Spo Riko
Spo Riko
MAKALAH
Oleh
RIKO NOVRIYANSYAH
NIM : 17.01.01.203
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala karunian dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "SISTEM PENGHANTARAN OBAT PERORAL TABLET FENITOIN”
Terima kasih kepada bapak apt. Doddy Rusli, M.Farm yang telah memberikan pengarahan
untuk kelancaran makalah ini.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Maka dari itu penulis meminta
saran kritik dari pembaca, guna memperbaiki dan membangun dalam pembuatan makalah.
Selanjutnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkanya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting
adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan
penyampaian obat sehingga dapat mencapai efek terapi dalam lingkungan in vivo dimana
pelepasan obat berlangsung (Lukman, 2011).
Bentuk sediaan lepas lambat telah banyak mendapatkan perhatian dalam pengembangan
sistem penghantaran obat karena dibandingkan bentuk sediaan konvensional, bentuk sediaan
lepas lambat memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat mengurangi efek samping,
mengurangi frekuensi pemakaian, mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah, dapat
meningkatkan kenyamanan bagi pasien (Wicaksono, 2006). Saat ini penggunaan matriks
dalam sediaan lepas lambat merupakan teknik yang banyak digunakan karena penerapannya
yang sangat mudah. Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang
didalamnya obat tercampur secara merata (Lukman, 2011).
Tablet dapat mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran, lubrikan,
bahan pewarna, bahan pemanis dan bahan pengaroma. Bahan pengisi tablet yang umum
digunakan adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal. Bahan pengisi
perlu ditambahkan apabila jumlah zat aktif sedikit atau zat aktif sulit dikempa.
1.2 Rumusan Masalah
3. Metode apa yang paling baik digunakan dalam pembuatan sediaan tablet fenitoin ?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa saja tinjauan farmakologi dari sediaan tablet fenitoin
3. Untuk mengetahui metode yang baik dalam pembuatan sediaan tablet fenitoin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur :
BM : 252,27
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air,larut dalam etanol panas,sukar larut
dalam etanol dingin, dalam klorofrom dan dalam eter
Khasiat : epilepsi
Sebagian besar obat-obatan dengan aksi pada sistem saraf pusat diberikan dengan cara ditelan, sehingga
kita harus mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan absorbsi usus. Molekul-molekul kecil biasanya
masuk ke dalam plasma dengan cara difusi, sebagian besar dengan pinositosis. Absorbsi obat dan
konsentrasinya dalam darah dipengaruhi oleh makanan, obat lain yang diminum, penyakit-penyakit usus dan
umur pasien.
2.3.1.1 Absorbsi
Absorbsi fenitoin tergantung cara pemberiannya apakah peroral atau suntikan. Absorbsi fenitoin di
dalam lambung sangat sedikit karena fenitoin tidak larut dalam lambung yang bersifat asam. Absorbsi
fenitoin yang diberikan per oral berlangsung lambat, dan sesekali tidak lengkap. Pemberian 10% dosis
yang diberikan per oral diekskresi bersama tinja 11 dalam bentuk yang utuh, pada duodenum yang
mempunyai PH 7-7,5 fenitoin lebih mudah larut. Absorbsi maksimal terjadi duodenum sedangkan di
yeyunum dan ileum lebih lambat, lalu dikolon sangat sedikit, dan di rektum tidak terjadi absorbsi.
2.3.1.2 Distribusi
Distribusi obat ke berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama, misalnya konsentrasi fenitoin di
otak ternyata 1-3 kali dari konsentrasi di plasma. Juga diketahui bahwa beberapa obat yang
mempunyai sifat yang sama dengan fenitoin, yaitu terikat dengan protein plasma, apabila obat
tersebut diminum bersama fenitoin maka akan menjadi kompetisi untuk mengikat albumin, tergantung
afinitas terhadap albumin mana yang lebih kuat. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan bentuk
bebas dari fenitoin, akibat ikatan dengan albumin diduduki oleh obat lain. Obat obat tersebut antara
lain : tiroksin, triidotironin, asam salisilat, fenilbutason, sulfafurazol, kumarin, dan azetazolamide.
Volume distribusi fenitoin lebih kurang 64% dari berat badan, tapi sekitar 7 (tujuh) kali lebih besar
bila dihitung dengan kadar obat bebas. Waktu paruh pemberian fenitoin peroral 18-24 jam sedangkan
untuk mencapai kadar optimal (steady state) adalah 5-10 hari.
2.3.1.3 Ekskresi
Ekskresi Hampir sebagian besar metabolit fenitoin diekskresi bersama empedu, kemudian
mengalami reabsorbsi dan biotransformasi lanjutan dan diekskresi melalui ginjal. Ekskresi di ginjal,
metabolit utamanya mengalami sekresi oleh tubuli, sedangkan bentuk utuhnya mengalami reabsorbsi.
8,21Metabolit akhir sifatnya larut dalam air. Eksresi melalui feses hanya sebagian kecil saja. Eksresi
lengkap dari fenitoin terjadi setelah 72-120 jam.
2.3.2 Farmakokinetik
Farmakodinamik Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu (1) Mencegah
timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi; (2) Mencegah
terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi. 8Mekanisme
kerja obat antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik. Berbagai obat antiepilepsi diketahui
mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologi otak, terutama yang mempengaruhi sistem inhibisi yang
14 melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.
..
granulasi basah merupakan suatu proses perubahan dari serbuk halus menjadi granul
dengan bantuan larutan bahan pengikaat yang sesuai. Pada metode granulasi basah ini bahan
pengikat yang ditambahkan harus mempunyai jumlah yang relaktif cukup. Karena kekurangan
atau kelebihan sedikit saja bahan pengikat akan menyebabkan granul yang tidak sesuai
dengan yang digunakan dan akan mempengaruhi hasil akhir tabel (Robert 1999).
Metode pembuatan tablet yang digunakan jika dosis efektif terlalu tinggi untuk
pencetakan langsung obatnya peka terhadapa pemanasan, kelembapan atau keduanya yang
mana multi fungsi alam granulasi basah pada metode granulasi kering, granul terbentuk
penambahan bahan pengikat dalam campuran serbuk obat, cara memadukan massa yang
jumlahnua lebih besar (slagging) dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya
menjadi pechan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil (Ansel,1989).
Keuntungan dari metode ini adalah waktu produksi yang lebuh singkat, dapat dipakai
untuk bahan yang tidak tahan air. Tetapi kerugiannya adalah sering terjadi pemisahan antar
partikel pada waltu partikel turun di bopper kedre sehingga terjadi ketidak seragaman bahan
aktif (Ansel,1989)
Pembuatan tablet fenitoin menggunakan bahan pengikat Pati Singkong dengan metode
granulasi basah
menimbang semua bahan yang akan dipakai dan lakukan pembuatan larutan
pengikat. Adapun cara pembuatan larutan pengikat yaitu siapkan air murni hangat
dan tambahkan Pati Singkong masukkan ke dalam beaker glass aduk diatas hot plane
selama ± 5 menit sampai terbentuk cairan lendir bening seperti lem.
- Lalu dilakukan pembuatan tablet, yaitu masukkan fenitoin sebagai zat aktif,
tambahkan Laktosa sebagai zat pengisi, Corn Starch sebagai penghancur, dan
Kollidon CL sebagai penghancur, aduk selama ± 5 menit lalu tambahkan larutan
pengikat sebagai pengikat tablet yang berfungsi memberikan daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi (Sulaiman, 2007), lalu dicampurkan didalam lumpang,
masukkan larutan pengikat secara perlahan sambil digerus pelan.
- Massa basah diayak dengan pengayak mesh 20, masukkan massa basah ke dalam
oven dengan suhu 40°C selama ± 3 jam. Setelah dioven ayak massa kering dengan
ayakan mesh 20.
- Lalu lakukan lubrikasi. Lubrikasi mengurangi gesekan selama proses pengempaan
tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan (Depkes
RI, 2014).
- Lalu masukkan granul kering ke dalam plastik tambahkan talkum dan magnesium
stearat sebagai pelincir dikocok ± 5 menit sampai homogen.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Obat oral merupakan obat yang pemakaiannya dengan cara memasukkannya lewat
mulut, atau disebut sebagai obat dalam.
- Tablet adalah sediaan obat padat yang mengandung bahan obat atau tanpa bahan
pengisi. Tablet dapat mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
disintegran, lubrikan, bahan pewarna, bahan pemanis dan bahan pengaroma.
- Phenytoin adalah obat untuk mencegah dan meredakan kejang pada penderita epilepsi. Obat
ini juga terkadang bisa digunakan untuk mengatasi neuralgia trigeminal, yaitu rasa nyeri di
wajah akibat adanya gangguan pada saraf kelima.
- Metode yang baik digunakan dalam pembuatan tablet adalah mretode granulasi basah.