi
pada sel otot dan terjadilah kontraksi. Setelah asetilkolin terpakai
selanjutnya dipecah atau dihidrolis oleh enzim asetilkolnesterase menjadi
kolin yang kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan
pembentukan asetilkolin.
c. Eksitasi-kontraksi coupling
Merupakan mekanisme molekuler peristiwa kontraksi. Adanya impuls di
neuron motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetilkolin dan
menimbulkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar ke
seluruh serat otot sampai ke sistem T.
keadaan ini mempengaruhi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
kalsium yang kemudian diikat oleh troponin C, sehingga ikatan troponin I
dengan aktin terlepas. Lepasnya ikatan troponin I dengan aktin
menimbulkan tropomiosin bergeser dan terbukalah celah atau biding site
aktin sehingga terjadi ikatan antara aktin dan miosin serta kontraksi otot
terjadi.

1.3 ENERGI UNTUK KONTRAKSI


Energi untuk kontraksi diperoleh dari Adenosine Triphospat (ATP),
sebelum dapat digunakan ATP dipecah menjadi ADP dan ionorganik fosfat
oleh enzim adenosine triphospat yang terjadi pada miosin.
ATP+H2O ADP + H2PO4 + 1200 kal
Fosfokreatin + ADP kreatin + ATP
Asam lemak bebas + O2 CO2 + H2O + ATP
Hasil metabolisme anaerobpada otot setelah oksigen habis untuk kontraksi
adalah asam laktat yang mempunyai efek nyeri. Asam laktat akan terurai
kembali setelah suplai oksigen normal.

1.4 TIPE KONTRAKSI


a. Kontraksi isometrik terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa
harus memendek untuk memindahkan suatu beban, misalnya gerakan
mendorong meja dengan tangan lurus, tegangan yang terbentuk dalam otot
untuk mempertahankan kepala dan tubuh untuk tetap tegak.
b. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk
mengangkat atau memindahkan suatu beban.
Masalah yang terjadi berhubungan dengan otot:
a. Atropi Otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil karena
tidak terpakai dan pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan diganti
dengan jaringan fibrosa dan lemak.
b. Hipertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot
yang kuat dan berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada
peningkatan diameter dan panjang serabut terkait dengan unsur-unsur
filamen
c. Nekrosis (jaringan mati) terjadi akibat trauma atau iskemia dimana proses
regenerasi otot sangat minim.

1.5 MEKANIKA TUBUH


Mekanika tubuh (Body Mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada
posisi yang benar akan meningkatkan kesehatan. Setiap aktivitas yang
dilakukan perawat harus memperhatikan body mechanic yang benar seperti
kegiatan mengangkat/memindahkan pasien.
Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur tubuh,
seperti pada orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang bedrest lama
juga akan menurunkan tonus otot. Tonus adalah istilah yangmenggambarkan
kontraksi otot rangka. Pada keadaan bedrest yang lama kemungkinan terjadi
kontraktur sehingga body mechanic juga terganggu. Untuk mempermudah
penjelasan body mechanic maka perlu dipahami body alignment,
keseimbangan dan koordinasi pergerakan.
a. Body alignment atau postur
Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut secara
benar. Misalnya pada posisi duduk, berdiri, mengangkat benda dan lain-
lain.
b. Keseimbangan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi.
c. Koordinasi pergerakan tubuh
Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mengangkat benda, maksimal 57 % dari berat badan.

1.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN

a. Tingkat perkembangan tubuh

Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh


secara proporsional, postur, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara
optimal.
b. Kesehatan fisik

Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan


tubuh.
c. Keadaan nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat


menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
d. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.
Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian
dapat dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.
e. Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kiposis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan.
f. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.

1.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERGERAKAN


a. Gangguan muskuloskeletal

1) Osteoporosis

2) Atropi

3) Kontraktur

4) Kekakuan dan sakit sendi

b. Gangguan kardiovaskuler
1) Postural hipotensi
2) Vasodilatasi vena
3) Peningkatan penggunaan valsava manuver
c. Gangguan sistem respirasi
1) Penurunan gerak pernapasan
2) Bertambahnya sekresi paru
3) Atelektasis
4) Hipostatis pneumonia.

