Anda di halaman 1dari 171

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


SENAM REMATIK UNTUK PENGURANGAN RASA NYERI
SENDI PADA LANSIA DENGAN OSTEOATRITIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG
KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Disusun Oleh:
MITA PRASETYA AINA MURTI
PO.71.20.3.15.037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


SENAM REMATIK UNTUK PENGURANGAN RASA NYERI
SENDI PADA LANSIA DENGAN OSTEOATRITIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG
KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2018

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

Disusun Oleh:
MITA PRASETYA AINA MURTI
PO.71.20.3.15.037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

PERSEMBAHAN

Puji syukur yang utama ku lisankan kepada Allah Swt. Yang Maha Kuasa
dan suri tauladan Nabi Muhammad saw yang telah memberikan aku hidup
dan mengerti akan arti kehidupan, atas berkat rahmatdan ridho-Nyalah
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini

Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada :




PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa KTI dengan judul :

“PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN SENAM REMATIK UNTUK PENGURANGAN RASA
NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN OSTEOATRITIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG
KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2018”

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya

Keperawatan pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes

Kemenkes Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau

duplikasi dari KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk

mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3

Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di

Perguruan Tinggi atau Instansi manapun. Apabila ternyata di kemudian hari

penulis KTI ini meruapakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang

lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima

sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, Juli 2018


Yang menyatakan

Mita Prasetya Aina Murti


PO.71.20.3.15.037
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama Mahasiswa : Mita Prasetya Aina
Murti NIM : PO.71.20.3.15.037
Jurusan : Keperawatan Lubuklinggau

Judul Karya Tulis Ilmiah : Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga


Dengan Senam Rematik Untuk Pengurangan
Rasa Nyeri Sendi Pada Lansia dengan
Osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada tanggal 6 Juli 2018, dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes (.....................)

Pembimbing II : Ns. Eva Oktaviani, M.Kep, Sp. Kep. An (......................)

Penguji I : Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns, M.Kep (......................)

Penguji II : Zuraidah, SKM.M.KM (......................)

Ditetapkan : Lubuklinggau
Pada Tanggal........Juli 2018
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2018


Mita Prasetya Aina Murti

Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Senam Rematik Untuk


Pengurangan Rasa Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Osteoatritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018

xii + 151 Halaman + 15 Tabel + 3 Gambar + 5 Lampiran


ABSTRAK
Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoartritis lutut, terutama
pada lansia. Nyeri sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan
berdampak pada penurunan lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan
nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi adalah
senam rematik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematik
terhadap perubahan rasa nyeri pada lansia dengan osteoartritis lutut. Metode
penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Subjek penelitian ini adalah dua orang lansia dengan
osteoatritis dengan nyeri sedang. Penatalaksanaan nyeri utama yang dilakukan
adalah intervensi non farmakologi yaitu penerapan senam rematik. Intervensi
pendukung yang dilakukan adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
monitor respon individu terhadap latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi penurunan skala nyeri setelah dilakukan intervensi pemberian senam
rematik pada pasien Osteoatritis. Saran penelitian ini yaitu diharapkan senam
rematik ini dapat diterapkan di Puskesmas Megang untuk menurunkan rasa nyeri
sendi lansia Osteoatritis.

Kata Kunci : Askep Keluarga, Nyeri, Senam Rematik

Daftar Pustaka: 61 (2001-2017)


HEALTH POLYTECHNIC OF PALEMBANG
NURSING STUDY PROGRAM OF LUBUKLINGGAU

Scientific Paper, July 2018


Mita Prasetya Aina Murti

Application Of The Nursing Home With Gymnastics Rheumatism For The


Reduction Of The Joint Pain In The Erderly With Osteoatritis In The Work
Centers Hold The City Lubuklinggau The Year 2018.

xii + 151 pages + 15 tables + 3 images + 5 attachments

ABSRACT

Degenerative processes of the body that occur together with age will increasethe
risk of joint pain due to knee osteoatritis, especially in the elderly. Join pain
experienced will reduce the physical activity of the elderly and have an impact on
decreasing the scope of join motion. Wrong non-pharmacological actions that can
be used to reduce the scale of joint pain are rheumatic exercises. The purpose of
this study was to determine the effect of rheumatic exercise on changes in pain in
the elderly with knee osteoatritis. This research method uses a case study using a
nursing care approach namely assessment, nursing diagnosis, intervention,
implementatiton andevaluation. The subject of this study were two elderly people
with moderate pain osteoatritis. The main pain management is non-
pharmacological intervention, namely the application of rheumatic exercise.
Supportive interventions carried out are comprehensive pain assassments
including location, characteristics, duration, frequency, quality, and prepisitation
factors, response monitoring individuals against exercise. The result of this study
indicate that there is a decrease in pain scale after intervention interfering with
rheumatic exercise in osteoatritis patients. The suggestion of this research is that it
ishoped that this rheumatic exercise can be applied to the health center to reduce
elderly join pain osteoatritis.

Ky words: Family health, Pain, Rheumatism


Bibliography: 61 (2002-2017)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Senam Rematik Untuk

Pengurangan Rasa Nyeri Pada Lansia dengan Osteoatritis Di Wilayah Kerja

Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2018”. Penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Keperawatan

Lubuklinggau Poltekkes Kemekes Palembang.

Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan nasehat, motivasi, serta do’a

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Imliah ini.

2. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Palembang.

3. Bapak H. Budi Santoso, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Palembang.

4. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Lubuklinggau yang telah memberikan dukungan dan bimbingan

selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi

Keperawatan Lubuklinggau.
5. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah

yang penuh dengan kesabaran dalam membimbing penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Ns. Eva Oktaviani, M. Kep, Sp. Kep. An selaku pembimbing II Karya

Tulis Ilmiah yang yang penuh dengan kesabaran dalam membimbing penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Bapak/Ibu Dosen dan staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah

memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan

kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.

8. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes selaku pembimbing akademik selama

mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan

Lubuklinggau.

9. Teman - temanku seperjuangan yang telah memberikan masukan dan

dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Imliah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas dan selalu melimpahkan rahmat

serta hidayahnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi

kita semua, Amin.

Lubuklinggau, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN......................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus......................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teoritis
1. Pengertian..............................................................................................8
2. Etiologi.................................................................................................9
3. Manifestasi Klinis...............................................................................12
4. Patofisiologi........................................................................................14
5. WOC...................................................................................................16
6. Komplikasi...........................................................................................17
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................17
8. Penatalaksanaan..................................................................................18
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga............................................................................20
2. Struktur Keluarga................................................................................21
3. Tipe Keluarga.......................................................................................22
4. Fungsi Keluarga..................................................................................23
5. Tugas Keluarga....................................................................................26
6. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga.........................................27
7. Fungsional Keluarga...........................................................................32
8. Strategi Koping Keluarga....................................................................33
C. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Pengertian.............................................................................................34
2. Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan............................................35
3. Tugas Keluarga dalam Kesehatan.......................................................35
4. Peran Perawatan Keluarga..................................................................36
5. Tahap dengan Perkembangan Usia Lanjut.........................................38
D. Konsep Usia Lanjut
1. Pengertian Lanjut Usia........................................................................39
2. Batasan Umur Lanjut Usia..................................................................39
3. Mitos-mitos Penuaan............................................................................40
4. Realita Lansia......................................................................................41
5. Tipologi Manusia Lanjut Usia............................................................42
E. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian............................................................................................43
2. Diagnosa...............................................................................................49
3. Intervensi.............................................................................................50
4. Implementasi.......................................................................................55
5. Evaluasi................................................................................................56
F. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri..................................................................................59
2. Fisiologi Nyeri....................................................................................59
3. Klasifikasi Nyeri.................................................................................62
4. Stimulus Nyeri.....................................................................................63
5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri......................................................63
6. Tolak Ukur Intensitas Nyeri................................................................68
7. Prosedur Pengukuran Nyeri.................................................................71
G. Konsep Senam Rematik
1. Pengertian ..................................................................................... 72
2. Tujuan Senam Rematik ................................................................ 73
3. Keuntungan Senam Rematik ....................................................... 73
4. Dosis Latihan ............................................................................... 74
5. Pengaruh Senam Rematik ............................................................ 75
H. Kerangka Konsep .............................................................................. 75
I. Hasil Penlitian Senam Rematik ........................................................ 76

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis/ Desain Studi Kasus .................................................................. 78
B. Subjek Studi Kasus...................................................................................78
C. Fokus Studi Kasus .............................................................................. 79
D. Definisi Operasional Studi Kasus ...................................................... 79
E. Pengumpulan Data dan dan Instrumen Pengumpulan Data .............. 80
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus.................................................................80
G. Analisa Data Dan Penyajian Data ..................................................... 80
H. Etika Studi Kasus .............................................................................. 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ................................................................................................... 83
B. Pembahasan..............................................................................................136
C. Keterbatasan Penelitian...........................................................................148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Keseimpulan.............................................................................................149
B. Saran.........................................................................................................150

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Skala untuk Menentukan Prioritas Askep Keluarga 49
Tabel 2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Osteoatritis 49
Tabel 2.3. Prosedur Pengukuran Skala Nyeri 72
Tabel 4.1 Komposisi Keluarga 87
Tabel 4.2. Pemeriksaan Fisik 98
Tabel 4.3. Komposisi Keluarga 100
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 112
Tabel 4.5 Analisa Data 113
Tabel 4.6 Skoring Masalah 115
Tabel 4.7 Skoring Masalah 116
Tabel 4.8 Skoring Masalah 117
Tabel 4.9 Skoring Masalah 117
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan 118
Tabel 4.11 Perencanaan 119
Tabel 4.12 Pelaksanaan 123
Tabel 4.13 Evaluasi 132
Tabel 4.14 Evaluasi Penurunan Skala Nyeri Subjek I 135
Tabel 4.15 Evaluasi Penurunan Skala Nyeri Subjek II 136
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Daerah yang sering mengalami Osteoatritis 8


Gambar 2.2 Numeric Rating Scale 68
Gambar 2.3 Wong Baker Faces Pain Scale 69
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi KTI

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Balasan Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau

Lampiran 4. Lembar Ceklist

Lampiran 5. Lembar Observasi


BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2014) diperoleh

angka umur harapan hidup manusia Indonesia adalah 68 tahun dan

perkiraan jumlah penderita cacat akibat osteoartritis berkisar antara 1

sampai 2 juta orang (World Health Organization, 2014).

Hasil survey badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa jumlah

lansia Indonesia pada tahun 2010 tersebut sudah menduduki sebesar 9,77% dari

jumlah total penduduk Indonesia. (World Health Organization, 2011). Data

dari USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan

mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia antara tahun

1990-2025 yaitu sebesar 414 % (Darmojo, 2010).

Peningkatan populasi lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan

peningkatan jumlah kasus nyeri sendi (Eliopoulus, 2013). Pada sensus

penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah lansia tercatat sebanyak 18,1 juta

penduduk lansia dan diperkirakan akan meningkat 10 tahun mendatang

sebesar 60% (Badan Pusat Statistik, 2015).

Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang

menjadi masalah yang sering terjadi pada lansia karena memengaruhi

mobilitas dan aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan total lansia.
Arthritis dan gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri

sendi. Nyeri sendi merupakan pengalaman subjektif yang dapat

memengaruhi kualitas hidup lansia termasuk gangguan aktivitas fungsional

lansia (Nurhidayah, 2012).

Data dari World Health Organization, (2011) menunjukkan jumlah

penderita OA di seluruh dunia sebanyak 151 juta jiwa. Di kawasan Asia

Tenggara kejadian OA mencapai 24 juta jiwa dan untuk wilayah Indonesia

sekitar 100% laki-laki dan perempuan di Indonesia dengan usia diatas 75

tahun mempunyai gejala-gejala OA. Berdasarkan data Badan Kesehatan

Dunia (WHO) 2014, penduduk yang mengalami gangguan osteoartritis di

Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya

melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat

bebas pereda nyeri.

Osteoatritis dapat menyerang semua sendi, predileksi yang tersering

adalah pada sendi-sendi yang menanggung beban berat badan seperti

panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian lumbal bawah. Lokasi OA

yang sering ditemukan adalah pada lokasi lutut (Arissa, 2013). Lokasi

penemuan kejadian OA serupa dengan laporan data Riskesdas yang

menyatakan bahwa lokasi terbanyak terjadinya OA adalah pada sendi lutut

yang mencapai 89,91% (Riskesdas, 2013).

Data dari Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penderita

osteoartritis di Sumatra Selatan menduduki peringkat enam belas di

Indonesia dan berada diatas rata – rata prevalensi nasional yakni mencapai
33% (Riskesdas, 2013). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Lubuklinggau Tahun 2017 didapatkankan bahwa jumlah kunjungan pasien

yang menderita Muskuluskeletal Usia >60 tahun di Kota Lubuklinggau

sebesar 3.463 jiwa dan kunjungan jumlah pasien yang menderita

Muskuluskeletal tertinggi berada di Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau

sebesar 893 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, 2017).

Kurang aktifitas fisik merupakan faktor risiko timbulnya berbagai

penyakit pada populasi lansia, sementara itu jika terdapat peningkatan

aktifitas fisik pada lansia dapat meningkatkan kesehatan, meningkatkan

kualitas hidup, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas (Klieman,

2011). Menurut penelitian Nelson, (2010) mempertahankan aktivitas

pergerakan sendi sangat dianjurkan untuk meminimalkan kontraktur dan

mengatasi penurunan fungsional sendi akibat nyeri sendi yang muncul.

Jurnal publikasi American College OF Rheumatologi mengatakan terapi

yang lebih direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi non

farmakologis yang bersifat terapi modalitas seperti aerobik, latihan

ketahanan, dan intervensi psikososial (Hochberg, Marc, Altman, April,

Toupin, 2012).

Penelitian yang dilakukan Stevenson, (2012) tentang tindakan non

farmakologis berupa latihan fisik yang diberikan pada penderita arthritis

terbukti berpengaruh dalam penurunan nyeri sendi dan memberikan efek

positif dalam meningkatkan kekuatan sendi (Hochberg, Marc, Altman,

April, Toupin, 2012). Penelitian Benefits of Physical Activity for Knee


Osteoarthritis menyatakan dengan menjadi lebih aktif, orang dewasa tua

dengan OA lutut dapat menurunkan rasa sakit mereka dan risiko gangguan

fungsional atau cacat (Mentes, 2010). Latihan yang diberikan kepada

penderita OA lutut dapat berupa olahraga fisik. Olahraga fisik bertujuan

untuk mempertahankan pergerakan sendi dan memiliki pengaruh besar

dalam penurunan skala nyeri sendi (Stevenson, 2012.). Menurut Arthritis

Care and Research olahraga dapat menstimulasi meningkatnya pelepasan

hormon endorfin. Para peneliti menemukan bahwa olahraga tiga kali

seminggu secara signifikan memperbaiki kesehatan pasien-pasien arthritis

termasuk OA (Stevenson, 2012.)

Salah satu dari olahraga fisik yang sederhana dan mudah dilakukan

adalah senam rematik (Nurhidayah, 2012). Senam rematik merupakan

senam yang befokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi secara

maksimal. Tujuan dari senam rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan

menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam

rematik yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar

peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah

mengalami cidera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik

(Nurhidayah, 2012).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang perubahan nyeri sendi pre dan

post senam rematik. Adapun judul yang peneliti ambil yaitu

“Bagaimanakah Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Senam


Rematik Untuk Pengurangan Rasa Nyeri Sendi Pada Lansia dengan

Osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau

Tahun 2018.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan tingkat kejadian Osteoatritis dari WHO dan dari data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2017 didapatkankan

bahwa jumlah kunjungan pasien yang menderita Muskuluskeletal Usia >60

tahun di Kota Lubuklinggau sebesar 3.463 jiwa dan kunjungan jumlah pasien

yang menderita Muskuluskeletal tertinggi berada di Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau sebesar 893 jiwa.

Berdasarkan pembahasan diatas tentang tingkat kejadian Osteoatritis dan

tingkat penangannya yang hanya diberi obat bebas pereda nyeri, maka rumusan

masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Penerapan Asuhan

Keperawatan Keluarga Dengan Senam Rematik Untuk Pengurangan Rasa

Nyeri Pada Lansia dengan Osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang

Kota Lubuklinggau Tahun 2018.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan

Senam Rematik Untuk Pengurangan Rasa Nyeri Sendi Pada Lansia dengan

Osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau

Tahun 2018.”
2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengkajian pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan senam rematik untuk pengurangan rasa nyeri sendi pada lansia

dengan osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.

b. Diketahui diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga

dengan senam rematik untuk pengurangan rasa nyeri sendi pada lansia

dengan osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.

c. Diketahui intervensi pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan senam rematik untuk pengurangan rasa nyeri sendi pada lansia

dengan osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.

d. Diketahui implementasi pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan senam rematik untuk pengurangan rasa nyeri sendi pada lansia

dengan osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.

e. Diketahui evaluasi pada penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan senam rematik untuk pengurangan rasa nyeri sendi pada lansia

dengan osteoatritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau Tahun 2018.


3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Untuk memenuhi persyaratan pada ujian akhir dalam mengikuti

pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan

Lubuk Linggau dan memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan

hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang penerapan

asuhan keperawatan keluarga dengan senam rematik untuk

pengurangan rasa nyeri pada lansia dengan osteoatritis.

b. Bagi Puskesmas Megang

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya

yang ada Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau khususnya dalam

melakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan senam

rematik untuk pengurangan rasa nyeri pada lansia dengan osteoatritis.

c. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lubuk

Linggau

Hasil Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dalam

penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan senam rematik untuk

pengurangan rasa nyeri pada lansia dengan osteoatritis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Osteoatritis

1. Definisi Osteoatritis

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti

tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun

sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya

mengalami inflamasi ringan (Koentjoro, 2010). Kelainan pada kartilago

akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala

kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. Osteoartritis adalah

gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan

progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan

pembentukan tulang baru pada permukaan persendian (Sylvia, Price A

2005).

Gambar 1. Daerah yang sering mengalami


Osteoatritis Sumber: (Sylvia, Price A 2005).
Gambar 1. adalah penyakit sendi degenerative yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan

pergelangan kaki paling sering terkena Osteoatritis (Sudoyono, Setiyohadi,

Alwi, Simadibrata, Setiati, 2009).

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi

yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan

ketidakmampuan (disabilitas) (Smeltzer, 2002). Nyeri merupakan gejala

khas pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin berat

bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri

diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan

rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sumual, 2012).

2. Etiologi

Menurut Helmi (2012), terdapat beberapa faktor resiko yang terdiri

dari:

a. Peningkatan usia

Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai

penderita osteoarthritis yang berusia di bawah 40 tahun. Usia rata−rata

laki yang mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun

dengan puncaknya pada usia 55- 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun

dengan puncaknya pada usia 65 – 74 tahun. Presentase pasien dengan

osteoarthritis berdasarkan usia di RSU dr. Soedarso menunjukan


bahwa pada usia 43-48 tahun (13,30%), usia 49- 54 tahun (16,06%),

dan usia 55- 60 tahun meningkat (27,98%) (Arissa, 2012).

b. Obesitas

Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan

tulang bekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada

terjadinya osteoarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan

atau masa tubuh dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4

kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat badan dapat

mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis atau memperparah

keadaan steoarthritis lutut (Arissa, 2012).

c. Jenis kelamin wanita

Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan

lebih tinggi pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu

sebanyak 149 pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki

nilai persentase sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien (Arissa,

2012).

d. Riwayat trauma

Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh

seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih

tinggi. Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis

lutut (Wahyuningsih, 2009).


e. Riwayat cedera sendi

Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat

menjadi faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai

predisposisi osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan

dan beratnya osteoarthritis (Sudoyono,2009).

f. Faktor genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.

Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain

untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan

proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis (Wahyuningsih, 2009).

g. Kelainan pertumbuhan tulang

Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti

penyakit perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha dikaitkan

dengan timbulnya osteoarthrtitis paha pada usia muda (Sudoyono,

2009).

h. Pekerjaan dengan beban berat

Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10

tahun dan kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko

dari osteoarthritis lutut dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg

pada usia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya

osteoarthritis dan akan meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun

(Martin, 2013).
i. Tingginya kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis, hal ini mungkin

terjadi akibat tulang yang lebih padat atau keras tak membantu

mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi

(Sudoyono, 2009).

j. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan .

3. Manifestasi Klinis

Menurut Sudoyono, (2009) penyakit osteoarthritis mempunyai gejala-

gejala yang biasanya menyulitkan bagi kehidupan penderitanya. Adapun

gejala tersebut antara lain:

a. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint)

Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering-kali

membawa penderita ke dokter, walaupun mungkin sebelumnya sendi

sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah

dikarenakan gerakan dan sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan

tertentu (misal lutut digerakkan ke tengah) menimbulkan rasa nyeri.

Nyeri pada osteoarthritis dapat menjalar kebagian lain, misal

osteoarthritis pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai

“claudicatio intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan

struktur pada osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan

jarang pada tangan dan sendi apofise spinalis.


b. Kekakuan (stiffness)

Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk

lama di kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan

penderita mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku

biasanya kurang dari 30 menit.

c. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)

Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai

berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi

membengkok, perubahan bentuk.

d. Bunyi gemeretak (krepitasi)

Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar

dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih

halus. Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda

yang signifikan.

e. Pembengkakan sendi (swelling in a joint)

Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi

dan bertambahnya cairan sendi atau keduanya.

f. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak

Hambatan gerak atau perubahan cara berjalan akan berkembang

sesuai dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat

konsentris atau seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu

gerakan saja (Sudoyono, 2009).


g. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)

Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan

sendi. Hal ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya

sinovitis, dan biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul

belakangan (Sudoyono, 2009).

4. Patofisiologi Osteoarthritis

Menurut Soeparman (1995), patofisiologi osteoatritis diuraikan

sebagai berikut:

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan

proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi

disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses

degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang

merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali

oleh stress biomekanik tertentu.

Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida

protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga

mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena

adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut

dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi

tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena

peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas

congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan

trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga

menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme

sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi

dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga

sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya

hipertropi atau nodulus.


5. WOC (Web Of Causation)
6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis apabila penyakit

ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu:

a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.

b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang

terparah ialah terjadi kelumpuhan

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan yang dilakukan untuk penderita osteoatritis adalah

sebagai berikut:

a. Sinar-X

Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang

terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan. Gambaran sendi

yang menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:

1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada

bagian sendi yang menanggung beban.

2) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral

3) Kista tulang

4) Osteofit pada pinggir sendi

5) Perubahan struktur anatomi sendi

b. Tes darah

Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa

rematik.
c. Analisa cairan engsel

Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk

kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh

encok atau infeksi.

d. Artroskopi

Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan

engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

e. Foto Rontgent

Menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai

penyempitan rongga sendi Serologi dan cairan sinovial dalam batas

normal.

8. Penatalaksanaan

Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan

ditentukan oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan

karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu

diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara

keseluruhan, agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan

edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin (Irwan, 2008).

Tujuan dari penatalaksanaan OA ini adalah untuk mengurangi atau

mengendalikan nyeri, mengoptimalkan fungsi gerak sendi, mengurangi

keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada orang lain),

meningkatkan kualitas hidup, menghambat progresivitas penyakit, dan

mencegah terjadinya komplikasi (Irwan, 2008).


Penatalaksanaan OA terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pertama

(terapi non farmakologi), tahap kedua (terapi farmakologi) dan tahap

ketiga (indikasi untuk tindakan lebih lanjut). Terapi non farmakologi OA

meliputi edukasi pasien, program penatalaksanaan mandiri seperti


2
modifikasi gaya hidup, bila berat badan berlebih (IMT> 25 kg/m
)

dilakukan program penurunan berat badan minimal penurunan 5% dari


2
berat badan dengan target IMT 18,5-25 kg/m , program latihan
aerobik,

terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot-

otot (quadriceps atau pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi, terapi

okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi, menggunakan

splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik sehari-hari ( Azhari,

2008).

Terapi farmakologi yang biasanya diberikan adalah obat

acetaminophen, obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), cyclooxygenase-

2inhibitor, capcaisin topical atau methylsalicylate cream dapat diberikan

pada pasien yang tidak berespon terhadap acetaminophen atau tidak

diperbolehkan untuk mendapatkan terapi sistemik. Selain itu, dapat juga

diberikan injeksi intra artikular ataupun periartikular tetapi ini bukan

merupakan pilihan utama dalam penanganan OA. Indikasi untuk tindakan

lebih lanjut berupa adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis

inflamasi seperti bursitis, efusi sendi (memerlukan pungsi atau aspirasi

diagnostic dan teurapeutik) dan adanya kecurigaan atau terdapat bukti

artritis infeksi (Irwan, 2008).


B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori

yang menjadi dasar pendefinisannya. Keluarga berasal dari bahasa

sanskerta (kula dan warga). Kulawarga yang berarti anggota kelompok

kerabat.

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan bebrapa

pengertian keluarga.

a. Pendapat yang menganut teori intraksional, memandang keluarga

sebagai suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian. Sedangkan

mereka yang berorientasi pada perspektif sistem sosial memandang

keluarga sebagai bagian sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat

komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur

internal dan sistem-sistem lain.

b. Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagi dua orang atau lebih yang

disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

c. Spradley dan Allender (1996) mengemukakan satu ataulebih individu

yang tinggal bersama, sehingga mempunnyai ikatan emosional dan

mengembangkan dalam ikatan sosial, peran dan tugas.


d. UU No. 10 tahun (1992) mengemukakan kelurga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau suami istri,

atau ayah dan anak atau ibu dan anaknya.

e. Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari

masyarkat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

2. Struktur keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), struktur keluarga terdiri atas:

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedara yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedara yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu di susun

hubungan garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepaasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

saudara suami.
e. Keluaga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beberapa sanak.

3. Tipe Keluarga

Beberapa tipe keluarga menurut Komang (2012), sebagai berikut:

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak

angkat.

2) Keluarga Besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah. Misalnya, kakek, nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga tanpa Anak (Dyad Family)

Rumah tangga yang terdri dari suami istri tanpa anak.

4) Keluarga dengan Orang Tua Tunggal (Single Parents)

Rumah tangga yang terdiri dari satuorang tua dengan anak kandung

atau anka angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

5) Single Adult

Rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup

sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti:

perceraian atau ditinggal mati.


b. Keluarga Non Tradisional

1) Commune Family

Lebih dari satu keluarga (dengan anak) tanpa pertalian darah hidup

bersama.

2) Orangtua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

3) Homoseksual

Dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah

tangga.

4. Fungsi Keluarga

Friedman (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar kelurga, yakni:

a. Fungsi Afektif

Fungsi Afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi efektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikosial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkakn

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang


dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan

meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangatdan saling

mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar

keluarga.

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui

dan dihargai keberdaan dan haknya.

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan

berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai

sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan

dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak

melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan

kasig sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi

yang positif dimana anak meniru prilaku orangtua melalui interaksi

mereka.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubaha yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan. Sosialisasi dimulai sejak individu

dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat

dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu


dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,

memiliki nilai/norma, budaya dan prilaku melalui interaksi dalam

keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain

banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan

sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua (single parent).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh kelurga dibawah garis kemiskinan (Gakin

atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk mencari

sumber-sumber dimasyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perwatan kesehatan. Selain

kelurga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, kelurga juga

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk

mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

Keluarga mengalami gangguan kesehatan mem=merlukan bantuan atau


pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi

status kesehatan individu dan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan kelurga yang

dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman,

2010) :

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5. Tugas Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny, (2010) pada dasarnya tugas keluarga ada

delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotannya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan keterlibatan anggota keluarga.

g. Membangkitkan dorongan dan

h. Semangat anggotanya
6. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Siklus kehidupan setiap kelurga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti

individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang

berturt-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan kelurga berdasarkan

konsep Andarmoyo (2012), adalah:

a. Tahap I :

Keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai

bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal

atau status lajang ke hubungan baru yang inti,

Tahap perkembangan:

1) Membangun perkawinan yang memuaskan

2) Menghungkan jaringan persaudaraaan secara harmonis

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orangtua)

b. Tahap II:

Keluarga sedang mengasuh anak (dimulai dengan kelhiran anak

pertama hingga bayi berusia 30 bulan).

Tahap perkembangan:

1) Perubahan peran menjadi orangtua, perubahan hidup yang sulit,

masa transisi, tugas kritis.


Masalah: Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan adn

argmentasi suami dan istri, interupsi dalam jadwal yang continue,

kehidupan seksual dan sosial terganggu.

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: Peran, interaksi

kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet tarining,

komunikasi bayi.

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan

pasangannya: Pembentukan kembali pola komunikasi,

pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual menurun,

konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah

sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga.

Masalah kesehatan: Pendidikan maternitas, perawatan bayi yang

baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara

dini, imunisasi, tumbuh kembang.

c. Tahap III:

Keluarga dengan anak usia pra sekolah (dimulai ketika anak

pertama berusia 2,5 - 5tahun).

Tugas Perkembangan:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,

ruangbermain, privasi, keamanan.

2) Meyosialisasikan anak.

3) Mengintegritaskan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.


4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua dan anak).

5) Menanamkan nilai dan norma kehidupan.

6) Mulai mengenalkan kultur keluarga.

7) Menanamkan keyakinan beragama.

8) Memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV:

Keluarga dengan anak usia sekolah (dimulai ketika anak pertama

berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir paa usia

13 tahun, awal dari masa remaja).

Tugas perkembangan:

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebuthan kesehatan fisik anggota keluarga.

4) Mebiasakan belajar teratur

5) Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V:

Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertaa

melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap

ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal
atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19

atau 20 tahun.

Tugas perkembangan:

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawninan.

3) Berkomunikasi secara terbuka atara orangtua dan anak.

4) Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.

5) Mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI:

Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda. Keluarga yang

melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”,

ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat

atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-

tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan

dewasa yang mandiri.

Tugas perkembangan:

1) Memperluas sikslus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan sari suami

maupun istri.

g. Tahap VII:

Orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan.

Tugas perkembangan:

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan orang tua lansia dan anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII:

Keluarga dalam masa pensiun dan lansia, merupakan tahap akhir

dan perkembangan keluarga yang dimuali dengan salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan

meninggal dan berakhir denngan pasangan lainnya meninggal.

Tugas perkembangan:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

2) Meyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.


6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka(penelaahan dan

integritas hidup).

7. Fungsional Keluarga

Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga digambarkan sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan hierarki

kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukakan

pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima

umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan

umpan balik, dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatan tidak befungsi apabila

tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus pada suatu hal,

dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi kelaurga

bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidsk jelas,

judgemental ekspresi dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan

gagal mendengar, diskuliikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

1) Karekteristik pemberi pesan:

a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

c) Selalu menerima dan meminta timbal balik.

2) Karekteristik pendengar
a) Siap mendengarkan.

b) Memberikan umpan balik.

c) Melakukan validasi.

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat

formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam

masyarakat misal status sebagai istri/suami.

c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),

hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan effektif power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah

pola prilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

8. Strategi Koping Keluarga

Menurut Andarmoyo (2012), ada dua strategi koping keluarga yaitu:

a. Strategi koping keluarga internal (dalam keluarga inti):

1) Mengandalkan kelompok keluarga.

2) Penggunaan humor.
3) Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara

ikatan).

4) Mengontrol arti/makna dari masalah : pembentukan kembali

kognitif dan penilaian pasif.

5) Pemecahan masalah keluarga secara bersama-sama.

6) Fleksibilitas peran.

7) Normalisasi.

b. Strategi koping keluarga eksternal (diluar keluarga inti)

1) Mencari informasi.

2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas.

3) Mencari dukungan sosial

a) Penggunaan jaringan dukungan sosial informal.

b) Penggunaan sistem-sistem sosial formal.

c) Penggunaan kelompok-kelompok mandiri.

4) Mencari dukungan spiritual.

C. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang

dirawat, dengan sehatn sebagai tujuan melalui oerawatan sebagai saran

atau penyalur (Jhonson & Leny ,2010).


2. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan.mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan

dan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai

upaya kesehatan masyarakat.

3. Tugas Keluarga dalam Kesehatan

Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang untuk dapat

mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan

saling memlihara. Jhonson dan Leny (2010), mengemukakan:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.


c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbul balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

4. Peran Perawatan Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny, (2010) perawat kelurga juga ikut berperan

aktif dalam perawatan keluarga, seperti yang tertera dibawah ini, antara

lain:

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehata kepada keluarga

agar:

1) Kelurga dapat melakukan program asuhan keperawatan secara

mandiri.

2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

b. Kordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur programkegiatan atau terapiu dari berbagai disiplin ilmu

agar tidak terjadi tumpang tindi dan pengulangan.


c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,

klinik maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui

anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan

kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan

keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota

keluarga yang sakit.

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home

visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasihat kepada

perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat di percaya.

f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mncapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal.


g. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran

fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui

sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).

h. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak

terjadi ledakan atau wabah.

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,

baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

5. Tahap dengan Perkembangan Usia Lanjut

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain sebagai berikut.

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik, dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan file review.

f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.


D. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas

(Sunaryo 2016). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi . Oleh karena itu, tubuh akan menumpuk makin

banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut penyakit degeneratif

yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal

(Darmojo 1999).

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli batasan-batasan umur yang

mencakup batasan umur lansia sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nmor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang bebunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas”

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut: pertengahan (middle age) ialah 45-59

tahun, lanjut usia (ederly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-

60 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.


c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahum, kedua (fase virilities) ialah

40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 hingga tutup usia.

3. Mitos-Mitos Penuaan

Menurut Miller (1995), ada beberapa mitos tentang penuaan.

Pertama, mitos kedamaian dan ketenangan. Orang usia lanjut seharusnya

dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih oayahnya pada usia muda

serta dewasanya. Badai dan berbagai guncangan kehidupan sudah

dilewatinya. Namun dalam kenyataannya masih banyak terjadi hal-

halyang sebaliknya, seperti lansia yang penuh dengan stres dan

kemiskinan dan berbagaikeluhan serta penderitaan karena penyakit.

Kedua, mitos konservatisme dan kemunduran pandangan. Lansia pada

umumnya konservatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam,

ketinggalan zaman, merindukan masa lalu, kembali ke masa anak-anak,

susah berubah, keras kepala, dan bawel. Tetapi dalam kenyataannya tidak

semua lansia bersifat dan berprilaku demikian. Ketiga, mitos

berpenyakitan artinya lansia dipandang debagai masa degeneratif biologis

yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat berbagai proses penyakit.

Yang dikatakan proses penuaan artinya disertai dengan

menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehingga rawan terhadap

penyakit .akan tetapi sekarang banyak penyakit yang bisa terkontrol fan

bisa diobati. Keempat, mitos senilitas yang artinya lansia dipandang


sebagai masa dimensia ( pikun) , yang disebabkan oleh kerusakan bagian

tertentu dari otak. Akan tetapi tidak semua lansia yang mengalami proses

penuaan disertai kerusakan otak. Mereka masih tetap sehat dan degar dan

banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.

Kelima, mitos ketidakproduktifan artinya lansia dianggap dan dipandang

sebagai usia yang tidak tidak produktif, padahal masih banyak lansia yang

memiliki kematangan dan produktivitas mental dan material yang tinggi.

4. Realita Lansia

Terkait realita lansia di masyarakat Darmojo (2010), mengatakan

bahwa orang masih memiliki anggapan dan pandangan yang keliru

mencakup beberapa hal berikut:

a. Lansia berbeda dengan orang lain.

b. Lansia tidak dapatbelajar keterampilan baru serta tidak perlu

pendidikan dan latihan.

c. Lansia sukar memahami informasi baru.

d. Lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat.

e. Lansia tidak berdaya.

f. Lansia tidak dapat mengambil keputusan.

g. Lansia tidak butuh inta dan tidak perlu relasi seksual.

h. Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira.

i. Lansia itu lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitanatau cacat.

j. Lansia menghabiskan uang untuk berobat.

k. Lansia sama dengan pikun.


5. Tipologi Manusia Lanjut Usia

Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Maryam,

2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diridengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhaa, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri.

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas.

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik

dan banyak penuntut.

d. Tipe pasrah.

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agam dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung.

Kaget, kehilangan kepribadian, megasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.


E. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian (Gusti, 2013)

a. Data Umum

1) Identitas Kepala Keluarga

Nama atau insial kepala keluarga, umur, alamat dan telepon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi

keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, agama

oendiidkan, status imunisasi dan genogram.

2) Tipe Keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional

atau tipe keluarga non tradisional).

3) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan

kesehatan.

4) Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh

keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

seluruh anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun

anggota kleuarga lainnya.


6) Aktivitas Rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga

penggunaan waktu luang dan senggang keluarga

b. Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga (Widyanto, 2004).

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluargasaat ini yang belum terpenuhi dan

mengapa belum terpenuhi.

3) Riwayat Keluarga Inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, staus imunisasi,

sumber kesehatan biasa digunakan serta pengalamnnya

menggunakan pelayanan kesehatan.

4) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami

dan istri.

c. Data Lingkungan (Gusti, 2013)

1) Karakteristik dan Denah Rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah luas bangunan,

pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi kondisi rumah, tata


perabotan, kebersihan dan sanitasi lingkungan, ada atau tidak

sarana air bersih dan sistem pembangunan limbah.

2) Karakteristik tetangga dan Komunitasnya

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal,

nilai dan norma atau aturan penduduk setempat serta budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas Keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam

satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat

tinggal.

4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga unutk

berkumoul atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan

tempat tinggal.

5) Sistem Pendukung Keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan masyarakatsetempat serta jaminan pemeliharaam

kesehatan yang dimiliki keluarga untuk meningkatkan upaya

kesehatan.
d. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi Keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi

komunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang disampaikan.

2) Struktur Kekuatan Keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga membuat keputusan.

3) Struktur dan Peran Keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

4) Nilai dan Norma Keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunikasi serta bagaimana nilai dan norma

tersebut mempengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota

keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.


2) Fungsi Sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh

mana, anggota kleuarga belajar disiplin, nilai, norma dan budaya

serta prilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.

3) Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan) Kesehatan.

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota kleuarga yang sakit.

4) Fungsi Reproduksi

Mengkaji berpa jumlah anak, merencanakan jumlah

anggota, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi Ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

lingkungan untuk meningkatkan penghasilan keluarga.

f. Stress dan Koping Keluarga

1) Stresor Jangka Pendek dan Panjang

Stesor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Sedangkan, stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini

dialami ang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.


2) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi Stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

stesor yang ada.

3) Strategi Koping yang digunakan

Strategi koping apa yangdigunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

4) Strategi Adaptasi Disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang

idak adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga tifak

berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah

sakit yang meliputi pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan

penunjang.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual dan potensial (Andarmoyo, 2012).


TABEL 2.1
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA

KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat masalah: 1
a. Tidak/Kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan masalah 2
dapat diubah:
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk 1
dicegah:
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah: 1
a. Masalah berat harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tetati tidak 1
perlu harus segera
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber: Andromoyo, 2012

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan

Skor x Bobot
Angka tertinggi

TABEL 2.2
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA OSTEOATRITIS

No. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit.

2. Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota


keluarga yang sakit

3. Resiko terjadinya komplikasi b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


anggota keluarga yang sakit
4. Resiko jatuh b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota yang
sakit.
3. Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Membantu dalam menentukan
keluarga memberi pasien dapat mengontrol nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, kebutuhan manajemen nyeri dan
perawatan pada dengan kriteria: karakteriktik, onset/durasi, keefektifan program.
anggota keluarga 1. Pasien dapat frekuensi, intensitas atau beratnya 2. Membantu dalam menemukan
yang sakit. menggambarkan faktor nyeri dan faktir pencetus. kebutuhan manajemen nyeri dan
penyebab nyeri. 2. Gali pengetahuan dan kepercayaan keefektifan program.
2. Pasien dan keluarga dapat pasien mengenai nyeri. 3. Membantu dalam menemukan
melaporkan nyeri yang 3. Tentukan akibat dari pengalaman kebutuhan manajemen nyeri dan
terkontrol. nyeri terhadap kualitas hidup keefektifan program.
pasien (misalnya, tidur, nafsu 4. Membantu dalam menemukan
makan, pengertian, perasaan, kebutuhan manajemen nyeri dan
hubungan, performa kerja, dan keefektifan program.
tanggungjawab peran). 5. Membantu pasien mengerti akan apa
4. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dialami.
yang dapat menurunkan atau 6. Meningkatkan relaksasi, meningkatkan
memperberat nyeri. kemampuan koping.
5. Berikan informasi mengenai nyeri, 7. Meningkatkan pengetahuan dan respon
seperti penyebab nyeri, berapa keluarga terhadap pengalaman nyeri.
lama nyeri akan dirasakan, dan 8. Dukungan dari keluarga/orang lain
antisipasi dari ketidaknyamanan dapat meningkatkan pemulihan
akibat prosedur. maksimal.
6. Dukung istirahat/tidur yang 9. Membantu mempercepat pemulihan.
adekuat untuk membantu Peningkatan Latihan
penurunan nyeri. 1. Menghargai keyakinan individu
7. Berikan informasi yang akurat meningkatkan kepercayaan pasien.
untuk meningkatkan pengetahuan 2. Awal motivasi yang baik dapat
dan respon keluarga terhadap meningkatkan awal latihan yang baik.
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

pengalaman nyeri. 3. Dampingan dari keluarga/orang lain


8. Libatkan keluarga dalam modalitas dapat meningkatkan pemulihan
penurunan neri, jika maksimal.
memungkinkan. 4. Dukungan dari keluarga/orang lain
9. Kolaborasi dengan pasien, orang dapat meningkatkan pemulihan
terdekat dan tim kesehatan lainnya maksimal.
untuk memilih dan 5. Meningkatkan pengetahuan dan respon
mengimplementasikan tindakan keluarga terhadap pengalaman nyeri.
penurunan nyeri nonfarmakologi, 6. Meningkatkan relaksasi
sesuai kebutuhan. 7. Mengetahui respon individu terhadap
Peningkatan Latihan latihan.
1. Hargai keyakinan individu terkait
latihan fisik.
2. Pertimbangkan motivasi individu
untuk memulai atau melanjutkan
program latihan.
3. Dampingi individu pada saat
mengembangkan program latihan
untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Libatkan keluarga/orang yang
memberi perawatan dalam
merencanakan dan meningkatkan
program latihan.
5. Informasikan individu mengenai
manfaat kesehatan dan efek
fisiologis latihan.
6. Instruksikan individu untuk
melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup pada
saat latihan.
7. Monitor respon inividu terhadap
program latihan.
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
b.d ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Tekankan manfaat kesehatan 1. Memberikan pengetahuan manfaat dari
keluarga pasien dan keluarga mengetahui positif yang langsung atau yang dilakukan untuk kesembuhan
menggunakan tentang penyakit yang diderita manfaat jangka pendek yang penyakit.
fasilitas kesehatan pasien dan keluarganya dengan bisa diterima oleh prilaku 2. Memberikan penjelasan tentang
yang ada kriteria hasil : kesehatan atau gaya hidup. memilih mana yang baik dilakukan
dimasyarakat. 1. Pasien dan keluarga dapat 2. Ajarkan strategi yang dapat dan mana yang tidak baik untuk
menjelaskan digunakan untuk menolak dilakukan.
tentang pengertian, prilaku yang tidak sehat atau 3. Memberikan pengetahuan tentang
penyebab, tanda dan gejala, beresiko daripada penyakit yang dialami.
serta penalaksanaan pada memberikan saran untuk 4. Mempermudah pemahan tentang
penyakit OA. menghindari atau mengubah susuatu yang dijelaskan.
2. Pasien dan keluarga prilaku. 5. Keluarga membantu menemukan
mengetahui penggunaan 3. Berikan ceramah untuk pengobatan yang terbaik untuk
perangkat keselamatan yang menyampaikan informasi keluarganya.
benar. dalam jumlah besar, pada saat Pencegahan Jatuh
3. Pasien dan keluarga yang tepat. 1. Membantu dalam menentukan faktor
mengetahui penggunaan 4. Gunakan instruksi dibantu risiko jatuh.
prosedur perpindahan yang komputer, televisi, vidio 2. Membantu dalam menentukan faktor
aman. interaktif, dan teknologi- risiko jatuh.
teknologi lainnya untuk 3. Mengurangi resiko jatuh yang akan
menyampaikan informasi. terjadi.
5. Manfaatkan sistem dukungan 4. Mengurangi resiko jatuh yang akan
sosial dan keluarga. terjadi.
Pencegahan Jatuh 5. Mengurangi resiko jatuh yang akan
1. Identifikasi prilaku dan faktor terjadi.
yang mempengaruhi risiko
jatuh.
2. Identifikasi karakteristik dari
lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
(misalnya,licin dan tangga
terbuka).
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

3. Pindahkan barang-barang
yang diletakkan rendah
(misalnya tempat menyimpan
sepatu dan meja) yang
membahayakan.
4. Hindari meletakkan sesuatu
secara secara tidak teratur
dipermukaan lantai.
5. Sarankan menggunakan alas
kaki yang aman.
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Terapi Latihan: Mobilitas Sendi Terapi Latihan: Mobilitas Sendi
fisik b.d keperawatan selama 3x24 jam, 1. Tenukan batasan pergerakan 1. Berguna dalam memformulasikan
ketidakmampuan pasien mampu melakukan sendi dan efeknya terhadap program latihan/aktivitas yang
keluarga memberi mobilisasi sesuai kemampuan, fungsi sendi. berdasatrkan pada kebutuhan
perawatan pada pasien dan keluarga mampu 2. Jelaskan pada pasien atau individual dan dalam
anggota yang sakit. melakukan perawatan pada keluarga manfaat dan tujuan mengidentifikasikan alat/bantu an
lansia yang imobilisasi dengan melakukan latihan sendi. mobilitas.
kriteria: 3. Monitor lokasi, dan 2. Agar pasien dan keluarga dapat
1. Pasien meningkat dalam kecendrungan adanya nyeri memengetahui manfaat dan tujuan
aktivitas fisik. dan ketidaknyamanan selama melakukan latihan sendi.
2. Mampu memotivasi diri pergerakan/aktivitas. 3. Membantu dalam menentukan
untuk melakukan mobilisasi 4. Lindungi pasien dari taruma manajemen nyeri.
sesuai kemampuan. selama latihan. 4. Mencegah terjadinya resiko jatuh..
5. Dukung latihan ROM aktif, 5. Dorongan/motivasi dari orang lain
sesuai jadwal yang teratur dan untuk meningkatkan pemulihan
terencana. maksimal.
6. Lakukan latihan ROM pasif 6. Bantuan akan meningkatkan
atau ROM dengan bantuan, kemampuan lebih.
sesuai indikasi. 7. Dukungan lebih membuat pasien
7. Sediakan duungan positif termotivasi untuk pemulihan
dalam melakukan latihan keadaanya.
sendi.
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
4. Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan: Manajemen Lingkungan: Keselamatan
ketidakmampuan keperawatan selama 3 hari Keselamatan 1. Membantu dalam menentukan
keluarga memberi pasien dan keluarga dapat 1. Identifikasi hal-hal yang lingkungan yang aman.
perawatan pada mencegah terjadinya jatuh dan membahayakan dilingkungan 2. Menurunkan tingkat resiko jatuh.
anggota yang sakit. aman dalam pergerakannya, (misalnya, bahaya fisik, biologi, 3. Menurunkan tingkat resiko jatuh.
dengan kriteria hasil: dan kimiawi). Pencegahan Jatuh
1. Menggunakan alat bantu 2. Sediakan alat untuk beradaptasi 1. Membantu dalam menentukan
yang dibutuhkan. (misalnya, kursi untuk pijakan dan faktor risiko jatuh.
2. Menempatkan barang- peregangan tangan0. 2. Membantu dalam menentukan faktor
barang di tempat yang 3. Gunakan peralatan perlindungan risiko jatuh.
sesuai agar tidak (misalnya, pengekangan, pegangan 3. Mengurangi resiko jatuh yang akan
menggangu lansia. pada sisi, kunci pintu, pagar, dan terjadi.
3. Memperhatikan kondisi gerbang) untuk membatasi 4. Mengurangi resiko jatuh yang akan
lantai. mobilitas fisik atauakses pada terjadi.
situasi yang membahayakan. 5. Mengurangi resiko jatuh yang akan
Pencegahan Jatuh terjadi.
1. Identifikasi prilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
2. Identifikasi karakteristik dari
lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
(misalna,licin dan tangga terbuka).
3. Pindahkan barang-barang yang
diletakkan rendah (misalnya
tempat meyimpan sepatu dan
meja) yang membahayakan.
4. Hindari meletakkan sesuatu secara
secara tidak teratur dipermukaan
lantai.
5. Sarankan menggunakan alas kaki
yang aman.
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan

minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah prilaku hidup sehat

(Gusti, 2013).

Pada kegiatan implmentasi ini, terdahulu perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis

dalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu

pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa anggota keluarga

yang perlu mendapat pelayanan, serta peralatan yang dibutuhkan ika ada.

Kegiatan selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosa yang diangkat

(Widyanto, 2014).

Menurut Padila (2012), implementasi keperawatan terhadap

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

kebutuhan kesehatan, dengan cara:

1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling.

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tenteang kesehatan.

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara:

1) Mendemostrasikan cara perawatan.

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.

3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara:

1) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimall mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara:

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan

keluarga.

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,

implementasi dengan kriteria dan standar yang telahditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evakuasi tidaj berhasil sebgaian perlu

dsusun rencana keperawatan yang baru (Gusti 2013).


Faktor yang perlu dievaluasi dalam keperawatan kelurga bisa

meliputi beberapa ranah, meliputi:

a. Ranah Kognitif (pengetahuan)

Lingkup evaluasi pada ranah kognitif ini menitik tekankan pada

pengetahuan dan pemahan keluarga tenang masalahnya, misalnya :

pengetahuan keluarga tentang penyakit, tanda dan gejala yang

menyertainyya, pengobatan, prilaku pencegahan, upaya

meminimalkan komplikasi, dsb).

b. Ranah Afektif (emosional)

Hal ini bisa dilihat ketika perawat melakukan wawancara dengan

klien. Dalam hal ini perawat bisa mengamati ekspresi wajah, nada

suara, isi pesan yang disampaikan dsb.

c. Ranah Psikomotor

Dapat dilakukan dengan melihat bagaimana keluarga melakukan

tindakan yang sudah direncanakan, apakah sesuai atau sebaliknya

tidak sesuai dengan harapan.

Terdapat 3 (Tiga) kemungkinan keputusan pada tahap evaluasi ini,

(Andarmoyo, 2012) yaitu :

a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

sehingga rencana mungkin dihentikan.

b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

sehingga diperlukan penambahan waktu, resources, dan intervensi

sebelum tujuan berhasil.


c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan

sehingga perlu:

1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.

2) Membuat outcome yang baru, mungkina outcome yang

pertama tidak relistis.

3) Evaluasi intervensi keperawatan dalam hal ketepatan untuk

mencapai tujuan.

Metode evaluasi keperawatan (Widyanto, 2014):

1. Evaluasi formatif (berjalan)

Adalah evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian

catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami

klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah

SOAP.

2. Evaluasi sumatif (akhir)

Adalah evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan

antara tindakan yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin

dicapai. Jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat

ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi

perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif

adalah SOAPIER.
F. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan

potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang

mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan

mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus

reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin,

prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri

(Kozier, 2009).

Menurut Lukman, (2012) nyeri dinamakan penggiring psikis bagi

refleks pelindung, yang menentukan rangsang nyeri, umumnya

menimbulkan gerakan mengelak dan menghindar yang kuat, diantaranya

perasaan karena mengandung unsur emosional yang khas.

2. Fisiologi Nyeri

Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan

hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,

terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu

transduksi, transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses

dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung

saraf sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam

proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang

meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang


meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla

spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik

antara thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas

saraf yang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu

telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara selektif menghambat

transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika terjadi

relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto, 2003).

Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang

ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama

sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi

tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara

mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang

sehingga sangat sulit untuk memahaminya (Dewanto, 2003).

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf

perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan,

kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan

nyeri dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang

terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke

bagian dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari

seluruh tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris

di otak di mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama

kali dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas

dan lokasi nyeri dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai


tanda dari otak kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat

kimia seperti endorphin dilepaskan untuk mcngurangi nyeri di dacrah

yang terluka (Potter & Perry, 2005).

Di dalam spinal cord, ada gerbang yang dapat terbuka atau

tertutup. Saat gerbang terbuka, impuls nyeri lewat dan dikirim ke otak.

Gerbang juga bisa ditutup. Stimulasi saraf sensoris dengan cara

menggaruk atau mengelus secara lembut di dekat daerah nyeri dapat

menutup gerbang sehingga rnencegah transmisi impuls nyeri. Impuls dari

pusat juga dapat menutup gerbang, misalnya motivasi dari individu yang

bersemangat ingin sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri

yang dirasakan (Potter & Perry, 2005).

Kozier (2009), mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan

respon tubuh meliputi aspek pisiologis dan psikologis, merangsang

respon otonom (simpatis dan parasimpatis respon simpatis akibat nyeri

seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan

pernapasan, meningkatkan tegangan otot, dilatasi pupil, wajah pucat,

diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat ,

berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan,

kelelahan, dan pucat. Pada kasus nyeri yang parah dan serangan yang

mendadak merupakan ancaman yang mempengaruhi manusia sebagai

sistem terbuka untuk beradaptasi dari stressor yang mengancam dan

menganggap keseimbangan. Hipotalamus merespon terhadap stimulus

nyeri dari reseptor perifer atau korteks cerebral melalui sistem


hipotalamus pituitary dan adrenal dengan mekanisme medula adrenal

hipofise untuk menekan fungsi yang tidak penting bagi kehidupan

sehingga menyebabkan hilangnya situasi menegangkan dan mekanisme

kortek adrenal hopfise untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit dan menyediakan energi kondisi emergency untuk

mempercepat penyembuhan. Apabila mekanisme ini tidak berhasil

mengatasi stressor (nyeri) dapat menimbulkan respon stress seperti

turunnya sistem imun pada peradangan dan menghambat penyembuhan

dan kalau makin parah dapat terjadi syok ataupun perilaku yang

meladaptif (Potter & Perry, 2005).

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut

dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi

terjadinya nyeri.

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang

singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi

secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar

ketidaknyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi

sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan

imonulogik (Potter & Perry, 2005).


b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6

bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang

diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini

biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008).

Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang

dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan

ketidakmampuan. Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan

menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik (Potter & Perry, 2005).

4. Stimululus Nyeri

Seseorang dapat menoleransi menahan nyeri (pain tolerance) atau

dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain

thresbold). Ada beberapa jenis stimulus nyeri diantaranya adalah sebagai

berikut (Triyana, 2013):

a. Trauma pada jaringan tubuh.

b. Gangguan pada jaringan tubuh.

c. Tumor

d. Iskemia pada jaringan.

e. Spasme otot.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Rasa nyeri yang dialami seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal. Diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Usia

Umumnya para lansia menganggap nyeri sebagai komponen

alamiah dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani

oleh petugas kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat

pada dewasa muda dapat dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa

tua. Orang dewasa tua mengalami perubahan neurofisiologi dan

mungkin mengalami penurunan persepsi sensori stimulus serta

peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang lebih

umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan,

kardiovaskuler atau diabetes mellitus dapat mengganggu transmisi

impuls saraf normal (Potter & Perry, 2005).

b. Jenis Kelamin

Menurut Gill (1990) laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, dan justru lebih dipengaruhi faktor

budaya. Misalnya tidak pantas jika laki-laki mengeluh nyeri, dan wanita

boleh mengeluh nyeri.

c. Kultur

Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki

seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-

nilai kebudayaan lainnya dapat membantu untuk menghindari

mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai

budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan

mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan


akan lebih akurat dalam rnengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap

nyeri juga efektif dalarn menghilangkan nyeri pasien (Potter &

Perry, 2005).

d. Perhatian

Tingkat seseorsng klien dalam memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990),

perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat.

Sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respons nyeri yang

menurun.

e. Pengalaman Masa Lalu

Semakin sering individu mengalami nyeri , makin takut pula

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan

diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit

mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan

sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu dengan

pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan

nyeri dan pengobatannva tidak adekuat (Potter & Perry, 2005).

f. Dukungan dari keluarga dan sosial

Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi nyeri seseorang. Pada beberapa pasien yang mengalami

nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat

untuk memperoleh dukungan, bantuan, perlindungan. Walaupun nyeri

tetap terasa, tetapi kehadiran orang yang dicintainya akan dapat


meminimalkan rasa kecemasan dan ketakutan. Apabila keluarga atau

teman tidak ada seringkali membuat nyeri pasien tersebut semakin

tertekan. Pada anak-anak yang mengalami nyeri kehadiran orang tua

sangat penting (Potter & Perry, 2005).

g. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi setiap orang berbeda-beda. Namun mayoritas

menganggap bahwa nyeri cenderung negatif, seperti membahayakan,

merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan

dan pengalaman.

h. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif bagi

setiap orang. Persepsi diproses dibagian korteks (pada fungsi evaluatif

kognitif). Persepsi dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulsi

nociceptor.

i. Toleransi Nyeri

Toleransi kaitanyya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-

obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, penglihatan, perhatian,

kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang

menurunkan toleransi anatara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,

nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan sebagainya.

j. Reaksi terhadap nyeri


Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang

terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan

menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi

nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan

fisik dan mental, takut, cemas, usia dan lainnya.

Pemahaman atau arti nyeri bagi setiap klien berbeda-beda antara lain:

1) Bahaya atau merusak.

2) Komplikasi seperti infeksi.

3) Penyakit yang berulang.

4) Penyakit baru.

5) Penyakit yang fatal.

6) Peningkatan ketidakmampuan.

7) Kehilangan mobilitas.

8) Menjadi tua.

9) Sembuh

10) Perlu penyembuhan.

11) Hukuman bagi yang berdosa.

12) Tantangan.

13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain.

14) Sesuatu yang harus ditoleransi.

15) Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki.


6. Tolak Ukur Intensitas Nyeri

Menurut teori tentang persepsi nyeri individu yang berbeda-beda

dalam hal skala dan tingkatannya dijelaskan oleh Musrifatul dan Hidayat

(2011), yang menyatakan bahwa nyeri merupakan kondisi berupa perasaan

yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya

orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yang dialaminya.

a. Tolak ukur nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale

Indikasi: Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun

yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan

intensitas nyeri yang dirasakannya.

Instruksi: Pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang

dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.

0 = tidak nyeri

1 – 3= Nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-

hari)

4 – 6= Nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas

sehari-hari)

7 – 10= Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

hari)

Gambar 2. Numeric Rating Scale (Lukman, 2013).


b. Wong Baker Faces Pain Scale

Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat

menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan

instrumen ini.

Instruksi: Pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana

yang paling sesuai dengan yang dirasakan. Tanyakan juga

lokasi dan durasi nyeri.

0 - 1 = Sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama

sekali 2 – 3 = sedikit nyeri

4 – 5 = Cukup nyeri

6 – 7 = Lumayan nyeri

8 – 9 = Sangat nyeri

10= Amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Gambar 4. Wong Baker Faces Pain Scale (Lukman, 2013).

c. COMFORT Scale

Indikasi: Pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif /

kamar operasi / ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai


menggunakan Numeric Rating Scale, Wong-Baker

Faces Pain Scale.

Instruksi: Terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor

1-5, dengan skor total antara 9 – 45.

1) Kewaspadaan

2) Ketenangan

3) Distress pernapasan

4) Menangis

5) Pergerakan

6) Tonus otot

7) Tegangan wajah

8) Tekanan darah basal

9) Denyut jantung basal

d. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi

sedasi sedang, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien

menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa

nyeri.

e. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih

dari beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai

berikut:

a) Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan

pemeriksaan fisik pada pasien.


b) Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah

tatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/

bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan,

sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah

sakit.

f. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan

penilaian ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-

obat intravena.

g. Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1

jam setelah pemberian obat nyeri.

h. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila

sampai menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda

adanya diagnosis medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi

pasca-pembedahan, nyeri neuropatik).

7. Prosedur Pengukuran Nyeri

a. Pengertian

Asesmen nyeri merupakan asesmen yang dilakukan terhadap

pasien jika didapatkan data subyektif dan data obyektif bahwa pasien

mengalami nyeri

b. Tujuan

Untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan klien.


TABEL 2.3
PROSEDUR PENGUKURAN SKALA NYERI
No Tindakan Yang Dilakukan
A. Fase Orientasi
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan prosedur
B. Prosedur
 Lakukan pengkajian skala, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan
kualitas nyeri.
 Observasi reaksi nonverbal
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Lakukan pengukuran skala nyeri sesuai tolak ukur nyeri
 Setiap pasien dewasa yang merasakan nyeri dinilai menggunakan skala
numerik yaitu dengan menggunakan angka 0 – 10
1. 0 = Tidak nyeri
2. 1-3 = Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
3. 4-6 = Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan dan dapat mengikuti
perintah)
4. 7-9 = Nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, tidak dapat mendeskripsikan,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.
5. 10 = Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul)
(Sumber : Smeltzer, 2002)

G. Konsep Senam Rematik

1. Pengertian Senam Rematik

Senam Rematik adalah suatu metode yang baik untuk pencegahan

dan meringankan gejala-gejala rematik serta berfungsi sebagai terapi

tambahan terhadap pasien rematik dalam fase tenang (Pfizer, 2008).

Senam Rematik adalah olahraga ringan yang mudah dilakuakan

dan tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia dengan rematik

(Pfizer, 2008).

Senam rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi

mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakit rematik, misalnya

kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan ketegangan otot. Senam rematik
hanyalah satu upaya untuk mencegah dan meringankan gejala-gejala

rematik.Selain juga berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien

rematik dalam fase tenang. Senam ini adalah salah satu modal untuk

memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap gejala rematik atau

gejala osteoartritis (Wahyuni, 2008).

Latihan ini juga ditujukan bagi mereka yang sehat dan pasien

rematik yang berada dalam kondisi normal atau fase tenang. Gerakan

rematik mencakup delapan komponen gerak, yaitu : gerak menjaga postur

tubuh, peregangan otot, latihan luas gerak sendi, penguatan otot,

penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan keseimbangan, koordinasi,

serta ketahanan otot. Gerakan-gerakan senam rematik dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan otot,

kapasitas aerobik, keseimbangan, biomekanik sendi dan rasa posisi sendi.

Senam rematik ini konsentrasinya pada gerakan sendi sambil meregangkan

dan menguatkan otot, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk

menopang tubuh (Wahyuni, 2008)

2. Tujuan Senam Rematik

a. Mengurangi nyeri pada penderita rematik

b. Menjaga kesehatan jasmani menjadi lebih baik

3. Keuntungan Senam Rematik

a. Tulang menjadi lebih lentur.

b. Otot-otot akan menjadi tetap kencang

c. Memperlancar peredaran darah


d. Memperlancar cairan getah bening

e. Menjaga kadar lemak tetap normal

f. Jantung menjadi lebih sehat.

g. Tidak mudah mengalami cedera.

h. Kecepatan reaksi menjadi lebih baik

4. Dosis Latihan

Dosis latihan menurut Pfizer, (2008) yaitu Dosis latihan yang

dibahas adalah FITT yang meliputi pengaturan frekuensi intensitas, durasi

(time) dan macam latihan (type).

Secara umum dosis latihan adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi latihan dilakukan 3 sampai 4 kali/minggu selama 2 minggu.

b. Intensitas. senam aerobic low impact memiliki beat per menit (BPM)

antara 70-79. Cocok untuk pemula, lansia, dan mereka yang sedang

dalam proses penyembuhan.

c. Time. Penentuan lama latihan harus disesuaikan dengan aktifitas dan

tingkat keterlatihan orang bersangkutan. Jika orang itu masih pemula

latihan cukup 10 menit saja, kemudian setelah kemampuannya

meningkat, lama latihan boleh ditambah. Bila orang yang terlatih

latihan sebanyak ± 30 menit.

d. Type. Merupakan senam aerobic low impact.


5. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Skala Nyeri

Osteoatritis

Senam rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi

mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakit rematik, osteoatritis ,

misalnya kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan ketegangan otot.

Senam ini adalah salah satu modal untuk memandu mencegah dan

memberikan terapi terhadap gejala rematik atau gejala osteoartritis

(Wahyuni, 2008).

Senam Rematik memiliki dampak psikologis langsung yakni

membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan

meningkatkan perasaan senang karena saat senam kelenjar pituitari

menambah produksi beta-endorfin. Senam juga memperlancar kegiatan

penyalur syaraf didalam otak yaitu meningkatkan neurotransmitter

parasimpatis (norepinephrine, dopamine dan serotonin). Meningkatnya

konsentrasi beta-endorfin didalam darah dan parasimpatis ini

menyebabkan denyut jantung dan denyut nadi menurun sehingga

mengurangi nyeri yang merupakan penyebab kekakuan sendi (Wahyuni,

2008).

H. Kerangka Konsep

1. Definisi Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang penenliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting


untung masalah. Penyusun kerangka konsep akan membantu kita untuk

membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu dan membantu penenliti

dalam menghubungkan hasil pertemuan dengan teori yang hanya diamati

atau diukur melalui konstruksi atau variabel (Nursalam, 2003).

Pengkajian: Intervensi:
Diagnosa Keperawatan: Senam Rematik.
Evaluasi: Penurunan rasa nyeri pada lansia dengan osteoa
1. Identita Nyeri Kronis.
s Defisit
pasien. pengetahuan
2. Riwayat Gangguan mobilitas
kesehatan Resiko jatuh fisik
.
3. Pemeriksa
n fisik.
Bagan 2.2
Kerangka
Konsep

I. Hasil Penelitian Senam Rematik untuk Menurunkan Nyeri Sendi Kasus

Osteoatritis

Penelitian Senam Rematik dilakukan oleh Sitinjak, (2016). Tempat

penelitian dilaksanakan di Panti Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang.

Waktu penelitian selama 2 minggu pada periode Januari sampai Februari

2016. Hasil penelitian ini yaitu, skala nyeri pretest kelompok kontrol

memiliki persentase sebesar 75% pada nyeri berat terkontrol (rentang skala

nyeri 7–9) dan sebesar 25% pada nyeri sedang (rentang skala nyeri 4-6). Skala

nyeri posttest pada kelompok kontrol yang mengalami nyeri berat terkontrol
sebanyak 7 orang (58,3%) dan mengalami nyeri sedang sebanyak 5 orang

(41,7%). Skala nyeri pretest kelompok perlakuan sebesar 75% pada nyeri

berat terkontrol (rentang skala nyeri 7-9) dan sebesar 25% pada nyeri sedang

(rentang skala nyeri 4–6). Pada skala nyeri sesudah senam rematik (Skala

nyeri posttest), kelompok perlakuan mengalami nyeri sedang sebanyak 11

orang (91,7%) dan mengalami nyeri ringan 1 orang (8,3%).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis/Desain Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan

meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal

dengan pokok pertanyaan yang berkenaan dengan “how” atau “why”. Unit

tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang terkena

suatu masalah (Notoatmodjo,2012).

Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis intervensi keperawatan

yang telah dilakukan yaitu teknik senam rematik untuk menurunkan rasa

nyeri pada lansia dengan osteoartitis di Wilayah Kerja Puskesmas Megang

Kota Lubuklinggau.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang penderita Osteoatritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau.

Kriteria Inklusi:

1. Klien yang terdiagnosa Osteoatritis dan nyeri sedang Di Puskesmas

Megang Kota Lubuklinggau.

2. Klien dengan jenis kelamin perempuan.

3. Klien kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Klien dengan usia ≥ 50 tahun.


Kriteria Eklusi:

1. Klien yang menderita penyakit Osteoastritis dengan komplikasi hipertensi.

2. Klien yang memakai alat bantu jalan misalkan tongkat.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi pada penelitian ini adalah perubahan rasa nyeri pada lansia

dengan osteoatritis yang mendapatkan latihan senam rematik.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Osteoatritis adalah penyakit sendi degeneratife yang berkaitan dengan

kerusakan kartiolago sendi. Osteoatritis atau OA, dikenal juga sebagai

artitis degerenatif, penyakit degeneratif sendi adalah kondisi dimana sendi

terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-

ujung tulang penyusun sendi

2. Pasien Osteoatritis adalah seseorang pasien yang di dalam kondisi sendi

terasa nyeri dan kaku serta bengkak.

3. Senam Rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi mengatasi

keluhan yang biasa muncul pada penyakit osteoatritis, misalnya kekakuan

dan nyeri sendi, kelemahan dan ketegangan otot

E. Pengumpulan Data dan dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap

penurunan rasa nyeri pada lansia dengan osteoatritis, setelah pemberian

senam rematik.
2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen studi kasus yang digunakan penulis pada studi kasus ini

adalah berupa lembar ceklist menggunakan daftar yang memuat nama

observer disertai skala nyeri yang diamati, yang dirancang oleh penulis

sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Nursalam,2008).

F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau pada

bulan Mei Tahun 2018.

G. Analisa Data Dan Penyajian Data

Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau

hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau teks (tekstular) dan

tabel.

H. Etika Studi Kasus

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect For Human

Diginty)

Penelitian perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian

tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepeda

subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpasipasi). Sebagai kesepakatan, peneliti menghormati harkat dan

martabat subjek penelitian, penelitian seyogyanya mempersiapkan

formulir persetujuan subjek (informent concent) yang mencakup:


a) Penjelasan manfaat penelitian

b) Menjelaskan kemungkinan resiko ketidaknyamanan yang ditimbulkan

c) Penjelasan manfaat yang didapatkan

d) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian

e) Persetujuan subjek dan mengundurkan diri sebagai objekpenelitian

kapan saja

f) Jaminan anominitas dan kerahasiaan terdapat identitas dan informasi

yang diberikan oleh responden

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect

For Privacy and Cofidentialyty)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu terhadap privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahui kepada orang lain. Oleh sebab

itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek seyogyanya cukup menggunakan sebagai

pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan Insklusivitas/Kebukaan (Respect for Justice An

Inclusivness)

Prinsip keterbukaan dan adil prelu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti

perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa


semua subjek penelitian memperoleh kelakukan dan keuntungan yang

sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(Balancing Harms Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada

khususnya. Penelitian hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitan harus dapat mencegah

atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian

subjek penelitian (Notoatmodjo, 2014).


BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Puskesmas Megang terletak di Jalan Nangka Lintas RT.01

Kelurahan Ponorogo Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Letak

Puskesmas ini cukup strategis dan mudah di jangkau oleh masyarakat

dengan transportasi yang sudah lancar.

b. Keadaan Demografis

Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per

1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk

menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk yang mendiami

wilayah tersebut. Rata-rata kepadatan penduduk di kecamatan

lubuklinggau utara II tahun 2017 berdasarkan hasil estimasi sebesar 3

jiwa per km2, keadaan ini tidak ada peningkatan dari tahun

sebelumnya yang sebesar 3 jiwa per km2. Kepadatan penduduk

berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan

persebaran penduduk.

c. Agama dan Sistem Kekerabatan

Penduduk Kecamatan Lubuklinggau Utara II termasuk multi etnis

dengan mayoritas Suku Saling, Suku Musi, Suku Rawas sebagai Suku

asli Sumatera Selatan serta Suku Jawa, Suku Minang, Suku Sunda,

Suku Batak dan China. Agama yang dianut oleh sebagian besar
penduduk adalah agama Islam, sedangkan agama lain seperti : Kristen

dan Katolik banyak dianut oleh Suku Jawa, Batak, dan China.

d. Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kota Lubuklinggau

adalah pedagang dan swasta. Berdasarkan keadaan sosial ekonominya,

mata pencaharian penduduk dari 10 kelurahan di Kecamatan

Lubuklinggau Utara yaitu pegawai negeri, TNI/Polri, pedagang,

wiraswasta, pengrajin, pensiunan, buruh kasar, dan pada umumnya

adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.

2. Karakteristik Subjek Penelitian (Identitas Klien)

a. Karakteristik Umum Keluarga Tn.D

Tn.D sebagai kepala keluarga yang berumur 69 tahun. keluarga

Tn.D termasuk tipe keluarga Usila / Keluarga yang terdiri dari suami

dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.

Rumah yang ditempati Tn.D merupakan milik sendiri dan telah lamaa

mereka huni. Lokasi ruma Tn.D berada di Jln. Kenanga II Rt. 04

kelurahan Pasar Satelit Kecematan Lubuklinggau Utara II. Keluarga

Tn.D berasal dari suku Sumatra/Bengkulu dan keyakinan yang dianut

keluarga adalah Islam.

Keluarga Tn.D termasuk keluarga yang sederhana dengan

penghasilan diperoleh dari uang pensiunan sehingga kebutuhan

mereka sehari-hari terpenuhi. Jika didalam keluarga ada masalah,


keluarga Tn.D selalu berdiskusi atau bermusyawarah untuk

memecahkan masalah tersebut.

Letak wilayah rumah Tn.D cukup strategis karena berdekatan

dengan masjid, dan sekolah TK sehingga dapat dijangkau dengan

puskesmas Megang tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh dengan

kendaraan. Wilayah rumah Tn.D cukup berdekatan dengan tetangga

sehingga hubungan keluarga Tn.D dengan tetangga-tetangga yang lain

terjalin baik dan saling membantu.

b. Karakteristik Umum Keluarga Tn.Z

Tn.Z sebagai kepala keluarga yang berumur 69 tahun. keluarga

Tn.Z termasuk tipe keluarga Usila / Keluarga yang terdiri dari suami

dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.

Rumah yang ditempati Tn.Z merupakan milik sendiri dan telah lamaa

mereka huni. Lokasi rumah Tn.Z berada di Jln. Kandis Rt. 02

kelurahan Ula Surung Kecematan Lubuklinggau Utara II. Keluarga

Tn.Z berasal dari suku Sumatra/Rupit dan keyakinan yang dianut

keluarga adalah Islam.

Keluarga Tn.Z termasuk keluarga yang sederhana dengan

penghasilan diperoleh dari uang pensiunan sehingga kebutuhan

mereka sehari-hari terpenuhi. Jika didalam keluarga ada masalah,

keluarga Tn.Z selalu berdiskusi atau bermusyawarah untuk

memecahkan masalah tersebut.


Letak wilayah rumah Tn.Z cukup strategis karena berdekatan

dengan sekolah SMA Boedoet sehingga dapat dijangkau dengan

puskesmas Megang tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh dengan

kendaraan. Wilayah rumah Tn.Z cukup berdekatan dengan tetangga

sehingga hubungan keluarga Tn.D dengan tetangga-tetangga yang lain

terjalin baik dan saling membantu.

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga (I)

Pengkajian (tanggal): 20 Mei 2018

I. Data Umum

a) Nama Kepala Keluarga : Tn.D

b) Umur : 69 Thn

c) Agama : Islam

d) Pendidikan : SMP

e) Pekerjaan : Pensiun

f) Penghasilan : ± 1.000.000.00; / bulan

g) Suku Bangsa : Indonesia

h) Alamat : Jln. Kenanga II Rt. 04

Kelurahan Pasar Satelit

Kecematan

Lubuklinggau Utara II

i) Komposisi Anggota Keluarga


TABEL 4.1
KOMPOSISI KELUARGA
NO. Nama Jenis Hub. Umur Pendidikan Pekerjaan/Ket
Kelamin Dengan .
KK

1. Ny. N P Istri 63 SMP IRT

Genogram:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Klien = Serumah

j) Tipe Keluarga

Keluarga Tn.D termasuk tipe keluarga Usila / Keluarga

yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak

yang sudah memisahkan diri. Tn.D sebagai kepala keluarga


dan mempunyai istri saja dirumah, karena anak-anaknya sudah

memliliki rumah sendiri.

k) Suku Bangsa

Tn.D adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal

dari Kota Bengkulu, Sumatera Selatan. Ny.N berasal dari

daerah Lubuklinggau, Sumatea Selatan. Bahasa yang

digunakan dalam keseharian adalah bahasa Lubuklinggau.

Dalam keluarga Tn.D tidak ada pantangan atau kebiasaan yan

mengikat, terutama kaitannya dengan kesehatan.

l) Agama

Keyakinan yang dianut keluarga Tn.D adalah Islam. Tidak

ada perbedaan diantara anggota keluarga. Keluarga Tn.D cukup

taat dalam menjalankan ibadah. Keyakinan yang dianut dalam

keluarga Tn.D tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.

Dalam keluarga Tn.D sering melakukan ibadah bersama.

m) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Tn.D sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai

pensiunan yang berpenghasilan ± 1.000.000.00; / bulan, selain

itu Ny.N yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga saja

dirumah. Ny.N berusaha agar kebutuhan sehari-haru keluarga

tercukupi dengan menghemat pengeluaran yang ridak perlu.


n) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn.D tidak pernah reakreasi secara khusus atau

rutin, hanya kadang-kadang saja keluarga Tn.D pergi jalan-

jalan ke tempat keluarga di Kota Bengkulu atau Keluarga Tn.D

mengunjungi anak-anaknya.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Saat ini keluarga Tn.D berada pada tahap

perkembangan dengan usia lanjut. Dengan tugas antara

lain, mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, mempertahankan hubungan perkawinan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang minim,

mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai

saat ini yang belum terpenuhi.

c) Riwayat Anggota Keluarga

- Tn.M mengatakan tidak ada penyakit keturunan,

selama ini dirinya jarang sakit, hanya sering

mengalami batuk, pilek. Tn.M jarang berobat ke

pelayanan kesehatan, ia menganggap keluhan biasa.


- Ny.N mengatakan bahwa selama ini ia mengalami

sakit di bagian lutut kaki kanan, maupun kiri.

Sakitnya itu hiang timbul sehingga ia kesulitan

melakukan aktivitas nya karena sakit yang dialami.

Ny.N mengatakan skala nyeri yang dirasakan

sekarang adalah 6. Ny.N tidak terlalu memperdulikan

tentang kesehatannya, Ny.N juga menanggap sakit

yang di alaminya ini merupakan sakit biasa karena

sudah tua.

Ny.N tidak pernah pergi ke pelayanan kesehatan

walaupun Ny.N sudah tau bahwa ia mengalami sakit

Osteoatritis dan memerlukan obat.

d) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Tn.D mengatakan keluarga Ny.N tidak memiliki

penyakit keturunan.

III. Lingkungan

a) Karakteristik Rumah

Rumah Keluarga Tn.D merupakan rumah permanen

dengan status kepemilikan milik pribadi. Luas rumah

7x11 m², engan dinding dari semen, lantai rumah

keramik, memiliki 2 kamar tidur, kemudian Tn.D

mempunyai 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang

dapur, 1 ruang gudang dan 1 ruang kamar mandi. Rumah


memiliki ventilasi dan jendela, tapi jarang dibuka.

Menurut Ny.N jendela rumah sulit untuk dibuka, tetapi

Ny.N sering membuka pintu rumah samping sehingga

pencahayaan cukup memadai sehingga rumah Tn.D

tampak terang. Penempatan perabotan cukup tertata.

Keluarga Tn.D mengatakan sumber air untuk diminum

dari PDAM. Keluarga Tn.D selalu memuang sampah di

tepat yan telah disediakan pemerintah. Dalam keluarga

Ny.N memiliki kebiasaan membersihkan rumah setiap

hari dengan menyapu. Wilayah rumah Ny.N cukup

berdekatan dengan tetangga.

Denah Rumah:

T RUANG
GUDANG
E KELUARGA
KAMAR I KAMAR II
RA
S

RUANG TAMU
DAPUR

TERAS

WC
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Rumah Tn.D berada di wilayah kelurahan yang

mayoritas penduduknya adalah wiraswasta. Tetangga

Tn.D mayoritas beragama Islam. Tetangga Tn.D yang

berada disekitar rumah ramah-ramah. Tidak ada

kebiasaan buruk dari tetangga Tn.D, mereka saling hidup

menghormati dan juga membantu jika ada salah satu

wargana ada masalah. Disekitar rumah Tn.D terdapat

masjid dan sekolah TK.

c) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn.D dan Ny.N saat baru menikah mereka

tinggal bersama orang tua Ny.N, sejak anak pertama

Ny.N berumur 3 tahun, mereka pindah ke rumah sendiri,

dan sampai saat ini menetap disana. Keluarga Tn.D

mempunyai kendaraan motor dan jika Tn.D dan Ny.N

berpergian biasanya mereka mengendarai kendaraannya

sendiri.

d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Interaksi keluarga Tn.D dengan masyarakat terjalin

dengan baik. Keluarga Ny.N sering berkumpul dengan

warga dimasjid jika ada acara seperti pengajian atau acara

besar Islam. Bila ada tetangga yang punya hajat Tn.D dan

Ny.N selalu diundang untuk membantu.


e) Sistem Pendukung Keluarga

Tn.D dan istrinya mempunyai keluarga besar yang

sewaktu-waktu bisa dimintai bantuan bila dibutuhkan.

Keluarga Tn.D mengetahui pentingnya kesehatan, namun

keluarga Tn.D tidak sering pergi kepelayanan kesehatan.

Tn.D dan Ny.N mempunyai kartu kesehatan. Pada saat

wawancara Tn.D dan Ny.N mengatakan jika mereka

sakit, maka mereka akan meminta tetangga untuk

mengerokin badannya, lalu membawa kepelayanan

kesehatan.

IV. Struktur Keluarga

a) Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn.D

yaitu komunikasi terbuka, jika ada masalah maka akan

dimusyawarahkan bersama, tidak melibatkan oran lain.

Komunikasi dalam keluarga Tn.D biasa terjadi secara

formal (misalnya : musyawarah untuk menyelesaikan

masalah) maupun informal (misalnya : bergurau untuk

mengisi waktu luang). Komunikasi berlangsung setiap

saat karena mereka selalu berada dirumah.

b) Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga Tn.D yang berpengaruh adalah

Tn.D. bila ada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan


secara musyawarah, maka penentu keputusan/p adalah

Tn.D sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala

keluarga.

c) Struktur Peran Keluarga

- Tn.D berperan sebagai kepala keluarga, seorang

suami dan Tn.D juga berperan sebagai bapak dari

anak-anaknya dan kakek dari cucu-cucunya.

- Ny.N berperan sebagai istri, ibu dari anak-anaknya,

nenek dari cucu-cucunya.

d) Nilai dan Norma Budaya

Keluarga Tn.D terbiasa menanamkan pada anak-

anaknya sikap hormat menghormati dan saling

menyayangi antar anggota keluarga maupun orang lain.

Ny.N juga mengajarkan kepada anak-anaknya dan cucu-

cucunya untuk menghormati setiap tamu yang datang.

Tidak ada kepercayaan didalam keluarga yang berkaitan

dengan kesehatan. Keluarga juga menganut norma/adat

yang ada dilingkungan sekitar misalnya takziah,

mengjenguk orang sakit, dll.

V. Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

Keluarga Tn.D berusaha saling memberikan

perhatian, memlihara hubungan baik antar anggota


keluarga, saling menyayangi menghormati dan bila ada

anggota keluarga yang membutuhkan maka anggota

keluarga yang lain akan berusaha membantunya.

Keluarga juga mendukung apa yang dilakukan anak-

anaknya selama itu tidak melanggar etika dan sopan

santun.

b) Fungsi Sosialisasi

Interaksi antar anggota keluarga dapat terjalin

dengan baik. Hal ini disebabkan karena setiap anggota

keluarga berusaha untuk memenuhi aturan yang ada

misalnya, saling menghormati, menghargai dan

menerapkan sopan santun dalam berprilaku. Keluarga

juga menekankan perlunya berinteraksi dengan oran lain.

c) Fungsi Perawatan Kesehatan

Pengetahuan keluarga mengenai penyakit dan

penanganannya, yaitu:

- Mengenal masalah: saat wawancara diketahui bahwa

Ny.N sering mengalami nyeri di lutut bagian kaki

sebelah kanan dan kiri. Keluarga tidak mengetahui

tentang kondisi Ny.N yang sering mengalami nyeri di

lutut, keluarga juga tidak mengetahui tanda dan gejala,

penyebab, dan komplikasi yang akan terjadi kepada

Ny.N.
- Mengambil keputusan: Ny.N mengatakan bahwa nyeri

di lutut yang diderita oleh dirinya adalah suatu hal yang

biasa terjadi. Ny.N merasa tidak perlu diperikasa

kepelayanan kesehatan karena Ny.N merasa sakit yang

dideritanya normal karena usianya sudah tua. Ketika

sakit Ny.N akan memberitahu Tn.D tentang kondisinya

lalu Tn.D dan Ny.N bersama-sama akan mengambil

keputusan apakah akan yang dilakukan dengan kondisi

Ny.N.

- Merawat anggota keluarga yang sakit: Keluarga Tn.D

mengatakan tidak begitu banyak tahu tentang

bagaimana merawat penyakit keluarganya, keluarga

Tn.D hanya segera mengeroki keluarganya yang sakit

dan membeli obat diwarung.

- Memelihara/memodifikasi lingkungan: Rumah

keluarga Tn.D cukup bersih, Ny.N jarang membuka

jendela namun ventilasi dan pencahayaan cukup

memadai terbukti rumah tampak terang karena Ny.N

sering membuka pintu samping. Luas rumah memadai

untuk jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal.

Selain itu, WC terletak didalam rumah dan mempunyai

saluran pembuangan air limbah.


- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada: Keluarga

Tn.D sudah mengetahui bahwa harusnya jika sakit

mereka dibawa ke puskesmas, namun kenyataannya

jika keluarga Tn.D sakit maka keluarga Tn.D hanya

membelikan obat warung, menurut keluarga Tn.D sakit

yang diderita Ny.N adalah sakit biasa karena usia tua.

d) Fungsi Reproduksi

Tn.D dan Ny.N mempunyai 2 orang anak yang

sudah menikah dan sudah mempunyai anak.

e) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga Tn.D bersifat tidak

menentu, karena hanya mengandalkan gaji pensiunan

yang ±1.000.000;.

VI. Stress dan Koping Keluarga

a) Stresor Jangka Pendek dan Panjang

Stresor jangka pendek: Keluarga mengatakan ada

masalah yang dirasakan dalam waktu kurang dari enam

bulan ini yaitu memikirkan masalah kesehatan yang

sering dialami oleh Ny.N.

1) Stresor jangka panjang : Tn.D mengatakan merasa

cemas memikirkan Ny.N ketika di tinggal berpergian.


2) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah

Keluarga Tn.D mengatakan saling memberikan

dorongan dan semangat pada Ny.N yang memiliki

masalah, juga saling membantu memecahkan masalah

yang ada dikeluarga dengan bermusyawarah.

b) Strategi Koping yang Digunakan

Bila ada suatu masalah dalam keluarga, maka teknik

pemecahan yang dilakukan adalah dengan

bermusyawarah. Bila ada salah satu anggota keluarga ada

yang membutuhkan pertolongan, anggota keluarga yang

lain membantu.

c) Strategi Adaptasi Disfungsional

Pada saat pengkajian tidak ditemukan adana tanda-

tanda perilaku mal adaptif.

Pemeriksaan Fisik

TABEL 4.2
PEMERIKSAAN FISIK
NO. Komponen Tn.D Ny.N
1. TTV TD:130/70 mmHg, TD:110/80 mmHg, T:36,2ºC,
T:37,4ºC, P:80x/mnt P:84x/mnt RR:24x/mnt
RR:20x/mnt
2. Kepala Rambut hitam, lurus, kulit Rambut hitam, lurus, kulit
kepala bersih, rambut kepala bersih, rambut merata,
merata, tidak ada benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada
tidak ada lesi. lesi.
3. Mata Sklera tidak ikterik, Sklera tidak ikterik,
kongjungtiva tidak anemis, kongjungtiva tidak anemis,
isokor, fungsi penglihatan isokor, fungsi penglihatan
baik. baik
4. Telinga Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada tanda-tanda tidak ada tanda-tanda
peradangan, fungsi peradangan, fungsi
pendengaran baik. pendengaran baik.
5. Hidung Bersih, tidak ada tanda- Bersih, tidak ada tanda-tanda
tanda peradangan, tidak peradangan, tidak ada
ada pernafasan cuping pernafasan cuping hidung.
hidung.
6. Mulut Tidak ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda infeksi,
infeksi, tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran tonsil, gigi tonsil, gigi lengkap.
lengkap.
7. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran thyroid
thyroid
8. Dada dan Paru Bentuk thoraks normal, Bentuk thoraks normal, irama
irama pernafasan normal. pernafasan normal.
9. Jantung Bunyi jantung terdengar Bunyi jantung terdengar
normal normal
10. Abdomen Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
11. Ekstremitas Tidak ada gangguan di Ada nyeri di bagian lutut kaki
ekstremitas. kanan dan kiri. Skala nyeri 6.

VII. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan

Keluarga

Keluarga sangat mengharapkan agar masalah

keluarga yang dihadapi dapat berkurang, teratasi dan

adanya bantuan dari petugas kesehatan dalam mengurangi

masalah tersebut.

2) Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga (II)

Pengkajian (tanggal): 20 Mei 2018

I. Data Umum

a) Nama Kepala Keluarga : Tn.Z

b) Umur : 64 Thn

c) Agama : Islam

d) Pendidikan : SMP

e) Pekerjaan : Swasta

f) Penghasilan : ± 1.000.000.00; / bulan

g) Suku Bangsa : Indonesia


h) Alamat : Jln. Kandis Rt. 02

Kelurahan Ula Surung Kecematan Lubuklinggau Utara II

i) Komposisi Anggota Keluarga

TABEL 4.3
KOMPOSISI KELUARGA
NO. Nama Jenis Hub. Umur Pendidikan Pekerjaan/Ket
Kelamin Dengan .
KK
1. Ny.M P Istri 65 SMP IRT

Genogram:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Ny.M

= Serumah
j) Tipe Keluarga

Keluarga Tn.Z termasuk tipe keluarga Usila /

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua

dengan anak yang sudah memisahkan diri. Tn.Z sebagai

kepala keluarga dan mempunyai istri saja dirumah, karena

anak-anaknya sudah memliliki rumah sendiri.

k) Suku Bangsa

Tn.Z adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang

berasal dari daerah Rupit, Sumatera Selatan. Ny.M berasal

dari daerah Lampung. Bahasa yang digunakan dalam

keseharian adalah bahasa Lubuklinggau. Dalam keluarga

Tn.Z tidak ada pantangan atau kebiasaan yan mengikat,

terutama kaitannya dengan kesehatan.

l) Agama

Keyakinan yang dianut keluarga Tn.Z adalah Islam.

Tidak ada perbedaan diantara anggota keluarga. Keluarga

Tn.Z cukup taat dalam menjalankan ibadah. Keyakinan

yang dianut dalam keluarga Tn.Z tidak ada yang

bertentangan dengan kesehatan. Dalam keluarga Tn.Z

sering melakukan ibadah bersama.

m) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Tn.Z sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai

wiraswasta karena dirumah sekarang Tn.Z membuka


warung yang berpenghasilan ± 1.000.000.00; / bulan, selain

itu Ny.M yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga saja

dirumah, membantu Tn.Z menjaga warung. Ny.M berusaha

agar kebutuhan sehari-haru keluarga tercukupi dengan

menghemat pengeluaran yang ridak perlu.

n) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn.Z tidak pernah reakreasi secara khusus

atau rutin, hanya kadang-kadang saja keluarga Tn.Z pergi

jalan-jalan ke tempat keluarga di Rupit atau Keluarga Tn.Z

mengunjungi anak-anaknya. Keluarga Tn.Z sulit untuk

berpergian karena keluarga Tn.Z tidak bisa mengendarai

motor.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Saat ini keluarga Tn.Z berada pada tahap

perkembangan dengan usia lanjut. Dengan tugas antara

lain, mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, mempertahankan hubungan perkawinan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang minim,

mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.


b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai

saat ini yang belum terpenuhi

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

- Tn.Z mengatakan ada penyakit keturunan yaitu

Hipertensi, selama ini dirinya jarang sakit, hanya

sering mengalami demam biasa. Tn.Z tidak pernah

berobat ke pelayanan kesehatan, ia menganggap

keluhan biasa.

- Ny.M mengatakan bahwa selama ini ia mengalami

sakit di bagian lutut kaki kanan, maupun kiri. Ny.M

mengatakan skala nyeri yang dirasakan sekarang

adalah 6. Sakitnya itu hilang timbul, tetapi sering

dirasakan ketika bangun tidur dan ketika sedang

melakukan aktivitas sehingga ia kesulitan melakukan

aktivitas nya karena sakit yang dialami. Ny.M tidak

terlalu memperdulikan tentang kesehatannya, Ny.M

juga menanggap sakit yang di alaminya ini

merupakan sakit biasa karena sudah tua. Ny.M jarang

pergi ke pelayanan kesehatan walaupun Ny.M sudah

tau bahwa ia mengalami sakit Osteoatritis dan

memerlukan obat.
d) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Tn.Z mengatakan keluarga Tn.Z memiliki penyakit

keturunan, yaitu Hipertensi.

III. Lingkungan

a) Karakteristik Rumah

Rumah Keluarga Tn.Z merupakan rumah permanen

dengan status kepemilikan milik pribadi. Luas rumah

5x11 m², dengan dinding dari semen, lantai rumah semen,

memiliki 2 kamar tidur, kemudian Tn.Z mempunyai 1

ruang tamu, 1 ruang dapur, 1 ruang warung dan 1 ruang

kamar mandi. Rumah memiliki ventilasi dan jendela, tapi

jarang dibuka. Menurut Ny.M jendela rumah jarang

dibuka karena Ny.M selalu sibuk diwarung dan jarang

memperhatikan jendela, tetapi Ny.M sering membuka

pintu rumah depan karena dari pintu depan orang

berbelanja diwarungnya, sehingga pencahayaan memadai

sehingga rumah Tn.Z tampak terang. Penempatan

perabotan cukup tertata. Keluarga Tn.Z mengatakan

sumber air untuk diminum dari Sumur. Keluarga Tn.Z

selalu memuang sampah di tepat yan telah disediakan

pemerintah. Dalam keluarga Ny.M memiliki kebiasaan

membersihkan rumah setiap hari dengan menyapu.

Wilayah rumah Ny.M cukup berdekatan dengan tetangga.


Denah Rumah:

WC KAMAR I

DAPUR RUANG TAMU WARUNG

KAMAR II TERAS

b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Rumah Tn.Z berada di wilayah kelurahan yang

mayoritas penduduknya adalah pedagang. Tetangga Tn.Z

mayoritas beragama Islam. Tetangga Tn.Z yang berada

disekitar rumah ramah-ramah. Tidak ada kebiasaan buruk

dari tetangga Tn.Z, mereka saling hidup menghormati dan

juga membantu jika ada salah satu warganya ada masalah.

Disekitar rumah Tn.Z terdapat SMA Boedoet.

c) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn.Z dan Ny.M saat baru menikah mereka

tinggal bersama orang tua Tn.Z di Rupit, tetapi sejak anak

kedua Ny.M meninggal, mereka pindah ke rumah sendiri

di Kelurahan Ula Surung, dan sampai saat ini menetap


disana. Keluarga Tn.Z tidak mempunyai kendaraan motor

dan jika Tn.Z dan Ny.M berpergian biasanya mereka

menaiki ojek.

d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Interaksi keluarga Tn.Z dengan masyarakat terjalin

dengan baik. Keluarga Ny.M sering berkumpul dengan

warga dimasjid jika ada acara seperti pengajian atau acara

besar Islam. Bila ada tetangga yang punya hajat Tn.Z dan

Ny.M selalu diundang untuk membantu.

e) Sistem Pendukung Keluarga

Tn.Z dan istrinya mempunyai keluarga besar yang

sewaktu-waktu bisa dimintai bantuan bila dibutuhkan.

Keluarga Tn.Z mengetahui pentingnya kesehatan, namun

keluarga Tn.Z tidak sering pergi kepelayanan kesehatan.

Tn.Z dan Ny.M mempunyai kartu kesehatan. Pada saat

wawancara Tn.Z dan Ny.M mengatakan jika mereka

sakit, maka akan segera membeli obat diwarung.

IV. Struktur Keluarga

a) Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn.Z

yaitu komunikasi terbuka, jika ada masalah maka akan

dimusyawarahkan bersama, tidak melibatkan oran lain.

Komunikasi dalam keluarga Tn.Z biasa terjadi secara


formal (misalnya : musyawarah untuk menyelesaikan

masalah) maupun informal (misalnya : bergurau untuk

mengisi waktu luang). Komunikasi berlangsung setiap

saat karena mereka selalu berada dirumah.

b) Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga Tn.Z yang berpengaruh adalah

Tn.Z. Bila ada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan

secara musyawarah, maka penentu keputusan adalah Tn.Z

sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala

keluarga.

c) Struktur Peran Keluarga

- Tn.Z berperan sebagai kepala keluarga, seorang

suami dan Tn.Z juga berperan sebagai bapak dari

anak-anaknya dan kakek dari cucu-cucunya.

- Ny.M berperan sebagai istri, ibu dari anak-anaknya,

nenek dari cucu-cucunya.

d) Nilai dan Norma Budaya

Keluarga Tn.Z terbiasa menanamkan pada anak-

anaknya sikap hormat menghormati dan saling

menyayangi antar anggota keluarga maupun orang lain.

Ny.M juga mengajarkan kepada anak-anaknya dan cucu-

cucunya untuk menghormati setiap tamu yang datang.

Tidak ada kepercayaan didalam keluarga yang berkaitan


dengan kesehatan. Keluarga juga menganut norma/adat

yang ada dilingkungan sekitar misalnya takziah,

mengjenguk orang sakit, dll.

V. Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

Keluarga Tn.Z berusaha saling memberikan

perhatian, memlihara hubungan baik antar anggota

keluarga, saling menyayangi menghormati dan bila ada

anggota keluarga yang membutuhkan maka anggota

keluarga yang lain akan berusaha membantunya.

Keluarga juga mendukung apa yang dilakukan anak-

anaknya selama itu tidak melanggar etika dan sopan

santun.

b) Fungsi Sosialisasi

Interaksi antar anggota keluarga dapat terjalin

dengan baik. Hal ini disebabkan karena setiap anggota

keluarga berusaha untuk memenuhi aturan yang ada

misalnya, saling menghormati, menghargai dan

menerapkan sopan santun dalam berprilaku. Keluarga

juga menekankan perlunya berinteraksi dengan oran lain.

c) Fungsi Perawatan Kesehatan

Pengetahuan keluarga mengenai penyakit dan

penanganannya, yaitu:
- Mengenal masalah: saat wawancara diketahui bahwa

Ny.M sering mengalami nyeri di lutut bagian kaki

sebelah kanan dan kiri. Keluarga cukup mengetahui

tentang kondisi Ny.M yang sering mengalami nyeri

di lutut, tetapi keluarga tidak tahu penyakit yang

dialami Ny.N adalah penyakit apa.

- Mengambil keputusan: Ny.M mengatakan bahwa

nyeri di lutut yang diderita oleh dirinya adalah suatu

hal yang biasa terjadi. Ny.M merasa tidak perlu

diperikasa kepelayanan kesehatan karena Ny.M

merasa sakit yang dideritanya normal karena usianya

sudah tua. Jika keluarga Tn.Z sakit maka yang akan

mengambil keputusan adalah Tn.Z, karena Tn.Z

adalah kepala keluarga.

- Merawat anggota keluarga yang sakit: Keluarga

Tn.Z mengatakan tidak begitu banyak tahu tentang

bagaimana merawat penyakit keluarganya, jika ada

keluaga Tn.Z yang sakit, maka keluarga Tn.Z akan

beristirahat dikamar tanpa membawa kepelayanan

kesehatan.

- Memelihara/memodifikasi lingkungan: rumah

keluarga Tn.Z cukup bersih, ventilasi dan

pencahayaan cukup memadai terbukti rumah tampak


terang karena rumah Tn.Z membuka warung jadi

pintu depan selalu terbuka. Luas rumah memadai

untuk jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal.

Selain itu, WC terletak didalam rumah dan

mempunyai saluran pembuangan air limbah.

- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada: keluarga

Tn.Z mengatakan jika ada anggota keluarganya yang

sakit maka keluarga Tn.Z hanya beristirahat didalam

kamar.

d) Fungsi Reproduksi

Tn.Z dan Ny.M mempunyai 3 orang anak, 2 yang

sudah menikah dan sudah mempunyai anak, 1 yang

meninggal dunia ketika masih kecil namun sudah

memisahkan diri.

e) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga Tn.Z bersifat tidak

menentu, karena hanya mengandalkan penghasilan

warung yang ±1.000.000/bulan;.

VI. Stress dan Koping Keluarga

a) Stresor Jangka Pendek dan Panjang

1) Stresor jangka pendek: Keluarga mengatakan ada

masalah yang dirasakan dalam waktu kurang dari satu


tahun ini yaitu memikirkan masalah kesehatan yang

sering dialami oleh Ny.M.

2) Stresor jangka panjang : Tn.Z mengatakan merasa

cemas memikirkan Ny.M ketika di tinggal sendirian

dirumah.

b) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah

Keluarga Tn.Z mengatakan saling memberikan

dorongan dan semangat pada Ny.M yang memiliki

masalah, juga saling membantu memecahkan masalah

yang ada dikeluarga dengan bermusyawarah.

c) Strategi Koping yang Digunakan

Bila ada suatu masalah dalam keluarga, maka teknik

pemecahan yang dilakukan adalah dengan

bermusyawarah. Bila ada salah satu anggota keluarga ada

yang membutuhkan pertolongan, anggota keluarga yang

lain membantu.

d) Strategi Adaptasi Disfungsional

Pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-

tanda perilaku mal adaptif.


Pemeriksaan Fisik

TABEL 4.4
PEMERIKSAAN FISIK
NO. Komponen Tn.Z Ny.M
1. TTV TD:140/90 mmHg, TD:100/80 mmHg, T:37,4ºC,
T:37,2ºC, P:84x/mnt P:80x/mnt RR:20x/mnt
RR:24x/mnt
2. Kepala Rambut hitam, lurus, kulit Rambut hitam, lurus, kulit
kepala bersih, rambut kepala bersih, rambut merata,
merata, tidak ada benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada
tidak ada lesi. lesi.
3. Mata Sklera tidak ikterik, Sklera tidak ikterik,
kongjungtiva tidak anemis, kongjungtiva tidak anemis,
isokor, fungsi penglihatan isokor, fungsi penglihatan
baik. baik
4. Telinga Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada tanda-tanda tidak ada tanda-tanda
peradangan, fungsi peradangan, fungsi
pendengaran baik. pendengaran baik.
5. Hidung Bersih, tidak ada tanda- Bersih, tidak ada tanda-tanda
tanda peradangan, tidak peradangan, tidak ada
ada pernafasan cuping pernafasan cuping hidung.
hidung.
6. Mulut Tidak ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda infeksi,
infeksi, tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran tonsil, gigi tonsil, gigi lengkap.
lengkap.
7. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran thyroid.
thyroid.
8. Dada dan Paru Bentuk thoraks normal, Bentuk thoraks normal, irama
irama pernafasan normal. pernafasan normal.
9. Jantung Bunyi jantung terdengar Bunyi jantung terdengar
normal normal
10. Abdomen Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
11. Ekstremitas Ada gangguan ekstremitas. Ada nyeri di bagian lutut kaki
Susah untuk berjalan. kanan dan kiri. Skala nyeri 6.

VII. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan

Keluarga

Keluarga sangat mengharapkan agar masalah keluarga yang

dihadapi dapat berkurang, terartasi dan adanya bantuan dari

petugas kesehatan dalam mengurangi masalah tersebut.


3) Analisa Data

TABEL 4.5
ANALISA DATA
Analisa Data Etiologi Masalah
Klien 1
DS: Ketidakmampuan keluarga Nyeri Kronis pada
- Klien mengatakan nyeri di bagian merawat anggota keluarga Ny.N keluarga
lutut kanan dan kiri yang menderita Osteoatritis Tn.D
- Klien mengatakan nyeri sudah
terasa sejak kurang lebih 6 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan nyeri lutut
sampai kepinggang
- Klien mengatakan nyeri terasa
ketika melakukan aktivitas dan
bangun dari tidur
- Klien mnegatakan apabila nyeri
timbul ketika ingin melakukan
aktivitas maka aktivitas klien
terganggu
- Tn.D mengatakan jika Ny.N sakit
maka Ny.N hanya dikerokin dan
diberi obat warung.
- P: Aktivitas yang berlebihan
- Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
- R: Pada kaki bagian lutut kanan
dan lutut kiri
- S: Skala nyeri 6
- T: Nyeri muncul pada pagi hari
tepat, terkadang terasa ketika
bangun dari tidur, pada saat
beraktivitas
DO:
- Klien tampak memegangi lutut
- Kaki kanan dan kaki kiri tampak
merah dan bengkak
- Ketika menyuguhkan minuman
klien tampak lambat berjalan
DS: Ketidakmampuan keluarga Defisit
- Ny.N mengatakan nyeri di bagian mengenal masalah anggota pengetahuan
lutut kanan dan lutut kiri keluarga yang sakit dengan pada Ny.N
- Keluarga masih bingung tentang Osteoatritis keluarga Tn.D
penyakit yang dialami Ny.N.
- Keluarga mengatakan tidak
mengatahui bagaimana cara
merawat Ny.N yang sering
mengalami nyeri
- Keluarga Tn.D khsususnya Ny.N
hanya membeli obat diwarung
ketika sakit.
- Ny.N merasa tidak perlu
diperiksakan dipelayanan
kesehatan setiap sakit.
DO:
- Ketika diwawancara klien
bertanya dengan keadaannya
- Keluarga Ny.N tampak bingung
tentang perawatan dan sakit yang
diderita Ny.N.
- Keluarga bertanya apa yang harus
dilakukan dengan keadaan Ny.N
Klien 2
DS: Ketidakmampuan keluarga Nyeri Kronis pada
- Ny.M mengatakan nyeri di bagian merawat anggota keluarga Ny.M keluarga
lutut kanan dan kiri yang menderita Tn.Z
- Ny.M mengatakan nyeri terasa ketika Osteoatritis
lagi ingin berdiri dari duduk
- Ny.M mengatakan nyeri begitu
terasa ketika bangun dari tidur
- Tn.Z mengatakan jika Ny.M sakit
maka hanya istirahat didalam kamar.
- Ny.M mnegatakan apabila nyeri
timbul ketika ingin melakukan
aktivitas maka aktivitas Ny.M
terganggu
- Ny.N mengatakan jika sakit Ny.N
hanya beristirahat dirumah
- Tn.Z mengatakan tidak mengathui
bagaimana cara merawat Ny.M
- P: Aktivitas yang berlebihan
- Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
- R: Pada bagian lutut kanan dan lutut
kiri
- S: Skala nyeri 6
- T: Nyeri muncul pada pagi hari, pada
saat beraktivitas
DO:
- Ny.M tampak memegangi lutut
- Kaki kanan dan kaki kiri tampak
merah dan bengkak
- Ketika ingin duduk Ny.M
memegangi lutut terlebih dulu baru
duduk
- Tn.Z banyak bertanya tentang apa
yang akan dia lakukan untuk
merawat Ny.M
DS: Ketidakmampuan keluarga Defisit pengetahuan
- Ny.M mengatakan sering mengalami mengenal masalah anggota pada Ny.M
sakit di bagian lutut kanan dan kiri keluarga yang menderita keluarga Tn.Z
- Keluarga Ny.M mengatakan tidak dengan Osteoatritis
begitu banyak tahu apa sakit yang
diderita Ny.M
- Ny.M mengatakan bagian tubuh
sering merasakan lemah.

DO:
- Adanya kemerahan dan
pembengkakan dibagian lutut kanan
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang penyakit apa
yang diderita Ny.M.

4) Skoring Masalah

Skoring Masalah Klien

- Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga Tn.D khususnya

Ny.N merawat anggota keluarga yang sakit Osteoatritis

TABEL 4.6
SKORING MASALAH
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan ketika
Skala : bangun pagi kakinya
Aktual merasa nyeri dan berat
untuk berjalan
2. Kemungkinan 2 1 1/2 x 2 = 1 Klien mengatakan
masalah dapat nyerinya ketika bangun
diubah: sebagian pagi tidak hilang-hilang.
Keluarga mengatakan
Klien sering tidak mau
diajak ke tempat
pelayanan kesehatan,
kecuali benar-benar
parah.
3. Potensial masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan
untuk dicegah: sakitnya tidak bertambah
Tinggi parah jika banyak
beristirahat.
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan
masalah:: Berat, sakitnya mengganggu
segera ditangani aktivitasnya, kadang
Klien tidak tahan dengan
nyeri nya.
Total 4
- Defisit pengetahuan b.d Ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah anggota keluarga yang menderita

dengan Osteoatritis.

TABEL 4.7
SKORING MASALAH
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ny.N mengatakan sering merasa nyeri
(bobot 1) dilutut kanan dan kiri sehingga kaku untuk
Skala : berjalan. Ketika bangun pagi kakinya
merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk
3 : Aktual berjalan.
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Ny.N mengatakan jika ada
masalah dapat diubah anggota keluarga yang sakit akan dibelikan
(bobot 2) obat warung.
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ny.N mengatakan sudah mulai
untuk dicegah (bobot mengurangi aktivitasnya agar penyakitnya
1) tidak bertambah parah.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Ny.N mengatakan penyakitnya
masalah (bobot 1) mengganggu aktivitas geraknya sehingga
2 : Berat, segera menyusahkan keluarga yang lain.
ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

Skoring Masalah Klien 2

- Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga Tn.Z khususnya Ny.M

merawat anggota keluarga yang sakit Osteoatritis


TABEL 4.8
SKORING MASALAH
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan ketika
Skala : bangun pagi kakinya
Aktual merasa nyeri dan berat
untuk berjalan
2. Kemungkinan 2 1 1/2 x 2 = 1 Klien mengatakan
masalah dapat nyerinya ketika bangun
diubah: sebagian pagi tidak hilang-hilang.
Keluarga mengatakan
Klien sering tidak mau
diajak ke tempat
pelayanan kesehatan,
kecuali benar-benar
parah.
3. Potensial masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan
untuk dicegah: sakitnya tidak bertambah
Tinggi parah jika banyak
beristirahat.
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan
masalah: Berat, sakitnya mengganggu
segera ditangani aktivitasnya, kadang
Klien tidak tahan dengan
nyeri nya.
Total 4

- Defisit pengetahuan b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah anggota keluarga yang menderita dengan Osteoatritis.

TABEL 4.9
SKORING MASALAH
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ny.N mengatakan sering merasa nyeri
(bobot 1) dilutut kanan dan kiri sehingga kaku untuk
Skala : berjalan. Ketika bangun pagi kakinya
merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk
3 : Aktual berjalan.
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Ny.N mengatakan jika ada
masalah dapat diubah anggota keluarga yang sakit akan dibelikan
(bobot 2) obat warung.
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ny.N mengatakan sudah mulai
untuk dicegah (bobot mengurangi aktivitasnya agar penyakitnya
1) tidak bertambah parah.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Ny.N mengatakan penyakitnya
masalah (bobot 1) mengganggu aktivitas geraknya sehingga
2 : Berat, segera menyusahkan keluarga yang lain.
ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

b. Diagnosa Keperawatan

TABEL 4.10
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Klien Diagnosa Keperawatan
1. Klien 1 Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga Tn.D khususnya
Ny.N merawat anggota keluarga yang menderita Osteoatritis
Defisit pengetahuan b.d Ketidakmampuan keluarga Tn.D
khususnya Ny.N mengenal masalah anggota keluarga yang
menderita dengan Osteoatritis.
2. Klien 2 Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga Tn.Z khususnya
Ny.M merawat anggota keluarga yang menderita Osteoatritis
Defisit pengetahuan b.d Ketidakmampuan keluarga Tn.Z
khususnya Ny.M mengenal masalah anggota keluarga yang
menderita dengan Osteoatritis.
c. Perencanaan

TABEL 4.11
INTERVENSI
No Dx. Tujuan Evaluasi Intervensi
Klien 1
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kreiteria Standar
1. Setelah Setelah dilakukan senam Tindakan 1. Keluarga Tn.D Manajemen Nyeri
dilakukan 6 kali rematik selama 1x10menit, (psikomotor) khususnya Ny.N 10. Lakukan pengkajian nyeri
kunjungan Ny.N dan keluarga dapat mampu melakukan komprehensif yang meliputi
rumah keluarga mencapai: senam rematik. lokasi, karakteriktik, onset/durasi,
mampu TUK 1: 2. Keluarga Tn.D frekuensi, intensitas atau beratnya
merawat Keluarga mampu merawat khususnya Ny.N nyeri dan faktir pencetus.
anggota anggota keluarga yang mampu menerapkan 11. Gali bersama pasien faktor-faktor
keluarga yang menderita Osteoatritis dengan: senam rematik secara yang dapat menurunkan atau
menderita a. Menerapkan senam rutin. memperberat nyeri.
Osteoatritis rematik secara rutin 12. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
13. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri.
Peningkatan Latihan
8. Pertimbangkan motivasi individu
untuk memulai atau melanjutkan
program latihan.
9. Dampingi individu pada saat
mengembangkan program latihan
untuk memenuhi kebutuhannya.
10. Libatkan keluarga/orang yang
merawat dalam merencanakan
dan meningkatkan program
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi

latihan.
11. Instruksikan individu untuk
melakukan latihan
12. Ajarkan keluarga/individu untuk
melakukan latihan
13. Monitor respon inividu terhadap
program latihan.
2. Setelah Setelah dilakukan pendidikan 1. Respon/verbal 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
dilakukan 6 kali kesehatan selama 1x30 menit pengetahuan menyebutkan tanda penyakit Osteoatritis
kunjungan keluarga mampu mengetahui (kognituf) dan gejala 2. Jelaskan pada keluarga Ny.N
rumah keluarga tentang penyakit Osteoatritis Osteoatritis tentang kemungkinan penyebab
mampu pada Ny.N dengan cara: 2. Keluarga mampu terjadi Osteoatritis
mengenal Tuk 1: menyebutkan 3. Diskusikan pada keluarga tentang
masalah yang Keluarga mampu mengenal 2. Sikap penyabab dari komplikasi penyakit Osteoatritis
diderita Ny.N. masalah Osteoatritis dengan: penyakit 4. Beri penjelasan kepada keluarga
a. Menyebutkan tanda dan Osteroatritis secara tentang cara pencegahan
gejala Osteoatritis sederhana komplikasi penyakit Osteoatritis
b. Menyebutkan penyebab 3. Keluarga mampu 5. Motivasi keluarga untuk merawat
dari penyakit Osteoatritis menjelaskan anggota keluarga yang sakit serta
c. Menyebutkan komplikasi komplikasi dari memerikasakan kesehatan
dari penyakit Osteoatrits penyakit Osteoatritis kepuskesmas
d. Menjelaskan cara 4. Keluarga mampu
pencegahan komplikasi menjelaskan cara
penyakit Osteoatritis pencegahan
e. Menyebutkan pentingnya komplikasi penyakit
merawat anggota keluarga Osteoatritis
yang sakit serta 5. Keluarga mampu
kepuskesmas menjelaskan
pentingnya
membawa anggota
keluarga yang sakit
kepelayanan
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi

kesehatan dengan
baik
Klien 2
1. Setelah Setelah dilakukan senam Tindakan 1. Keluarga Tn.Z Manajemen Nyeri
dilakukan 6 kali rematik selama 1x10menit, (psikomotor) khususnya Ny.M 1. Lakukan pengkajian nyeri
kunjungan Ny.M dan keluarga dapat mampu melakukan komprehensif yang meliputi
rumah, keluarga mencapai: senam rematik lokasi, karakteriktik,
mampu TUK 1: 2. Keluarga Tn.Z onset/durasi, frekuensi, intensitas
merawat dan Keluarga mampu merawat khususnya Ny.M atau beratnya nyeri dan faktir
mengatasi nyeri anggota keluarga yang mampu menerapkan pencetus.
pada Ny.M menderita Osteoatritis dengan: senam rematik 2. Gali bersama pasien faktor-faktor
1. Menerapkan senam secara rutin yang dapat menurunkan atau
rematik secara rutin memperberat nyeri.
3. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur.
4. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri.
Peningkatan Latihan
1. Pertimbangkan motivasi individu
untuk memulai atau melanjutkan
program latihan.
2. Dampingi individu pada saat
mengembangkan program latihan
untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Libatkan keluarga/orang yang
merawat dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan.
4. Instruksikan individu untuk
Diagnosa Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi

melakukan latihan.
5. Ajarkan keluarga/individu untuk
melakukan latihan.
6. Monitor respon inividu terhadap
program latihan.
2. Setelah Setelah dilakukan pendidikan 1. Respon verbal 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
dilakukan 6 kali kesehatan selama 1x30 menit pengetahuan menyebutkan tanda penyakit Osteoatritis
kunjungan keluarga mampu mengetahui (kognitif) dan dan gejala 2. Jelaskan pada keluarga Ny.M
rumah keluarga tentang penyakit Osteoatritis sikap Osteoatritis tentang kemungkinan penyebab
mampu pada Ny.M dengan cara: 2. Keluarga mampu terjadi Osteoatritis
mengenal Tuk 1: menyebutkan 3. Diskusikan pada keluarga tentang
masalah yang Keluarga mampu mengenal penyabab dari komplikasi penyakit Osteoatritis
diderita Ny.M. masalah Osteoatritis dengan: penyakit 4. Beri penjelasan kepada keluarga
a. Menyebutkan tanda dan Osteroatritis secara tentang cara pencegahan
gejala Osteoatritis 2. Tindakan sederhana komplikasi penyakit Osteoatriti
b. Menyebutkan penyebab (psikomotor) 3. Keluarga mampu 5. Motivasi keluarga untuk merawat
dari penyakit Osteoatritis menjelaskan anggota keluarga yang sakit serta
c. Menyebutkan komplikasi komplikasi dari memerikasakan kesehatan
dari penyakit Osteoatrits penyakit Osteoatritis kepuskesmas
d. Menjelaskan cara 4. Keluarga mampu
pencegahan komplikasi menjelaskan cara
penyakit Osteoatritis pencegahan
e. Menyebutkan pentingnya komplikasi penyakit
merawat anggota keluarga Osteoatritis
yang sakit serta 5. Keluarga mampu
kepuskesmas menjelaskan
pentingnya
membawa anggota
keluarga yang sakit
kepelayanan
kesehatan dengan
baik
d. Pelaksanaan
TABEL 4.12
PELAKSANAAN
Diagnosa Keperawatan 20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018
Klien 1
Nyeri kronis b.d Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
ketidakmampuan keluarga
Tn.D khususnya Ny.N 10:00 1. Mengkaji skala nyeri 06:30 1. Mengkaji skala nyeri sebelum 06:30 1. Mengkaji skala nyeri
merawat anggota keluarga sebelum dilakukan dilakukan senam rematik. sebelum dilakukan
yang sakit senam rematik. 06:35 2.Mempertimbangkan motivasi senam rematik.
10:15 2. Melakukan pengkajian individu untuk memulai atau 06.35 2. Menanyakan motivasi
nyeri komprehensif yang melanjutkan program latihan. untuk melanjutkan
meliputi lokasi, durasi, 06:40 3. Meliibatkan keluarga/orang program latihan
skala nyeri. yang merawat dalam 06.30 3. Mengajarkan
11.45 3. Menggali bersama merencanakan dan keluarga/individu
pasien faktor yang dapat meningkatkan program untuk melakukan
memperberat nyeri dan latihan. latihan.
menurunkan nyeri. 07:00 4. Mengajarkan 07:50 4. Mengkaji skala nyeri
12:00 4. Memberikan informasi keluarga/individu untuk sesudah dilakukan
mengenai nyeri, seperti melakukan latihan. senam rematik.
penyebab nyeri, berapa 07:15 5. Mengkaji skala nyeri sesudah
lama nyeri akan dilakukan senam rematik.
dirasakan.
12:05 5. Melibatkan keluarga
dalam modalitas
penurunan nyeri.
Diagnosa Jam 21 Mei 2018 Jam 23 Mei 2018 Jam 26 Mei 2018
Defisit Pengetahuan b.d 12:15 1. Mengkaji pengetahuan 07:20 1. Menayakan kembali tentang
Ketidakmampuan keluarga keluarga tentang penjelasan tentang penyakit
mengenal masalah anggota penyakit osteoatritis osteaotritis yang telah
keluarga yang menderita 12:30 2. Menjelaskan pada dijelaskan telah diberikan.
Osteoatritis keluarga tentang
penyebab terjadinya
osteoatritis
12:40 3. Mendiskusikan
penjelasan kepada
keluarga tentang
komplikasi penyakit
osteoatritis.
12: 50 4. Memberi penjelasan
kepada keluarga tentang
cara pencegahan
komplikasi penyakit
osteoatritis.
13:00 5. Memotivasi keluarga
untuk merawat anggota
keluarga yang sakit serta
memeriksakan kesehatan
.
Diagnosa 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018
Keperawatan

Nyeri kronis b.d Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi


ketidakmampuan
keluarga Tn.D 06:30 1. Mengkaji skala nyeri sebelum 06:30 1. Mengkaji skala nyeri sebelum 06:30 1. Mengkaji skala
khususnya Ny.N dilakukan senam rematik. dilakukan senam rematik. nyeri sebelum
merawat anggota 06:35 2. Menayakan motivasi untuk 06:35 2. Mendampingi individu pada dilakukan senam
keluarga yang melanjutkan program latihan saat mengembangkan program rematik.
sakit 06:40 3. Mendampingi individu pada saat latihan untuk memenuhi 06:35 2. Mendampingi
mengembangkan program latihan kebutuhannya individu pada saat
untuk memenuhi kebutuhannya 06:45 3. Melakukan latihan bersama mengembangkan
07:00 4. Melakukan latihan bersama individu. program latihan
individu. 06:55 4. Mengkaji skala nyeri sesudah untuk memenuhi
07:10 5. Mengkaji skala nyeri sesudah dilakukan senam rematik. kebutuhannya
dilakukan senam rematik. 06:40 3. Melakukan latihan
bersama individu.
06:50 4. Mengkaji skala
nyeri sesudah
dilakukan senam
rematik.
Diagnosa 20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018
Keperawatan
Klien 2
Nyeri kronis b.d Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
ketidakmampuan
keluarga Tn.Z 13:00 1. Mengkaji skala nyeri sebelum 06:30 1. Mengkaji skala nyeri 06:30 1. Mengkaji skala nyeri
khususnya Ny.M dilakukan senam rematik. sebelum dilakukan senam sebelum dilakukan
merawat anggota 13:15 2. Melakukan pengkajian nyeri rematik. senam rematik.
keluarga yang komprehensif yang meliputi lokasi, 06:35 2. Mempertimbangkan
2. Menanyakan motivasi
sakit durasi, skala nyeri. motivasi individu untuk 09.35
13.45 3. Memberikan informasi mengenai memulai atau melanjutkan untuk melanjutkan
nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa program latihan.. program latihan
lama nyeri akan dirasakan. 06:40 3. Meliibatkan keluarga/orang 09:40 3. Menganjurkan
13: 50 4. Melibatkan keluarga dalam modalitas yang merawat dalam keluarga/individu
penurunan nyeri. merencanakan dan untuk melakukan
13:55 5. Menganjurkan keluarga/individu untuk meningkatkan program
melakukan latihan. latihan. latihan
14:05 6. Mengkaji skala nyeri sesudah 07:00 4. Menganjurkan 09:55 4. Mengkaji skala nyeri
dilakukan senam rematik. keluarga/individu untuk sesudah dilakukan
melakukan latihan. senam rematik.
07:15 5. Mengkaji skala nyeri
sesudah dilakukan senam
rematik.

Defisit 14:10 1. Mengkaji pengetahuan keluarga 07:20 1. Menayakan kembali tentang


Pengetahuan b.d tentang penyakit osteoatritis. penjelasan tentang penyakit
Ketidakmampua 14:15 2. Menjelaskan pada keluarga tentang osteaotritis yang telah
n keluarga penyebab terjadinya osteoatritis dijelaskan.
mengenal 14:30 3. Mendiskusikan penjelasan kepada
masalah anggota keluarga tentang komplikasi penyakit
keluarga yang osteoatritis.
menderita 14:40 4. Memberi penjelasan kepada keluarga
Osteoatritis tentang cara pencegahan komplikasi
penyakit osteoatritis.
14:59 5. Memotivasi keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang sakit serta
memeriksakan kesehatan
kepuskesmas.

Diagnosa 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018


Keperawatan

Nyeri kronis b.d Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi


ketidakmampuan
keluarga Tn.Z 06:30 1. Mengkaji skala nyeri sebelum 06:30 1. Mengkaji skala nyeri 06:30 1. Mengkaji skala
khususnya Ny.M dilakukan senam rematik. sebelum dilakukan senam nyeri sebelum
merawat anggota 06:35 2. Menayakan motivasi untuk rematik. dilakukan senam
keluarga yang melanjutkan program latihan 2. Mendampingi individu pada rematik.
sakit 3. Mendampingi individu pada saat 06:35 saat mengembangkan 2. Mendampingi
06:40 mengembangkan program latihan program latihan untuk individu pada saat
untuk memenuhi kebutuhannya 06:45 memenuhi kebutuhannya 06:35 mengembangkan
07:00 4. Melakukan latihan bersama 3. Melakukan latihan bersama program latihan
individu. individu. 06:40 untuk memenuhi
5. Mengkaji skala nyeri sesudah 4. Mengkaji skala nyeri sesudah kebutuhannya
melakukan senam rematik. melakukan senam rematik. 3. Melakukan latihan
bersama individu.
4. Mengkaji skala
nyeri susudah
melakukan senam
rematik.
e. Evaluasi

TEBEL 4.13
EVALUASI KEPERAWATAN
Dx Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Meii 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

Klien 1
Nyeri Kronis b.d S: S: S: S: S: S:
ketidakmampuan - Ny.N - Ny.N - Ny.N - Ny.N mengatakan - Ny.N - Ny.N mengatakan
Tn.D khususnya mengatakan mengatakan mengatakan dengan senam mengatakan nyeri dibagian
Ny.N merawat nyeri nyeri dibagian nyeri dibagian rematik nyerinya nyeri lutut kanan dan
anggota keluarga dibagian lutut kanan dan lutut kanan dan sedikit-sedikit dibagian lutut kiri tidak begitu
yang menderita lutut kanan kiri ketika kiri ketika berkurang kanan dan terasa lagi.
Osteoatritis dan kiri bangun dari bangun dari - Ny.N mengatakan kiri tidak - Ny.N mengatakan
ketika tidur dan ketika tidur sudah akan terus begitu terasa dia sangat senang
bangun dari melakukan sedikit melakukan senam lagi. karena nyeri ketika
tidur dan aktivitas masih mendingan. rematik karena - Ny.N melakukan
ketika terasa. - Ny.N dengan senam mengatakan aktivitas dan disaat
melakukan - Ny.N mengatakan rematik membuat dia sangat bangun tidur sudah
aktivitas... megatakan ingin ketika Ny.N lebih baik. senang tidak seperti yang
- Ny.N melakukan melakukan - Ny.N mengatakan karena nyeri dulu.
mengatakan senam sendiri aktivitas nyeri sudah ingat ketika - Ny.N
skala nyeri tetapi belum tidak terlalu sedikit-sedikit melakukan mengatakan dia
sebelum hapal. terasa lagi. langkah-langkah aktivitas dan sudah
dilakukan - Ny.N - Ny.N senam. disaat bangun melakukan senam
senam mengatakan mengatakan - Ny.N mengatakan tidur sudah rematik sendiri
rematik 6 skala nyeri sudah ingat sudah melakukan tidak seperti walaupun tidak
O: sebelum sedikit-sedikit senam sendiri yang dulu.
- Ny.N tampak dilakukan langkah-langkah tetapi tidak - Ny.N
senang ketika senam rematik 6 senam. beratutan dan mengatakan
- - dia sudah
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

perawat dan sesudah - Ny.N tidak lengkap senam sempurna.


datang. dilakukan senam mengatakan langkah-langkah rematik - Ny.N mengatakan
- Ny.N tampak rematik 5. sudah dari senam sendiri berterima kasih
masih - O: melakukan rematik. walaupun kepada perawat
bingung - Ny.N tampak senam sendiri - Ny. N tidak karena telah
dengan senang ketika tetapi tidak mengatakan skala sempurna. diajarkan cara
senam yang perawat datang beratutan dan nyeri sebelum - Ny.N mengurangi nyeri
diajarkan. lagi. tidak lengkap melakukan seman mengatakan dengan senam
langkah-langkah rematik 4 dan sudah ingat rematik.
A: Masalah - Ny.N tampak dari senam sesudah 3. sedikit- - Ny.N mengatakan
nyeri belum antusias ketika rematik. O: sedikit akan melakukan
teratasi di ajak latihan - Ny.N - Ny.N tampak langkah- senam sendiri
P: Intervensi senam. mengatakan senang ketika langkah dirumah apabila
peningkatan - Ny.N tampak skala nyeri perawat datang senam. tidak
latihan 1-6 masih bingung sebelum lagi. - Ny.N ada aktivitas
dilanjutkan dengan senam dilakukan senam - Ny.N tampak mengatakan - Ny.N mengatakan
yang diajarkan. rematik 5 dan antusias ketika di skala nyeri sudah ingat
A:Masalah nyeri sesudah ajak latihan sebelum sedikit-sedikit
belum teratasi dilakukan senam senam. dilakukan langkah-langkah
P: Intervensi rematik 4 - Ny.N tampak senam senam jadi dia bisa
peningkatan latihan O: semangat dalam rematik 3 dan senam sendiri.
1-6 dilanjutkan - Ny.N tampak mengikuti latihan. sesudah 2. - Ny.N mengatakan
senang ketika - Ny.N tampak O: skala nyeri
perawat datang sudah leluasa - Ny.N tampak sebelum dilakukan
lagi. dengan senam senang ketika senam rematik 2
- Ny.N tampak yang diajarkan. perawat dan sesudah 1.
antusias ketika A:Masalah nyeri datang lagi. O:
di ajak latihan teratasi sebagian. - Ny.N tampak - Ny.N tampak
senam. P:Intervensi antusias senang ketika
- Ny.N tampak peningkatan ketika di ajak perawat datang
semangat dalam latihan 1-6 lagi.
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

mengikuti dilanjutkan latihan - Ny.N tampak


latihan. senam. antusias ketika di
- Ny.N tampak ajak latihan
sudah mudah - Ny.N tampak senam.
mengikuti senam semangat - Ny.N tampak
yang diajarkan. dalam sudah leluasa
A:Masalah nyeri mengikuti dengan
teratasi sebagian. latihan. senam yang
P:Intervensi - Ny.N tampak diajarkan.
peningkatan sudah leluasa A:Masalah nyeri
latihan 1-6 teratasi sebagian.
dilanjutkan yang diajarkan. P: Intervensi
A:Masalah nyeri dipertahankan
teratasi sebagian.
P:Intervensi
peningkatan
latihan 1-6
dilanjutkan
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

Defisit S: Ny.N dan S: Ny.N dan


Pengetahuan b.d keluarga keluarga
Ketidakmampuan mengatakan mengatakan masih
keluarga sudah mengerti ingat apa yang
mengenal apa ang dijelaskan kemarin.
masalah anggota dijelaskan O: Ny.N dan
keluarga yang perawat. keluarga juga dapat
menderita O: Ny.N dan menjelaskan
Osteoatritis keluarga dapat kembali pertanyaan
menjawab dari perawat.
pertanyaan yang A: Masalah defisit
diberikan. pengetahuan
A: Masalah teratasi.
defisit P: Intervensi
pengetahuan dihentikan.
teratasi.
P: Intervensi
dipertahankan.
Klien 2
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

Nyeri Kronis b.d S: S: S: S: S: S:


ketidakmampuan - Ny.M - Ny.M - Ny.M - Ny.M - Ny.M - Ny.M mengatakan
Tn.Z khususnya mengatakan megatakan mengatakan mengatakan nyeri mengatakan nyeri dibagian
Ny.M merawat nyeri susah mengikuti belum ada dibagian lutut nyeri sedikit lutut kanan
anggota keluarga dibagian gerakan senam perubahan kanan dan kiri berkurang dan kiri ketika
yang menderita lutut kanan yang diajarkan. apapun dengan ketika bangun setelah bangun dari
Osteoatritis dan kiri - Ny.M nyeri yang dari tidur masih melakukan - tidur masih terasa
ketika mengatakan dialami. terasa.. senam sedikit
bangun dari setelah bangun - Ny.M - Ny.M rematik. - Ny.M mengatakan
tidur dan tidur atau megatakan susah mengatakan ada - Ny.M nyeri sedikit
ketika melakukan mengikuti sedikit perubahan megatakan berkurang setelah
melakukan aktivitas nyeri gerakan senam nyeri yang sudah sedikit melakukan senam
aktivitas. masih terasa. yang diajarkan. dialami. paham rematik.
- Ny.M - Ny.M - Ny.M - Ny.M megatakan dengan - Ny.M megatakan
mengatakan mengatakan mengatakan masih sedikit senam sudah sedikit
setelah lutut kanan dan setelah bangun susah mengikuti rematik tetapi paham dengan
bangun tidur kiri masih terasa tidur atau gerakan senam belum begitu senam
atau nyeri ketika lagi melakukan yang diajarkan. hapal. rematik tetapi
melakukan bergerak. aktivitas nyeri - Ny.M belum begitu
aktivitas - Skala nyeri masih terasa. mengatakan hapal.
nyeri masih 6 O: - Ny.M setelah bangun - Ny.M mengatakan
terasa. - Ny.M tampak mengatakan tidur atau akan terus
- Ny.M senang ketika lutut kanan dan melakukan mencoba senam
mengatakan perawat datang. kiri masih terasa aktivitas nyeri rematik untuk
lutut kanan nyeri ketika lagi masih teras. penuruan rasa
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

dan kiri - Ny.M bergerak. - Ny.M - Ny.M nyeri yang


masih terasa menganggukan - Ny.M mengatakan lutut mengatakan dialami.
nyeri. kepala mengatakan kanan dan kiri lutut kanan - Ny.M mengatakan
- Ny.M mendengar apa skala nyeri masih terasa nyeri dan kiri skala nyeri
mnegatakan yang dijelaskan sebelum ketika lagi masih terasa sebelum dilakukan
skala nyeri perawat. dilakukan senam bergerak. nyeri 4 dan sesudah
sebelum - Ny.M tampak rematik 6 dan - Ny.M mngatakan ketika lagi dilakukan 3.
dilakukan lesu. sesudah masih skala nyeri bergerak. O:
senam - Ny.M tampak juga 6. sebelum - Ny.M - Ny.M tampak
rematik 6 masih bingung O: dilakukan senam mengatakan masih bingung
O: dengan senam - Ny.M tampak rematik 6 dan skala nyeri dengan senam
- Ny.M yang diajarkan. senang ketika sesudah dilakukan sebelum yang diajarkan.
tampak - Ny.M 5. dilakukan A:Masalah nyeri
senang ketika mengatakan perawat datang. O: senam teratasi sebagian
perawat skala nyeri - Ny.M tampak - Ny.M tampak rematik 5 dan P: Intervensi
datang. sebelum lesu. senang ketika sesudah dipertahanka
- Ny.M dilakukan - Ny.M tampak perawat datang. dilakukan 4
mengangguk senam rematik 6 masih bingung - Ny.M tampak O:
an kepala dan sesudah dengan senam lesu. - Ny.M tampak
mendengar dilakukan yang diajarkan. - Ny.M tampak senang ketika
apa yang senam rematik A:Masalah nyeri masih bingung perawat
dijelaskan masih 6. belum teratasi dengan senam datang.
perawat. A:Masalah nyeri P: Intervensi yang diajarkan. - Ny.M tampak
A: Masalah nyeri belum teratasi peningkatan A:Masalah nyeri masih
belum P: Intervensi latihan teratasi sebagian bingung
teratasi peningkatan 1-6 dilanjutkan P: Intervensi dengan
P:Intervensi latihan 1-6 peningkatan senam yang
peningkatan dilanjutkan latihan 1-6 diajarkan.
latihan 1-6 dilanjutkan A:Masalah nyeri
dilanjutkan
Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3 Kunjungan ke 4 Kunjungan ke 5 Kunjungan ke 6
20 Mei 2018 23 Mei 2018 26 Mei 2018 29 Mei 2018 1 Juni 2018 4 Juni 2018

teratasi sebagian
P: Intervensi
peningkatan
latihan 1-6
dilanjutkan

Defisit S: S:
Pengetahuan b.d perawat. - Tn.Z khususnya
Ketidakmampuan - Keluarga Tn.Z Ny.M
keluarga mengatakan mengatakan
mengenal sudah mengerti masih ingat apa
masalah anggota apa penyakit yang dijelaskan
keluarga yang dari Ny.Z. perawat.
menderita O: O:
Osteoatritis - Tn.Z dan - Tn.Z dapat
Ny.M dapat menjawab
menejalaskan kembali
kembali pertanyaan dari
tentang perawat.
penyakit A: Masalah teratasi
Ny.M, tanda P: Intervensi di
gejala, hentikan
penyebab,
komplikasi.
A: Masalah
teratasi
P: Intervensi di
pertahankan
Hasil Evaluasi Subyek Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan Dengan

Senam Rematik

Berdasarkan hasil studi kasus, dapat diketahui bahwa sesudah

dilakukan intervensi keperawatan dengan pemberian senam rematik, maka

terjadi penurunan skala nyeri yang dialami oleh kedua subyek, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15 sebagai berikut:

Subjek I

TABEL 4.14
EVALUASI PENURUNAN SKALA NYERI PADA Ny. N SETELAH
DILAKUKAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN SENAM
REMATIK
Hari/ Kondisi Pre Senam Rematik Kondisi Post
No
Tanggal Interpretasi
Skala Nyeri
Skala Nyeri
1. 20 Mei 2018 Belum Nyeri sedang
6 dilakukan 6
Senam Rematik
2. 23 Mei 2018 Senam Rematik Nyeri sedang
6 5
3. 26 Mei 2018 Senam Rematik Nyeri sedang
5 4
4. 29 Mei 2018 Senam Rematik Nyeri ringan
4 3
5. 1 Juni 2018 Senam Rematik Nyeri ringan
3 2
6. 4 Juni 2018 Senam Rematik Nyeri ringan
2 1
Subyek II

TABEL 4.15
EVALUASI PENURUNAN SKALA NYERI PADA Ny. M SETELAH
DILAKUKAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN SENAM
REMATIK
Hari/ Kondisi Pre Kondisi Post
No Senam Rematik
Tanggal Interpretasi
Skala Nyeri Skala Nyeri
1. 20 Mei Belum dilakukan Nyeri sedang
2018 6 6
Senam Rematik
2. 23 Mei Senam Rematik Nyeri sedang
6 6
2018
3. 26 Mei Senam Rematik Nyeri sedang
2018 6 6

4. 29 Mei Senam Rematik Nyeri sedang


2018 6 5
5. 1 Juni Senam Rematik Nyeri sedang
5 4
2018
6. 4 Juni Senam Rematik Nyeri ringan
4 3
2018

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan. Pada tahap ini digunakan cara-cara pengumpulan data yaitu

melalui wawancara, observasi langsung dan dari informasi-informasi

tertulis atau lisan, dan rujukan berbagai lembaga yang menangani

keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya (Gusti, 2013).

Pengkajian ini dilakukan hari pertama kunjungan rumah 20 Mei

2018 dengan wawancara didapatkan data tentang daftar anggota keluarga,

riwayat dan tahap perkembangan keluarga, struktur dan fungsi keluarga,

stress dan koping keluarga, sedangkan hasil observasi didapatkan tentang

keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah serta keadaan fisik anggota
keluarga didapat dengan cara lain yaitu dengan pemeriksaan fisik yang

terdiri dari pengukuran tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, auskultasi

bunyi jantung hingga menyeluruh bagian anggota tubuh.

Dari pengkajian subjek I tanggal 20 Mei 2018, dan pengkajian

subjek II juga pada tanggal 20 Mei 2018 namun di jam yang berbeda

didapatkan data keluhan Ny.N dan Ny.M yaitu nyeri lutut kanan dan lutut

kiri. Penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan

kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling

sering terkena Osteoatritis (Sudoyo Aru, 2009). Rasa nyeri semakin berat

bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri

diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan

rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sumual, 2012). Berdasarkan

kasus Ny.N dan Ny.M dengan teori terdapat kesamaan. Nyeri Ny.N dan

Ny.M pasien mengatakan nyeri dibagian lutut kanan dan kiri. Ny.N dan

Ny.M juga mengatakan nyeri begitu terasa ketika beraktivitas. Ny.N dan

Ny.M mengatakn nyeri seperti ditusuk-tusuk. Dalam teori untuk

pengkajian nyeri ini menggunakan metode PQRST, meliputi provoking

incident atau faktor penyebab, quality atau kualitas nyeri, region atau

lokasi nyeri, scale aau skala nyeri, time atau waktu (Muttaqin, 2009). Hasil

pengkajian nyeri, penulis sudah melakukan sesuai dengan tori.

Pada pengkajian nyeri Provoking: pasien I dan pasien II sama-

sama mengatakan nyeri sangat terasa ketika bangun dari tidur dan saat

melakakuan aktivitas sehari-hari, sehingga aktivitas pasien I dan pasien II


terganggu, Quality: pasien I dan pasien II juga mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk, Region: pasien I dan pasien II sama-sama mengatakan

lokasi nyeri di bagian lutut kanan dan kiri, Severity: Ketika melakukan

pengkajian pasien I mengatakan skala nyeri yang dialaminya sekarang

adalah 6, begitu pula pasien II mengatakan skala nyeri nya 6, Time: pasien

I dan pasien II mengatakan nyeri sewaktu-waktu timbul tetapi sangat

terasa ketika bangun dari tidur dan ketika melakukan aktivitas.

Berdasarkan data yang didapatkan penulis sesuai dengan teori yang

menyebutkan pengkajian nyeri yang aktual dan tepat dibutuhkan untuk

menetapkan dasar, menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat,

menyeleksi terapi keperawatan yang cocok dan mengevaluasi respon

(Potter & Perry, 2006).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan pada pengkajian

keluarga Tn.D dan Tn.Z yaituh masalah keperawatan (Problem/P) yang

berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan

etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga serta

mengacu pada anggota keluarga dimana untuk problem (P) dapat

digunakan dari tipologi NANDA dan SDKI (2016) dan doengoes sebagai

masalah individu yang sakit dan etiologi (E).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien penelitian penulis

adalah nyeri kronis dan defisit pengetahuan. Penulis memprioritaskan

diagnosa nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang menderita Osteoatritis karena nyeri yang

sering dirasakan pasien merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

yang berkaitan dengan rasa nyaman, apabila kasus ini tidak diatasi dapat

mengakibatkan gangguan aktivitas yang larut (Pottery & Perry, 2006).

Etiologi yang diangkat penulis pada masalah nyeri kronis berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

menderita Osteoatritis hal ini didapatkan hasil pengkajian Ny.N dan

Ny.M yang mengatakan bahwa Ny.N dan Ny.M mengalami nyeri lutut

bagian kanan dan kiri, dan nyeri semakin terasa ketika bangun dari tidur

dan ketika beraktivitas. Diagnosa keperawatan keluarga yang penulis

ambil mengacu pada tugas perkembangan keluarga ( Komang, 2012 ).

Pada diagnosa keperawatan yang kedua diambil oleh penulis adalah

defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

anggota keluarga yang menderita dengan Osteoatritis, karena Ny.N dan

Ny.M sudah tau menderita sakit lutut tetapi tidak mengatahui sakit apa

yang diderita, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi, pencegahan yang

akan dilakukan untuk dirinya sendiri.

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai diagnosa yang tidak

muncul pada keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z yaitu :

a. Pada diagnosa ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan tidak

ditemukan pada keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z karena keluarga tau

yang akan mengambil keputusan adalah Tn.D dan Tn.Z, pada masalah

yang sedang dirasakan keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z, tidak


memiliki sikap negative terhadap kesehatan, tidak memeliki sikap

yang kurang percaya pada tenaga kesehatan, hanya saja keputusan

yang dibuat apabila keluarga Tn.D dan Tn.Z sakit belum tepat karena

keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z mengambil keputusan untuk tetap

dirawat dirumah dengan alasan sakit yang diderita Ny.N dan Ny.M

adalah sakit biasa karena usia tua. Menurut Komang, 2012 yang

mengacu pada Buku Nursing Diagnosis (NANDA), diagnosa

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan tidak dapat

ditegakkan, karena data yang tidak menunjang.

b. Pada diagnosa ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan tidak ditemukan pada keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z

karena keluarga merasakan keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan

yang berada dilingkungan rumahnya, keluarga mengetahui

keuntungan yang didapat jika berobat kepelayanan kesehatan,

keluarga percaya akan petugas kesehatan , dan juga keluarga tidak

pernah mengalami pengalaman yang kurang baik terhadap pelayanan

kesehatan, karena menurut komang, 2012 yang mengacu pada Buku

Nursing Diagnosis (NANDA), diagnosa ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan tidak dapat ditegakkan, karena data yang tidak

menunjang.

3. Perencanaan

Dalam tahap intervensi keperawatan ini, hal yang paling penting

adalah penentuan prioritas masalah. Dalam penentuan prioritas masalah


ini, peneliti melakukan skoring masalah keperawatan berdasarkan total

nilai skor tertinggi. Intervensi keperawatan pada masing-masing diagnosa

keperawatan disesuaikan dengan teori yang ada dan lebih fokus melihat

pada kasus yang nyata yang didapatkan dari pengkajian kondisi pasien

dan keluarga, keadaan rumah dan lingkungan, serta pengamatan dan

pemeriksaan fisik yang dilakukan peneliti.

Pada penentuan tujuan dan kriteria hasil, peneliti menetapkan

berdasarkan pengkajian kondisi pasien dan keluarga , keadaan rumah dan

lingkungan, serta pengamatan dan pemeriksaan fisik sehingga peneliti

sangat berharap tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun dan

ditetapkan dapat tercapai. Dalam menyusun intervensi keperawatan pada

keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z dengan masalah kesehatan Osteoatritis

ini, peneliti juga menyesuaikan antara tujuan yang ingin dicapai dengan

kemampuan yang dimiliki keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z. Selain itu,

peneliti berusaha untuk konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai agar

derajat kesehatan keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z dapat ditingkatkan

(Komang, 2012).

Berdasarkan teori intervensi nyeri kronis: kaji dan mencatat keluhan

nyeri, termasuk lokasi, lamanya, dan intensitas (dengan skala nyei 0-10),

berikan penjelasan tentang penyabab dan cara mengatasi nyeri, ajarkan

latihan senam rematik 3 kali dalam seminggu (selama 2 minggu) untuk

mengathui pengaruh penambahan senam rematik pada terapi latihan

terhadap pengurangan nyeri pada penyakit Osteoatritis serta mengetahui


perbedaan pengaruh senam rematik pada penurunan nyeri (Mentes, 2010).

Olahraga fisik bertujuan untuk mempertahankan pergerakan sendi dan

memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi (Stevenson,

2012). Senam rematik akan semakin sering dilakukan karena terbukti

efektif mengurangi ketegangan otot, dan nyeri (Sjaifoellah Noer, 2012).

Senam rematik merupakan senam yang befokus pada

mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam

rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani

penderita osteoatritis. Keuntungan lain dari senam rematik yaitu tulang

menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar peredaran darah,

menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah mengalami cidera,

dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014).

Berdasarkan teori defisit pengetahuan: jelaskan kaji pengetahuan

keluarga tentang penyakit osteoatritis, jelaskan pada keluarga tentang

kemungkinan penyebab terjadi osteoatritis, diskusikan pada keluarga

tentang komplikasi penyakit osteoatritis, beri penjelasan kepada keluarga

tentang cara pencegahan komplikasi penyakit osteoatritis, motivasi keluarga

untuk merawat anggota keluarga yang sakit serta memerikasakan kesehatan

kepuskesmas.

Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan

kaidah sesuai dengan sistemika SMART, Spesifik (jelas), Measurabel (dapat

diukur), Accepptance (rasional), dan Timming. Tetapi dalam hal ini, terdapat

kesenjangan dengan prinsip tersebut terutama dalam penentuan kriteria hasil


dan waktu pencapaian. Kriteria hasil nyeri subjek I, nyeri berkurang dari 6-

1, pasien dan keluarga mampu melakukan senam rematik, pasien dan

keluarga mampu menerapkan senam rematik, sedangkan pada subjek II juga

sama, nyeri berkurang dari 6-1, pasien dan keluarga mampu melakukan

senam rematik, pasien mampu menerepkan senam rematik. Sedangkan

penentuan waktu pencapaian selama dua minggu mungkin terlalu singkat

untuk dicapai, mengingat nyeri mungkin tidak akan hilang sepenuhnya

dalam kurun waktu tersebut. Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak

sepenuhnya sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan

keadaan klien (Dermawan, 2011).

Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan

kaidah sesuai dengan sistemika SMART, Spesifik (jelas), Measurabel

(dapat diukur), Accepptance (rasional), dan Timming. Yang dilakukan

penulis adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x60

menit, keluarga dan pasien akan mengetahui tentang penyakit yang

diderita dengan kriteria hasil: keluarga dan pasien mampu menyebutkan

tanda dan gejala dari penyakit, keluarga dan pasien mampu menjelaskan

penyebab penyakit, keluarga dan klien mampu menjelaskan komplikasi

dari penyakit, keluarga dan pasien mampu mencegah komplikasi

penyakit, keluarga mampu menjelaskan pentingnya membawa anggota

kaluarga yang sakit kepelayanan kesehatan dengan baik (Irwan, 2008).


4. Pelaksanaan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,

kategori drai perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

Pada tahap implementasi keperawatan ini, penyusunan disesuaikan

dengan diagnosa dan intervensi keperawatan prioritas agar semua

kebutuhan pasien dan keluarga dapat terpenuhi secara optimal. Selain itu,

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan peneliti juga melibatkan pasien

dan anggota keluarga agar bekerja sama sehingga tujuan asuhan

keperawatan pada keluarga Tn.D dan keluarga Tn.Z dapat tercapai. Faktor

pendukung implementasi keperawatan ini adalah pasien dan keluarga

mempunyai kemauan dan motivasi untuk bekerja sama dalam

meningkatkan kesehatannya, serta bersikap kooperatif selama proses

pelaksanaan asuhan keperawatan. Penulis melakukan implementasi pada

diagnosa yang pertama pada kedua subjek untuk diagnosa nyeri yaitu

mengkaji karakteristik nyeri (PQRST). Semua intervensi yang dilakukan

penulis dikarenakan untuk memenuhi semua kriteria hasil dan tercapai

tujuan dari intervensi sehingga respon nyeri dapat berkurang (Mutaqqin

dan Sari, 2011).

Senam rematik bertujuan untuk mempertahankan pergerakan sendi

dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi

(Stevenson, 2012). Mengetahui pengaruh penambahan senam rematik


pada terapi latihan terhadap penurunan nyeri pada osteoatritis serta

mengetahui perbedaan pengaruh teknik senam rematik pada terapi latihan

penurunan nyeri (Paula, 2004).

Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang

disusun tindakan keperawatan yang dilakukan hari pertama, kedua, ketiga,

keempat, kelima dan keenam, mengkaji PQRST terhadap nyeri,

mejelaskan tentang nyeri yang dialami, sampai mengajarkan senam

rematik. Didapatkan hasil implementasi pada Ny.N dihari pertama skala

nyeri 6, hari kedua skala nyeri 5, hari ketiga skala nyeri 4, hari keempat

skala nyeri 3, hari kelima skala nyeri 2, dan hari terakhir skala nyeri

menjadi 1, sedangkan pada Ny.M didapatkan hasil dihari pertama, kedua,

ketiga skala nyeri masih 6, dihari keempat berubah menjadi 5, dan dihari

ke lima skala nyeri 4, dihari terakhir skala nyeri 3.

Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang

disusun tindakan keperawatan yang dilakukan hari pertama, kedua,

ketiga, keempat, kelima dan keenam untuk mengetahui pengetahuan

keluarga dan pasien apakah sudah meningkat ataukah belum. Didapatkan

dari data pasien dan keluarga mengatakan pasien dan keluarga sudah

mengerti apa yang dijelaskan perawat.

5. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan

antaradasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

prilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012). Evaluasi yang dilakukan


oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada,

sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, subjective,

objective, analisa, planning (Dermawan, 2012). Pembahasan dari evaluasi

yang meliputi subjek, objektif, analisa dan rencana.

Evaluasi pada diagnosa pertama kedua subjek mengatakan nyeri

bertambah terasa ketika bangun dari tidur, dan ketika melakukan aktivitas,

nyeri seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri dilutut bagian kanan dan lutut

bagian kiri, pada subjek I skala nyeri 6, dan pada subjek II skala nyeri

juga , pasien mengatakan neri muncul sewaktu-wakudan bertambah ketika

bangun dari tidur dan ketika melakukan aktivitas. Objektif pasien tampak

senang perawat datang, pasien tampak menganggukan kepala mendengar

apa yang dijelaskan, namun pasien masih tampak bingung dengan senam

yang akan diajarkan. Analisa data yang dapat diambil masalah

keperawatan nyeri kronis belum teratasi intervensi dilanjutkan, pasien

diajarkan senam rematik 6 kali, dalam 1 minggu 3 kali selama 2 minggu.

Masalah keperawatan pada kedua subjek sesuai dengan kriteria hasil pada

tujuan keperawatan adalah nyeri berkurang (Mutaqqin dan Sari, 2011).

Evaluasi diagnosa kedua defisit pengetahuan, pasien dan keluarga

sudah mengerti apa yang dijelaskan perawat, sudah mengerti tentang

keadaan keluarga yang menderita penyakit osteoatritis. Sesuai dengan

kriteria hasil pada tujuan keperawatan adalah keluarga dan pasien mampu

menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit, keluarga dan pasien mampu

menjelaskan penyebab penyakit, keluarga dan klien mampu menjelaskan


komplikasi dari penyakit, keluarga dan pasien mampu mencegah

komplikasi penyakit, keluarga mampu menjelaskan pentingnya membawa

anggota kaluarga yang sakit kepelayanan kesehatan dengan baik (Azhari,

Irwan, 2008). Objektif keluarga dan pasien mampu mengungkapkan

kembali penjelasan mengenai penyakit.

Senam rematik bertujuan untuk mempertahankan pergerakan sendi

dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan rasa nyeri sendi

(Stevenson, 2012). Latihan yang diberikan kepada penderita OA lutut dapat

berupa olahraga fisik. Tubuh memiliki neuromodulator yang dapat

menghambat transmisi impuls nyeri, salah satunya adalah beta-endorfin

(Tamsuri, 2007). Tingginya beta-endorfin juga memiliki dampak psikologis

langsung yakni membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan,

meningkatkan perasaan senang, membuat seseorang menjadi lebih nyaman,

dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Nursalam, 2007).

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil evaluasi subjek I

dan II berbeda, dikarenakan usia subjek I yang lebih muda dari pada

subjek II, serta subjek I belum lama mengalami penyakit Osteoatritis

sekitar kurang lebih 6 bulan, sedangkan subjek II sudah sekitar 1 tahun.

itulah yang menyebabkan skala nyeri subjek I dan II berbeda. Subjek I di hari

pertama skala nyeri sudah berubah, subjek II sudah tiga hari tetapi skala

nyeri masih belum berubah. Olahraga fisik bertujuan untuk mempertahankan

pergerakan sendi dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri

sendi namun ada faktor penurunan rasa nyeri yaitu usia dan lamanya

penyakit (Stevenson, 2012).


Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

informasi kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan

tentang penyakit osteoatritis dan penatalaksanaanya. Walaupun dalam

penelitian ini, penulis masih mempunyai banyak kekurangan, tetapi

dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan banyak masukan dari

pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih

sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Dalam studi kasus penulis menemui hambatan sehingga menjadi

keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Keterbatasan dalam studi

kasus ini yaitu:

1. Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik, Tn.D tidak ada dirumah,

karena ia lagi pergi kekantor pos, sehingga peneliti harus menunggu

untuk melakukan pemeriksaan fisik hingga Tn.D kembali.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Mei 2018. Didapatkan hasil Ny.N

yang mengalami nyeri sendi dengan skala nyeri 6 dan Ny.M yang juga

mengalami nyeri sendi skala 6.

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny.N dan Ny.M yaitu nyeri

kronis b.d ketidakmampuan anggota keluarga merawat anggota keluarga

yang menderita Osteoatritis dan defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah anggota keluargayang sakit dengan

Osteoatritis.

3. Perencanaan keperawatan pada Ny.N dan Ny.M yang akan dilakukan

peneliti yaitu dilakukan senam rematik 3 kali dalam seminggu dan

dilakukan selama 2 minggu dan gali pengetahuan, berikan penjelasan

tentang penyakit Osteoatritis keluarga Tn.D khususnya Ny.N dan

keluarga Tn.Z khususnya Ny.M.

4. Implementasi yang dilakukan peneliti yaitu melakukan senam rematik 3

kali dalam seminggu dan dilakukan selama 2 minggu dan menggali

pengetahuan, memberikan penjelasan tentang penyakit Osteoatritis

keluarga Tn.D khususnya Ny.N dan keluarga Tn.Z khususnya Ny.M.

5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti adalah 6 kali sebelum dilakukan

senam rematik dan sesudah dilakukan senam rematik dengan hasil ada
penurunan rasa nyeri pada subjek I dan subjek II, yaitu subjek I skala

nyeri dari 6 menjadi 1, dan subjek II skala nyeri dari 6 menjadi 3.

B. Saran

1. Keluarga

Dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga haruslah dapat

memperhatikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan dalam

mencapai taraf kesehatan yang oprimal, diharapkan keluarga segera

menanggulangi sedini mungkin apabila ada anggota keluarga yang sakit

sehingga tidak terjadi kondisi yang lebih serius, selalu mempertahankan

lingkungan rumah yang sehat sehingga dapat menunjang status kesehatan

para anggota keluarga dan dapat lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada.

2. Bagi Institusi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Diharapakan hasil studi kasus ini bisa untuk memberikan masukan

bagi pengembangan IPTEK dan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya, dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan referensi

tambahan bagi mahasiswa/i dalam melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga khususnya pada keluarga dengan Osteoatritis.

3. Bagi Mahasiswa/I Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Untuk membina keluarga agar tujuan dapat tercapai mahasiswa/i

haruslah dapat menerapkan ilmu dan kiat yang telah diperoleh dibangku

perkuliahan dengan baik dan benar, selain itu mahasiswa/i juga mesti
memiliki keterampilan dalam melakukan pendekatan dan asuhan

keperawatan keluarga.

4. Bagi Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau

Puskesmas diharapkan dapat menerapkan senam rematik di

Puskesmas Megang untuk penderita Osteoatritis, agar ada cara

nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri sendi pada penderita

Osteoatritis.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, Proses, dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arif Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Arrisa. 2013. Pola disstribusi kasus Osteoarthritis di RSU Dokter Soedarso
Pontianak Periode 1 Januari – 31 Desember 2009. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Azhari Irwan. 2008. Penatalaksanaan Osteoartritis. Jakarta: EGC.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Penduduk yang mengalami Osteoatritis.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Edition:
Missouri : Elseiver Mosby.
Darmojo, B. 2010. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI.
Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau. 2017. Penyakit yang sering dialami Lansia
2017.

Doengoes, E.M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.

Depkes. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas


Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dermawan. 2011. Metode Penelitian & Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Dewanto, G. 2003. Tata Laksana Penyakit Senam Rematik Jakarta: EGC.

Eliopolus. Lanjut Usia. Jakarta: Halimun Medical Center.

Friedman. 2010. Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik, Edisi
5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.

Gusti. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Medika.

Herdman.T.H. 2012. .NANDA International Nursing Diagnoses :Definition&


Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.
Helmi. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Hochberg, Marc C. Altman, Roy. April, Karine Topine. 2012. American College
of Rheumatology 2012 Recommendation for use of Non Pharmacologic
and Pharmacologic Therapies in Osteoarthtritis Hand, Hip and Knee.
Vol. 64.
Heri, K. 2014. Pengaruh senam rematik terhadap nyeri sendi pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budimulia 04 Margaguna Jakarta Selatan.
Jurnal Mahasiswa Program Keperawatan Universitas Esa Unggul, Vol
1, hal 1–10.
Jas Masdani. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.

Jhonson & Leny. 2010. Keperawatan Keluarga: Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Klieman. 2011. Keperawatan Aktivitas Fisik Ed. 15. Alih bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC.

Koentjoro. 2010. Hubungan Antara Indek Masa Tubuh (IMT) Dengan


Osteoarthritis Sendi Lutut.. Fakultas Kedokteran Universitas
diPonegoro Semarang.

Komang. 2012. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Konzier. 2012. Asuhan Keperawatam pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.

Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Maharani. 2007. Thesis faktor – faktor resiko Osteoarthritis Lutut Studi Kasus di
Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Semarang. Universitas
Diponegoro

Martin. 2013. Body Mass Indeks, Ocupational Activity, and Leisure Time
Physical Activity: An Exp;oration of Risk Factor and Modifiers for
Knee Osteoarthritis in The 1946 British Birth Cohort. BMC Muscular
Disorders. 14(219),

Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba


Medika.

Mentes. 2010. Benefits of physical activity for knee osteoarthritis: A brief review.
Journal Of Gerontological Nursing, Vol 36.
Moorhead, S. 2013. .Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder.

Nelson. 2010. Ilmu Kesehatan Rheumatologi Edisi 15. Jakarta : EGC.

Nurhidayah. 2012. Kebahagiaan Lansia. Jurnal Soul, Vol. 5, No. 2.

Nurarif, A,H & Kusuma, H. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis


Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Nursalam. 2007. Latihan Senam Rematik, edisi1. Jakarta : Salemba medika.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metedologi Penelelitian

Ilmu
Keperawatan. Edisi. 2. Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Paula. 2004. Terapi Latihan. Yogyakarta: Nuha Medika.


Pfizer. 2008. Senam Rematik. Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Of Nursing. Proses Konsep dan Praktis. Edisi
4 Volume 2. Jakarta.
Price A, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. Jakarta : EGC diakses tanggal 20 jam 14:00 WIB
Riskesdas. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013.
SDKI. 2012. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Siminjak Vivi. 2016. Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri
pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Journal Volume 4
Nomor 2, 139-150 di akses tanggal 22 jam 21:00 WIB.
Sjaifoellah Noer. 2012. Senam Rematik Jakarta: Balai penerbit.
Smeltzer S. C. & Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner Suddart. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI.
Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar
Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Suhendriyono. 2014. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa
Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut. Journal Terpadu Ilmu
Kesehatan Volume 3 Nomor 1 (1-6) di akses tanggal 16 jam 12:00
WIB.
Sumual. A.S, 2012. Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan
Timbulnya Osteoarthritis Pada Orang Di Atas 45 Tahun Di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Skripsi. Bagian Fisika Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado: Manado.
Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.
Stevenson, F. J. 2012. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. John
Wiley and Sons. New York, USA.
Tamsuri. A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Triyana. Y.F. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan. Yogyakarta.
Wahyuni. 2008. Hubungan Senam Rematik dengan Penurunan Skala Nyeri
Osteoartritis Lutut pada Lansia. Malang. Universitas Sebelas Maret.
Widyanto. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran: EGC.
WHO (World Health Organization). 2014. Angka Umur Harapan Hidup
Indonesia.
WHO (World Health Organization). 2011. Jumlah Lansia Indonesia.
WHO (World Health Organization). 2011. Jumlah Penderita Osteoatritis
Diseluruh Dunia.
WHO (World Health Organization). 2014. Jumlah Penduduk Yang Mengalami
Gangguan Osteoatritis Di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai