Tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan harus dipahami setiap
umat islam. Dalam syariat Islam, ada beberapa tata cara yang harus dipenuhi dalam pengurusan
orang yang sudah meninggal.
Tata cara memandikan jenazah, mengafani, menyolatkan, hingga menguburkan jenazah
merupakan kewajiban yang harus dilakukan seorang Muslim dalam mengurus jenazah. Hukum
mengurus jenazah adalah fardu kifayah bagi umat Islam.
Tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan harus dilakukan sesuai
dengan sunnah yang telah ditentukan. Mengurus jenazah adalah wajib bagi seluruh atau sebagian
orang di sekitarnya saat mereka masih hidup.
Sampai saat ini belum ditemukan adanya perbedaan untuk jenazah anak kecil dan orang dewasa
dalam dalil-dalil tentang pengurusan jenazah. Dalam hadits al-Mughirah ibn Syu’bah dijelaskan
oleh Nabi saw sebagai berikut:
ه بِ ْال َم ْغفِ َر ِة َوالرَّحْ َم ِةXِ َويُ ْد َعى لِ َوالِ َد ْي،ُصلَّى َعلَ ْي ِه
َ َوال ِّس ْقطُ ي
Bayi yang keguguran dishalatkan untuknya dan dido’akan untuk kedua orangtuanya ampunan
dan rahmat (Musnad Ahmad bab hadits al-Mughirah ibn Syu’bah no. 18174. Syu’aib al-
Arnauth: Hadits shahih).
Begini Tata Cara Mengurus Jenazah dan Doa Sholat Jenazah Bayi
Pada umumnya secara teori hal yang perlu dilakukan pada saat sebelum jenazah akan
disholatkan baik jenazah perempuan dewasa, jenazah laki-laki dewasa, jenazah anak perempuan
kecil atau jenazah anak laki kecil, selain Siqith dan syahid yakni:
Jasad jenazah dimandikan terlebih dulu.
Setelah itu jenzah diwudhukan.
Pada saat diwudhukan bagi orang yang mewudhukan agar memanjatkan doa ba’da
wudhu seperti biasa, untuk kalimat doa wudhu ada yang perlu dirubah sedikit.
Langkah selanjutnya bawa jenazah ke tempat pengkafanan untuk dikafani.
Setelah dikafankan secara sempurna, dapat memberi pengharum yang tidak beralkohol.
Selanjutnya jenazah sudah dapat disholatkan dengan posisi kepala jenazah ke arah utara
dan kaki ke arah selatan.
Setelah disholatkan jenazah kemudian dibacakan doa seperti berikut ini.
Allaahummaj’alhu farathan wa dzukhran liwalidaihi wa syafii’an mujaaban Allaahumma
tsaqqil bihim mawaziinihimaa wa a’dhim bihi ujuurahumaa. Wa alhiqhu bishaalihil mu’miniina
waj’alhu fii kafaalati ibrahiima waqihi birahmatika ‘adzabal jahiimi.
Artinya :
“Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala dan simpanan bagi kedua orangtuanya
dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Oh Allah, dengan musibah ini, beratkanlah
timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan
orang-orang yang shaleh dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia
dengan rahmat-Mu dari siksaan neraka jahim.”