books
Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
2. Soeharsono, 2005, Zoonosis, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Zoonosis pertama kali dikenalkan oleh Virchow dan
didefinisikan sebagai jenis penyakit yang dapat
menular dari hewan ke manusia.
Berdasarkan Ethiologinya
Pembagian
zoonosis Berdasarkan Tipe Siklus Agen
Penyakit
2. Berdasarkan Ethiologinya
• Zoonosis Bakteri contohnya : antrax, brucellosis, leptospirosis
• Zoonosis Virus contohnya : rabies, flu burung
• Zoonosis Parasitik adalah zoonosis yang disebabkan oleh
helmint dan protozoa. Helmint zoonosis contohnya :
cistycercosis, cutaneus larvae migrans, sedangkan Zoonosis
oleh protozoa seperti : toxoplasmosis.
• Zoonosis Mikotik contoh : ringworm (dermathophytosis)
Pembagian zoonosis
Berdasarkan Tipe Siklus Agen Penyakit
• Orthozoonosis
• Siklozoonosis : memerlukan > 1 induk semang vertebrata
• Metazoonosis : berkembangbiak pd invertebrata sblm menular ke induk semang
vertebrata
• Saprozoonosis : dalam penularannya memerlukan agen bukan hewan
Epidemiologi :
• Terdapat di semua benua kecuali Australia & Antartika.
• Beberapa negara yang bebas rabies saat ini adalah Kepulauan
Britania. Swedia, Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Taiwan, Pulau-
pulau Pasifik & beberapa negara Hindia Barat.
• Virus ini menginfeksi semua hewan berdarah panas & manusia.
• Penularan melalui gigitan (bite) oleh hewan pengidap terutama
bangsa carnivora (efektif) sebagai penyebar rabies antara hewan
atau manusia.
Gejala klinis
• Pada hewan (anjing, kucing, juga pd kelinci, marmut, hamster,
kera, monyet & lain-lain (semua hewan berdarah panas)
gejalanya terdiri dari 3 bentuk yaitu
❖ bentuk membabi buta / ganas (furious rabies) : masa eksitasi panjang,
kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat
(menyerang/menggigit segala objek, hipersalivasi, hydrophobia, bergerak
tanpa koordinasi).
❖ diam (dump rabies) : masa eksitasi pendek, terjadi kelumpuhan (paralisa)
sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh, apatis, & suka
bersembunyi.
❖ tanpa bentuk/asimtomatis (atypical rabies) : hewan tiba-tiba mati, tidak
menunjukan gejala-gejala sakit.
• Masa inkubasi pd anjing & kucing berkisar 10 - 8 minggu. Pada
sapi, kambing, kuda & babi berkisar 1 - 3 bulan.
Gejala klinis
• Manusia : demam, perubahan tingkah laku, kecemasan, sulit tidur,
sakit kepala, gelisah, kontraksi spasmodik dr otot yg membengkak,
sulit menelan, hidropobia (takut air), kejang-kejang diikuti
kelumpuhan (paralisis) & kematian.
• Gejala dibagi 5 fase yaitu
❖ prodromal, ringan, ada gangguan SSP (nyeri kepala, vertigo,
kekhawatiran), demam, kelelahan serta rasa nyeri, gatal / terbakar
pd daerah gigitan,
❖ neurologik akut, tidak berfungsinya SSP, hipersalivasi, hipereksitasi
(furious rabies : sangat sensitive) dan paralisa otot,
❖ Furious,
❖ paralitik dan
❖ koma. Setelah melalui seluruh fase, sebelum koma biasanya timbul
gangguan pernafasan disusul dengan kematian.
• Masa inkubasi bervariasi, umumnya 1 bulan dan dipengaruhi oleh
kedalaman gigitan serta jarak gigitan dengan susunan syaraf pusat.
Diagnosa
• Menemukan inclusion body pd sel otak “negri body”.
• Sampel : jaringan otak hewan yg menggigit
(tersangka) biasanya bagian hipocampus.
• Pemeriksaan lain : IFAT (Indirect Fluorescent Antibody
Technique) dgn bantuan mikroskop fluorescent.
• Diagnosa lain dengan hewan percobaan (mencit)
tetapi membutuhkan waktu yg lama sekitar 21 hari.
Pengendalian dan pencegahan
• pada hewan kesayangan (anjing atau kucing)
vaksinasi rabies.
• Jika ada kejadian rabies pd suatu tempat vaksinasi
dilakukan terhadap setiap anjing, kucing atau kera
dan 70 % populasi yg ada dalam jarak minimum 10
km disekitar lokasi kasus.
• Khusus bagi para masyarakat yang sangat berpotensi
terkena rabies (kehidupannya dekat dengan anjing
atau kucing) dilakukan imunisasi rabies.
• Orang yang digigit anjing atan dijilat oleh hewan
yang tersangka rabies harus segera ke Puskesmas
terdekat guna mendapatkan perawatan luka akibat
gigitan.
ZOONOSIS BAKTERI
Oleh: Idi Setiyobroto
Cutaneus antrax
Tipe Paru
ZOONOSIS PARASIT
Oleh: Idi Setiyobroto
Taenia saginata (food borne disease)
• Daerah penyebaran:
• Daerah peternakan sapi
• Makan daging sapi yg tidak dimasak
dg baik
• Keadaan lingkungan yg jelek
22
Taenia saginata (food borne disease)
• Morfologi:
• Dewasa: panjang 5-10m, pipih bersegmen spt pita,
tidak mencemari lingkungan, hidup dlm hospes.
24
Cara penularan / lingkaran hidup
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: sapi
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif: larva / cysticercus bovis
• Cara infeksi: makan daging sapi yg mengandung larva,
tanpa dimasak dengan baik
• Patogenesis: Btk dewasa melekatkan diri pd mucosa usus
hospes sehingga terjadi malnutrisi dan diarhea
25
.
26
i
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces menemukan btk telur, proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur
• Memeriksa daging sapi: larva / cysticercus bovis
• Pengobatan:
• Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Memasak daging sebelum dimakan shg warnanya berubah
27
Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot
secara langsung
28
Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot
secara tidak langsung
29
i
30
cysticercus
Taenia solium (food borne disease)
• Daerah penyebaran:
• Peternakan babi
• Keadaan lingkungan jelek
• Makan daging babi yg tidak dimasak
dg baik
32
Taenia solium (food borne disease)
• Morfologi:
• Dewasa: pipih seperti pita bersegmen,
panjang: 2-3 m, tidak mencemari
lingkungan, di dalam hospes.
• Telur: btk bulat, dinding tebal,
mencemari lingkungan (tanah, sayuran,
buah-buahan), tahan terhadap pengaruh
luar (suhu, zat kimia, sinar matahari,
kelembaban), dpt hidup 1-2 bulan
• Larva: tdp dlm jar otot hospes antara,
tidak mencemari lingkungan
33
Stadium dewasa Taenia solium
34
Cara penularan / lingkaran hidup
35
i
36
.
37
i
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces penderita: telur, proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur
• Memeriksa daging babi: larva
• Pengobatan:
• Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Memasak daging babi sebelum dimakan
38
Pemeriksaan feses
• Natif
❑ diambil sedikit tinja dari pasien kemudian digerus
pada mortir lalu ditambahkan air secukupnya
gerusan feses diteteskan pada objek gelas dan tutup
dengan dek gelas lalu periksa di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100 x atau 400 x
Metode sentrifuse
❖ Ambil 2 gram tinja tambah sedikit air dan aduk sampai larut
(sisa pemeriksaan natif).
❖ Tuang dalam tabung sentrifuse sampai ¾ tabung lalu putar
dengan alat sentrifuse selama 5 menit
❖ Buang cairan jernih diatas endapan, kemudain tuang NaCl
jenuh di atas endapan sampai ¾ tabung dan aduk hingga
tercampur rata putar lagi selama 5 menit.
❖ Letakkan tabung sentrifuse pada rak lalu ditetesi dengan
NaCl jenuh di atas cairan dalam tabung sampai permukaan
cairan cembung, tunggu 3 menit.
❖ Tempelkan objek glass pada permukaaan yang cembung
dengan hati-hati, kemudian dengan cepat balik objek gelas
tersebut tutup dengan dek glass lalu amati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100 x.
Tabung sentrifuse
Fasciola hepatica
• Daerah penyebaran:
• Keadaan lingkungan jelek (kebiasan BAB di air)
• Peternakan (biri-biri, kambing, sapi)
• Morfologi:
• Dewasa: dlm hospes, diluar hospes mati btk pipih seperti
daun
• Telur: btk oval, dinding tebal, mempunyai operculum, dpt
hidup diluar hospes, tu di air & mencemari lingkungan dlm
waktu 3 minggu segera menetas menjadi mirasidium
• Mirasidium: hidup diair & mencemari lingkungan
• Sporokista & redia: hospes antara pertama (keong: 8
minggu)
• Cercaria: hidup diair & mencemari lingkungan
• Metacercaria: hospes antara kedua (tanaman air)
42
Cara penularan (lingkaran hidup)
• Hospes difinitif:
• Manusia dan Hewan herbivora: kambing, biri-biri, sapi
• Hospes antara pertama:
• Keong / snail: Limnea truncatula (sporokista, redia)
• Hospes antara kedua:
• Tanaman air (metacercaria)
• Habitat:
• Saluran hati (ductus hepaticus)
• Bentuk infektif:
• Metacercaria
• Cara infeksi:
• Makan tanaman air + metacercaria tanpa dimasak dg baik
43
Fasciola hepatica
i
45
i
• Gejala klinis:
• Hepatomegali (pembesaran hepar)
• Halzoun disease
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces: menemukan telur
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa air: menemukan telur, miracidium, cercaria
• Memeriksa tanaman air: menemukan metacercaria
• Pengobatan:
• Bithionol, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Menurunkan populasi keong, memasak tanaman air
46
ZOONOSIS PROTOZOA
Oleh: Idi Setiyobroto
Toxoplasma gondii
• Penyebaran:
• Tropik, sub-tropik
• Keadaan lingkungan jelek
• Hewan kucing
• Morfologi:
• Trofozoit: diluar hospes mati, bentuknya seperti koma,
berinti satu, tidak bergerak aktif, dpt hidup dlm hospes
• Kista: dlm hospes dsb kista (tdp dlm jaringan), diluar
hospes dsb ookista (tdp dlm faeces kucing), btk bulat
mempunyai dinding, ookista hidup > lama diluar
hospes & mencemari lingkungan.
ii
• Gejala klinis:
• Tanpa gejala, wanita > manifes d/p pria
• Ibu hamil muda: abortus
• Ibu hamil tua: bayi lahir cacat (hidrocephalus,
microcephali, kelainan pd retina.
• Ada 2 macam :
a. Toxoplasmosis aquisita
Toxoplasmosis yg didapat selama hidupnya, pd orang
dewasa asimtomatis, kl ada brp rasa lelah, demam,
skt kpl. Pd bumil infeksi primer bayi dgn
toxoplasmosis congenital.
b. Toxoplasmosis congenital
Gej : kejang, ikterus, anemia, postmaturitas, hidro/
micro cephalus,dll. tgt umur janin waktu infeksi.
• Patogenesis :
Kista jar / ookista trofozoit tubuh usus masuk drh (cnth :
ktm leukosit (proses fagositosis))
Ada yg mati
berkemban
g /
Pd sel hospes pecah serang sel2 lain mis : makrofag
limfosit seluruh tubuh (parasitemia) semua organ & jar
tubuh hospes yg berinti jk pd hospes terbentuk kekebalan
kista (jar, otot, otak dll)
❖ Kerusakan pd jaringan tgt pd : umur,virulensi,
jumlah parasit, dan organ yang diserang.
❖ Lesi pd mata dan SSP biasanya berat dan
permanen, pd SSP nekrosis disertai
kalsifikasi.
❖ Pd toxo congenital nekrosis trjd pd korteks
ganglia basalis dan daerah periventrikuler
disertai penyumbatan akuaductus sylvii /
foramen monro epindimitis (parasit)
cairan meningkat menekan otak
hidrocephalus.
❖ Diagnosis penderita:
Pemeriksaan darah secara Serologis lengkap
(periksa uji untuk TORCH (Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes virus)
❖ Diagnosis lingkungan:
a. Pemeriksaan sampel tanah, sayuran,
makanan / buah: ookista
b. Pemeriksaan sampel daging / histologis:
kista
❖ Pengobatan:
Sulfadiazin, pirimitamin
Dark spot pada retina mata
Pencegahan :
• Mengobati sumber infeksi (kucing)
• Memasak daging sbl dimakan
• Memperbaiki lingkungan
• Ibu hamil dikurangi untuk kontak dengan kucing terutama
kotorannya.
• Bagi yang mempunyai kucing sebagai hewan
kesayangan, managemen sanitasi kandang sangat
penting yaitu dengan cara selalu membersihkan kandang
setiap hari terutama pagi hari dan lebih baik sebelum
dibuang disiram terlebih dahulu dengan air panas untuk
mencegah sporulasi oosista.
• Selain itu pemeriksaan kesehatan yang teratur terhadap
kucing peliharaannya harus dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan feses rutin dan jika ada indikasi infeksi
toxoplasma dapat dilakukan pengobatan.
Toxoplasmosis congenital
Bentuk infektif Toxoplasma gondii
oocyst dan cysta