ASUHAN KEPERWATAN

TERKAIT AKTIVITAS

2.1 PENGKAJIAN

a. Tingkat aktivitas sehari-hari

1) Pola aktivitas sehari-hari

2) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik


b. Tingkat kelelahan

1) Aktivitas yang membuat lelah

2) Riwayat sesak napas

c. Gangguan pergerakan

1) Penyebab gangguan pergerakan

2) Tanda dan gejala

3) Efek dari gangguan pergerakan

d. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat kesadaran

2) Postur atau bentuk tubuh: skoliosis, kiposis, lordosis, cara berjalan

3) Ekstremitas:

a) Kelemahan

b) Gangguan sensorik

c) Tonus otot

d) Atropi

e) Tremor

f) Gerakan tak terkendali


g) Kekuatan otot

h) Kemampuan berjalan, duduk, berdiri

i) Nyeri sendi

j) Kekakuan sendi

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

a. Intoleransi aktifitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy
fisiologis untuk melkukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kelemahan umum
2) Bedrest yang lama/ imobilisasi
3) Motivasi yang kurang
4) Pembatasan pergerakan
5) Nyeri

Kemungkinan data yang ditemuakan:

1) Verbal adanya kelemahan


2) Sesak nafas / pucat
3) Kesulitan dalam pergerakan
4) Abnormal nadi, tekanan darah terhadap respons aktivitas
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

1) Anemia
2) Gagal jantung
3) Gangguan jantung
4) Kardiak aritmia
5) COPD
6) Gangguan metabolisme
7) Gangguan muskuloskelatal

Tujuan yang diharapakan:

1) Kelemahan berkurang
2) Berpartisipasi dalam perawatan diri
3) Mempertahankan kemampuan aktivitas septimal mungkin.

N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan merencankan intervensi tepat


saat aktivitas

2 Bantu pasien dalam melakuakn aktivitas pasien dapat memilih dan


sendiri merencanakannya sendiri

3 Catat tanda vital sebelum dan sesudah mengkaji sejauh mana perbedaan
aktivitas peningkatan selama aktifitas

4 Koloborasi denagn dokter dan fisioterapi Meningkatkan kerjasama tim dan


dalam latihan aktivitas perawatan holistic

5 Istirahat yang adekuat setelah latihan membantu mengembalikan energy


aktivitas

6 berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi metabolisme membutuhkan


ahli diet energy

7 Berikan pendidikan tentang: meningkatkan pengetahuan dalam


perawatan diri
1. perubahan gaya hidup untuk menyimpan
energy
2. Penggunaan alat bantu gerak

b. Keletihan
Definisi : kondisi dimana sesearang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terusmenerus dan penurunan kapasitas
kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan
istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Menurunya produksi metabolisme
2) Pembatasan diet
3) Anemia
4) Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

Kemungkinan yang ditemukan:

1) Kekurangan energy
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas
3) Menurunya penampilan
4) Lethargi

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1) Anemia
2) Kanker
3) Depresi
4) Diabetes militus

Tujuan yang diharapkan :

1) Pasien mengatakan keletihan berkurang


2) Meningkanya tingkat energy
3) Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuanya secara bertahap.

N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Monitor keterbatasan aktivitas, merencankan intervensi tepat


kelemahan saat aktivitas

2 Bantu pasien dalam melakuakn pasien dapat memilih dan


aktivitas sendiri merencanakannya sendiri

3 Catat tanda vital sebelum dan mengkaji sejauh mana perbedaan


sesudah aktivitas peningkatan selama aktifitas

4 Koloborasi denagn dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan


fisioterapi dalam latihan aktivitas perawatan holistic

5 Istirahat yang adekuat setelah latihan membantu mengembalikan energy


aktivitas

6 berikan diet yang adekuat dengan metabolisme membutuhkan energy


kolaborasi ahli diet

7 Berikan pendidikan tentang: meningkatkan pengetahuan dalam


perawatan diri
a. perubahan gaya hidup untuk
N INTERVENSI RASIONAL
O

menyimpan energy
b. Penggunaan alat bantu gerak

c. Ganggauan mobilitas fisik


Definisi : kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi
3) Gangguan neuromuskuler
4) Kelemahan /paralisis
5) Pasien dengan traksi

Kemungkinan data yang ditemukan:

1) Gangguan dalam pergerakan


2) Keterbatasan dalam pergerakan
3) Menurunnya kekuatan otot
4) Nyeri saat pergerakan
5) Kontraksi dan atropi otot

Kondisi klinis terjadi pada:

1) Fraktur kasus dengan traksi


2) Reumatik atritis
3) Stroke
4) Depresi
5) Ganggaun neuromuskuler

Tujuan yang diharapkan:

1) Pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas


2) Pasien mengatakn terjadi peningkatan aktivitas

N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Pertahankan body aligmnet dan Mencegah iritasi dan komplikasi


posisi yang nyaman

2 Cegah pasien jatuh, berikan pagar Mempertahankan keamanan pasien


pemngaman pada temapt tidur

3 Lakukan latihan aktif maupun pasif Meningkatkan sirkulasi dan mencegah


kntraktur

4 Lakuakan fisioterapi dada dan Meningkatkan fungsi paru


postural drainase

5 Monitr kulit yang tertekan, amati Memonitor ganggaun integritas kulit


kemungkinan dekubitus

6 Tingkatkan aktivitas sesuai batas Mempertahankan tonus otot


toleransi

7 Berikan terapi nyeri jika ada Mengurangi rasa nyeri


indikasi nyeri sebelum atau setelah
N INTERVENSI RASIONAL
O

latihan

8 Pertahankan nutrisi yang adekuat Nutisi diperlukan unutk energy


denga klaborasi ahli diet

9 Kolaborasi dnegan fisioterapi dalam Kerjasama dengan perawatan holistik


progam latihan

10 Lakukan pengetahuan tentang : Memberikan pengetahuan dan


perawatan diri
a. Pencegahan konstipasi
b. Body mekanik dan posisi
c. Latihan dan istirahat
11 Lakukan kerjasama dengan Meneruskan perawatan setelah pulang
keluarga dalam perawatan pasien

12 Bantu pasien dalam memutuskan Menentukan pilihan yang tepat dalam


penggunaan alat bantu berjalan penggunaan alat

13 Lakukan ambulasi sebanyak Imobilisasi yang lama dapat


mungkin jika memungkinkan menimbulkan dekubitus

d. Defisit perawatan diri


Definisi : kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian mandi
dll.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan neuromuskuler
2) Menurunnya kekuatan otot
3) Menurunkan kontrl otot dan koordinasi
4) Kerusakan persepsi kognitif
5) Depresi
6) Gangguan fisik

Kemungkinan data yang ditemukan:

1) Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari


2) Frustasi

Kondisi klinis memungkinkan terjadi pada:

1) Gangguan serebral vaskuler


2) Trauma medulla spinalis
3) Demensia
4) Depresi
5) Kekurangan energy
6) Gangguan otot
7) Kerusakan kognitif

Tujuan yang diharapkan:

Pasien dapat melakukan perawatan diri secara aman

N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Lakukan kajian kemampuan pasien Memberikan informasi dasar dalam


dalam perawatan diri terutama ADL menentukan rencana perawatan

2 Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk Perencanaan yang matang dalam


ADL melakukan kegiatan sehari-hari

3 Jaga privasi dan keamanan pasien Memberikan keamanan


selama memberikan perawatan
4 Berikan penjelasan sebelum melakukan Meningkatkan self esteem dan
tindakan motivasi

5 Selama melakukan aktivitas berikan : Meningkatkan self esteem


dukungan dan pujian kepada pasien

6 Lakukan latihan aktif dan pasif Meningkatkan sirkulasi darah

7 Monitor tanda vital , tekanan darah, Mengecek perubahan keadaan pasien


sebelum dan sesudah ADL

8 Berikan obat nyeri jika dalam aktivitas Pasien lebih kooperatif dalam
terasa nyeri dengan kolaborasi dokter beraktivitas

9 Berikan diet tinggi protein Meningkatkan dan membantu


membangun jaringan tubuh

10 Monitor pergerakan usus dan bladder mengetahui fungsi usus dan bl adder

11 Berikan pendidikan kesehatan: Meningkatkan pengetahuan dan


motivasi dalam perawatan diri
a. Perawatan diri seperti mandi,
perawatan kuku, rambut dan lain-
lain
b. Latihan pasif dan aktif
c. Keamanan aktifitas dirumah
d. Komplikasi yang mungkin timbul

ISTIRAHAT DAN TIDUR

1.1 DEFINISI ISTIRAHAT DAN TIDUR


Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan
makan, aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu
membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya.
Istirahat adalah sesuatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda.

1.2 FISIOLOGI ISTIRAHAT DAN TIDUR


a. Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang-malam disebut irama sirkardian. Irama
sirkardian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti
suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan
sensorik dan suasana hati.
Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor eksternal (aktivitas
social dan rutinitas pekerjaan). Setiap individu memiliki jam biologis
sendiri. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan
penilaian merupakan gejala gangguan tidur.
SAR merupakan sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
terjaga. Pengeluaran serotonin dari pons dan otak bagian tengah
menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya tidur. Terjaganya seseorang
bergantung dari keseimbangan impuls, reseptor sensori perifer dan sistem
limbik.
b. Tahapan Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua, yaitu nonrapied eye movement
(NREM) dan rapied eye movement (REM). Selama masa NREM
seseorang terbagi menadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90
menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahap REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum
tidur berakhir.
Tahapan tidur NREM:
1) Tahap I NREM
Tingkat transisi, merespons cahaya, berlangsung beberapa menit,
mudah terbangun dengan rangsangan, aktivitas fisik menurun, tanda
vital, dan metabolisme menurun, bila terbangun terasa sedang
bermimpi.

2) Tahap II NREM
Periode suara tidur, mulai relaksasi otot, berlangsung 10-20 menit,
fungsi tubuh berlangsung lambat, Dapat dibangunkan dengan mudah
3) Tahap III NREM
Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi
otot menyeluruh, tekanan darah menurun, berlangsung 15-30 menit
4) Tahap IV NREM
Tidur nyenyak, Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif,
UntUk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun, Sekresi lambung
menurun, Gerak bola mata cepat.
Tahapan tidur REM:
1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
Karakteristik tidur REM yaitu :
mata (cepat tertutup dan terbuka), otot-otot (kejang otot kecil, otot besar
imobilisasi), pernapasan (tidak teratur, kadang dengan apnea), nadi (cepat
dan ireguler), tekanan darah (meningkat atau fluktuasi), sekresi gaster
(meningkat), metabolisme (meningkat, temperatur tubuh naik), gelombang
otak (EEG aktif), siklus tidur (sulit dibangunkan)
1.3 POLA TIDUR NORMAL
a. Neonatus sampai dengan 3 bulan
Kira-kira membutuhkan 16jam/hari, mudah berespons terhadap stimulus,
pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
b. Bayi
Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai dengan 1
tahun kira-kira tidur 14jam/hari, tahap Rem 20-30%.

c. Toddler
Tidur 10-12 jam/hari, tahap REM 25%.
d. Preschooler
Tidur 11 jam pada malam hari, tahap REM 20%.
e. Usia sekolah
Tidur 10 jam pada malam hari, tahap REM 18,5%.
f. Adolensia
Tidur 8,5 jam pada malam hari, Tahap REM 20%.
g. Dewasa muda.
Tidur 7-9jam/ hari, tahap REM 20-25%.
h. Usia dewasa pertengahan
Tidur ± 6jam /hari, tahap REM 20%.
i. Usia Tua
Tidur ± 6 jam/ hari, tahap REM 20-25%, Tahap IV NREM menurun dan
kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam

1.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR


a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyama,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari
tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaaan cemas seseorang mungkin maeningkatkan sasraf
simpastissehingga terjadi tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
1) Diuretik: menyebabkan insomnia
2) Anti depresan: supresi REM
3) Kafein: meningkatkan saraf simpatis
4) Beta bloker: menimbulkan insomnia
5) Narkotika: mensupresi REM.

1.5 GANGGUAN TIDUR


a. Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitass
tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu initial Insomnia adalah
ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, Intermitet Insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering
terbangun, dan Terminal Insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak
pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,
kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah jumlah banyak.

b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver, dan metabolisme
c. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidut anank seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
d. Narcolepsy
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginana yang tidak
terkendali untuk tidur.
Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang tidur
normal, juga tidak terdapat gas darah atau edokrin.
e. Apnoe tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebvagai gangguan tidur, namun bila disertai
apnoe maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya
rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel,
adenoid, otot-otot dibelakang mulut mengendor dan bergetar. Periode
apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

Nyeri akut
Pathway
Faktor psikologis Faktor Lingkungan Faktor Fisiologis
Nyeri akut
Cemas
Merangsang sistem limbik Merangsang sensori Merangsang kortek serebral Gangguan
(pengatur sistem emosi) perifer untuk untuk meningkatkan eliminasi urin
untuk meningkatkan meningkatkan pengeluaran seroton
pengeluaran katekolamin pengeluaran serotonin
Hipertermi

Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler (SAR)
untuk menurunkan
pengeluaran serotonin

Bangun 3 kali atau lebih dimalam


Gangguan hari, insomnia, ketidakpuasan tidur,
Pola Tidur total waktu tidur kurang, kebiasaan
buruk saat tidur dan keluhan verbal
lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN

TERKAIT ISTIRAHAT DAN TIDUR

2.1 PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan
1) Kebiasaaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan: waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur,
sering bangunpada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang
mnegancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar
saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
4) Gangguan tidur / faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah.
3) Perilaku: iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, memarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
c. Pemeriksaan diagnostic
1) electroencephalogram (EEG).
2) electromiogram (EMG).
3) electrooculogram (EOG).
1.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Gangguan pola tidur
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan perubahan
waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Kemungkianan berhubungan dengan:
1) Kerusakan neurologi.
2) Tempat yang asing.
3) Terpasangnya tube.
4) Prosedur invasif.
5) Nyeri.
6) Kecemasan.
7) Ketidaknormalan status fisiologi.
8) Pengobatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

1) Perubahan penampilan dan perilaku.


2) Iritabilitas/letargi.
3) Sering menguap.
4) Lingkaran hitam disekitar mata.
5) Perubahan tingkat aktivitas.
6) Mata merah.

Kondisi klinis memumngkinkan terjadinya pada:

1) Kecemasan.
2) Depresi.
3) COPD/asma
4) Kondisi setelah operasi
5) Nyerin kronik.
Tujuan yang diharapkan:

1) Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam.


2) Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.

N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Lakukan kajian masalah gangguan tidur Memberikan informasi dasar dalam
pasien, karakteristik, dan penyebab kurang memnentukan rencana
tidur. keperawatan.
2. Lakukan persiapan untuk tidur malam Mengatur pola tidur.
seperti pada jam 9 malam sesuai dengan
pola tidur pasien.
3. Lakukan mandi air hangat sebelum tidur. Meningkatkan tidur.
4. Anjurkan makan yang cukup satu jam Meningkatkan tidur.
sebelum tidur.
5. Berikan susu hangat sebelum tidur. Meningkatkan tidur.
6. Keadaan tempat tidur yang nyaman, Meningkatkan tidur.
bersih, dan bantal yang nyaman.
7. Bunyi telepon, dan alarm dikecilkan. Mengurangi gangguan tidur.
8. Berikan pengobatan seperti analgetikdan Mengurangi gangguan tidur.
sedatif setengah jam sebelum tidur.
9. Lakukan masase pada daerah belakang, Mengurangi gangguan tidur.
tutup jendela / pintu juka perlu.
10. Tingkatkan aktivitas sehari-hari dan Mengurangi tidur.
kurangi aktivitas sebelum tidur.
11. Pengetahuan kesehatan: jadwal tidur Mengingkatkan pola tidur.
mengurangi stress, cemas, dan latihan
relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Saryono dan Anggriyana. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia


(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai