Anda di halaman 1dari 61

LEMBAR KERJA ASPEK KOMPETENSI

CATATAN HARIAN (LOG BOOK)


PRAKTIK KERJ LAPANGAN (PKL)

ASPEK KOMPETENSI : Manajemen Konstruksi


NAMA KOMPETENSI : Mampu menjelaskan Rencana Kerja dan Syarat syarat sesuai dalam
dokumen kontrak

DI SUSUN OLEH :

SHEILA KARIN AMALIA

NIM : 17 6430 26

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


REKAYASAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR KERJA ASPEK KOMPETENSI
CATATAN HARIAN (LOG BOOK)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
ASPEK KOMPETENSI :MANAJEMEN KONSTRUKSI
NAMA KOMPETENSI :MAMPU MENJELASKAN RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT SESUAI DALAM DOKUMEN
KONTRAK

PROGRAM STUDI S-1 TERAPAN


REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2020

Oleh:
SHEILA KARIN AMALIA
NIM: 17 643 026

Samarinda, 15 Januari 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Rafian Tistro, ST. MT Budi Nugroho, ST.,M.Eng


NIP. 19640127 199003 1 001 NIP. 19720614 200003 1 001
Mengesahkan,
Ketua Program Studi
S1 Terapan Rekayasa Jalan & Jembatan

Insan Kamil, ST, M.Eng


NIP. 19761020 200604 1 007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan jalan merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan kemajuan

teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karena jalan merupakan fasilitas

penting bagi manusia agar dapat mencapai suatu daerah yang ingin dicapai. Pekerjaan pada

proyek Pembangunan Jalan Outer Ring Road Jembatan Mahulu – Sp. M. Said adalah

pekerjaan jalan raya dan perawatannya. Masa pelaksanaan untuk proyek ini adalah selama

240 hari kalender. Lokasi pekerjaan terletak di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

Sumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan ini berasal dari APBD I Tahun Anggaran

2015.

Pekerjaan Pembangunan Jalan Outer Ring Road Jembatan Mahulu – Sp. M. Said pada

ruas jalan Jakarta 1 merupakan jalan yang menghubungkan pusat kota Samarinda –

Jembatan Mahulu. Ruas jalan tersebut sangat penting bagi masyarakat dan pengguna jalan

karena merupakan salah satu pusat perekonomian menuju kota maupun kepedesaan dan

mobilisasi warga Samarinda menuju Jembatan Mahulu, termasuk jalur angkutan penumpang

dan jalan menuju ke Kabupaten /Kota lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi

Pemerintah Kota Samarinda untuk membangun kenyamanan akses ruas jalan tersebut.

Target panjang jalan yang sekarang masih dalam proses pelaksanaan yaitu mulai dari 8+276

sampai 11+450 dimana kondisi saat ini yang telah di Rigid Pavement adalah dari 8+276

sampai 8+651,89 atau 375,89 m dan sisanya masih dalam tahap penyiapan badan jalan.

Agar proyek jalan ini dapat terlaksana sesuai dengan waktu (schedule) dan biaya yang

sudah ditentukan, maka bukan hanya SDM, dana yang siap, peralatan yang lengkap, namun

lebih dari itu faktor utama yang lebih menentukan keberhasilan sebuah proyek adalah adanya
Rencana Kerja dan syarat, agar proyek dapat berjalan dengan baik dan benar mengikuti

syarat ketentuan.

Dalam manajemen konstruksi, penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

dibuat setelah DED (Detail Engineering Design) dan spesifikasi teknis disusun. Karena di

dalam dokumen RKS lah yang akan merinci jenis bahan yang dipergunakan dan cara

pemasangannya. Sesudah kedua hal tersebut dibuat, barulah Rencana Anggaran Biaya (RAB)

dapat disusun. RKS disusun oleh Konsultan Perencana dan wajib dibaca oleh peserta tender.

Peserta tender pengadaan barang/jasa harus membaca, paham dan setuju pada petunjuk-

petunjuk yang tertulis pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) proyek. Apabila

berlandaskan pada alasan tidak membaca, kurang paham, tidak setuju atau salah tafsir

terhadap persyaratan apapun dalam dokumen RKS, maka panitia lelang tidak akan

mempertimbangkan gugatan yang disampaikan oleh peserta tender.

1.2 Deskripsi Proyek

Kota Samarinda merupakan ibu kota Kalimantan Timur. Datar dan berbukit antara 10-

200 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 km2. Kota Samarinda berbatasan

dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara. Kota

Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Suhu udara antara 24-32 oC,

dengan curah hujan rata-rata 162 mm, dan kelembaban udara rata-rata 82,7%. Curah hujan

dan kondisi tanah yang kadar lempungnya tinggi membuat sarana transportasi jalan yang

ada disamarinda harus lebih teliti dalam pembangunannya, transportasi jalan yang ada di

Kota Samarinda merupakan bagian dari sistem transportasi regional yang menghubungkan

Kota Samarinda dengan kota/kabupaten lain di provinsi Kalimantan Timur. Sebagaian besar

jalan yang ada di Kota Samarinda sudah memiliki permukaan yang beraspal dengan kondisi
baik. Jalan merupakan prasarana transportasi yang menghubungkan antara daerah satu

dengan daerah lainnya yang tentunya memenuhi syarat aman, nyaman, dan lancar bagi para

pengguna jalan baik menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki. Sehubungan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pembangunan pun berkembang semakin

pesat terutama di bidang konstruksi jalan guna menciptakan tatanan kota yang baik.

Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang berperan serta dalam melaksanakan

pembangunan di bidang konstruksi, misalnya pembangunan gedung-gedung baru, jalan-

jalan pendukung di seluruh pelosok Samarinda, sehingga perekonomian daerah akan selalu

menampilkan grafik yang meningkat. Selain itu alasan lain digunakannya perkerasan kaku

pada ruas jalan Jakarta 1 karena  jalan beton tersebut  lebih kuat, awet dan bebas perawatan.

Dengan beberapa alasan tersebut maka penulis mengambil judul untuk penulisan laporan

praktek kerja lapangan ini yaitu Pembangunan Jalan Outer Ring Road jembatan Mahulu –

M.Said.

Nama Kegiatan : Peningkatan Daya Saing Invenstasi Sektor Jalan dan Jembatan
Nama Proyek : Pembangunan Jalan Outer Ring Road Jembatan Mahulu Sp
M.Said
Lokasi : Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur
Pemilik Proyek : Pemerintah Daerah Kota Samarinda,
Kontraktor Pelaksana : PT. PRAMPUS INTI PUSPITA
Konsultan Supervisi : CV. LUNDAYEH BORNEO CONSULTANT

Konsultan Pengawas : CV. Rima Cipta Consultant


No. Kontrak : 603/02-A.24/KONT/KPA/V/2015
No. SPMK : 16/SPMK/RUTIN/VIII/2015
Tanggal Kontrak : 6 Mei 2015
Tanggal SPMK : 11 Mei 2015
Konstruksi : Pemabangunan Jalan
Nilai Kontrak : Rp. 38,918,834,000
Cara Pembayaran : Sertfiat Bulanan/Monthly Certifacate
Masa Pelaksanaan : 168 Hari Kalender
Masa Pemeliharaan : 30 Hari Kalender
Sumber Dana : APBD I tahun anggaran 2015

1.3 Aspek Kompetensi

Aspek Kompetensi yang diambil adalah Manajemen Konstruksi dengan Nama

Kompetensi Mampu Menjelaskan Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat Sesuai Dalam Dokumen

Kontrak.

1.4 Manfaat Kompetensi

Adapun beberapa manfaat dari pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

dalam proyek seperti sebagai menjadi prosedur yang harus diikuti oleh

pelaksana/penyedia/peserta tender, seperti tenaga kerja, pengadaan material, peralatan dan

perlengkapan, jenis pekerjaan, serta segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan

proyek pekerjaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS)

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang digunakan oleh

Penyedia sebagai pedoman untuk melaksanakan proyek pekerjaan. RKS proyek berisikan

nama pekerjaan berikut penjelasannya berupa jenis, besar dan lokasinya, serta prosedur

pelaksanaannya, syarat mutu pekerjaan dan persyaratan lainnya yang wajib dipenuhi oleh

penyedia pekerjaan kontruksi. RKS ini biasanya akan disampaikan bersama dengan

gambar-gambar detail pekerjaan yang semunya menjelaskan mengenai proyek yang akan

dilaksanakan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu

syarat umum, syarat administrasi, dan syarat teknis. Syarat-syarat administrasi yang

dimuat di dalam RKS berisikan metode/tata laksana yang diperlukan oleh pelaksana

kontraktor untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh pengguna jasa. Metode penawaran tersebut berkaitan dengan penyusunan,

penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan Penyedia barang/jasa.

Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh Penyedia

barang/jasa, termasuk pada hak, kewajiban dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum

kontrak. Oleh karena itu penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk

menghindari pertentangan pengertian.

2.2 Format Untuk Penyusunan Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS)

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS) sebagai kelengkapan gambar pekerjaan

harus dibuat dengan selengkap mungkin dan dengan maksud supaya di dalam
pelaksanaan pekerjaan tidak timbul kesulitan. Kalimat dalam Rencana Kerja Dan Syarat-

Syarat (RKS) diusahakan agar disusun sedemikian rupa, sehingga jelas, terperinci, mudah

dipahami dan tidak menimbulkan keraguan. Contoh penyusunan Rencana Kerja Dan

Syarat-Syarat (RKS) yang format daftar isi penulisannya tertulis secara terperinci, yaitu

sebagai berikut:

2.2.1 BAB I Syarat-Syarat Umum

BAB I Syarat-Syarat Umum berisi keterangan atau penjelasan tentang:

1. Pemberi tugas / pemilik proyek (Owner);

2. Mengenai perencana, pengawas, dan kontraktor;

3. Mengenai syarat peserta lelang; dan

4. Mengenai prosedur pelelangan/pengadaan mulai dari bentuk surat

penawaran dan cara penyampaiannya;

2.2.2 BAB II Syarat-Syarat Administrasi

BAB II berisi tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Peraturan-Peraturan Pelaksanaan;

2. Rencana Kerja;

3. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan;

4. Tanggal Waktu Penyerahan;

5. Syarat Pembayaran;

6. Denda Atas Keterlambatan;

7. Besar Jaminan Penawaran;

8. Besar Jaminan Pelaksanaan;

9. Penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak);


10. Pekerjaan Tambah/Kurang;

11. Buku Harian, Laporan-Laporan (Harian dan Mingguan);

12. Pemberian Pekerjaan Kepada Pihak Ketiga;

13. Perselisihan;

14. Resiko; dan

15. Aturan Pembayaran, dan lain-lain.

2.2.3 BAB III Syarat-Syarat Teknis

BAB III berisi tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis dan Uraian Pekerjaan;

2. Jenis dan Mutu Bahan Yang Digunakan;

3. Cara Pelaksanaan pekerjaan Mulai dari Bagian Pekerjaan Persiapan

Sampai Dengan Pekerjaan Penyelesaian; dan

4. Merk Material / Bahan.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rencana Kerja dan syarat (RKS)

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang berisikan nama

proyek berikut penjelasannya berupa jenis, besar dan lokasinya, serta tata cara

pelaksanaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan – keterangan

lain yang hanya dapat dijelaskan dalam bentuk tulisan. RKS biasanya diberikan Bersama

dengan gambar yang semuanya menjelaskan mengenai proyek yang akan dilaksanakan.

RENCANA KERJA SYARAT (RKS)

A. Syarat- Syarat Umum

Pasal 1

Penjelasan Umum

1. Kriteria dan syarat-syarat ini, yang selanjutnya disebut dokumen tender.

Dokumen tender adalah petunjuk yang harus diikuti dan dipenuhi oleh pemborong

atau rekan dalam penyusunan dan menyampaikan penawaran pekerjaan.

2. Pemborong atau rekanan harus membaca dengan seksama semua petunjuk tertulis

di dalam dokumen tender ini

Pasal 2

Pemberi Tugas

1. Pemberi tugas adalah Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan

Rakyat Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Pasal 3

Perencana
1. Perencana untuk pekerjaan ini adalah CV. RIMA CIPTA CONSULTANT

2. Perencana berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak Pengendali Kegiatan

pada tahap perencanaan dan penyusunan dokumen lelang secara berkala.

3. Perencana berkewajiban pula untuk mengadakan pengawasan berkala dalam

bidang struktur.

4. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan

sebelum mendapat izin dari Kepala Satuan Kerja Sementara.

5. Bilamana perencana menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan atau

menyimpang dari bestek, supaya segera diberitahukan kepada Kepala Satuan

Kerja Sementara.

Pasal 4

Bentuk dan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran

A. Metode

1. Metode penyampaian penawaran adalah menggunakan metode Dua File

B. Bentuk Dokumen Penawaran

1. Surat penawaran ditandatangani oleh Direksi atau Pimpinan Perusahaan yang

Namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya atau penerima

kuasa

2. Surat Penawaran dicetak diatas kop Perusahaan, diberi tanggal dan dibubuhi

materai cukup serta cap Perusahaan.

3. Masa berlaku penawaran harga sekurangnya selama 60 (enam puluh) hari

kalender sejak tanggal pemasukan penawaran.


4. Nilai jaminan penawaran (bid bond) minimal sebesar 3% dari nilai

penawaran termasuk PPN, yang dikeluarkan oleh bank umum dengan masa

berlaku sekurangnya selama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pemasukan

penawaran.

5. Dokumen penawaran berikut kelengkapannya harus dibuat dalam rangkap 2

(dua) yang terdiri dari 1 (satu) asli dalam bentuk hardcopy dan 1 (satu) copy

dalam bentuk softcopy disimpan dalam bentuk CD/flash disk. Dokumen

Penawaran terdiri dari:

a. Sampul Administrasi dan Teknis

b. Sampul harga

C. Penyampaian Dokumen Penawaran

1. Surat Penawaran berikut kelengkapannya ini disampaikan di dalam Sampul

tertutup yang tidak tembus baca, dilem, dan tidak mencantumkan nama dan

alamat Perusahaan. Dipisahkan menjadi dua Sampul, Sampul pertama adalah

berisi dokumen administrasi dan teknis serta Sampul kedua berisi dokumen

penawaran harga dan Jaminan Penawaran.

2. Surat penawaran ditujukan kepada Panitia Pengadaan Dinas Pekerjaan

Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat Pemerintah Provinsi

Kalimantan Timur.

3. Dokumen Penawaran disampaikan pada waktu dan tempat yang telah

ditentukan. Dokumen penawaran yang disampaikan melewati batas waktu

dan tempat yang telah ditentukan dianggap gugur.

D. Pembukaan Dokumen Penawaran


1. Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan oleh Panitia Pengadaan sesuai

dengan jadwal yang ditetapkan dalam RKS ini atau perubahannya, dan

disaksikan oleh wakil Penyedia Barang dan Jasa atau saksi lain.

2. Dokumen Penawaran yang sudah disampaikan tidak boleh diubah, ditambah,

atau dikurangi, kecuali hanya untuk memenuhi kekurangan pada meterai,

tanggal, dan tanda tangan. Penambahan tersebut dilaksanakan seketika pada

pembukaan dokumen penawaran.

3. Dalam hal softcopy yang disampaikan oleh Peserta Pengadaan tidak terbaca,

atau tidak dapat digandakan pada saat pembukaan penawaran, Peserta

Pengadaan dapat menyampaikan softcopy dokumen penawaran yang dapat

diserahkan kepada Panitia Pengadaan melalui CD/flashdisk, atau email ke

alamat http://pupr.kotasamarinda.go.id/eproc pada saat pembukaan

penawaran.

4. Apabila terdapat perbedaan isi dokumen antara versi hardcopy dan softcopy,

dokumen yang diakui dan dianggap sah oleh Panitia Pengadaan adalah versi

hardcopy.

E. Metode Evaluasi dan Kriteria Evaluasi

Metode evaluasi dilakukan dengan menggunakan sistem nilai.Persentase

penilaian administrasi dan teknis sebesar 60% (enam puluh persen), persentase

penilaian harga sebesar 40% (empat puluh persen).

1. Evaluasi Administrasi
Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi apabila

seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam RKS dilengkapi. Aspek yang

akan dinilai dalam penilaian ini mencakup berikut namun tidak terbatas pada:

a) Aspek Legalitas Perusahaan (kelengkapan dokumen legal perusahaan).

b) Kemampuan Keuangan.

2. Evaluasi Teknis

Penilaian ini dilakukan terhadap proposal teknis sehingga dapat diketahui

kemampuan teknis masing-masing peserta. Aspek yang akan dinilai dalam

penilaian ini mencakup berikut namun tidak terbatas pada:

a) Pengalaman Perusahaan

b) Personil Minimal

c) Kelengkapan alat berat, peralatan, dan perlengkapan utama untuk

melakukan pekerjaan

d) Time Schedule yang dilengkapi dengan Kurva “S”

3. Evaluasi Harga

Penilaian dilakukan dengan membandingkan kewajaran harga penawaran

dengan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dan/atau penawaran peserta

lainnya.

F. Penetapan Calon Pemenang Dan Pengumuman Pemenang

1. Panitia Pengadaan akan mengusulkan calon Pemenang Pengadaan.

2. Pemenang akan ditetapkan oleh Pejabat Berwenang.

3. Pengumuman pemenang akan diberitahukan kepada seluruh peserta yang

mengikuti proses pengadaan.


G. Sanggahan

1. Peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang diberi kesempatan untuk

mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-lambatnya dalam waktu 3

(tiga) hari kerja setelah pengumuman pemenang.

2. Sanggahan disampaikan kepada Pejabat Berwenang yang menetapkan

pemenang pengadaan, disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan.

3. Peserta yang melakukan sanggahan harus menyetor uang jaminan sanggahan

sebesar 3% dari nilai penawaran termasuk PPN atau menjaminkan Jaminan

Penawaran yang telah diserahkan.

4. Sanggahan dapat diajukan oleh peserta baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama peserta lain yang merasa dirugikan, apabila;

a. Panitia atau Pejabat Berwenang menyalahgunakan wewenangnya;

dan/atau

b. Pelaksanaan pengadaan menyimpang dari ketentuan yang telah

ditetapkan dalam RKS; dan/atau

c. Terjadi praktek korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN) diantara peserta

pengadaan dan atau dengan anggota Panitia Pengadaan / Pejabat

Berwenang; dan/atau

d. Terdapat rekayasa pihak-pihak tertentu yang mengakibatkan pengadaan

tidak adil, tidak transparan dan tidak terjadi persaingan yang sehat.

Pasal 5

Pemborong/Kontraktor
1. Kontraktor merupakan perusahaan berstatus badan hukum yang usaha pokoknya

adalah melaksanakan pekerjaan pemborongan jalan yang mempunyai syarat-

syarat kualitas menurut panitia lelang yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja

Sementara untuk melaksanakan pembangunan jalan tersebut.

2. Tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) yakni lulus dalam pra kualifikasi

yang diadakan oleh panitia.

3. Penunjukan pemborong / rekanan harus memperhatikan peraturan yang berlaku.

Pasal 6

Syarat-syarat Peserta Lelang

Peserta yang dapat mendaftar dalam pengadaan ini adalah:

a. Badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas:

a) Memiliki Surat Izin Usaha (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin

Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi : Menengah atau Besar

b) Bidang : Konstruksi Jalan dan Jembatan

c) Sub Bidang : Konstruksi/Pemeliharaan/Perbaikan Jalan Raya

b. (SIUJK), Sertifikat Badan Usaha Pelaksana Jasa Konstruksi (SBU) dan Surat

keterangan Domisili yang masih berlaku.

c. Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir, peserta pernah memiliki

pengalaman melaksanakan pekerjaan pengadaan sejenis sekurangnya 3 (tiga)

pekerjaan konstruksi/pemeliharaan/perbaikan jalan dengan metode beton/rigid

pavement dengan nilai masing-masing minimal Rp.1.000.000.000 (satu milyar

rupiah).
d. Peserta yang diperbolehkan mendaftar dalam pelelangan pengadaan ini adalah

perusahaan yang sedang tidak dinyatakan pailit, atau kegiatan usahanya tidak

sedang dihentikan, atau tidak sedang menjalani sanksi pidana, atau sedang dalam

pengawasan pengadilan.

e. Bersedia untuk tunduk dan mentaati ketentuan pengadaan yang diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan Menteri Nomor 07 tahun

2019 beserta perubahan-perubahannya, serta ketentuan-ketentuan lain yang

ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

Pasal 7

Pengawas Lapangan

1. Di dalam pelaksanaan sehari-hari di tempat pekerjaan, sebagai pengawas

lapangan adalah konsultan pengawas.

2. Pengawas tidak dibenarkan mengubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan

sebelum mendapat izin dari Kepala Satuan Kerja Sementara.

3. Bilamana pengawas lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam

pelaksanaan atau menyimpang dari bestek, supaya segera diberitahukan kepada

Kepala Satuan Kerja Sementara.

4. Konsultan Pengawas diwajibkan menyusun rekaman pengawasan selama

pekerjaan berlangsung dari 0 % - 100 %, disampaikan kepada Kepala Satuan

Kerja Sementara dari unsur teknis.

B. Syarat-Syarat Administrasi

Pasal 1

Peraturan Umum
1. Pemborong harus mentaati dengan tertib segala peraturan hukum yang berlaku

dan semua syarat-syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan dari pekerjaan

sejauh tidak bertentangan dengan peraturan atau prsyaratan yang dikeluarkan oleh

jabatan keselamatan dan Kesehatan kerja

2. Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan Kembali dalam

dokumen tender ini, berarti hanya meminta perhatian khusus dan tidak

menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan suplemen yang ada.

Tetapi apabila ada ketentuan yang berlainan, maka yang berlaku adalah

ketetntuan dalam dokumen tender ini

3. Tata pelaksanaan dalam penyelenggaraan pembangunan jalan ini dilaksanakan

berdasarkan peraturan –peraturan yang berlaku sebagai berikut:

a.) Perpres Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

b.) Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Standar Dan Pedoman

Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;

c.) SNI yang terkait dengan pekerjaan perkerasan beton;

d.) PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan; dan

e.) PP No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Pasal 2

Rencana Kerja

1. Pemborong atau Kontraktor harus membuat Rencana Kerja. Pelaksanaan

Pekerjaan yang disetujui Pimpinan Proyek selambatlambatnya 1 (satu) minggu

setelah Surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan.


2. Pemborong atau Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan menurut Rencana

Kerja dan Syarat-syarat, Gambar Rencana beserta gambargambar penjelasannya

yang telah dibuat dan disepakati bersama.

3. Pemborong atau Kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas

terselesainya pekerjaan tepat pada waktunya.

Pasal 3

Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 168 (Seratus Enam Puluh Delapan)

Hari Kalender sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

2. Pelaksana Pekerjaan harus segera memulai pekerjaan setelah diterbitkannya Surat

Perintah Mulai Kerja (SPMK).

Pasal 4

Jangka Waktu Penyerahan

1. Rencana tanggal penyerahan pertama maupun penyerahan kedua yang harus di

lanjutkan kepada pemberi tugas selambat lambatnya 3 (tiga) hari kalender

sebelum tanggal penyerahan dimaksud.

2. Sebelum penyerahan pekerjaan di lakukan, pengawas lapangan akan mengadakan

pemeriksaan seksama atas keseluruan hasil pekerjaan pemborong. Pemberiksaan

dapat dilakukan lebih dari satu kali sampai memuaskan pemberi tugas yang

selanjutnya menetapkan tanggal penyerahan pekerjaan.

3. Pada saat pelaksanaan maupun penyerahan akan dibuat berita acara, yaitu berita

acara pemeriksaan pekerjaan untuk penyerahan pertama dan kedua dan berita

acara penyerahan pertama atau kedua pekerjaan.


Pasal 5

Sumber Dana dan Syarat Pembayaran

1. Pekerjaan ini dibiayai dari ABPD Provinsi Kalimantan Timur.

2. Pembayaran dilakukan setelah Pelaksana Pekerjaan mengajukan Surat

Permohonan Pembayaran kepada pemilik proyek beserta lampirannya secara

lengkap, sebagai berikut:

a. Surat Permohonan Pembayaran.

b. Invoice rangkap 4 (empat), 1 (satu) bermaterai cukup dan 3 (tiga) copy.

c. Kuitansi rangkap 4 (empat), 1 (satu) bermaterai cukup dan 3 (tiga) copy.

d. Faktur Pajak Elektronik rangkap 3 (tiga) sesuai dengan SE50/PJ/2011 tanggal

3 Agustus 2011 dengan kode faktur pajak WAPU (030.xxx).

e. Copy NPWP.

f. Copy Purchase Order (PO) dan Copy Perjanjian.

g. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP) ditandatangani oleh Direksi

Pekerjaan.

h. Service Acceptance (SA)

i. Berita Acara Pemeriksaan Mutu (BAPM) ditandatangani oleh Tim QC.

j. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (BAST) ditandatangani oleh

Penandatangan Perjanjian (terbatas pada Tagihan Terakhir)

3. Pembayaran dilakukan melalui transfer ke nomor rekening Pelaksana Pekerjaan;

4. Pembayaran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pembayaran Uang Muka / Down Payment sebesar 20% ( dua puluh persen )

b. Pembayaran Progress Pekerjaan terbagi menjadi:


c. Pembayaran 30% ( tiga puluh persen ) dilakukan setelah Progress Pekerjaan

50 % ( lima puluh persen )

d. Pembayaran 45% ( empat puluh lima persen ) dilakukan setelah Progress

Pekerjaan 100% ( seratus persen )

5. Pembayaran Retensi (setelah selesai masa garansi) sebesar 5% (lima persen).

Pasal 6

Denda Keterlambatan Pekerjaan

Apabila jangka waktu penyelesaian yang telah disepakati di atas dilampaui maka

pihak Pemborong dikenakan denda 1/1000 (satu perseribu) dari jumlah harga

borongan untuk setiap kali keterlambatan, setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari

jumlah harga borongan, kecuali jika keterlambatan pekerjaan disebabkan oleh force

majeure.

Beberapa poin di bawah ini merupakan penjelesan tentang force majeure:

a. Yang disebut dengan force majeure adalah kejadian-kejadian bencana alam

atau musibah yang terjadi pada waktu pelaksanaan seperti: huru hara, perang,

tanah longsor, gempa bumi, banjir, dan lain sebagainya, yang terjadi diluar

kekuasaan Pemborong yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

pekerjaan.

b. Bila terjadi force majeure, maka Pemborong diwajibkan membuat laporan

kepada Pimpinan proyek dalam jangka waktu selambatlambatnya 7 x 24 jam

setelah terjadinya force majeure.

c. Bila terjadi 7 (tujuh) hari sejak dikeluarkan surat Gubernur atau peraturan

mengenai force majeure ini, Pimpinan proyek tidak atau belum menjawab
pengajuan Pemborong, maka dianggap force majeur disetujui oleh Pimpinan

proyek.

d. Untuk pekerjaan permanen atau pekerjaan sementara atau bahanbahan di

daerah kerja yang mengalami kehancuran atau kerusakan akibat force

majeure, maka Pemborong berhak atas biaya perbaikan pekerjaan permanen

atau pekerjaan sementara yang telah selesai atau telah dibayar oleh Pimpinan

proyek dalam sertifikat bulanan sesuai dengan perhitungan biaya kerusakan

oleh Konsultan.

Pasal 7

Jaminan Penawaran

1. Jaminan penawaran berupa surat jaminan bank milik pemerintah atau bank /

lembaga keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan kepada Kepala

Satuan Kerja Sementara peningkatan Jalan Rt. 33 Solong menuju Jalan Gerilya

Kota Samarinda.

2. Bagi pemborong yang tidak ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, jaminan

penawaran diberikan kembali 1 (satu) minggu setelah pemenang lelang

ditetapkan.

3. Bagi pemborong yang ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, diberikan

kembali saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Kepala Satuan Kerja Sementara.

Pasal 8

Surat Perjanjian Pemborong (Kontrak)

1. Untuk melaksanakan pekerjaan, pemberi tugas, dan pemborong akan membuat

surat perjanjian pemborong yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak
2. Pada kontrak atau surat perjanjian pemborong dilampirkan dokumen sebagai

berikut :

a. Jaminan Pelaksanaan

b. Surat Perintah Kerja

c. Seluruh dokumen penawaran untuk pekerjaan ini beserta lampiran-

lampirannya.

d. Berita acara rapat pemberian penjelasan pekerjaan

e. Dokumen tender beserta lampirannya dan gambar-gambar

Pasal 9

Jaminan pelaksanaan

1. Sebelum menandatangani surat perjanjian pemborong diwajibkan menyerahkan

jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak berupa jaminan Bank

Pemerintah

2. Apabila pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani surat perjanjian

pemborong, maka jaminan pelaksanaan disita dan menjadi hak pemilik

3. Jaminan pelaksanaan berlaku ampai tanggal yang disepakati dan akan

dikembalikan kepada pemborong setelah pekerjaan selesai 100% yang dinyatakan

dengan berita acara serah terima kedua belah pihak

Pasal 10

Dokumen Tender, Gambar dan Petunjuk-petunjuk

1. Dokumen tender dan gambar rencana pekerjaan berlaku sebagai dasar pedoman

untuk melaksanakan pekerjaan


2. Jika terdapat perbedaan antara dokumen-dokumen tender dan gambar ataupun

gambar dengan gambar makan ketentuan yang mengikat adalah yang paling

menguntungkan pemberi tugas dan hal ini akan diputuskan pada rapay koordinasi

(saat pelaksanaan berlangsung)

3. Pemborong harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) setcopy gambar-gambar dan

dokumen tender di tempat pekerjaan dalam keadaan tetap rapi dan bersih yang

dapat dilihat setiap saat oleh pemberi tugas atau pengawas lapangan

Pasal 11

Pemakaian Ukuran dan Gambar Kerja

1. Apabila dianggap perlu, pemborong harus membuat gambar kerja (shop drawing)

pelaksanaan untuk pekerjaan ini. Gambar-gambar tersebut sebelum dilaksanakan

harus mendapatkan ersetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan

2. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut

ukuran-ukuran yang tercantuk dalam gambar kerja dan RKS ini

3. Pemborong wajib mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dan segera

mmeberi tahu kepada pengawas lapangan apabila terdapat perbedaan ukuran

antara gambar-gambar maupun terdapat situasi dilapangan

4. Pemborong wajib mengadakan pemerikaan menyeluruh terhadap gambar yang

ada

Pasal 12

Hak dan Kewajiban Pemborong


1. Pemborong tidak diperbolehkan mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya atas

pekerjaan yang menjadi tugas kepada pihak lain (sub letting) , tanpa izin tertulis

dari pemberi tugas

2. Pemborong wajib mempelajari dan mentaati semua ketentuan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan yang tercantun didalam UU, persyaratan umum

dan suplemenya, persyaratan dalam UU, persyaratan umum dan suplemennya,

persyaratan instansi teknik yang berwenang.

3. Pemborong wajib mentaati keputusan dan petunjuk-petunjuk dari pemberi tugas

dan pengawasan lapangan sepanjang hal tersebut tidak menyimpang dari

dokumen tender dan gambar-gambar

4. Pemborong dapat meminta penjelasan keada pengawas lapangan bila mana

menurut pendapatnya ada bagian-bagian dokumen surat perjanjian pemborong

atau hal-hal lain yang kurang jelas

Pasal 13

Tanggung Jawab Pemborong

1. Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam dokumen tender dan gambar-gambar

2. Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan lingkungan yang diakibatkan

oleh pelaksanaan pekerjaan dengan pemborong sendiri

3. Bila terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka

pemborong wajib memberikan saran-saran perbaikan kepada pemberi tugas

melalui lapangan pengawas lapangan


4. Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan

dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut

5. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian pemborong dalam melaksanakan

pekerjaan menjadi tanggung jawab pemborong

6. Pemborong harus bertanggung jawab atas alat-alat yang digunakan, terhadap

kemungkingan timbulnya klaim dan tuntutan ganti rugi dari pihak ketigas, serta

biaya-biaya yang diperlukan untuk hal tersebut.

Pasal 14

Perizinan

1. Pembayaran dan penembusan seluruh biaya yang diperlukan untuk surat Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan pemborong

2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan

ini harus diurus urus oleh pemborong dan atas tanggung jawab dan biaya

pemborong

3. Pemborong harus menyerahkan surat izin yang diperoleh atau yang disyaratkan

yang menyangkut pekerjaan ini kepada pemberi tugas

4. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus

diurus oleh pemborong atas tanggung dan biaya pemborong.

Pasal 15

Pengawal Penyelenggaran dari Pemborong

1. Pemimpin harian pelaksanaan pekerjaan oleh pemborong harus diserahkan kepada

penggung jawab lapangan yang ahli dan berpengalaman, serta memiliki


wewenang penuh untuk memutuskan segala persoalan pemborong ditempat

pekerjaan ini

2. Pemborong harus membuat bagan organisasi pekerjaan dengan lengkap dengan

nama-nama petugasnya

3. Penanggung jawab lapangan wajib berada ditempat pekerjaan selama jam

pekerjaan dan setiap saat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan atau pada

setiap saat waktu yang dianggap perlu oleh pemberi tugas atau pengawas

lapangan.

Pasal 16

Resiko Upah dan Harga

1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah ditunjuk sebagai

pelaksanaan pekerjaan (Sejak dikeluarkannya surat perintah kerja), pemborong

harus telah siap dengan bagan rencana kerja (Barchart) dalam skala waktu sesuai

dengan batas waktu maksimum yang ditentukan

2. Tuntutan (klaim) kenaikan harga Borongan hanya diizinkan apabila pemerintah

daerah mengeluarkan edaran tentang kenaikan harga Borongan yang disebabkan

oleh kenaikan harga bahan atau upah di dalam jangka waktu pelaksanaan

pekerjaan

3. Jika terjadi hal demikian seperti disebutkan dalam aya 2 maka perhitungan

dilakukan menurut peraturan tersebut

Pasal 17

Laporan-laporan
1. Pemborong diwajibkan membuat catatan-catatan berupa laporan harian yang

memberikan gambaran dan catatan yang singkat dan jelas:

a. Paraf berlangsungnya pekerjaan

b. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong bawahan

c. Catatan dan perintah pemberi tugas dan pengawasan lapangan yang telah

disampaikan, tertulis maupun lisan

d. Hal-hal lain mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai dan yang ditolak)

e. Keadaan cucaca

f. Hal-hal mengenai pekerjaan

g. Pekerjaan tambah atau kurang

h. Lain-lain dianggap perlu

2. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu oleh pemborong dibuat

laporan mingguan yang disampaikan langsung kepada pengawas

3. Bila mana ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dan tidak serasi didalam

pelaksanaan pekerjaan, pemborog harus melaporkan dan memberi saran secara

tertulis kepada pengawas atau pemberi tugas

4. Dokumentasi

a. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0%

harus diadakan pemotretan ditempat-tempat yang dianggap penting menurut

pertimbangan pemberi tugas dan pengawasan lapangan

b. Setiap permintaan pembayaran atau termin (Angsuran) dan oenyerahan pertama

harus diadakan pemotretan yang menunjukan prestasi pekerjaan (min. 5 arah)

Pasal 13
Penyerahan Pekerjaan

1. Rencana tanggal penyerahan pertama maupun penyerahan kedua yang harus

dilanjutkan kepada pemberi tugas selambat lambatnya 3 (tiga) hari kalender

sebelum tanggal penyerahan dimaksud

2. Sebelum penyerahan pekerjaan dilakukan, pengawas lapangan akan mengadakan

pemeriksaan seksama atas keseluruhan hasil pekerjaan pemborong. Pemeriksaan

dapan dilakukan lebih dari satu kali sampai memuaskan pemberi tugas yang

selanjutnya menetapkan tanggal penyerahan pekerjaan

3. Pada saat pelaksanaan maupun penyerahan akan dibuat berita acara, yaitu berita

acara penyerahan pertama atau kedua pekerjaan

Pasal 14

Perselisihan

1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelesaian pekerjaan, maka penyelesaian

perselisihan tersebut melalui jalan musyawarah.

2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tudak dapat diselesaikan maka akan

dibentuk suatu panitia Arbitrage yang terdiri dari:

a. Satu wakil dari Pemberi tugas.

b. Satu wakil dari pihak Pemborong.

c. Satu wakil dari pihak yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan

tersebut yang penunjukannya disetujui oleh kedua belah pihak.

d. Apabila perselisihan terpaksa harus diselesaikan di Pengadilan Negeri, maka

akan dipilih Pengadilan Negeri dimana Pemberi tugas berdomisili.


Pasal 15

Masa Pemeliharaan

1. Jangka waktu pemeliharaan pekerjaan ditetapkan selama 30 (tiga puluh) dari

kalender terhitung sejak penyerahan pertama pekerjaan

2. Di dalam jangka waktu pemeliharaan pemborong wajib memperbaiki bangunan

atau instalasi yang rusak atas tanggunggan dan biaya pemborong sampai hal

tersebut diterima baik oleh pemberi tugas.

Pasal 16

Keterlambatan dan Perpanjangan Waktu

1. Keterlambatan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan memperbaiki

kerusakan-kerusakan akibat kesalahan pemborong tidak dijadikan alas an untuk

perpanjangan waktu

2. Keterlambatan akibat dari Tindakan pemberi tugas dan keadaan force majeure

dapat dipertibangkan untuk mendapatkan perpanjangan waktu setelah dinilai

dengan seksama dan atas permintaan dari pemborong

3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh pemborong

selambat-lambatnya 7 hari kalender setelah terjadinya peristiwa-peristiwa

dimaksud, jika tidak diajukan dalam jangka waktu tersebut, maka di anggap tidak

ada permohonan perpanjangan waktu.


Pasal 17

Pekerjaan Tambah Kurang

1. Apabila tambah kurang dapat dilaksanakan setelah pemborong menerima perintah

tertulis dari pemberi tugas

2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar harga satuan

pekerjaan, harga satuan upah, serta harga satuan bahan dan peralatan yang

dilampirkan pemborong dalam suarat penawarannya

Pasal 18

Uraian Umum

1. Pada prinsipnya pemborong harus mengizinkan pihak-pihak lain yang ditugaskan

oleh pemberi tugas dan pengawas pelaksanaan pekerjaan untuk bekerja pada

waktu dan tempat yang sama

2. Jam kerja adalah mulai dari jam 08.00 sampai dengan 15.00 untuk setiap harinya,

kecuali hari libur resmi. Jika pemohonan secara tertulis kepada pemberi

tugas/pengawas lapangan

3. Untuk kelancaran mekanisme surat menyurat, maka surat pemborong yang

ditujukan kepada pemberi tugas ataupun siapa saja yang ada kaitannya dengan

pekerjaan ini, diserahkan melalui pengawas lapangan.

C. Syarat-Syarat Teknis
Pasal 1

Uraian Umum

1. Pemberi pekerjaan meliputi :

Pengadaan, pengolahan mendatangkan, pengangkutan semua bahan pengerahan

tenaga kerja, mengadakan, mobilisasi alat pembantu dan sebagainya yang pada

umumnya langsung atau tidak termasuk didalam usaha menyelesaikan dengan

baik dan menyerahkan pekerjaan yang sempurna dan lengkap

2. Lapangan pekerjaan dalam ekadaan pada waktu penawaran termasuk segala

sesuatu yang berada didalamnya diserahkan tanggung jawabnya kepada

kontraktor dengan berita acara penyerahan lapangan

3. Oleh kontraktor pekerjaan haruslan diserahkan dengan sempurna dalam keadaan

selesai dimana termasuk pembersihan lapangan dan sebagainya

Pasal 2

Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan Umum

a. Mobilisasi

2. Pekerjaan Drainase

a. Galian Untuk Drainase

b. Pasangan Batu Dengan Mortar

3. Pekerjaan Tanah

a. Galian Biasa

b. Timbunan Biasa

c. Penyiapan Badan Jalan


4. Pekerjaan Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

a. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

5. Pekerjaan Struktur

a. Beton Mutu Sedang fc’ 29 Mpa

b. Beton Mutu Sedang fc’ 10 Mpa

c. Baja Tulangan

d. Joint Sealent

e. Pipa PVC ¾”

Pasal 3

Penyediaan Material

1. Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan

dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain

didalam dokumen kontrak.

2. Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, Penyedia Jasa harus

mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan.

Penyedia Jasa harus memeriksa dahulu material-material tersebut dan harus

bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa

harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan

yang salah atau hilang akibat kelalaian Penyedia Jasa.


3. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan

harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak.

4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian

rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan

memperhitungkan jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya.

Pasal 4

Syarat Bahan/Material

1. Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak

cacat sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang

dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.

2. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara

pengambilan contoh menurut standar yang disetujui direksi. Contoh-contoh

tersebut harus menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai

pada pelaksanaan pekerjaan.

3. Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak

tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut.

Penawaran Penyedia Jasa harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk

pengujian material.

4. Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-

material dari jenis atau merk tertentu, maka Penyedia Jasa harus meminta

petunjuk direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan

diperbolehkan untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia Jasa


dapat mengganti dengan produk atau merk lain yang sekurang-kurangnya

mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang ditentukan oleh direksi.

5. Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus

dibawah pengawasan/supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum

dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

6. Bila dianggap perlu, Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan kepada Penyedia

Jasa untuk membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan

tertentu yang harus diperlihatkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat

persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai

dengan standard yang berlaku baik pada pembuatan, maupun pada pelaksanaan

dilapangan oleh Penyedia Jasa.

Pasal 5

Cara Pelaksanaan Pekerjaan

1. Persiapan Pekerjaan

Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kontrak

ditandatangani, Pemborong/Kontraktor harus sudah melaksanakan persiapan di

lapangan sesuai dengan petunjuk Direksi. Pembuatan direksi keet, gudang dan

barak-barak pekerja harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh

direksi dengan konstruksi yang memenuhi syarat teknik maupun tata guna dan

juga adanya Penyediaan air bersih dan Pengadaan penerangan.

DIVISI I. UMUM
1.1 Mobilisasi

Sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan

rencana mobilisasi kepada Direksi. Kegiatan yang dimaksud adalah:

a) Transportasi lokal alat-alat dan perlengkapan ke tempat kerja.

b) Bangunan dan pengamanan daerah kerja

c) Pembuatan bangunan sebagaimana yang tercantum dalam uaraian

pekerjaan.

d) Penyaluran bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.

Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas

a) Penyedia barang / jasa harus melaksanakan pekerjaannya sedemikian rupa

sehingga pekerjaan itu terlindungi dari kerusakan oleh lalu lintas umum

maupun konstruksi.

b) Agar dapat melindungi pekerjaan, menjaga keselamatan umum, dan

kelancaran arus lalu lintas melalui atau di sekitar pekerjaan, penyedia

barang / jasa harus memasang dan memelihara rambu-rambu lalu lintas,

rintangan, maupun fasilitas lainnya dimana operasi konstruksi dapat

mengganggu lalu lintas.

c) Penyedia barang / jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas

bendera di semua tempat dimana operasi konstruksi mengganggu lalu

lintas. Tugas utamanya adalah mengarahkan dan mengatur gerakan lalu

lintas melalui atau di sekitar pekerjaan itu.

d) Setiap jalan diproyekkan dibuat jalan dan jembatan darurat.

e) Dasar pembayaran terhadap pemeliharaan arus lalu lintas adalah Ls.


1. Pengukuran

Hal yang harus ditentukan pada awal pekerjaan pengukuran adalah :

1. Menyiapkan alat-alat yang digunakan :

 Alat ukur (waterpass,theodholite) yang terkalibrasi

 Statif

 Waterpass

 Rambu Ukur

 Rol Meter

2. Melakukan pengukuran sesuai shop drawing yang telah di-approved

3. Melakukan pengecatan pada patok titik yang telah ditentukan sebagai

tanda.

4. Mengecek hasil pelaksanaan pengukuran

Syarat-syarat kerja :

a) Ukuran-ukuran, patok-patok dan ketinggian telah ditetapkan dalam

gambar-gambar dan peil bangunan + 0,00 diambil dari pemukaan tanah

asli.

b) Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar utama dengan gambar detail,

maka yang mengikat adalah gambar utama.

c) Pemborong harus mempelajari ukuran-ukuran dalam gambar apabila

terjadi perbedaan ukuran baik pada gambar maupun dilapangan harus

dilaporkan pada Pimpinan proyek yang bersangkutan.

d) Penetapan ukuran dan sudut-sudut tetap dijaga dan dipelihara ketelitiannya

dengan menggunakan alat-alat ukur yaitu waterpass dan theodolit.


e) Ukuran-ukuran yang telah ditentukan ini nantinya akan dipakai sebagai

pedoman oleh Pemborong / Kontraktor dalam melaksanakan

pembangunan.

DIVISI II. Pekerjaan Drainase


2. 1 Galian untuk selokan dan saluran air

a. Pekerjaan ini menyangkut pembuatan saluran air dari pasangan batu dan

galian tanah yang diperlukan dalam rangka pembuatan saluran air

diperkeras ini.

b. Pekerjaan ini bisa merupakan pembuatan baru, relokasi, merubah saluran

air yang telah ada yang menyangkut dimensi, elevasi dan lain-lain.

c. Dimensi saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dimensi yang telah

ditetapkan dalam konrak.

d. Bahan:
 Batu yang digunakan harus batu alam, keras, mempunyai minimal 1

bidang pecah, tidak bulat. Apabila tidak ditentukan direksi teknik,

bahan harus tertahan saringan 100 meter.

 Persiapan stok batu gunung dan pasir telah tersedia pada stok daerah

pekerjaan.

 Adukan yang digunakan sebagai perekat harus memenuhi persyaratan

spesifikasi.

e. Pasangan:

 Permukaan batu harus dibersihkan dari segala kotoran yang dapat

mengganggu daya lekat adukan terhadap batu.

 Tebal adukan dan plasteran sesuai dengan standar yang digunakan.

 Pada permukaan saluran dibuat siar timbul

f. Pelaporan. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan

kepada direksi teknik sebelumnya. Sebelum ada ijin dari direksi teknik,

maka pekerjaan ini tidak boleh dimulai.

g. Jadwal kerja:

 Kontraktor harus membuat rencana kerja dari pekerjaan galian untuk

selokan dan saluran air ini kemudian harus mendapatkan persetujuan

dari direksi teknik.

 Kontraktor harus menjamin pembuatan saluran air yang baik dengan

merencanakan sedemikian rupa sehingga saluran air dapat berfungsi

dengan baik.

h. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan:


Saluran air yang tidak memenuhi kriteria poin c seksi ini atau yang

tidak diterima oleh direksi teknik harus dilakukan perbaikan dengan biaya

sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor

i. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima :

Tanpa mengurangi kewajiban kontraktor untuk melaksanakan

perbaikan dari pekerjaan yang tidak memuaskan atau yang tidak diterima

oleh direksi teknik, kontraktor harus melakukan pemeliharaan rutin

terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan sampai dengan diadakan serah

terima akhir pekerjaan.

j. Pengukuran hasil kerja :

Pekerjaan galian tanah yang dilakukan dalam rangka pembuatan

saluran air sudah termasuk dalam pekerjaan saluran air yang diukur dalam

m3.

k. Pembayaran :

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima

oleh direksi teknik.

2.2 Pasangan Batu Dengan Mortar


a) Pembuatan profil bangunan sesuai kelandaian dilapangan dan demensi

yang ditunjukkan dalam gambar.

b) Pekerjaan ini harus mencakup pasangan sisi dan dasar dari selokan serta

saluran air, dan pembuatan apron (lantai golak), lubang masuk dan

struktur saluran kecil lainnya dengan menggunakan pasangan batu dengan

adukan semen yang dibangun di atas dasar yang telah disediakan sesuai

dengan persyaratan dan memenuhi kriteria.

c) Besarnya pekerjaan pasangan batu harus dibatasi sesuai dengan tingkat

pemasangan untuk menjamin agar seluruh batu dipasang hanya hanya

pada adukan yang baru.

d) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan penyedia barang / jasa

harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan

buruh untuk pengeringan, penggalian saluran air dan pembangunan

saluran sementara.

e) Material.

Batu harus terdiri dari batu alam, atau batu galian yang dibelah dan

keras, kasar, awet, padat, dan tahan terhadap cuaca. Adukan harus

memenuhi persyaratan adukan spesi pasangan dalam takaran volume yang

harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 35 kg/cm2 pada umur 28 hari.

f) Pemasangan Pasangan batu dengan Mortar dimulai dari bawah sisi lereng

menuju atas, diurut-urut dari pembuatan adukan pada dasar ± 3 cm, batu
disusun diatas dan mengisi adukan pada celah-celah batu sampai penuh

penyusunan adukan dengan batu sampai pada ketinggian yang telah

ditentukan.pada saat pekerjaan belum selesai pemasangan dibuat miring

untuk penyambungan pada pekerjaan berikutnya.

g) Pengukuran dan pembayaran

Pekerjaan pasangan batu diukur pembayaran dalam m3 dari

volume nominal pekerja yang diselesaikan dan diterima.

DIVISI III. PEKERJAAN TANAH


3.1 Galian Biasa
 Semua galian harus dilaksanakan sesuai seperti dinyatakan dalam gambar-

gambar dan syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan

 Dasar dari semua galian lubang pondasi harus datar

 Kedalaman semua galian harus mendapatkan semua pemeriksaan dan

persetujuan direksi lapangan

 Terhadap kemungkinan berkumpulnya air dalam galian-galian, baik pada

waktu menggali maupun pada waktu mengerjakan pondasi, harus

disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat

bekerja terus-menerus untuk menghindari terkumpulnya air tersebut

 Bagian yang harus diurug Kembali harus diurug dengan tanah bersih dari

kotoran

Jika pada saat menggali terdapat Tanah Lunak, Tanah Ekspansif

atauTanah Dasar Berdaya Dukung Sedang Selain Tanah Organik atau Tanah

Gambut, maka berikut spesifikasi nya :


Tanah lunak didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai

CBR lapangan kurang dari 2,5%. Tanah Dasar dengan daya dukung sedang

didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai CBR hasil

pemadatan sama atau di atas 2,5% tetapi kurang dari nilai rancangan yang

dicantumkan dalam Gambar, atau kurang dari 6% jika tidak ada nilai yang

dicantumkan. Tanah ekspensif didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai

Pengembangan Potensial lebih dari 5%.

Bilamana tanah lunak, berdaya dukung rendah terekspos pada tanah dasar

hasil galian, atau bilamana tanah lunak berada di bawah timbunan maka

perbaikan tambahan berikut ini diperlukan:

a) Tanah lunak harus ditangai seperti yang ditetapkan dalam Gambar

antara lain :

 Dipadatkan sampai mempunyai kapasitas daya dukung dengan

CBR lapangan lebih dari 2,5% atau

 Distabilisasi atau

 Dibuang seluruhnya atau

 Digalai sampai di bawah elevasi tanah dasar dengan kedalaman

yang ditunjukkan dalam Gambar atau jika tidak maka dengan

kedalaman yang diberikan dalam Tabel sesuai dengan Bagan

Desain 2 – Desain Fondasi Jalan Minimum dari Manual Desain

Perkerasan Jalan No. 02/M/BM/2017. Kedalaman galian dan

perbaikan untuk perbaikan tanah dasar haruslah diperiksa atau


diubah oleh pengawas pekerjaan, berdasarkan percobaan

lapangan

b) Selain perbaikan tanah dasar sebagaimana yang disebutkan dalam table,

tanah ekspansif harus ditangai secara khusus

c) Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai kedalaman

tebal lapisan penopang seperti ditunjukkan dalam Gambar.

Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat terutama

untuk tanah lunak, organis, gambut dan ekspansif, untuk memperkecil dampak

pengembangan. Setiap perbaikan yang tidak disyaratkan khusus dalam

Gambar harus disetujui terlebih dahulu atau sebagaimana diperintahkan oleh

Pengawas Pekerjaan.

Tabel 3.1 Perbaikan Tanah Dasar dan Tipikal Laposan Penopang


3.2 Timbunan Biasa

Syarat Pelaksanaan :

Tidak sedang hujan atau kadar air material untuk timbunan memenuhi

syarat dalam rentang yang diijinkan Lapisan dibawahnya sudah siap

(bersih). Atur kadar air dengan menyemprotkan air menggunakan water

tanker saat pemadatan

Tahapan pelaksanaan pekerjaan timbunan jika diskemakan dapat dilihat pada

gambar di atas :

1. Tanah timbunan diturunkan dari dump truck 10 Ton HINO Dutro

kemudian dihampar dan disebarkan di atas tanah dasar

2. Setelah tanah di hampar sesuai dengan ketinggian yang ditentukan sesuai

gambar yang dilampirkan dalam lampiran maka dilakukan pekerjaan

pemadatan tanah dengan vibro roller BW 21

Rencana Syarat Kerja :

 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan

disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi

toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar

lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata

sehingga sama tebalnya.

 Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke

permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak

diperkenankan, terutama selama musim hujan.

 Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus

dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah

pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan

kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah

pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton

gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan

mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan

tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga

diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

 Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama

harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat

pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan

terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus

dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar,

yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi

bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian

yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin,

dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya

bilamana diperlukan.

Toleransi Dimensi :
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih

tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau

disetujui

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata

dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air

permukaan yang bebas

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10

cm dari garis profil yang ditentukan

d) Timbunan selain dari lapisan ponopang di atas tanah lunak tidak

boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm

atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm

3.3 Penyiapan Badan Jalan

 Pekerjaan ini mencakup penyiapan tanah dasar permukaan jalan dari

galian dan disusul dengan pembentukan, pemadatan, pengujian,

memelihara permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan

ditampatkan di atasnya.

 Ketinggian pembentukan setelah dipadatkan harus tidak boleh lebih tinggi

atau lebih rendah dari 1 cm dari yang ditentukan.

 Pelaporan:

1. Satu minggu sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai,

kontraktor sudah melaporkan secara tertulis kepada direksi teknik

untuk mendapatkan persetujuan.


2. Dari hasil pengujian pemadatan dan pengukuran permukaan dari data

survey membuktikan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan

telah memenuhi.

 Bahan:

Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan,

lapis fondasi agregat atau drainase porous, atau tanah asli di daerah galian.

Bahan yang digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang

diperintahkan Pengawas Pekerjaa, dan sifat sifat bahan yang disyaratkan

untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar haruslah seperti

yang disyaratkan dalam spesifikasi.

 Pelaksanaan:

1. Galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus sesuai

dengan tinggi elevasi yang ditentukan dalam perencanaan.

2. Setiap tanah dasar, baik berupa tanah asli, tanah biasa ataupun tanah

pilihan harus dipadatkan dengan memenuhi persyaratan.

 Pengukuran dan pembayaran:

1. Pengukuran hasil kerja Pengukuran kuantitas pekerjaan penyiapan

badan jalan dihitung dari lebar lajur ditambah dengan lebar bahu jalan

dikalikan dengan panjang satuan meter persegi sesuai kuantitas

kontrak.

2. Pembayaran Kuantitas dari pekerjaan penyiapan badan jalan yang

telah diukur seperti ketentuan di atas akan dibayar sesuai harga

penawaran yang tercantum dalam kontrak.


2. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

B. Lapis Agregat Kelas S

Proses pelaksanaan pondasi agregat harus benar-benar dilakukan sesuai

dengan prosedur karena sangat berpengaruh terhadap kualitas badan jalan.

Berikut metode pelaksanaan yang biasa dilakukan :

 Material agregat S di atas LPB pada bahu jalan.

 Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan

Stone Crusher.

 Blending material mulai dari fraksi 1 dan 2 sesuai komposisi JMF.

Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia,

blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader

 Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan

menggunakan dump truck.

 Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader 100 Hp disesuaikan

dengan kemiringan bahu jalan.

 Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat

pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan

penyiraman menggunakan truck water tank.

 Pengujian ketebalan LPS atau tes spit

 Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat

kepadatan sampai 100%.

 Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 50%.

DIVIS V. Pekerjaan Berbutir


5.1 Lapis Agregat Kelas B

Pelaksanaan agregat kelas B dilakukan setelah subgrade siap. Berikut

langkah- langkah pekerjaan agregat kelas B :

 Pekerjaan persiapan subgrade. Apabila sudah siap maka dilakukan

pengukuran menggunakan alat ukur seperti TS, theodolit maupun

waterpass.

 Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan

Stone Crusher

 Blending material mulai dari fraksi 1, 2 dan 3 sesuai komposisi JMF.

Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia,

blending bisa menggunakan excavtor PC 200 maupun wheel loader WA

180

 Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan

menggunakan dump truck 10 ton HINO Durto

 Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader 100 Hp. Tebal

hamparan agregat maksimum 20 cm.

 Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller BW 21. Pada saat

pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan

penyiraman menggunakan truck water tank.

 Pengujian ketebalan LPS atau tes spit

 Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat

kepadatan sampai 100%.

 Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 60%
DIVISI VII. STRUKTUR

7.1 (6) Beton Mutu Sedang fc’ 19 Mpa


7.1 (10) Beton Mutu Rendah fc’ 10 Mpa

PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Persyaratan Mutu.
1.1. Beton
Beton yang diperlukan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu
karakteristik minimal sebagai berikut :
a. K-250 untuk seluruh struktur utama bangunan ( pondasi, sloof, kolom, balok,
plat lantai dan balok ring ).
b. K-175 dan 225 Untuk beton tulangan praktis ( kolom praktis, lintel dan
luifeljendela )
c. Adukan Beton.
Adukan Beton yang dipergunakan untuk seluruh pelat lantai atas dan
balok dapat menggunakan beton site mix atau ready mix yang sebelumnya
sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
d. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1PC : 3
PS : 5 KR.

2. Persyaratan Bahan Beton


2.1. Bahan S e m e n
a. Persyaratan Semen
1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan
persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150
Type 1 atau standard Inggris BS 12.
2) Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK,
TIGA RODA dan KUJANG serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan
salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh
pekerjaan.
3) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh
cuaca sepanjang waktu dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk
menghindari kelembaban.

b. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak memuaskan tersebut telah
dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut
telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai
semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
2.2. Bahan Pasir dan Kerikil

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan


menimbun semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh
Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunann
pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur
semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga
timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat
dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain
pada waktu ada banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk
menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil
yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan
yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah- pindah dari timbunan,
kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman bahan berikutnya.

2.3. Bahan Pasir


a. Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah Pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan
persetujuan Pengawas / Owner.
b. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber
tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualiatas tiap jenis dari
semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan
pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan
untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.
c. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan kerikil
yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari
timbunan.
d. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh
lebih dari 5 % berat pasir.
e. Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir ‘ antara 2 sampai 32 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia
untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 20 persen atau
kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik
sampai 20 persen.

2.4. Bahan Agregat Kasar ( Kerikil )


a. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui.
Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa batu yang diperoleh dari pemecahan batu.
b. Kebersihan dan Mutu
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah. tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan - bahan
organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan.
Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh
mencapai tiga persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik,
keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka
Agregat kasar harus dicuci.

c. Gradasi
1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm,
sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syrat berikut :

• Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat


• Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat
• Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat harus menyesuaikan
dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2PBI-1971.

2) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh
Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka
Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas
bebannya sendiri, untuk menghasilkan Agregat yang dapat disetujui
Konsultan Pengawas.
2.5. Bahan A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan injeksi
harus bebas dari jamur, lumpur, minyak, asam bahan organik basah, garam dan
kotoran- kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji
di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk
menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-
1971 untuk bahan campuran beton

Pasal 6

Syarat-Syarat Bahan

A. Uraian Umum

Pemeriksaan bahan-bahan dan beton harus dilakukan dengan cara-cara

yang ditentukan dan pemeriksaan tersebut harus disimpan oleh pemborong dan

apabila diminta harus dapat menunjukkan kepada direksi setiap saat selama

pekerjaan berlangsung selama 2 (dua) tahun setelah pekerjaan selesai.

B. Agregat Halus

1. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami sebagai desintegrasi alami

batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu,

sesuai dengan syaratsyarat mutu agregat yang telah ditentukan.


2. Agregar halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butirbutir halus

bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti

terik matahari dan hujan.

3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian

yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melalui 5 %

maka agregat halus harus dicuci terlebih dahulu baru dipakai.

4. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.

5. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang seragam besarnya dan apabila harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Sisa ayakan diatas 0,25 mm, harus berkisar antara 80 % sampai 95 % dari

berat.

b) Sisa ayakan diatas saringan 5 mm, harus minimum 2 % dari berat.

c) Sisa ayakan diatas saringan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat

6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk campuran beton,

kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan

yang diakui dan disetujui oleh Direksi. Menyediakan lagi paling lambat dalam

waktu 7 hari.

C. Agregat Kasar

1. Agregat kasar beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Pada umumnya

yang dimaksud agregat kasar adalah agregat yang besar butirannya lebih dari

5 mm, sesuai dengan persyaratanpersyaratan tersebut.


2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang kasar dan tidak berpori.

Agregat kasar mengandung butir-butir pipih yang dapat dipakai apabila

jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi/melampaui 20 % dari berat

agregat seluruhnya. Butirbutir agregat harus bersifat kekal artinya tidak pecah

dan tidak hancur oleh perubahan cuaca (terik matahari dan hujan).

3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur dari 1 % (ditentukan terhadap

berat kering). Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut maka agregat

harus dicuci. Agregat tidak boleh mengandung zat-zat alkali.

4. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan

apabila diayak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Sisa ayakan diatas saringan 4 mm harus berkisar antara 90 % - 99 % dari

berat.

b) Sisa ayakan diatas saringan 3.5 mm besar 0 % dari berat.

c) Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas 2 (dua) saringan yang berurutan

adalah besarnya maksimum 60 % dan minimum 10%.

5. Besar butiran agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada cetakan, 1/3 dari

tebal plat atau ¾ dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas-

berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan menurut

penilaian Direksi, cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa

sehingga tidak terjadi sarang kerikil.

D. Semen Portland
1. Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis semen

yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang ditentukan dari

spesifikasi teknis.

2. Apabila dipakai persyaratan-persyaratan khusus mengenai sifat-sifat

betonnya, maka dapat dipakai semen lain seperti yang ditentukan dalam NI-8-

1972 seperti: semen portland, trass semen alumina, semen tahan sulfat dan

lainnya. Dalam hal ini pemborong harus meminta pertimbangan dari lembaga

pemeriksaan bahan-bahan yang diakui dan disetujui oleh Direksi.

3. Semen yang dipakai harus dalam keadaan baru dan masih dalam kantong-

kantong yang disegel. Semen disimpan ditempat yang kering dan terlindungi

dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan penimbunan tak langsung

mengenai tanah. Merk yang dipilih tidak dapat diganti-ganti dalam

pelaksanaan kecuali dengan persetujuan Direksi.

E. Batu Pecah

1. Batu untuk pekerjaan pasangan tidak diperbolehkan menggunakan batu

gundul/bulat tetapi harus menggunakan batu pecah. Ukuran batu dipakai

dengan diameter antara 15 mm sampai 20 mm.

2. Batu yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak lapuk, tidak terdapat

bekas-bekas pelapukan dan tidak porus.

3. Batu yang dipakai harus bersih dari kotoran yang melekat kalau perlu dicuci

terlebih dahulu.
F. Besi Beton

1. Besi beton yang dipakai harus bebas dari kotoran, lapisan lemak, minyak,

sisik, karat dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, dan sebagainya) serta

lapisan yang mengurangi daya lekatnya besi dengan beton.

2. Besi beton yang dipakai harus disuplay dari sumber dan tidak dibenarkan

mencampur bermacam-macam sumber. Besi beton yang dipakai sebelumnya

harus dimintakan uji laboratorium dengan dua contoh percobaaan

pelengkungan dan stress-strain untuk setiap 20 ton besi. Pengujian masing-

masing percobaan digunakan 3 (tiga) batang besi dengan pengawasan Direksi.

3. Garis tengah besi beton harus sesuai dengan gambar rencana, apabila yang

dipakai kurang dari ketentuan maka diwajibkan menambah tulangan sesuai

dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi.

4. Besi beton sebelum dipakai sebagai konstruksi harus dilindungi dari terik

matahari dan hujan sehingga tidak menimbulkan karat.

5. Batang-batang tulangan disimpan tidak langsung menyentuh tanah. Batang

tulangan besi beton dari berbagai ukuran harus diberi tanda dan dipisahkan

satu sama lainnya sehingga tidak tertukar.

6. Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu

yang lama harus dicegah.

G. Air

1. Air yang digunakan untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam dan bahanbahan lain yang dapat

merusak tulangan atau betonnya, dalam hal ini harus dipakai air bersih.
2. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air yang akan digunakan,

dianjurkan untuk mengirim contoh air tersebut kelaboratorium pemeriksaan

bahan-bahan yang ditunjuk dan diakui oleh Direksi untuk diteliti sampai

seberapa jauh air tersebut mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan

besi tulangan.

3. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan

dengan ukuran berat dan harus dilakukan secepatnya.

H. Bahan Pembantu

1. Untuk memperbaiki mutu, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan

pengerasan atau untuk maksud lain dapat dipakai bahan-bahan pembantu yang

pemakaiannya harus disetujui oleh Direksi.

2. Manfaat bahan-bahan pembantu harus dibuktikan terlebih dahulu dengan

percobaan-percobaan.

3. Selama bahan-bahan pembantu ini dipakai, maka harus diadakan pengawasan

yang cermat terhadap pemakaiannya.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil rangkaian kajian pustaka dan pembahasan. Rencana Kerja

dan Syarat-Syarat (RKS) harus dibuat lengkap dan rinci yang dibuat oleh kontraktor.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) harus selalu memperhatikan lingkup pekerjaan

dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kemudian untuk bagian Syarat material juga harus

memperhatikan ketersediaan material di pasaran. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

harus sama terhadap kondisi aktual di lapangan.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

 Pihak perencana proyek harus mempertimbangkan dan memperhitungkan segala

kemungkinan dan resiko yang bisa terjadi, sehingga tidak megakibatkan kerugian

dan kegagalan dalam pelaksanaan

 Pengawas lapagan hendaknya selalu berada di lokasi proyek untuk mengontrol

semua hasil pekerjaan pemborong sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA

Husein Umar. 2009. Rencana Kerja Perusahaan Yang Baik. Jakarta: Rajawali.

M.Adisapuro. 2009. Rencana Kerja dan Anggaran. Yogyakarta: Liberty.

M.Nafarin. 2012. Penganggaran Rencana Kerja perusahaan Edisi Kesatu. Jakarta: Salemba

Empat

Pekerjaan Borongan Perbaikan Jalan Akses PLTP Patuha KM.2 – KM.4 RKS-036

PST/GDE/VIII/2017 Tanggal 2 Agustus 2017, Jakarta Selatan.

Spesifikasi Umum. 2018. Syarat-syarat teknis 2018

Anda mungkin juga menyukai