Anda di halaman 1dari 6

Keperawatan Medikal Bedah III

Oleh ;

M.ABDUL WAHID

NIM

1814201248

Dosen Pembimbing

Ns. Lisa Mustika M.Kep

Program Studi Sarjana Keperawatan

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


TP: 2020/2021

A. Judul penelitian

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Umur 60-74 Tahun Dengan Gangguan Persepsi Sensori
Pada Kasus Katarak Sinilis Di Klinik Edc Mojosari

B. Ringkasan hasil penelitian

Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan akibat
peningkatan cairan didalam lensa, denaturasi protein lensa, atau keduanya. Katarak akibat proses
penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ
tubuh(degenatif) katarak sinilis paling banyak ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan
gangguan penglihatan.

Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan terbanyak diseluruh dunia kedua (33%)
setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%) (WHO, 2014). Katarak menempati posisi
kedua penyakit mata yang menjadi prioritas di dunia, hal ini menunjukan bahwa katarak masih
merupakan masalah prioritas penyakit mata yang harus diatasi. Katarak merupakan penyebab
51% kebutaan di dunia pada sekitar 20 juta orang. Meskipun katarak bisa diatasi dengan operasi,
dibanyak Negara masih ada hambatan yang dapat mencegah seseorang untuk mengakses operasi
katarak tersebut. Katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Katarak juga merupakan
penyebab penting dari penurunan penglihatan baik di Negara maju maupun Negara berkembang
(Fitria, 2016).

Peran perawat pada penyakit katarak sebagai masalah persepsi sensori adalah memberikan
asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif. Selain itu perawat juga berperan
penting untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan katarak, dan perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan pemberikan HE untuk pentingnya memakukan aktivitas secara
mandiri, dan menganjurkan untuk memakai kacamata agar tidak langsung terpapar oleh sinar
matahari dan lapang pandang perifer

C. Asuhan Keperawatan Terkait sesuai Sumber yang ada

Berdasarkan datayang diperoleh dari pengkajian klien yang mengalami Katarak dengan
gangguan persepsi sensori dengan data minor yaitu disorientasi orang, perubahan perilaku atau
pola komunikasi,anietas. Pada kasus katarak ini menyerang pada kaum lansia laki-laki klien 1
berusia 61 tahun dan klien 2 berusia 63 tahun. Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa
kedua klien sama-sama mengeluh penglihatannya kabur dan pusing.

Berdasarkan hasil pengkajian studi kasus data subyektif dan data obyektif menunjukkan
adanya tanda dan gejala sesuai teori tetang tanda dan gejala dengan gangguan persepsi sensori,
dimana klien 1 dan klien 2 sama mengeluh penglihatan menjaditidak jernih dan penurunan tajam
penglihatan. Pada perbedaan dari kedua klien yaitu terdapat pada visusnya. Pada klien yang
pertama terdapat visus 6/30 dan pada klien kedua terdapat visus 6/18

Diagnosis Keperawatan

Sesudah mengkaji langkah selanjutnya yaitu peneliti menegakkan diagnosa keperawatan atau
rumusan diagnose keperawatan pada studi kasus ini dilakukan dengan cara pengambilan pada 2
partisipan. Berikut merupakan rumusan diagnose keperawatan yang muncul pada klien 1 dan
klien 2 yaitu gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tajam penglihatanStudi
menunjukan diagnose keperawatan yang muncul pada klien yang mengalami kasus katarak akan
muncul diagnose gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Tanda dan gejala kedua partisipan yaitu penglihatannya kabur, Penglihatan menjadi tidak jernih
dan pusing (Anies,2006).Sehingga menurut peneliti dari data yang diperoleh dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan, yaitu klien yang mengalami katarak akan muncul diagnose
keperawatan gangguan persepsi sensori dan pada partisipan 1 dan 2 telah sesuai dengan
karakteristik yang ada.

Implementasi

Setelah membuat perencanaan peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan selama 8


hari dengan melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan klien, mengorientasiakn klien
terhadap lingkungan dan orang disekitar, mengajarkan klien tentang perawatan rutin,
mengajarkan klien menaruh barang-barng yang telah diingat klien, menghindari cahaya yang
menyilaukan, dan mengajarkan klien untuk untuk tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kacamata gelap apabila keluar ruangan

Evaluasi

Pada evaluasi akan dibahas sesuai dengan masalah yang dialami pasien. Dari hasil
pengkajian sampai dengan pelaksanaan tindakan antara klien 1 dan klien 2 tidak terdapat
kesengajaan diagnose keperawatan yang muncul pada kedua klien yaitu sama Katarak sinilis
berhubungan dengan gangguan persepsi sensori sedangkan intrvensi yang dilakukan pada kedua
klien juga sama teratasi selama 8 hari.

D. Implikasi Hasil Penelitian teradap Pelayanan KeperawatanMedikal Bedah

1.Pengkajian

Berdasarkan hasil data pengkajian keluhan yang ditemukan pada kedua responden sama yaitu
penglihatan yang kabur. Berdasarkanpengkajian dan teori pada fungsi perawatan kesehatan pada
klien didapatkan kedua responden mengalami persamaan ketidakmampuan dalam melihat secara
jelas dan penglihatan yang kabur dan terdapat perbedaan dari kedua klien yaitu terdapat pada
visusnya. Padahasil akhir klien yang pertama terdapat visus 6/30 dan pada klien kedua terdapat
visus 6/18.

2.Diagnosa

Partisipan 1 dan 2 memiliki masalah keperawatan yang sama denganetiologi yang sama.
Analisa data yang ada maka pada partisipan 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa pada kasus
katarak akan muncul diagnose yang sama yaitu gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan.

3.Intervensi

Pada kedua responden dilakukan intervensi yang sesuai dengan etiologi. Pada responden 1
yaitu kaji ketajaman penglihatan klien, orientasikan pasien terhadap ingkungan dan orang
disekitar, ajarkan klien tentang pentingnya perawatan rutin, ajarkan keluarga klien menaruh
barang-barang yang telah di ingat klien, hindari cahaya yang menyilaukan, ajarkan klien untuk
tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata gelap apabila keluar
ruangan. Pada responden 2 yaitu kaji ketajaman penglihatanklien, orientasikan pasien terhadap
lingkungan dan orang disekitar, ajarkan klien tentang pentingnya perawatan rutin, ajarkan
keluarga klien menaruh barang-barang yang telah di ingat klien, hindari cahaya yang
menyilaukan, ajarkan klien untuk tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap apabila keluar ruangan.

4.Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 yaitu selama 8 hari sesuai
dengan intervensi yang sudah dibuat dan sesuai dengan etiologi responden yang ada.

5.Evaluasi

Hasil evaluasi antara partisipan 1 dan partisipan 2 menunjukan pada partisipan 1 hasil akhir
menunjukan bahwa klien penglihatannya sudah mulai membaik dan visus terdapat hasil akhir
6/30 pada kunjungan hari ke 8 sedangkan pada partisipan ke 2 terdapat hasil visus 6/20 dan
penglihatannya sudah mulai lebih baik dari sebelumnya perubahan terjadi setelah kunjungan hari
ke 2. Dari hasil evaluasi terdapat perubahan visus pada kedua partisipan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta: EGC.,
Edisi 9.

Fitria, A. (2013). HUBUNGAN UMUR, SIKAP, PENGETAHUAN, BIAYA TERHADAP


TINDAKAN UNTUK MELAKUKAN OPERASI KATARAK. In Kemenkes RI. Surabaya.

Hidayat A, A. (2012). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta:


Salemba Medika.

Ilyas S, Y. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi 5.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S. (2009). Ilmu Perawatan Mata.Jakarta: CV.SAGUNG SETO.Kementrian Kesehatan


RI. InfoDATIN :Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta; 2014:4.

Istiqomah, I. (2005). Buku Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Mata.Jakarta:


EGC.

Notoadmodjo. (2013). Metodologi Penelitihan Kesehatan.Jakarta:

Rineka Cipta.Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Anda mungkin juga menyukai